Secara umum orang Thai, seperti umumnya “orang timur” sangat ramah pada siapa pun. Orang Thai
saat bertemu orang lain baik yang sudah maupun baru dikenal akan mengucapkan salam (ucapannya: Sa
Wat Dii Krab/Kaa) sambil menghormat dan membungkukkan badannya. Perilaku ini adalah bagian dari
kultur umumnya orang Thai menghormati orang lain. Dalam istilah Thai ini disebut dengan “wai” (ไหว ้),
yaitu cara unik orang Thai dalam menyambut dan menghormati orang lain.
Kultur atau budaya berikutnya yang saya dapatkan di Thailand adalah budaya antri. Saya pernah
punya cerita khusus mengenai hal ini. Sekitar akhir tahun 2013 saya ada acara bersama teman-teman
Junior Indonesia-Thai Chamber and Commerce (INTICC, organisasi seperti KADIN kerjasama
Indonesi&Thailand) di daerah Huai Kwang, daerah utara Bangkok. Karana saya tinggal di daerah
Phayathai, Bangkok Tengah, saya menggunakan MRT (kereta bawah tanah) agar tidak macet sampai
sana. Acaranya sore, saya berangkat dari apartemen sekitar pukul setengah tiga.
Tentang keramahan dan kedermawanan saya punya cerita sendiri. Pada dasarnya ini cerita tentang
istri saya. Kebetulah istri saya kuliah juga di Thailand, tepatnya di Mahidol University. Karena dia masuk
kuliah satu semester duluan dibanding saya, pada saat awal ke Thailand saya sempat mengantarnya.
Dari sinilah cerita ini bermula.
Semua yang pernah tinggal di Bangkok pasti tahu hal ini. Ini bukan sekedar cerita tentang tidak
adanya suara bising di jalan. Memang benar di Bangkok macetnya hampir sama dengan Jakarta,
kesibukan jalannya juga hampir sama ramainya. Hanya saja ada yang membedakan diantara keduanya,
yaitu minimnya suara klakson di jalan-jalan Bangkok dan Thailand pada umumnya.
Kelima, Kejujuran
Berkaitan dengan kejujuran, jujur ini agak sulit diungkapkan. Contoh kecil saja, di Bangkok, utamanya
di masjid-masjid Bangkok Alhamdulillaah saya tidak pernah merasa khawatir kehilangan misalnya
sandal/sepatu saat naruh di masjid atau tempat umum. Selama dua tahun saya tinggal di sana
Alhamdulilaah belum pernah kehilangan sandal/sepatu di masjid atau tempat umum, demikian juga
belum pernah mendengan cerita teman yang kehilangan sandal di masjid. Hal ini tentu tanpa
mengurangi usaha untuk menjaga barang kita.
Keenam, Menghormati Alam
Karakter terakhir yang saya amati dari orang thailand adalah penghormatannya terhadap alam.
Masyarakat Thailand sebagai penganut Budha, terbilang sangat taat terhadap ajarannya. Salah satu
ajaran Budha yang menurut saya cukup membentuk karaakter meraka adalah tentang KARMA. Intinya
siapa yang menabut benih dia akan memanen, menabur angin akan menuai badai dan seterusnya. Yang
berbuat baik akan mendapat kebaikan demikian juga sebaliknya.
1. Taat hukum
Karakter masyarakat Singapura yang taat hukum membuat mereka selalu tertib dan teratur.
Pemerintah Singapura memang memiliki banyak sekali aturan. Namun, hal ini juga diimbangi dengan
kesadaran hukum oleh masyarakatnya. Masyarakat sadar bahwa aturan yang dibuat oleh pemerintah itu
demi kebaikan mereka. Misalnya saja aturan denda jika tidak menyeberang lewat zebra cross, kecepatan
maksimum berkendara, terbiasa antri, hingga patuh menaati rambu lalu lintas. Masyarakat tak akan
coba-coba untuk melanggar aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah, meski itu aturan kecil sekalipun.
Indonesia kapan bisa seperti ini ya?
Selain disiplin menaati aturan, mereka juga sangat menghargai waktu. Bagi mereka, time is money.
Kamu bisa melihat bahwa orang Singapura menggunakan waktu mereka secara seksama. Misalnya saja
mereka membaca buku ataupun surfing informasi di dunia maya ketika di dalam MRT. Bahkan, orang
Singapura juga selalu antisipasi berangkat lebih awal supaya tidak terjebak macet atau menghindari MRT
yang terlalu penuh. Kebalikan dengan orang Indonesia yang baru sibuk antisipasi dengan berbagai alasan
ketika sudah terlambat.
3. Menjaga kebersihan
Ini merupakan salah satu bentuk sikap taat aturan yang dimiliki oleh mereka. Masyarakat Singapura
terbiasa menjaga kebersihan. Mereka bakal membuang sampah pada tempatnya. Bahkan, mereka rela
menyimpan bungkus makanan kosong dan baru membuangnya ketika menemukan tong sampah. Hal ini
juga berlaku bagi para perokok aktif di Singapura. Mereka hanya berani merokok di ruang-ruang yang
memang telah disediakan. Salah satu yang membuat Singapura maju adalah tata kotanya yang bersih
sekaligus rapi, dan masyarakatnya adalah kontributor utama mereka.
Pemerintah Singapura sangat tegas menghukum koruptor di negara mereka. Hukuman mati
adalah ganjaran yang bakal didapatkan oleh koruptor. Bahkan, pada tahun 1994-1999 ada seribu orang
yang dihukum terkait kasus korupsi. Selain koruptor, pembunuh dan pengedar obat terlarang juga bakal
mendapat hukuman mati. Hukuman berat dan tak main-main inilah yang membuat Singapura aman dan
maju pesat.
Orang Singapura terbiasa menghormati orang lain. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan mereka
ketika menggunakan fasilitas umum. Mereka akan mendahulukan orangtua, ibu hamil, hingga orang
difabel. Kursi khusus bagi mereka di dalam transportasi umum juga bakal diutamakan.
6. Aman
Singapura termasuk negara yang aman. Meski merupakan kota metropolitan, namun tingkat
kriminalitas di sana tergolong rendah. Bahkan, kota ini juga sangat aman bagi wisatawan. Kamu bisa kok
jalan-jalan sendirian di malam hari tanpa takut ada orang jahat yang mengintai.
Hampir sama seperti Indonesia, Singapura memiliki suku dan ras yang beragam. Berdasarkan
sensus penduduk 2016, penduduk Singapura terdiri dari 74,3% orang Tiongkok, 13,3% orang Melayu,
9,1% orang India, dan 3,3% suku lainnya. Selain, ras dan suku, agama yang ada di Singapura juga
beragam. Mereka terdiri dari 33,9% Budha, 14,3% Muslim, 11,3% Taoist, 7,1% Katholik, 5,2% Hindu, 11%
Kristen, 0,7 % agama lainnya, dan 16,4% Atheis. Meski begitu mereka hidup rukun dibalut dengan
multikultural yang ada. Tidak pernah ada isu sara yang menyerang dan memecah belah.