PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Autisme atau ASD (Autism Spectrum Disorder) adalah gangguan atau keterlambatan
perkembangan fungsi otak yang berpengaruh pada interaksi sosial dan keahlian
berkomunikasi. Gangguan spektrum Autisme merupakan salah satu jenis anak
berkebutuhan khusus karena adanya keabnormalan neurobiologis yang dibawa sejak lahir.
Keabnornalan terjadi karena adanya hambatan pada fungsi syaraf otak yang berhubungan
dengan fungsi komunikasi, motorik sosial dan perhatian(Martiani, Herini, & Purba, 2012)
Diet adalah jumlah nutrisi yang dikonsumsi atau dimasukkan kedalam tubuh suatu
organisme. Pemahaman masyarakat selama ini kata diet selalu dikaitkan dengan
penurunan berat badan atau upaya mengurangi asupan nutrisi tertentu.
Diet berperan dalam berbagai fungsi tubuh terutama dalam menyediakan suplai energi
untuk aktifitas tubuh, salah satu intervensi yang dapat diterapkan pada anak dengan
autisme adalah dengan penerapan diet bebas gluten dan bebas kasein(Oktarina & Suryani,
2014).
Diet bebas gluten dan bebas kasein adalah upaya pembatasan konsumsi makanan
yang mengandung gluten dan kasein. Penerapan diet ini dianggap dapat meringankan
kondisi anak autis. Gluten adalah protein (prolamin) yang terdapat pada beberapa jenis
gandum-ganduman terutama wheats, rye, oat, dan barley. Sementara kasein adalah fosfo-
protein yang tedapat pada susu dan produk olahannya(Kurnia & Muniroh, n.d.).
Gluten dan kasein pada anak autis tidak diperbolehkan karena kedua senyawa tersebut
dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas usus (leaky gut), sehingga memungkinkan
peptide dari kasein dan gluten yang tidak tercerna keluar dari dinding usus masuk ke
aliran darah. Terapi diet bebas gluten dan kasein sudah banyak diterapkan pada anak
autis. Bebrapa penelitian menunjukkan pemberian diet bebas gluten dan bebas kasein
memberikan respon terhadap perubahan perilaku. Namun, berat ringannya perilaku
gangguan perilaku pada anak autis juga dipengaruhi ada tidaknya terapi perilaku, terapi
obat dan diet bebas gluten bebas kasein sebelumnya(Berawi & Puspitha, 2016).
Salah satu faktor yang memengaruhi status gizi anak autis adalah pengetahuan ibu
tentang penanganan yang tepat bagi anak autis terutama dalam hal pengaturan pola makan
dan makanan yang dikonsumsi(Seung et al., 2007). Peran ibu sangat dominan dan dapat
dikatakan salahsatu kunci sukses dalam keberhasilan terapi diet bebas gluten bebas
kasein. Pengetahuan dan pemahaman ibu terhadap terapi diet untuk anak autis akan
sangat membantu dalam menjalankan peran ibu sehari-hari dan tetap dapat
mempertahankan status gizi anak autis.
B. Permasalahan
a. Rumusan Masalah
- Pada anak dengan gangguan spektrum autisme apakah ada pengaruh pemberian
diet bebas gluten dan kasein terhadap perubahan perilaku pemenuhan gizi anak?
b. Tujuan
1. Tujuan umum :
- Mengetahui pengaruh pemberian diet bebas gluten kasein dan status gizi pada
anak autis
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui pengaruh pemberian diet bebas gluten dan kasein dengan
status gizi pada anak autis.
b. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi
pada anak autis.
BAB II
LITERATURE REVIEW
BAB III
A. Rencana Penerapan