Anda di halaman 1dari 7

Juniar Saskiyaulfa

TUGAS TERSTRUKTUR 1.1 061823143093


PPDH XXXIV Kelompok 5 Subkelompok B
JUM’AT, 15 JANUARI 2021

DISTOKIA 1.1

1. Kedudukan fetus :

Situs : Longitudinal anterior

Posisi : Dorsosacral

Habitus : Kepala menunduk (vertex cephalo-cervicalis)

2. Hambatan :

Kepala atau frontalis fetus terhadap pubis induk

3. Pertolongan :

 Fiksasi kaki depan fetus dengan tali

 Retropulsi os frontalis fetus

 Masukkan tangan per vaginal untuk meraih mandibula

 Tarik mandibula ke caudo dorsal sehingga habitus menjadi normal

 Masukkan ke pelvis inlet dan fiksasi kepala fetus

 Diagnosa fetus: hidup atau mati

 Tarik paksa dengan 4 tenaga laki-laki dewasa


Distokia 1.2

1. Kedudukan fetus :

Situs : Longitudinal anterior

Posisi : Dorsosacral

Habitus : Leher-thorax menekuk ke bawah (vertex cervico-thoracalis)

2. Hambatan :

Leher dan frontalis fetus terhadap pubis induk

3. Pertolongan :

 Fiksasi kaki depan fetus dengan tali

 Retropulsi leher fetus

 Tali dililitkan menjerat leher fetus

 Lakukan gerakan berulang kombinasi retropulsi fetus dan traksi tali sehingga kepala

fetus menyentuh pubis induk

 Retropulsi frontalis fetus

 Masukkan tangan per vaginal untuk meraih mandibula

 Tarik mandibula ke caudo dorsal sehingga habitus normal

 Masukkan ke pelvis inlet

 Diagnosa fetus: hidup atau mati

 Tarik paksa dengaan 4 tenaga laki-laki dewasa


Distokia 1.3

1. Kedudukan fetus:

Situs : Longitudinal anterior

Posisi : Dorsosacral

Habitus : Bi-scapular flexion

2. Hambatan :

Scapula fetus dengan pubis induk

3. Pertolongan

 Fiksasi kepala fetus

 Retropulsi scapula fetus, traksi radius-ulna, retropulsi karpal fetus, traksi meta-karpal

(genggam kuku fetus) fiksasi

 Lakukan dengan cara yang sama pada kaki sebelahnya

 Diagnosa fetus: hidup atau mati

 Tarik paksa dengan 4 laki-laki dewasa


Transfer Embrio 1.1

1. Jelaskan dan peragakan teknik pelaksanaannya!

Jawab:

Teknik pelaksanaan memasukkan kateter intra uterin :

 Operator menggunakan glove yang telah diberi pilicin, lalu lakukan eksplorasi rektal

untuk mengeluarkan feses dari rectum untuk menjaga kebersihan dalam rangka

memasukkan kateter dalam uterus

 Vulva dan anus dibersihkan, dibilas dengan air bersih dan sabun, lalu dikeringkan

 Siapkan kateter intra uterin steril

 Lakukan eksplorasi rektal untuk memfiksasi serviks untuk persiapan memandu

masuknya kataeter

 Masukkan kateter hingga melewati cincin-cincin serviks

 Keteter sudah berada dalam uterus

2. Sebutkan urutan-urutan masuknya kateter kedalam saluran reproduksi!

Jawab :

Vulva – vagina – serviks (cincin ke1,2,3) – korpus uteri – kornua uteri

3. Apa hambatan untuk teknik nomor 2?

Jawab:

Lipatan-lipatan dari vagina, adanya fornix, dan salah masuk ke uretra

4. Teknik intra uterin digunakan untuk tindakan veteriner apa saja, sebutkan dan jelaskan

prosedurnya

Jawab:

 Flushing : kateter dapat masuk sama koruna uteri sehingga dapat membilas isinya

digunakan dengan cara memasukkan media cair seperti NaCl

 Inseminasi buatan pada posisi 4 yakni di korpus uteri


 Terapi intra uterin : masukkan PGF2-alfa untuk sinkronisasi birahi, pemberian

antibiotik pada uterus yang mengalami infeksi, atau irigasi uterus

 Tranfer embrio : kateter masuk sampai ke koruna uteri untuk memasukkan embrio

Diagnosa Kebuntingan 1.1

Sapi dikawinkan 4 bulan yang lalu. Dilakukan pemeriksaan kebuntingan.

1. Apabila ternyata sapi bunting, dalam pemeriksaan per rektal tanda-tanda apa yang dapat

ditemukan?

Jawab :

Kelabihan uterus bunting yang tidak terangkul oleh telapak tangan yang terbuka,

plasentom sebesar 1 ruas jari telunjuk dapat diraba, fetus semakin aktif bergerak

menyentuh-nyentuh telapak tangan, dan fremitus arteri uterine media sudah mulai dapat

dirasakan.

2. Apabila tidak bunting, tanda-tanda apa yang dapat ditemukan?

Jawab:

Apabila tidak bunting makaukuran uterus tidak membesar, ovarium diperiksa untuk

melihat apa ada gangguan reproduksi, teraba folikel atau corpus luteum pada ovarium.

3. Apa tindak lanjut hasil diagnosis nomor 2? Jelaskan berbagai kemungkinan yang dapat

terjadi, masing-masing dengan cara diagnosis, pengobatan dan mekanisme

endokrinologinya!

Jawab:

 Jika semua normal maka dilakukan IB ulang pada periode estrus berikutnya.

 Jika teraba adanya corpus luteum pada ovarium maka dilakukan terapi hormon

prostaglandin untuk meregresi corpus luteum. Corpus luteum terbentuk karena uterus

tidak dapat menghasilkan hormon prostaglandin untuk meregresinya sehingga tidak

terjadi estrus, dengan injeksi prostaglandin maka corpus luteum akan teregresi.
 Jika ditemukan infeksi pada uterus maka diberikan terapi antibiotic juga.

 Jika kedua ovarium halus (tidak ada pertumbuhan folikel) diduga hipofungsi ovarium.

Pertolongannya: perbaikan pakan dan terapi hormon GnRH atau PMSG

Diagnosa Kebuntingan 1.2

1. Jelaskan teknik diagnose kebuntingan

a. Paling sensitive

b. Paling akurat

Pada hewan ternak : sapi, kuda, dan domba

2. Uraikan masing-masing dengan alasannya!

Jawab:

a. Sapi

 Paling sensitive : menggunakan pemeriksaan kadar hormone progesteron. Sampel

yang diperiksa adalah serum darah yang diambil pada hari ke 22-24 setelah kawin.

 Paling akurat : menggunakan USG karena pada pemeriksaan ini ditampilkan

gambaran fetusnya.

b. Kuda

 Paling sensitive : pemeriksaan kadar PMSG (Pregnan Mare Serum Gonadotropin).

Pemeriksaan hormone ini dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu bioassay dan

haemaglutination inhibition.

 Paling akurat : menggunakan pemeriksaan USG karena pada pemeriksaan ini

dapat terlihat fetusnya.

c. Domba

 Paling sensitive : pemeriksaan hormon prostaglandin, karena hormone ini

disekresi oleh domba saat bunting.


 Paling akurat : pemeriksaan USG karena pada pemeriksaan ini dapat terlihat

fetusnya.

Anda mungkin juga menyukai