Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Autisme atau ASD (Autism Spectrum Disorder) adalah gangguan atau keterlambatan
perkembangan fungsi otak yang berpengaruh pada interaksi sosial dan keahlian
berkomunikasi. Gangguan spektrum Autisme merupakan salah satu jenis anak
berkebutuhan khusus karena adanya keabnormalan neurobiologis yang dibawa sejak lahir.
Keabnornalan terjadi karena adanya hambatan pada fungsi syaraf otak yang berhubungan
dengan fungsi komunikasi, motorik sosial dan perhatian(Martiani, Herini, & Purba, 2012)

Prevalensi kejadian autisme menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Dari


artikel yang diterbitkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia yang di publikasikan pada 02 April 2018, hingga sebelum tahun
2000, prevalensi autisme 2-5 per 1000 kelahiran, 1-2 per 1000 penduduk dunia. Menurut
data dari ASA (Autism Society Of America) pada tahun 2000 terdapat 60 kasus dari setiap
10.000 kelahiran dengan perbandingan 1 : 250 penduduk. Sedangkan menurut data dari
cdc ( centers for disease control and preventian, USA) pada tahun 2012 data
menunjukkan bahwa 1:88 anak menyandang autisme, di tahun 2014 mengalami
peningkatan sebesar 30% atau 1:68 anak di Amerika Serikat menyandang autisme(Berawi
& Puspitha, 2016).

Menurut artikel dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Republik Indonesia yang di publikasikan pada 02 April 2018, merujuk pada Incidence
dan Prevalence ASD (Autism Spectrum Disorder), terdapat 2 kasus baru per 1000
penduduk per tahun. Sedangkan penduduk indonesia yaitu 237,5 juta dengan laju
pertumbuhan penduduk 1,14% (BPS,2010). Maka diperkirakan penyandang ASD di
Indonesia yaitu 2,4 juta orang dengan penambahan penyandang baru 500 orang per
tahun(KPPPA, 2018). Sementara di Magelang belum ada data yang akurat karena belum
ada pusat registrasi resmi untuk kejadian autisme.

Diet adalah jumlah nutrisi yang dikonsumsi atau dimasukkan kedalam tubuh suatu
organisme. Pemahaman masyarakat selama ini kata diet selalu dikaitkan dengan
penurunan berat badan atau upaya mengurangi asupan nutrisi tertentu.
Diet berperan dalam berbagai fungsi tubuh terutama dalam menyediakan suplai energi
untuk aktifitas tubuh, salah satu intervensi yang dapat diterapkan pada anak dengan
autisme adalah dengan penerapan diet bebas gluten dan bebas kasein(Oktarina & Suryani,
2014).

Diet bebas gluten dan bebas kasein adalah upaya pembatasan konsumsi makanan
yang mengandung gluten dan kasein. Penerapan diet ini dianggap dapat meringankan
kondisi anak autis. Gluten adalah protein (prolamin) yang terdapat pada beberapa jenis
gandum-ganduman terutama wheats, rye, oat, dan barley. Sementara kasein adalah fosfo-
protein yang tedapat pada susu dan produk olahannya(Kurnia & Muniroh, n.d.).

Gluten dan kasein pada anak autis tidak diperbolehkan karena kedua senyawa tersebut
dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas usus (leaky gut), sehingga memungkinkan
peptide dari kasein dan gluten yang tidak tercerna keluar dari dinding usus masuk ke
aliran darah. Terapi diet bebas gluten dan kasein sudah banyak diterapkan pada anak
autis. Bebrapa penelitian menunjukkan pemberian diet bebas gluten dan bebas kasein
memberikan respon terhadap perubahan perilaku. Namun, berat ringannya perilaku
gangguan perilaku pada anak autis juga dipengaruhi ada tidaknya terapi perilaku, terapi
obat dan diet bebas gluten bebas kasein sebelumnya(Berawi & Puspitha, 2016).

Salah satu faktor yang memengaruhi status gizi anak autis adalah pengetahuan ibu
tentang penanganan yang tepat bagi anak autis terutama dalam hal pengaturan pola makan
dan makanan yang dikonsumsi(Seung et al., 2007). Peran ibu sangat dominan dan dapat
dikatakan salahsatu kunci sukses dalam keberhasilan terapi diet bebas gluten bebas
kasein. Pengetahuan dan pemahaman ibu terhadap terapi diet untuk anak autis akan
sangat membantu dalam menjalankan peran ibu sehari-hari dan tetap dapat
mempertahankan status gizi anak autis.

B. Permasalahan
a. Rumusan Masalah
- Pada anak dengan gangguan spektrum autisme apakah ada pengaruh pemberian
diet bebas gluten dan kasein terhadap perubahan perilaku pemenuhan gizi anak?
b. Tujuan

1. Tujuan umum :
- Mengetahui pengaruh pemberian diet bebas gluten kasein dan status gizi pada
anak autis
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui pengaruh pemberian diet bebas gluten dan kasein dengan
status gizi pada anak autis.
b. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi
pada anak autis.

BAB II

LITERATURE REVIEW
BAB III

PRAKTIK EVIDENCE BASED NURSING

A. Rencana Penerapan

B. Kemungkinan Hambatan dan Pemecahan Masalah


C. Hasil yang diharapkan

Anda mungkin juga menyukai