I. Pendahuluan
I. Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini telah berkembang suatu trend baru dalam sistem pembinaan
mutu produk makanan, khususnya produk olahan hasil perikanan. Inti trend
produk yang lebih berorientasi pada prinsip pendeteksian dan pencegahan secara
kegiatan pasca panen, sebab dengan melakukan usaha pengolahan, hasil perikanan
sebagai komoditi yang sifatnya mudah rusak dan membusuk dapat ditingkatkan
daya awetnya, disamping itu usaha pengolahan juga dapat meningkatkan nilai
kepercayaan luar negeri terhadap mutu suatu produk sehingga produk tersebut
dan kontinuitas usahanya yang pada akhirnya mampu memberikan devisa bagi
negara.
Pembekuan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan dalam suhu rendah (cold
storage), yaitu jauh dibawah titik beku ikan. Pembekuan ikan harus dilakukan
penyusunan yang baik dan benar, sebab jika tidak dilakukan dengan semestinya,
proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan yang mengarah pada
usaha untuk menjaga kualitas pada produk pangan yang diproduksi mulai dari
bahan baku sampai produk akhir, baik pada saat masih bahan baku,proses maupun
produk akhir sehingga dapat dihasilkan pangan yang aman, layak, dan sehat untuk
dikonsumsi. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan pengendalian mutu
bertujuan untuk mengetahui secara aktual material agar sesuai dengan kondisi
kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah dasar utama dari suatu produk
dan harus memiliki kualitas yang terbaik karena pada akhirnya produk itulah yang
diberikan kepada pelanggan. Oleh karena itu dengan adanya standarisasi, dapat
ukuran, berat atau isi, jumlah, rupa, label dan sebagainya yang disusun
Penetapan mutu ikan didasarkan pada hasil pengujian laboratorium penguji sesuai
yang meliputi: penanganan ikan, unit pengolahan ikan, produk akhir, pengemasan,
industri perikanan yaitu pengolahan bahan baku ikan nila mejadi produk setengah
jadi fillet ikan nila dan mengekspor hasil pengolahan fillet ikan nila. Perusahaan
mengendalikan mutu fillet ikan nila agar memperoleh kualitas produk yang baik
dan nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu untuk mengetahui dan memahami
pengendalian mutu fillet ikan nila perlu dilakukan praktek lapangan di PT.
B. Tujuan
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Klas : Pisces
Subklas : Acanthopterigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Mempunyai garis vertikal 9 – 11 buah, garis – garis pada sirip ekor berwarna
merah sejumlah 6 – 12 buah. Pada sirip punggung terdapat juga garis – garis
miring. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi mata
berwarna putih. Badan relatif lebih tabal dan kekar dibandingkan ikan mujair.
Garis lateralis (gurat sisi di tengah tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis
yang terletak di bawah. Masa perkawinan ikan nila berlangsung sepanjang tahun
khusus. Apabila masa pemijahan tiba, induk – induk ikan nila mencari tempat
yang aman. Mereka membuat lubang atau cekungan bulat di dasar kolam. Induk
ikan nila akan menjaga telur – telurnya. Ikan nila memiliki warna sisik yang
beraneka ragam, warna sisik ikan nila meliputi warna kuning kemerah-merahan,
hitam dan hijau kehitam-hitaman. Ikan nila yang berwarna kuning biasanya lebih
cepat dimangsa oleh predator ikan maupun benih ikan karena warnanya yang
dibandingkan ikan-ikan konsumsi lainnya, hal ini disebabkan ikan nila tidak
diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Ikan ini sangat
mudah berkembangbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil)
ke Kongo dan Liberia.
daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa,
ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam
memiliki perilaku agresif. Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi
omega-3 yang rendah. Komposisi ini kurang baik bagi mereka yang memiliki
Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang
tinggi.
Sumber gizi untuk dikonsumsi dan rasa dari daging ikan nila yang enak.
Menurut Irawan (1997), pada bukunya yang berjudul Pengawetan ikan dab
hasil perikanan, tanda-tanda hasil perikanan yang bermutu baik adalah seperti
Keluar.
tidak brlendir.
Lainnya
Sumber : Irwan,1997
B. Pembekuan
1. Pengertian Pembekuan
secara pasti suhu pada saat bakteri betul-betul sudah mati semuanya. Secara teori
dapat dinyatakan, bahwa pada suhu dibawah -100C proses pembusukan oleh
2. Prinsip Pembekuan
mengenyahkan panas dari ikan dengan kelajuan tinggi artinya dalam waktu lebih
singkat, sehingga ikan tidak mengalami perubahan mutu yang berarti dalam
mencapai suhu rendah penyimpanan dan dapat mengawetkan ikan dalam waktu
dibawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air
pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk
2007).
3. Proses Pembekuan
Ikan sebagian besar terdiri dari air yaitu sekitar 80%. Selama proses
pembekuan bagian terbesar (air) itu berubah dari fase cair menjadi fase padat atau
es. Proses pembekuan berarti penghilangan panas dari ikan agar suhu ikan
menurun melalui 00Cdan terus menurun melalui -200C, -300C dan boleh sampai
Tubuh ikan mengandung air sekitar 60%-80% yang terdiri atas cairan
yang terdapat di dalam sel, jaringan, dan ruangan-ruangan antar sel. Cairan itu
berupa larutan koloid encer yang mengandung berbagai macam garam (terutama
kalium fosfat dasar) dan protein. Sebagian besar dari cairan itu (±67%) berupa
free water dan selebihnya (±5%) berupa bound water. Bound water merupakan air
yang terikat kuat secara kimia dengan substansi lain dari tubuh ikan. Ikan mulai
membeku pada suhu antara -0,60C sampai -20C, atau rata-rata pada -10C. Yang
mula-mula membeku adalah free water, disusul oleh bound water. Pembekuan
dimulai dari bagian luar dan bagian tengah membeku paling akhir. Sangat sulit
sekali membekukan keseluruhan cairan yang terdapat pada ikan, karena air terikat
(bound water) sangat sulit dibekukan dan memiliki titik beku yang sangat rendah,
serta sulit tercapai dalam kondisi komersial. Pada umumnya, jika pembekuan
sudah mencapai -120C hingga -300C dianggap telah cukup (Adawiyah, 2007).
4. Metode Pembekuan
yang digunakan atau cara yang dikerjakan, metode pembekuan dibagi atas :
b. Blast Freezing, pada metode ini bahan ditempatkan dalam suatu ruang
Prinsip dari cara kerja pembekuan ini adalah pembekuan dilakukan dengan
Keuntungan air blast freezer (ABF) adalah cara ini dapat membekukan
memerlukan jumlah udara dalam jumlah yang besar, waktu pembekuan relatif
lama, kebutuhan ruang lebih besar, kebutuhan tenaga besar dan adanya beban
panas tambahan.
3) Flow freezing
yang dibekukan.
dengan cara kontak langsung antara produk dengan plat logam evaporator yang
dapat digerakkan, sehingga terjadi perpindahan panas yang cepat dari produk ke
cairan yang dingin. Larutan yang biasa digunakan untuk membuat cairan dingin
adalah garam (NaCl), campuran gliserol, larutan propylene glycol dalam air dan
e. Spray Freezing
tinggi (± 30psi) melalui lubang kecil yang disebut dengan penyemprot (sprayer)
f. Cryogenic freezing
yang dicapai dapat lebih rendah dan jika nitrogen berubah sifat menjadi gas tidak
menimbulkan bau, warna dan tidak beracun sehingga tidak mempengaruhi sifat
bahan dan tidak berbahaya. Metode ini sering pula dikatakan sebagai supercold
freezing.
C. Pengawasan Mutu
standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi,
sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen, agar barang (jasa) yang
2001).
4. Mesin, tenaga kerja, dan fasilitas lain yang dipakai dalam proses
• Penampakan
Tidak terlihat adanya duri atau sirip yang tertinggal, serta tidak adanya
• Warna
Putih atau merah muda dan tidak terdapat warna kehijauan, warna kecoklatan
akibat oksidasi, diskolorisasi dan memar serta putih susu karena oksidasi.
• Kesegaran
Daging fillet tidak mengandung bau yang tidak enak seperti hydrogen sulfide,
amoniak atau lainnya yang bukan karakteristik asli dari spesies ikan. Substansi
• Glazing
Glazing berupa kristal yang jernih dan cukup tebal untuk mencegah dehidrasi dan
oksidasi. Glazing tidak diperlukan bila ada kemasan yang melindungi produk.
• Suhu
berikut :
apakah proses produksi berjalan seperti yang telah ditetapkan atau tidak.
sejauh mana dan hasil produk (jasa) yang dibuat sesuai dengan standar yang
(Prawirosentono, 2001).
Mutu bahan baku akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari barang yang
akan dibuat. Bahan baku dengan mutu yang jelek akan menghasilkan mutu barang
yang jelek. Sebaliknya, bahan baku yang baik dapat menghasilkan barang yang
baik. Pengendalian mutu bahan baku harus dilakukan sejak permintaan bahan
baku digudang, selama penyimpanan, dan waktu bahan baku akan dimasukkan
dalam proses produksi. Kelainan mutu bahan baku akan memberikan akibat mutu
berlangsung. Misalnya melalui contoh (sampel), yakni hasil yang diambil pada
selang waktu yang sama. Sampel tersebut dianalisa secara statistik untuk
atau tidak. Bila tidak sesuai berarti proses produksinya salah. Pengawasan
dilakukan terhadap seluruh tahapan proses produksi dari awal sampai akhir tanpa
kecuali. Bila salah satu tahapan produksi diabaikan berarti pengendalian mutu
tidak cermat.
Produk akhir harus diawasi mutunya sejak keluar dari proses produksi
bermutu. Hal ini hanya dapat dilaksanakan bila produk akhir tersebut dilakukan
olahan hasil perikanan yang memenuhi syarat kesehatan adalah dengan mencegah
maupun cemaran kimiawi. Cemaran tersebut biasa terjadi pada semua komponen
pengolahan, yang meliputi bahan baku, peralatan, ruangan proses, dan tenaga
kerja.
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku pada proses pembekuan ikan
harus dalam keadaan yang segar karena dengan bahan baku yang bermutu baik,
DKP (2006), menyatakan bahwa asal dan mutu bahan baku yang baik
Unit pengolahan dilarang mengolah ikan yang berasal dari perairan yang
tercemar.
Ikan yang diolah harus bersih, segar, bebas dari setiap bau yang menandakan
pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi, bebas dari sifat – sifat alamiah
dari penggunaan wadah, alat pengolahan yang kotor mengandung mikroba dalam
jumlah yang tinggi. Perlakuan sanitasi terhadap wadah dan alat tersebut harus
· Mudah dibersihkan.
· Harus dicuci sebelum dan sesudah digunakan dan alat harus dalam kondisi
Semua permukaan tempat atau meja kerja, wadah dan alat yang
digunakan untuk mengolah ikan haruslah halus, kedap air, terbuat dari bahan
karena merupakan hal yang penting dalam industri pengolahan ikan. Karyawan
yang bekerja di unit pengolahan ikan harus dilengkapi dengan pakaian kerja, topi
atau penutup kepala, sarung tangan, water proof apron, sepatu. Pakaian kerja
tidak boleh dipakai diluar ruang pengolahan, seperti di toilet dan lain – lain.
Karyawan yang bekerja di unit pengolahan tidak boleh memelihara kuku. Selain
B. Metode Pelaksanaan PL
ikan
C. Metode Analisis Data
- Kecamatan
- Sejarah berdirinya
- Struktur organisasi
- Jumlah karyawan
- Sistem Gaji
2. Sistem Pengawasan
- Sanitasi karyawan
- Penyiapan media
DAFTAR PUSTAKA