Anda di halaman 1dari 23

MODUL 3

RANGKAIAN RL, RC dan RLC

Hari, Tanggal : Selasa, 26 February 2019


Tempat : Laboratorium Fisika Dasar, Institut Teknologi Del,
Sitoluama, Kab. Tobasa.
Instruktur : Pangondion Naibaho

Nama Praktikan : Mega Silalahi


NIM : 31S18029
Kelas : 11TB
Prodi : Teknik Bioproses

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI DEL
SITOLUAMA, KEC. LAGUBOTI, KAB. TOBASA
T.A 2018/2019
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. http://elektronika-dasar.web.id/rangkaian-r-l-c-paralel/rangkaian-r-l-c-paralel/

Gambar 2.
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjulPyN3OXgAhXMuY8KHa7yA
JYQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Fnanopdf.com%2Fdownload%2Fbab-ii-
357_pdf&psig=AOvVaw3eFlhJYiZWQAZuw1tZ_jJ6&ust=1551693812815956.

Gambar 3. https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjTvejc2-
XgAhUI148KHcEMDQEQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Fnanopdf.com%2Fdownload%2Fbab-ii-
357_pdf&psig=AOvVaw2SAee6ojIwmP5HLBsX-MBq&ust=1551693694566497.

Gambar 4.
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi7w8z65-
XgAhUIQI8KHabQBCcQjRx6BAgBEAU&url=https%3A%2F%2Fdokumen.tips%2Fdocuments%2Ftugas-
fisika-rlcdoc.html&psig=AOvVaw1vmxpKtmdkM73sTPfTGiVt&ust=1551696919697399

2
I. TUJUAN
Setelah praktikum ini praktikan diharapkan dapat:
1. Mempelajari dan memahami reaktansi kapasitif, reaktansi induktif, dan impedansi.
2. Menentukan hubungan antara reaktansi dan frekuensi pada kapasitor.
3. Menentukan hubungan antara impedansi dan frekuensi pada rangkaian RL.
4. Menentukan frekuensi resonansi dari rangkaian RLC

3
II. DASAR TEORI

Gambar 1. Rangkaian R-L-C pararel


 RANGKAIAN R-L SERI
Rangkaian R-L seri , sifat rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah induktor
yang dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik sinusioda adalah terjadinya
pembagian tegangan secara vektoris. Arus (i) yang mengalir pada hubungan seri adalah
sama besar. Arus (i) tertinggal 90O terhadap tegangan induktor (V). Tidak terjadi
perbedaan fasa antara tegangan jatuh pada resistor (VR) dan arus (i). Gambar berikut
memperlihatkan rangkaian seri R-L dan hubungan arus (i), tegangan resistor (VR) dan
tegangan induktor (VL) secara vektoris.

Gambar 2. Rangkaian RL seri

Melalui reaktansi induktif (XL) dan resistansi (R) arus yang sama i = im.sin ω t.
Tegangan efektif (v) = i.R berada sefasa dengan arus (i). Tegangan reaktansi induktif
(vL) = i.XL mendahului 900 terhadap arus (i). Tegangan gabungan vektor (v) adalah
jumlah nilai sesaat dari tegangan resistor (vR) dan tegangan induktif (vL), dimana
tegangan ini juga mendahului sebesar φ terhadap arus (i). Dalam diagram fasor aliran
arus (i), yaitu arus yang mengalir melalui resistor (R) dan reaktansi induktif (XL)
diletakan pada garis t = 0. Fasor (vektor fasa) tegangan jatuh pada resistor (vR) berada
sefasa dengan arus (i), fasor tegangan jatuh pada induktor (vL) mendahului sejauh 900.
Tegangan gabungan (v) adalah diagonal dalam persegi panjang dari tegangan jatuh pada
reaktansi induktif (vL) dan tegangan jatuh pada resistif (vR). Sudut antara tegangan
vektor (v) dan arus (i) merupakan sudut fasa (φ).
Karena tegangan jatuh pada resistor dan induktor terjadi perbedaan fasa, untuk itu
hubungan tegangan (v) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut;
𝑉 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝐿2
4
Hubungan tegangan sumber bolak-balik dan arus yang mengalir pada rangkaian
menentukan besarnya impedansi secara keseluruhan dari rangkaian :
𝑉
𝑍=
𝑖
Besar sudut(φ) antara resistor (R) terhadap impedansi (Z) adalah
𝑅 = 𝑍𝑐𝑜𝑠𝜑
Besar sudut(φ) antara reaktansi induktif (XL) terhadap impedansi (Z) adalah
XL =Zsinφ
Besar sudut (φ) antara reaktansi induktif (XL) terhadap resistansi (R)
𝑋𝐿
tan 𝜑 = 𝑅
atau
𝑉𝐿
tan 𝜑 = 𝑉𝑅
Bila nilai XL dan resistansi (R) diketahui maka impedansi dapat ditentukan.

 RANGKAIAN R-C SERI


Sifat rangkaian seri sebuah resistor dan sebuah kapasitor yang dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik sinusiode adalah terjadinya pembagian tegangan secara
vektoris. Arus yang mengalir pada rangkaian seri adalah sama besar. Arus mendahului
90o terhadap tegangan pada kapasitor (VC). Tidak terjadi perbedaaan fasa antara
tegangan jatuh pada resistor (VR) dan arus (i).

Gambar 3. Rangkaian R-C seri

Melalui reaktansi kapasitif dan resistansi arus yang sama 𝑖 = 𝑖𝑚. 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡. Tegangan
efektif 𝑉 = 𝑖𝑅 berada sefasa dengan arus. Tegangan reaktansi kapasitif 𝑉𝑐 = 𝑖𝑋𝑐
tertinggal 90o terhadap arus. Tegangan gabungan vector (V) adalah jumlah nilai sesaat
dari VR dan VC dimana tegangannya tertinggal terhadap arus.
Dalam diagram fasor, yaitu arus bersama untuk resistor dan reaktansi kapasitif
diletakkan pada gari 𝜔𝑡 = 0. Fasor tegangan resistor berada sefasa dengan arus, fasor
tegangan kapasitor tertinggal 90o terhadap arus. Tegangan gabungan vector adalah
diagonal persegi panjang antara tegangan kapasitor dan tegangan resistor. Perbedaan
sudut antara tegangan dan arus merupakan sudut beda fase (ϕ). Karena tegangan jatuh
pada resistor dan kapasistor terjadi perbedaan fasa, untuk hubungan tegangan (V) dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
𝑉 = √𝑉𝑅 2 + 𝑉𝑐 2
Hubungan tegangan sumber bolak-balik dan arus yang mengalir pada rangkaian
menentukan besarnya impedansi (Z) secara keseluruhan dari rangkaian.
5
Besarnya perbedaan sudut (ϕ) antara resistor terhadap impedansi (Z) adalah
𝑉
𝑍=
𝑖
Besarnya sudut (ϕ) antara kapasitansi (Xc) terhadap impedansi (Z) adalah
𝑋𝑐 = 𝑍𝑐𝑜𝑠𝜑
Besarnya sudut (ϕ) antara tegangan (VC) terhadap tegangan (VR) adalah
𝑋𝑐
𝑡𝑎𝑛𝜑 = 𝑅
Bila nilai reaktansi kapasitif (XC) dan Resistansi (R) diketahui, maka besarnya
resistansi gabungan (impedansi) dapat dijumlahkan secara vektor dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut:
𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝑐 2

 RANGKAIAN R-L-C SERI


Rangkaian R-L-C seri, sifat rangkaian seri dari sebuah resistor dan sebuah
induktor yang dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik sinusioda adalah
terjadinya pembagian tegangan di (VR), (VL) dan (VC) secara vektoris. Arus (i) yang
mengalir pada hubungan seri adalah sama besar. Arus (i) tertinggal 90o terhadap tegangan
induktor (VL). Tidak terjadi perbedaan fasa antara tegangan jatuh pada resistor (VR) dan
arus (i). Gambar dibawah memperlihatkan rangkaian seri R-L-C dan hubungan arus (i),
tegangan resistor (VR), tegangan kapasitor (VC) dan tegangan induktor (VL) secara
vektoris. Suatu alat listrik arus bolak-balik dapat juga memiliki berbagai macam
reaktansi, seperti misalnya hubungan seri yang terdiri dari resistor (R), reaktansi induktif
(XL) dan raktansi kapasitif (XC).
Dengan demikian besarnya tegangan total (V) sama dengan jumlah dari
tegangan pada resistor (VR), kapasitor (VC) dan tegangan pada induktor (VL). Dengan
banyaknya tegangan dengan bentuk gelombang yang serupa, sehingga terjadi hubungan
yang tidak jelas. Oleh karena itu hubungan tegangan lebih baik dijelaskan dengan
menggunakan diagram fasor. Melalui ketiga resistansi (R), (XL) dan (XC) mengalir arus
(i) yang sama.
Oleh sebab itu fasor arus diletakkan pada t = 0. Tegangan (v) pada resistor (R)
berada satu fasa dengan arus (i). Tegangan (VL) pada reaktansi induktif (XL) mendahului
sejauh 90o terhadap arus (i), sedangkan tegangan (VC) pada reaktansi kapasitif (XC)
tertinggal sejauh 90o terhadap arus (i). Kedua tegangan reaktif mempunyai arah saling
berlawanan, dimana selisihnya ditunjukkan sebagai tegangan (Vs). Tegangan total (V)
merupakan fasor jumlah dari tegangan (VL) dan tegangan (VC) sebagai hasil diagonal
persegi panjang antara tegangan (VL) dan tegangan (VC).

6
Gambar 4. Rangkaian RLC seri
Bila tegangan jatuh pada reaktif induktif (VL) lebih besar dari tegangan jatuh
pada reaktif kapasitif (VC), maka tegangan total (V) mendahului arus (i), maka rangkaian
seri ini cenderung bersifat induktif. Sebaliknya bila tegangan jatuh pada reaktif induktif
(VL) lebih kecil dari tegangan jatuh pada reaktif kapasitif (VC), maka tegangan total (V)
tertinggal terhadap arus (i), maka rangkaian seri ini cenderung bersifat kapasitif.
Untuk menghitung hubungan seri antara R, XL dan XC pada setiap diagram
fasor kita ambil segitiga tegangan. Dari sini dapat dibangun segitiga resistor, yang
terdiri dari resistor (R), reaktif (X) dan impedansi (Z). Berdasarkan tegangan reaktif
(VS) yang merupakan selisih dari tegangan reaktif induktif (VL) dan tegangan reaktif
kapasitif (VC), maka resistor reaktif (X= XLS=XCS) merupakan selisih dari reaktansi
(XL) dan (XC). Sehingga didapatkan hubungan tegangan (v) seperti persamaan
vektoris berikut;
𝑉 = √𝑉𝑅 2 + |𝑉𝐿 − 𝑉𝐶|2
Maka untuk resistansi semu (impedansi Z) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
𝑍 = √𝑅 2 + |𝑋𝐿 − 𝑋𝑐|2
dimana
1
𝑍=𝑌
Pada rangkaian seri RLC dapat mempunyai beberapa kemungkinan yaitu :
a. Jika nilai XL > XC maka rangkaian akan bersifat seperti induktor, yaitu tegangan
mendahului arus dengan beda sudut fase θ yang besarnya dinyatakan dengan
𝑋𝑙 − 𝑋𝐶
𝑡𝑔 𝜃 =
𝑅
b. Jika nilai XL < XC maka rangkaian akan bersifat seperti kapasitor, yaitu tegangan
ketinggalan terhadap arus dengan beda sudut fase θ yang besarnya dinyatakan dengan
𝑋𝑙−𝑋𝐶
𝑡𝑔 𝜃 = 𝑅
c. Jika nilai XL = XC maka besarnya impedansi rangkaian sama dengan nilai hambatannya
(Z = R) maka pada rangkaian akan terjadi resonansi yang disebut resonansi deret/seri
1 1
yang besarnya frekuensi resonansi dapat dicari yaitu : f = = √LC

7
III. ALAT DAN BAHAN
No. Alat dan Bahan Jumlah Gambar/ Keterangan
1. Labtop 3 buah Per kelompok
2. Software Logger Pro 3.9 1 buah Sudah terinstal di labtop
3. Vernier Lab Quest Mini 1 buah -
4. Vernier Power AMP 1 buah Sudah terinstal di labtop
Software
5. Vernier Circuit Board 1 buah

6. Cabel capit buaya 7 buah

7. Lampu 1 buah

8. Sensor Arus 1 buah

9. Sensor Tegangan 1 buah

10. Inductor 5 mH 1 buah

11. Resistansi 2,4 ohm 1 buah -


12. Power amplifier 1 buah -

8
IV. PROSEDUR KERJA
4.1.Rangkaian RC (Resistor -Capasitor)
1. Rangkai vernier circuit board secara seri dengan kapasitor sebesar 10 F dan
sensor arus (current probe) seperti yang ditunjukkan gambar 2 dan 3 dibawah ini.

Gamba 5 Gambar 6
Pasang sensor tegangan (Voltage Probe) secara pararel dengan kapasitor. Hal ini
dilakukan karena kita akan mengukur beda potensial pada ujung-ujung kaki
kapasitor.
2. Setelah rangkaian selesai, mintalah bantuan asisten Lab atau Laboran untuk
memeriksa rangkaian yang telah dibuat sebelum melakukan langkah percobaan
selanjutnya.
3. Hubungkan kabel stereo mini pada power amplifier ke Speaker Out port pada
computer kalian. Atur volume suara computer menjadi maksimal.
4. Hubungkan kabel USB pada sensor tegangan (differential voltage) ke CH 1 dan
sensor arus (current probe) ke CH 2.
5. Buka program komputer Vernier Power Amp. Atur tegangan sebesar 2.0 V,
frekuensi awal 100 Hz. Untuk mengatur frekuensi, gunakan panah atas dan bawah,
atau gunakan kotak parameter untuk memasukkan nilai yang diinginkan. Jendela
Vernier Power Amp ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

9
6. Hubungkan kabel listrik power amplifier ke tegangan PLN. Klik tombol on “1”
(lampu pada power amplifier akan berwarna kuning).
7. Buka software Logger Pro 3.9, Klik icon Ubah durasi pengumpulan data
menjadi 0.02 second dan laju pengumpulan data menjadi 10000 sampels/second.

8. Atur saklar SW1 menuju arah tulisan External. Klik Collect pada Logger Pro 3.9,
lakukan pengambilan data. Setetelah selesai, klik. Ketika pengumpulan data telah
selesai, cari nilai maksimum dan mnimum dari arus dan tegangan dari grafik yang
dihasilkan melalui menu Analyze Statistics. Catat nilai masing-masing nilai ini
dalam tabel pengamatan. Agar memudahkan, buat tabel ini di file excel saat
melakukan pengumpulan data.

Tabel 1. Nilai pengukuran arus dan tegangan pada rangkaian RC.


Gelombang : Sinusoidal Vpp : 2 volt
I (A) V(volt)
f (Hz)
No Min Max Min Max
1.
2.
3.
4.

10
5.
6.
7.
8.
9.
10.

9. Lanjutkan mengumpulkan data dengan cara ini sampai Kalian memiliki nilai
potensial dan arus untuk 10 frekuensi ( Catatan: nilai maksimum frekuensi
yang diperbolehkan adalah 1000 Hz).

4.2 Rangkaian RL
1. Buatlah rangkaian dengan menggunakan resistor 10-ohm yang dipasang secara
seri dengan sensor arus (current probe) dan satu buah induktor 5 mH seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

induktor

11
2. Hubungkan sensor arus dan sensor tegangan ke Lab Quest Mini, kemudian buka
Logger Pro 3.9. Klik icon Ubah durasi pengumpulan data menjadi 0.02 sekon
dan laju pengumpulan data menjadi 10000 sampels/second.

3. Buka program power amplifier dengan mengetikkan di start menu Vernier Power
amp, maka akan muncul jendela sebagai berikut. Atur frekuensinya menjadi 100
Hz dan amplitude dari tegangan (Voltage) sebesar 2.0 volts.

4. Kemudian atur posisi saklar pada SW1 ke arah External, Klik “1” pada power
amplifier (lampu pada power amplifier akan berwarna kuning) dan klik Collect
pada Logger Pro 3.9. Ketika pengumpulan data telah selesai, cari nilai maksimum
dan mnimum dari arus dan tegangan dari grafik yang dihasilkan melalui menu
Analyze Statistics. Catat nilai masing-masing nilai ini dalam tabel pengamatan.
5. Lanjutkan untuk mengambil data pada langkah 5, catat masing-masing nilai
maksimum dan minimum dari arus dan tegangan sampai didapat 10 nilai frekuensi
pada rentang 100 Hz sampai 1000 Hz.

12
4.3 Rangkaian RLC
1. Susunlah rangkaian seperti skema yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Rangkaian tersebut adalah rangkaian RLC yang terdiri dari, inductor (L) kapasitor (C),
sensor arus, dan lampu kecil yang berfungsi sebagai resistor.

Sensor arus

Lampu

2. Periksa dengan baik rangkaian yang telah dibuat. Mintalah asisten atau Laboran
untuk memeriksa kembali rangkaian yang telah kalian buat, apakah sesuai
dengan skema rangkaian atau tidak.
3. Hubungkan sensor arus dan sensor tegangan ke Lab Quest Mini, kemudian buka

Logger Pro 3.9. Klik icon Ubah durasi pengumpulan data menjadi 0.02 sekon
dan laju pengumpulan data menjadi 10000 sampels/second.

4. Buka program vernier power amplifier dengan mengetikkan di start menu Vernier
Power amp, maka akan muncul jendela sebagai berikut. Atur frekuensinya menjadi
100 Hz dan amplitude dari tegangan (Voltage) sebesar 5.0 volts.

13
5. Kemudian atur posisi saklar pada SW1 External dan klik Collect pada Logger Pro 3.9.
Ketika pengumpulan data telah selesai, cari nilai maksimum dan minimum dari arus
dan tegangan dari grafik yang dihasilkan melalui menu Analyze Statistics. Catat
nilai masing-masing nilai ini dalam tabel pengamatan.

Tabel 1. Nilai pengukuran arus dan kecerahan Lampu pada rangkaian RLC.
Gelombang: Sinusoidal
Vpp ; 5 volt

f (Hz) I (A) Kecerahan Lampu


No Min Max
1.
100
2.
200
3.
300
4.
400

14
5.
500
6.
600
7.
700
8.
800
9.
900
10.
1000

6. Lanjutkan pengambilan sampai didapat 10 data. Catat masing-masing nilai maksimum


dan minimum dari arus dan lihat kecerahan nyala lampu. Maksimum frekuensi yang
digunakan sebesar 1300 Hz.
7. Lepaskan kabel USB Lab Quest mini dari computer, kemudian pilih New dari File
menu. Pada tabel tersebut masukkan secara manual nilai arus dan tegangan yang
didapat. Periksa grafik yang dihasilkan dan tentukan frekuensi pada arus maksimum.
8. Atur frekuensi secara perlahan-lahan sehingga software Vernier power amp untuk
mengkontrol power amplifier. Ubah-ubah frekuensinya dan perhatikan nyala lampu.
Fokuskan investigasi kalian pada daerah dimana arusnya paling besar. Temukan pada
frekuensi berapa yang menyebabkan lampu menyala paling terang. Saat nyala lampu
paling terang, maka frekuensi tersebut yang disebut sebagai frekuensi resonansi.
9. Saat frekuensi resonansi pada rangkaian tersebut telah ditemukan, masukkan inti besi
ke dalam lilitan inductor. Amati apa yang terjadi dengan nyala lampu? Kembali atur
nilai frekuensi sehingga didapat nilai frekuensi resonansi yang baru. Catat hasil
tersebut dalam tabel pengamatan.

15
V. DATA DAN PENGOLAHAN DATA
5.1.Rangkaian RC
Tabel 1.1. Nilai pengukuran arus dan tegangan pada rangkaian RC
No. f(Hz) I MAX (A) V MAX(volt)
1. 200 0.01009 0.8410
2. 300 0.01705 0.9651
3. 400 0.02008 0.8731
4. 500 0.03429 1.171
5. 600 0.04248 1.223
6. 700 0.05398 1.329
7. 800 0.06124 1.326

Nilai C = 10 µF
1
Xc =𝜔𝐶
Tabel 1.2. Hasil Perhitungan Percobaan pada rangkaian RC
No. f(Hz) Xc (Reaktansi Kapasitif) C (µF) Rc (Hambatan) 1/f (Periode)

1 200 7.96178 x10-05 10 83.34985 0.005


-05
2 300 5.30786 x10 10 56.60411 0.003333
3 400 3.98089 x10-05 10 43.48108 0.0025
-05
4 500 3.18471 x10 10 34.1499 0.002
-05
5 600 2.65393 x10 10 28.79002 0.001667
6 700 2.2748 x10-05 10 24.62023 0.001429
-05
7 800 1.99045 x10 10 21.65251 0.00125

DATA GRAFIK PADA RANGKAIAN RC

Grafik 1.1. Frekuensi Vs Arus (I)

16
Grafik 1.2. Hambatan Vs Frekuensi

Grafik 1.3. Hambatan Vs 1/f (Periode)


5.2.Rangkaian RL
Tabel 2.1. Nilai pengukuran arus dan tegangan pada rangkaian RL
No. f(Hz) I MAX (A) V MAX(volt)
1. 200 0.07460 1.0930
2. 300 0.06006 1.2440
3. 400 0.00343 0.8627
4. 500 0.02495 0.6992
5. 600 0.01890 0.5690
𝑋𝐿 = 𝜔𝐿
Tabel 2.2. Hasil perhitungan pada rangkaian RL
No. f(Hz) XL ( Reaktansi Induktif) L (mH) Hambatan (R) 1/f (Periode)
1 200 0.000159236 5 14.65147 0.005
2 300 0.000106157 5 20.71262 0.003333
3 400 7.96178 x 10-05 5 251.516 0.0025
4 500 6.36943 x 10-05 5 28.02405 0.002
5 600 5.30786 x 10-05 5 30.10582 0.001667

17
DATA GRAFIK PADA RANGKAIAN RL

Grafik 2.1. Frekuensi Vs Arus Pada Rangkaian RL

Grafik 2.2. Frekuensi Vs Hambatan pada Rangkaian RL

Grafik 2.3. i/f (periode) Vs Hambatan pada Rangkaian RL

18
VI. ANALISA DATA
6.1. Rangkaian RC
Reaktansi kapasitif (XC) adalah hambatan yang timbul pada suatu kapasitas yang
dihubungkan ke rangkaian arus bolak-balik. Satuan dari reaktansi kapasitif adalah ohm.
Dengan rumus, Xc= 1/ωC = 1/2ᴫfC.
Dimana,
Xc = Reaktansi Kapasitif (Ohm)(Kg.m2.s-3.A-2)
π (pi) = 3,142 (desimal) atau 22÷7 (fraksi)
f = Frekuensi (Hertz)
C = Kapasitansi Kapasitor (Farad)
Persamaannya :

1 1
Xc=𝜔𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶
1 1 1 𝐾𝑔.𝑚2
Xc=𝐻𝑧. =𝑠−1 .𝑠4 .𝐴2.𝑚−2 .𝑘𝑔−1 =𝑠3 .𝐴2.𝑚−2 .𝑘𝑔−1 = 𝑠3 .𝐴2 = Kg.m2.s-3.A-2 = ohm(Ʊ)
s4 ⋅A2 ⋅m−2 ⋅kg−1

Pada percobaan ini dapat kita ketahui bahwa pada rangkaian RC apabila frekuensi
dinaikkan maka nilai arus yang didapat akan semakin rendah tetapi pada saat
frekuensinya sudah mencapai maksimun maka arusnya akan mengalami penurunan.
Berbeda halnya dengan tegangan, tegangan yang akan terjadi pada rangkaian RC akan
mengalami kenaikan saat nilai frekuensinya ditambahkan atau dinaikkan. Sama
dengan arusnya reaktansinya dan hambatanya akan mengalami penurunan saat
frekuensinya dinaikkan.
Pada percobaan ini dapat kita lihat saat rangkaian RL disambungkan dengan
lampu dapat kita lihat bahwa lampunya akan semakin redup apabila frekuensinya
dinaikkan.
6.2. Rangkaian RL
Impendasi menjelaskan ukuran penolakan terhadap arus bolak-balik sinusoid.
Impedansi listrik memperluas konsep resistansi listrik ke sirkuit AC, menjelaskan
tidak hanya amplitude relative dari tegangan dan arus, tetapi juga fase relative
(wiki,2017). Pada percobaan rangkaian RL apabila frekuensinya dinaikkan maka I
(Arusnya), Tegangannya (V) dan Reaktansi Induktifnya (XL) akan mengalami
penurunan sedangkan Hambatannya akan mengalami kenaikan.
XL= ωL= 2ᴫfL
Dimana,
XL = Reaktansi Induktif dalam satuan Ohm (Ω)
π (pi) = 3,142 (desimal) atau 22÷7 (fraksi)
f = Frekuensi dalam satuan Hertz (Hz)
L = Induktansi Induktor dalam satuan Henry (H)
Impedansinya adalah
𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝐿2
Impedansi dapat dipengaruhi oleh besarnya induktansi induktornya, hambatannya
dan frekuensi nya. Semakin tinggi induktansi induktornya, hambatannya dan
frekuensi nya maka semakin tinggi impedansinya.
Pada percobaan ini dapat kita lihat saat rangkaian RL disambungkan dengan lampu
dapat kita lihat bahwa lampunya akan semakin terang apabila frekuensinya dinaikkan
19
dan pada saat frekuensinya lebih dari 800 Hz lampunya akan berkedip-kedip, semakin
tinggi frekuensinya maka kedipannya akan semakin lambat dikarenakan semakin
tinggi frekuensinya maka jauhnya jaraknya elektron berpindah dan arunya akan
berpindah semakin lambat.

20
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.Kesimpulan
Pada rangkaian RC arus berbanding lurus dengan frekuensi sedangkan tegangan
berbanding terbalik dengan frekuensi. Reaktansi dan hambatan pada rangkaian RC
akan mengalami penurunan saat frekuensinya dinaikkan.
Pada rangkaian RL apabila frekuensinya dinaikkan maka I (Arusnya),
Tegangannya (V) dan Reaktansi Induktifnya (XL) akan mengalami penurunan
sedangkan Hambatannya akan mengalami kenaikan.
Pada percobaan ini dapat kita lihat saat rangkaian RL disambungkan dengan
lampu dapat kita lihat bahwa lampunya akan semakin terang apabila frekuensinya
dinaikkan dan pada saat frekuensinya lebih dari 800 Hz lampunya akan berkedip-
kedip, semakin tinggi frekuensinya maka kedipannya akan semakin lambat
dikarenakan semakin tinggi frekuensinya maka jauhnya jaraknya elektron berpindah
dan arunya akan berpindah semakin lambat.
Sedangkan, Pada percobaan ini dapat kita lihat saat rangkaian RL disambungkan
dengan lampu dapat kita lihat bahwa lampunya akan semakin redup apabila
frekuensinya dinaikkan.

7.2.Saran
1. Saat melakukan praktikum kita harus lebih teliti saat membuat rangkaian.
2. Sebelum melakukan praktikum kita harus memeriksa cabel buayanya untuk
memastikannya apakah cabelnya dapat berfungsi dengan baik.
3. Sebelum praktikum kita juga harus memahami apa yang akan kita lakukan saat
praktikum.
4. Sebelum praktikum kita juga harus mencoba current probe dan current
voltagenya.

21
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Wiranata, Ardi. Artikel Rangkaian RL RC Dan RLC Seri.
https://www.scribd.com/doc/207619779/Artikel-Rangkaian-Rl-Rc-Dan-Rlc-
Seri.
Sell Annuity. Analisa Rangkaian R-L. January 9th 2019. http://elektronika-
dasar.web.id/analisa-rangkaian-r-l-seri/. Teori elektronika.
Sell Annuity. Analisa Rangkaian R-C. January 8th 2019. http://elektronika-
dasar.web.id/analisa-rangkaian-r-c-seri/. Teori elektronika.

Sell Annuity. Analisa Rangkaian R-L-C. February 17th 2019. http://elektronika-


dasar.web.id/rangkaian-r-l-c-seri/

22
IX. LAMPIRAN

https://www.academia.edu/10658674/Rangkaian_Seri_RL_dan_RC_pada_Rangkaian
_Listrik

23

Anda mungkin juga menyukai