NJ Iik
NJ Iik
HERNIA
Pembimbing : Rosmina Situngkir, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.kes
DISUSUN
OLEH:
PREDISPOSI PRESIPITAS
I
HERNIA
T&G: Adanya benjolan tetap
dan yg dapat hilang & timbul ,
jika tidak ditangani dapat
Hernia Hernia menyebabkan nyeri, mual &
Hernia Perubahan status
Ireponiebel Strangulate muntah Reponiebel kesehatan
Pemeriksaan Penunjang
Tidak bisa di Reposisi, Pe isi abdomen 1. Pemeriksaan fisik Kurang terpapar
nyeri, dan ada (usus) memasuki 2. USG informasi
komplikasi kantong hernia 3. CT-SCAN Dapat dimasukan kesehatan
4. MRI kembali, tidak
nyeri & tidak ada
Pe tekanan komplikasi
DEFISIT PENGETAHUAN
b/d kurang informasi
Kehilangan cairan
T&G: Terus bertanya, berlebih
Gelisah
Luka insisi Kurang menjaga
Ketakutan/susah untuk
kebersihan luka T&G: Hipotensi,
bergerak
Takikardi
Efek anastesi
menghilang Terkontaminasi ANSIETAS b/d Ancaman
bakteri Terhadap Konsep Diri
GANGGUAN MOBILITAS SLKI : Tingkat kecemasan RESIKO SYOK dengan
FISIK b/d nyeri Pelepasan mediator SIKI : - Reduksi Ansietas faktor resiko Kekurangan
nyeri Sistem kekebalan - Persiapan Pembedahan Volume Cairan
SLKI : Mobilitas Fisik menurun
SLKI: Tingkat Syok
SIKI : - Dukungan Mobilisasi SIKI : - Manajemen pendarahan
Impuls ke SSP
- Pengeturan posisi Tidak mampu - Pemantauan Cairan
melawan infeksi
Diterima Otak
RESIKO INFEKSI
dengan factor resiko Efek
Persepsi nyeri Prosedur Invasif
SLKI: Kontrol Risiko
NYERI AKUT SIKI : - Perawatan luka Insisi
b/d Agen Cedera Fisik - Pencegahan infeksi
SLKI : Tingkat nyeri
SIKI : - Manajemen nyeri
- Pemberian analgesic
B. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di
reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal). Reposisi ini tidak
dilakukan pada hernia stranggulata, pemakaian bantalan penyangga hanya
bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini
tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam.
2. Operatif
Tindakan operatif yaitu dengan jalan operasi. Cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan. Untuk mengembalikan lagi organ dan
menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi.
a. Herniotomy
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya, kantong di buka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi. kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin lalu di potong. Menurut Oswari penatalaksanaan
hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang
hernianya.
b. Herniorraphy
c. Herniorraphy merupakan tindakan yang hampir serupa dengan
Herniotomi namun akan dilakukan penjahitan pada area keluarnya
hernia untuk memperkuat dinding perut.
d. Hernioplasty
e. Tindakan Hernioplasty dilakukan ketika lubang tempat keluarnya
hernia cukup besar. Kemudian jaring sintetis (mesh) digunakan
untuk menutup dan memperkuat lubang tersebut sehingga hernia
tidak kambuh kembali.
f. Laparoskopi
g. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal pre-peritoneal
(TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan
peritoneum. Sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum
peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah
bisa cidera selama operasi (Sjamsuhidajat R, 2011).
3. Manajemen Keperawatan
Pre-Operasi
a. Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (Hernia
Femoralis)
b. Lakukan pengkajian nyeri, kecemasan, adanya tanda-tanda resiko
infeksi
c. Bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secaramanual,
anjurkan menggu nakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai instruksi
dokter
d. Hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal
seperti batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan
anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
Post-Operasi
a. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
b. Berikan tindakan kenyamanan
c. Dukungan keluarga.
Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari hal-hal yang
memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan pemberian analgesik
pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep dokter,
hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga balutan
luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balutan seteril setiap hari
pada hari ketiga setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukung seperti
konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan yang
adekuat (Amin & Kusuma, 2015 ).
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring.
2) Hernia inguinal
Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3) Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
4) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
5) Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
6) Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
b. Palpasi
1) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis
medialis.
2) Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia
inguinalis lateralis.
3) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di
medialnya hernia inguinalis medialis.
4) Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan
sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis
dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan
lateral tuberkulum pubikum.
5) Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
6) Hernia inkarserata : nyeri tekan.
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
1) Thumb test
1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan
penderita disuruh mengejan
2. Bila keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis medialis.
3. Bila tidak keluar benjolan
berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
2) Finger test
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari
Hernia Inguinnalis Medialis.
3) Zremant test
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan
masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan
kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan
pada:
- jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
2. USG
Untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan panggul
3. CT-Scan
Untuk memeriksa organ-organ bagian dalam perut
4. MRI
Untuk mendeteksi adanya robekan pada otot perut,meskipun tidak terlihat
tonjolan.
D. KOMPLIKASI
Komplikasi pada hernia yang tidak diperbaiki adalah:
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia ireponibilis). Pada keadaan ini belum
ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus berakibat mual dan muntah. Jika hernia
membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. Hernia tidak dapat direposisi.
Keadaan ini disebut hernia incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia strangulata.
4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
5. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
6. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
7. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
8. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Biologis (D.0077)
2. Konstipasi b/d Penurunan Motilitas Gastrointestinal (D0049)
3. Defisit Nutrisi b/d Faktor Psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan)
(D.00019)
4. Defisit Pengetahan b/d Kurang Terpapar Informasi (D.0111)
Post-op
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Fisik (D.0077)
2. Resiko Infeksi Dengan Factor Resiko Efek Prosedur Invasif (D.0142)
3. Resiko Syok Dengan Faktor Resiko Kekurangan Volume Cairan (D.0039)
4. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri (D.0054)
5. Ansietas b/d Ancaman Terhadap Konsep Diri (D.0080)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre - Op
3. Resiko Syok Dengan Setelah dilakukan perawatan selama .... x Manajemen Perdarahan (I.02040)
Faktor Resiko 24 jam diharapkan Tingkat Syok Periksa adanya darah pada muntah, sputum, feses, urine,
menurun (L.03032) pengeluaran NGT, dan drainase luka, jika perlu
Kekurangan
Kekuatan nadi dipertahankan pada Monitor intake dan output cairan
Volume Cairan skala 4 cukup meningkat ditingkatkan Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan
(D.0039) pada skala 5 meningkat setelah kahilangan darah
Tingkat kesadaran dipertahankan pada Pertahankan akses IV
skala 4 sedang ditingkatkan pada skala Anjurkan melapor jika menemukan tanad-tanda
5 meningkat perdarahan
Pemantauan Cairan (I.03121)
Indentifikasi tanda-tanda hipovolemi (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Dokumentasikan hasil pemantauan, jika perlu
4. Ganggu Setelah dilakukan perawatan selama .... x Dukungan Mobilisasi (I.05173)
an 24 jam diharapkan Mobilitas Fisik Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Mo Meningkat (L.05042) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
bilit Nyeri dapat dipertahankan pada skala Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
as 3 sedang ditingkatkan pada skala 4 pagar tempat tidur)
cukup menurun Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
Fisi
Gerakan terbatas dapat dipertahankan meningktakan pergerakan
k
pada skala 3 sedang ditingkatkan ke Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
b/d skala 4 cukup menurun. (mis. Duduk di tempat tidur, atau duduk disisi tempat
Nye
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
ri
(D.0
054)
5. Ansieta Setelah dilakukan perawatan selama .... x Reduksi Ansietas (I.09134)
s 24 jam diharapkan Tingkat Kecemasan Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
b/d Menurun (L.09093) Dengarkan dengan penuh perhatian
Anc Verbalisasi khawatir akibat kondisi Pahami situasi yang membuat ansietas
ama yang dihadapi dipertahankan pada Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
skala 4 cukup menurun ditingkatkan pengobatan, dan prognosis
n
ke skala 5 menurun Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Ter
Perilaku gelisah dan tegang dapat Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
had dipertahankan pada skala 4 cukup Latih teknik relaksasi
ap menurun ditingkatkan ke skala 5
Kon menurun
sep
Diri
(D.0
080)
Daftar Pustaka
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medisdan Nanda NIC-NOC. Mediaction Publishing
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika
Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta: EGC
Seorang pria berumur 50 tahun dibawa oleh keluarga ke rumah sakit dengan
keluhan benjolan di lipatan paha kiri sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu.
Awalnya terasa benjolan muncul seperti kelereng dan lama-lama semakin
membesar. Awalnya benjolan keluar jika pasien beraktivitas dan masuk kembali
jika beristirahat atau berbaring namun sudah sekitar sebulan yang lalu benjolan
tidak dapat masuk lagi dan terasa nyeri. Pasien beberapa kali memeriksakan
kondisinya pada tempat pelayanan kesehatan dan dokter menyarankan untuk di
operasi namun pasien menolak dan minta untuk diberikan obat pereda nyeri.
Hingga malam sebelum dibawa ke rumah sakit pasien mengeluh kesakitan yang
luar biasa pada benjolan. Pasien adalah seorang buruh pabrik yang sering
mengangkat beban dan terpapar debu yang membuat pasien batuk-batuk. TTV:
TD: 120/80, N: 92 x/menit, S: 37,5 0C, P: 20 x/menit. Pemeriksaan fisik
didapatkan hasil benjolan sebesar telur puyuh di daerah inguinalis sinistra
diameter ± 3 cm, benjolan berbentuk lonjong dengan konsistensi kenyal dan nyeri
saat ditekan. Hasil pemeriksaan Finger Test Benjolan teraba dengan ujung jari.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris
Jl. MAIPA NO.19
MAKASSAR
KAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Tn. A
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 2 (dua) orang
Agama/ suku : Katolik / Toraja
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat rumah : Jln. Kenari No.2
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. M
Umur : 47 Tahun
Alamat : Jln. Kenari No.2
Hubungan dengan pasien : Istri
Keterangan :
: Laki-laki : laki-laki meninggal : Pasien
: Perempuan : perempuan meninggal : Tinggal serumah
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB minimal 1 kali sehari,
pasien sering mengedan saat BAB karena konsistensi padat dan keras, dan sejak
sebulan yang lalu pasien merasa nyeri saat BAK dengan frekuensi kurang lebih 5
kali sehari.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga mengatakan pasien tidak mampu kekamar mandi untuk BAB dan BAK
karena nyeri ketika berjalan sehingga pasien hanya BAB di pempers dan BAK
menggunakan kateter urine.
3. Observasi :
Tampak terpasang kateter urine dan pempers, urine sebanyak ± 300cc berwarna
kuning pucat.
4. Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 12x/menit
b) Palpasi kandung kemih : Penuh √ Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif √ Negatif
d) Mulut uretra : Tidak dikaji
e) Anus : Tidak dikaji
Inspeksi:
Bentuk thorax : Tampak simetris kiri dan kanan
Retraksi interkostal : Tampak tidak ada
Sianosis : Tampak tidak ada
Stridor : Tidak terdengar
Palpasi :
Vocal premitus : Teraba sama di semua area
Krepitasi : Tidak terdengar
Perkusi :
√ Sonor Redup Pekak
Auskultasi :
Suara napas : Broncho-vesicular
Suara ucapan : Terdengar sama kiri dan kanan
Suara tambahan: Tidak terdengar
Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis : Tidak terlihat
Palpasi :
Ictus cordis : Teraba di ICS 5 midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas bawah jantung : ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Batas kanan jantung : ICS 2 line sternalis dekstra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea aksilaris anterior sinistra
Auskultasi :
Bunyi jantung II A : Tunggal ICS 2 linea sternalis dekstra
Bunyi jantung II P : Tunggal ICS 2 dan 3 linea sternalis sinistra
Bunyi jantung I T : Tunggal ICS 4 linea sternalis sinistra
Bunyi jantung I M : Tunggal ICS 5 misclavicularis sinistra
Bunyi jantung III irama gallop : Tidak ada
Murmur : Tidak ada
Bruit : Aorta : Tidak dikaji
A. Renalis : Tidak dikaji
A. Femoralis : Tidak dikaji
h) Lengan dan tungkai
Atrofi otot : Positif √ Negatif
Rentang gerak : Hambatan pergerakan karena adanya nyeri
Kaku sendi : Tidak ada
Nyeri sendi : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Parese : Hemiparese sinistra
Paralisis : Tidak ada
Uji kekuatan otot
Kanan Kiri
Tangan 5 5
Kaki 5 4
Keterangan :
Nilai 5 : kekuatan penuh
Nilai 4 : kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : mampu menahan tegak tapi tidak mampu melawan tekanan
Nilai 2 : mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan sentuhan akan
jatuh
Nilai 1 : tampak kontraksi otot, ada sedikit gerakan
Nilai 0 : tidak ada kontraksi otot, tidak mampu bergerak
Refleks fisiologi : Trisep (+ /-) Bicep (+ /-) achiles(+/-)
Refleks patologi :
Babinski, Kiri : Positif √ Negatif
Kanan : Positif √ Negatif
Clubing jari-jari : Tampak tidak ada
Varises tungkai : Tampak tidak ada
i) Columna vetebralis:
Inspeksi : Lordosis Kiposis Skoliosis
Palpasi : Tidak ada nyeri
Kaku kuduk : Tampak tidak ada
( )
ANALISA DATA
N
O DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Agen Cedera Fisik Nyeri Akut
DO :
- Pengkajian nyeri:
P: Post-op Hernia
Q: seperti tertusuk-tusuk
S: skala 7
- TTV
TD: 120/80
N: 92 x/menit
S: 37,5 0C
P: 20 x/menit
2. DS : Nyeri Gangguan
Mobilitas Fisik
- Keluarga mengatakan pasien hanya bisa
berbaring dan tidak bisa melakukan aktifitas
karena nyeri pada area operasi
- Keluarga mengatakan dalam bemenuhi
kebutuhan dan aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga
- Keluarga mengatakan pasien hanya bisa
berbaring dengan posisi yang sama dan selalu
menghindari pergerakkan yang menyebabkan
nyeri
DO :
TD: 120/80
N: 92 x/menit
S: 37,5 0C
P: 20 x/menit
N: 92 x/menit
S: 37,5 0C
P: 20 x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
.
1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Fisik (D.0077)
Factor Resiko Efek selama .... x 24 jam diharapkan Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Prosedur Invasif Kontrol Risiko meningkat (L.14128) sistemik
(D.0142) Kamampuan mengidentifikasi faktor Batasi jumlah pengunjung
risiko dipertahankan pada skala 3 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
sedang ditingkatkan pada skala 5 pasien dan lingkungan
meningkat. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kemampuan melakukan strategi Perawatan Luka (I.14564)
control risiko dipertahankan pada Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
skala 3 sedang ditingkatkan pada nontoksik, sesuai kebutuhan
skala 5 meningkat. Pertahankan teknik steril saat melakukan
Kemampuan menghindari faktor perawatan luka
risiko dipertahankan pada skala 3 Bersihkan jaringan nekrotik
sedang ditingkatkan pada skala 5 Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
meningkat
3. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan perawatan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Fisik b/d Nyeri (D.0054) selama .... x 24 jam diharapkan Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Mobilitas Fisik Meningkat (L.05042) Monitor kondisi umum selama melakukan
Nyeri dapat dipertahankan pada mobilisasi
skala 3 sedang ditingkatkan pada Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
skala 4 cukup menurun (mis. pagar tempat tidur)
Gerakan terbatas dapat Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
dipertahankan pada skala 3 sedang meningktakan pergerakan
ditingkatkan ke skala 4 cukup Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
menurun. dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur, atau
duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)
EVALUASI KEPERAWATAN
September 2020 Dx.I Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
S:
- Keluarga pasien mengatakan pasien sering meringis kesakitan saat bergerak. Nyeri mulai mereda jika
malukakan relaksasi napas dalam
- Pasien mengatakan nyeri pada area operasi sedikit berkurang, nyeri memberat jika banyak bergerak
O:
- Tampak pasien meringis kesakitan saat bergerak
- Pengkajian nyeri
P: Post-OP Hernia
Q:Seperti tertusuk-tusuk
R:Diarea luka dan sekitarnya
S:Skala 3
T:Saat bergerak/Luka tertekan
A:
Nyeri akut teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi:
- Monitor tanda-tanda vital
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat