Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FOOD DIETARY CULINARY

“ DIET RENDAH GLUTEN”

Disusun oleh :

NAMA : LISA ANDRIANI AHIRMAN

NIM : P00313018021

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

KAMPUS JURUSAN GIZI

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah tentang “ DIET RENDAH GLUTEN”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi

dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun dari rekan -rekan sangat dibutuhkan untuk

penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. definisi diet rendah gluten
B. manfaat diet rendah gluten
C. sumber makanan diet rendah gluten
D. hubungan antara diet rendah gluten dan penyakit autis
E. tujuan diet rendah gluten
F. bahan makanan yang dianjurkan dan tidak
G. syarat dan prinsip diet rendah gluten
H. perhitungan kebutuhan gizi
I. menu sehari
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak-anak merupakan generasi penerus dan harapan bangsa.


Pembentukan dan perkembangan anak-anak untuk menjadi generasi penerus
berkualitas tinggi, baik fisik maupun mental, tentunya menjadi tanggung jawab
kita bersama. Namun, saat ini pertumbuhan dan perkembangan anak-anak banyak
mengalami gangguan, tidak hanya masalah kesehatan tetapi juga gangguan psikis.
Salah satu gangguan kesehatan pada anak-anak yang patut mendapat perhatian
khusus yaitu gangguan perkembangan, yang dikenal dengan istilah autisme
(Hembing, 2003).
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang sangat
kompleks yang secara klinis ditandai oleh adanya tiga gejala utama berupa
kualitas yang kurang: (1) dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, (2)
kemampuan komunikasi timbal balik dan minat yang terbatas, serta (3) perilaku
yang disertai gerakan berulang tanpa tujuan (sterotip), dan adanya respon yang
tidak wajar terhadap pengalaman sensorisnya. Ketiga gejala utama ini yang
membedakan antara anak autis dengan anak-anak yang lainnya, sekaligus yang
mengakibatkan mereka mengalami hambatan dalam perilaku adaptifnya
(Soendari, 2010).
Autisme adalah gangguan perkembangan otak pada anak yang berakibat
tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan
keinginannya, sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu (Sastra,
2011:133). Sampai saat ini penyebab autis yaitu faktor lingkungan yng
terkontaminasi oleh zat-zat beracun, pangan, gizi, dan akibat raksenasi (Winarno,
2011:17). Diet bebas gluten dan kasein adalah salah satu bentuk terapi yang
bertujuan untuk memperbaiki metabolisme tubuh dengan asupan tertentu yang
dikonsumsi anak (Sunu, 2012).
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks
menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi (Rahmayanti,
2008). Adanya gangguan pada setiap tahap awal menyebabkan hambatan pada
tahap selanjutnya, sehingga deteksi dini, monitor dan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya intervensi dini merupakan upaya penting untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan (Tiel,2006).
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang sangat

4
kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Kondisi ini
menyebabkan mereka tidak mampu berkomunikasi maupun mengekspresikan
keinginannya, sehingga mengakibatkan terganggunya perilaku dan hubungan
dengan orang lain. Prevalensi anak autis beberapa tahun terakhir ini mengalami
kenaikan yang signifikan. Autisme dapat terjadi pada seluruh anak dari berbagai
tingkat sosial dan kultur. Hasil survey yang diambil dari beberapa negara
menunjukkan bahwa 2-4 anak per 10.000 anak berpeluang menyandang autisme
dengan rasio 3:1 untuk anak laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, anak laki-
laki lebih rentan menyandang autisme dibandingkan anak perempuan
(Wijayakusuma,2004).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi diet rendah gluten.
2. Untuk mengetahui manfaat diet rendah gluten .
3. Untuk mengetahui sumber makanan diet rendah gluten
4. Untuk mengetahui hubungan antara diet rendah gluten dengan penyakit autis.
5. Untuk mengetahui tujuan diet rendah gluten.
6. Untuk mengetahui syarat diet rendah gluten.
7. Untuk mengetahui perhitungan kebutuhan gizi kasus penyakit autism.
8. Untuk mengetahui menu sehari

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DIET RENDAH GLUTEN

Gluten adalah suatu istilah yang merujuk pada berbagai macam protein, yang
disebut sebagai prolamin. Gluten umumnya ditemukan pada jelai (barley), gandum,
dan gandum hitam (rye). Biasanya, protein utama gluten adalah glutenin dan gliadin.
Menurut Winarno (2013), gluten adalah protein yang tidak larut dalam air.
Gluten merupakan protein dari produk pangan nabati biji-bijian yang termasuk
Monocotyledone. Gluten terdapat pada biji gandum, malt (kecambah biji-bijian yang
dikeringkan), oat (havermut), barley (kelompok biji-bijian), rye (kelompok tamanan
sereal). Senyawa gluten memberi sifat fungsional pada produk yang bersifat elastis
dan menyebabkan sifat mekar atau mengembang.
Pola makan pada anak terutama anak autis harus mengandung jumlah zat
gizi,terutama karbohidrat, protein dan kalsium yang tinggi guna memenuhi kebutuhan
selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Para ahli sepakat penyandang autis
sebaiknya berdiet gluten dan casein yang dikenal diet GFCF (gluten free dan Casein
free). Selain diyakini dapat memperbaiki gangguan pencernaan, juga bisa mengurangi
gejala atau tingkah laku autis anak. Meski sama-sama keluarga protein, gluten dan
kasein berbeda. Gluten adalah protein yang berasal dari keluarga gandum-ganduman,
semisal terigu, wheat, oat, dan barley, sementara kasein berasal dari susu sapi. Yang
jelas, kedua jenis protein ini sulit dicerna (Seroussi, 2004).
Penderita autis harus menjauhi hasil-hasil olahan yang berbahan dasar kedua
protein ini. Hasil olahan yang mengandung gluten adalah semua yang berasal dari
tepung terigu, seperti macaroni, spageti, mi, ragi, juga bahan pengembang kue danroti.
Selain itu, sereal atau snack crackers juga umumnya terbuat dari gandum- ganduman.
Sedangkan produk olahan yang mengandung kasein, selain susu sapi segar maupun
susu bubuk, adalah mentega, keju, yoghurt, coklat dan es krim. Bagi penyandang
autis yang mengalami gangguan pencernaan, mengkonsumsi gluten dan kasein bisa
membuat mereka tambah menderita. (Kurniasih, dkk, 2002).
Diet kedua protein ini memang amat disarankan. Dengan catatan,
asupan gluten dan kasein tidak dihentikan sama sekali. Sebab, ibarat pecandu
narkoba, jika mendadak dihentikan konsumsi narkobanya, bisa mengalami kondisi

6
sakaw atau ketagihan. Pada anak autis, jika kedua protein ini tiba-tiba dihentikan,
justru bisa memperburuk kondisi anak. Kontak mata yang sudah tercipta, misalnya,
akan hilang lagi. Bahkan kadang ia memukuli kepalanya sendiri dan hiperaktif.
Baru setelah 2-3 minggu, kondisi anak akan membaik kembali. (Kurniasih, dkk.,
2002). Oleh sebab itu, penyetopan asupan gluten dan kasein dari menu makanan
anak sebaiknya dihentikan secara bertahap. Kalau perlu, makanan yang baru itu
dicampur bersama-sama dengan gluten dan kasein. Selain untuk menghindari kondisi
sakaw pada anak, ia pun akan terbiasa dengan rasa makanan yang baru tadi. Orang
tua misalnya, dapat mencampur susu kedelai yang aman dengan Susu.sapi, sambil
mengurangi porsi susu sapinya. (Kurniasih, dkk, 2002).

B. MANFAAT GLUTEN
Gluten berperan sebagai lem yang membantu menjaga makanan tetap
menempel dan menjaga bentuk makanan. Ada dua jenis utama protein pada gluten,
yaitu glutenin dan gliadin. Saat kita mencampur tepung dengan air, protein gluten
membentuk jaringan lengket yang memiliki tekstur seperti lem.
Makanan bebas gluten telah menjadi tren dan ada banyak perdebatan
mengenai manfaat kesehatan dan risiko menerapkan diet gluten free. Gluten hadir di
hampir semua makanan mulai dari roti dan sereal hingga makanan ringan, minuman,
dan bahkan saus. Tadi sudah disebutkan kalau diet gluten free memang diperlukan
untuk orang yang intoleransi terhadap gluten. Selain itu, diet gluten free ternyata
memiliki manfaat untuk kesehatan. Berikut adalah beberapa manfaatnya!
1. Meningkatkan Energi
Orang yang memiliki sensitivitas gluten sering mengalami kelelahan
kronis. Ini karena mengonsumsi produk gluten merusak usus yang pada
gilirannya mengganggu penyerapan beberapa nutrisi termasuk zat
besi. Kekurangan zat besi ini menyebabkan anemia yang menyebabkan
kelelahan yang melemahkan dan intoleransi aktivitas. Beralih ke diet
bebas gluten akan memberi kesempatan usus untuk sembuh dan ini akan
memulihkan penyerapan nutrisi dan meningkatkan tingkat energi.
2. Berat Badan Sehat
Gejala penyakit celiac dan intoleransi gluten adalah diare, kembung, gas,
dan kelelahan. Hal ini menyebabkan kekurangan nutrisi dan dalam
banyak kasus, penurunan berat badan yang parah dan tidak terkontrol.
Diet bebas gluten akan membantu mendapatkan kembali berat badan yang

7
hilang serta nutrisi.
3. Menghilangkan Kembung
Jika kamu mengidap penyakit celiac atau intoleransi gluten, kamu
cenderung mengalami gas berlebih dan kembung setelah mengonsumsi
makanan yang mengandung gluten. Beralih ke diet bebas gluten, kamu
akan melihat perbedaan langsung karena gangguan pencernaan yang
kamu alami telah hilang dan perut lebih rata.
4. Mengurangi Nyeri Sendi

Penyakit seliaka dan intoleransi gluten umumnya dikaitkan dengan saluran


pencernaan, tetapi efeknya dapat menjangkau lebih kompleks. Penyakit
celiac menyebabkan reaksi kekebalan yang tidak normal, hal itu
meningkatkan risiko peradangan.

5. Mengurangi Frekuensi Sakit Kepala

Usus dan otak berhubungan erat. Orang dengan intoleransi gluten dan
penyakit celiac lebih mungkin mengalami sakit kepala migrain. Namun,
penelitian menunjukkan bahwa beralih ke diet bebas gluten dapat
membantu mengurangi frekuensi sakit kepala ini.

6. Mengurangi Depresi

Orang dengan penyakit celiac lebih mungkin mengalami depresi. Namun,


peneliti menemukan bahwa mengikuti diet bebas gluten memiliki efek
menguntungkan pada gejala depresi dan dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup seseorang.

7. Mengurangi Toleransi Laktosa

Orang yang mengidap penyakit celiac atau intoleransi gluten sering juga
menunjukkan gejala intoleransi laktosa. Ini karena lapisan usus
menghasilkan enzim laktase yang memecah laktosa yang ditemukan dalam
produk susu. Orang dengan intoleransi gluten mengalami kerusakan pada
usus yang mengganggu produksi laktase. Namun, efek ini bersifat
sementara, dan diet bebas gluten akan meningkatkan kesehatan usus dan
mengurangi atau bahkan menghilangkan gejala intoleransi laktosa.

8. Meningkatkan Kesehatan Tulang

8
Orang dengan penyakit celiac yang tidak terdiagnosis sering mengalami
kekurangan kalsium yang parah karena malabsorbsi nutrisi. Malabsorbsi
kalsium ini terkait dengan peningkatan risiko masalah tulang seperti
osteoporosis dan osteopenia. Mengikuti diet bebas gluten akan membawa
pada perubahan signifikan terkait kekurangan kalsium.

C. SUMBER GLUTEN
Makanan yang kaya akan gluten meliputi:
- Gandum
- Spelt
- Gandum hitam
- Jelai
- Roti
- Pasta
- Cereal
- Bir
- Kue, cookies dan pastry

D. PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN GLUTEN


Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang sangat
kompleks yang secara klinis ditandai oleh adanya tiga gejala utama berupa
kualitas yang kurang: (1) dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, (2)
kemampuan komunikasi timbal balik dan minat yang terbatas, serta (3) perilaku
yang disertai gerakan berulang tanpa tujuan (sterotip), dan adanya respon yang
tidak wajar terhadap pengalaman sensorisnya. Ketiga gejala utama ini yang
membedakan antara anak autis dengan anak-anak yang lainnya, sekaligus yang
mengakibatkan mereka mengalami hambatan dalam perilaku adaptifnya
(Soendari, 2010).
Autisme adalah gangguan perkembangan otak pada anak yang berakibat
tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan
keinginannya, sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu (Sastra,

9
2011:133). Sampai saat ini penyebab autis yaitu faktor lingkungan yng
terkontaminasi oleh zat-zat beracun, pangan, gizi, dan akibat raksenasi
(Winarno, 2011:17). Diet bebas gluten dan kasein adalah salah satu bentuk
terapi yang bertujuan untuk memperbaiki metabolisme tubuh dengan asupan
tertentu yang dikonsumsi anak (Sunu, 2012).
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks
menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi (Rahmayanti,
2008). Adanya gangguan pada setiap tahap awal menyebabkan hambatan pada
tahap selanjutnya, sehingga deteksi dini, monitor dan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan selanjutnya intervensi dini merupakan upaya penting untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan (Tiel,2006).
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang sangat
kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Kondisi ini
menyebabkan mereka tidak mampu berkomunikasi maupun mengekspresikan
keinginannya, sehingga mengakibatkan terganggunya perilaku dan hubungan
dengan orang lain. Prevalensi anak autis beberapa tahun terakhir ini mengalami
kenaikan yang signifikan. Autisme dapat terjadi pada seluruh anak dari berbagai
tingkat sosial dan kultur. Hasil survey yang diambil dari beberapa negara
menunjukkan bahwa 2-4 anak per 10.000 anak berpeluang menyandang autisme
dengan rasio 3:1 untuk anak laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, anak
laki- laki lebih rentan menyandang autisme dibandingkan anak perempuan
(Wijayakusuma,2004).
E. TUJUAN DIET RENDAH GLUTEN PENYAKIT AUTIS
- Mencegah atau mengurangi komplikasi kelainan seperti masalah saat
pemberian makan. Menawarkan konsistensi pada tekstur dan rasa makanan
untuk mencegah kelebihan sensori.
- Mengevaluasi dan menganalisis zat gizi yang dapat menggantikan diet.
Jika diet sangat terbatas maka beresiko malnutrisi.
- Mengoreksi konstipasi jika asupan serat ( sayur dan buah ) rendah dan
gejala muncul ( susah buang air besar )

10
- Memonitor food jags ( anak hanya mengkonsumsi 1 jenis makanan/sedikit
makanan ), pica ( pola makan yang tidak wajardan mengonsumsi non-
makanan atau benda asing yang tidak memiliki nilai gizi ). Riwayat
tersedak , intoleransi pada berbagai tekstur , dan adaptasi makanan – target
anak dapat mengkonsumsi berbagai jenis dan tekstur makanan .
- Autis terkait perubahan imunitas. Penyakit infeksi, masalah
gastroinyestinal, tiroid, alergi lazim terjadi sehingga membutuhkan asuhan
gizi. Anak autis berisiko tinggi mengalami alergi makanan ( non IgE )
- Monitor diet bebas gluten kasein
F. BAHAN MAKANAN YANG DIANJURKAN
Berikut ini adalah makanan yang boleh dikonsumsi dalam diet gluten free:
- Daging (ayam, sapi, atau ikan) yang tidak diproses
- Telur
- Produk susu (yang tidak mengandung gluten)
- Buah dan sayuran
- Nasi
- Biji-bijian (beras, tapioka, quinoa)
- Pati dan tepung (yang tidak mengandung gluten)
- Kacang-kacangan
- Minyak sayur dan selai nabati
- Rempah-rempah
Setelah mengetahui makanan yang boleh dikonsumsi dalam diet
gluten free, kini saatnya mengetahui makanan yang “diharamkan”. Apa
saja makanan yang dilarang dalam diet gluten free itu.
- Makanan berbasis gandum seperti tepung terigu, kamut, semolina,
hingga durum
- Jelai (barley)
- Gandum hitam
11
- Ragi
- Malt
- Triticale
G. SYARAT DAN PRINSIP DIET RENDAH GLUTEN
1. Energy diberikan sesuai kebutuhan yaitu 1028,97 gr
2. Lemak diberikan sedang yaitu 20% dari total energy sehari
3. Protein diberikan rendah yaitu 10 % dari total energy sehari
4. Karbohidrat diberikan 65 % dari total energy sehari
5. Vitamin diberikan cukup
6. Mineral, kalsium , phospjor , diberikan cukup
7. Serat diberikan cukup
8. Pemberian makan melalui oral
9. Bentuk makanan biasa
H. PERHITUNGAN KEBUTUHAN
Nama : deni
Umur : 3 tahun
BB : 14 kg
TB : 85 cm

Perhitungan kebutuhan gizi :


BEE = 66 + ( 13,5 x BB ) + ( 5 x TB ) – ( 6,8 x U )
= 66 + ( 13,5 x 14 ) + ( 5 x 85 ) – ( 6,8 x 3 )
= 66 + ( 189 ) + ( 425 ) – ( 20,4 )
= 66 + 614 – 20,4
= 659,6
TEE = BEE x FA x FS
= 659,6 x 1,2 x 1,3
= 1028,97 kkal
1. Energy = 1028,97 kkal
2. Protein = ( 10 % x 1028,97 ) : 4 = 25,72 gr

12
3. Lemak = ( 25 % x 1028,97 ) : 9 = 28,58 gr
4. Karbohidrat = ( 65% x 1028,97 ) : 4 = 167,20 gr
I. MENU SEHARI
Asupan makan
Bahan Berat
Waktu Menu E P L KH
makanan (kkal)
(gr) (gr) (gr) (gr)
Nasi tim Beras giling 35 126 2,4 0,2 27,6
Daging ayam 25 53,5 0,6 3,6 0
Pagi Wortel 10 4,2 0,1 0 0,9
Minyak kelapa 2 18 0 2 0
sawit
Buah Pisang mas 50 63,5 0,7 0,1 16,8

Snack pagi ubi rebus Ubi jalar putih 20 24,6 0,4 5,9 45,3
susu hangat Susu kental 5 16,8 0,4 0,5 2,8
manis

Nasi Beras giling 35 126,0 2,4 0,2 27,6


Telur dadar Telur ayam 50 81,0 6,4 5,8 0,4
minyak kelapa 5 45,1 0,0 5,0 0,0
Makan sawit
siang
pepes tahu Tahu 5 3,4 0,4 0,2 0,1
sayur bening bayam 50 18,0 1,8 0,3 3,3
buah Semangka 50 14,0 0,3 0,1 3,5

bubur kacang ijo Kacang ijo 35 120,8 7,8 0,4 22,0


Snack sore Santan peras, 10 12,2 0,2 1,0 0,8
dengan air
Gula aren 10 36,8 0,0 0,0 9,5

Makan nasi Beras giling 35 126,0 2,4 0,2 27,6


malam
sup ayam giling Ayam 30 90,6 5,5 7,5 0,0
Wortel 50 21,0 0,6 0,2 4,7
tempe goreng Tempe kedele 40 59,6 7,3 1,6 5,1
murni
Minyak kelapa 2 18,0 0,0 2,0 0,0
sawit
tumis sawi Sawi 50 11,0 1,2 0,2 2,0
Wortel 50 21,0 0,6 0,2 4,7
Minyak kelapa 0,2 1,8 0,0 0,2 0,0
sawit
13
Asupan makan
Bahan Berat
Waktu Menu E P L KH
makanan (kkal)
(gr) (gr) (gr) (gr)
Buah Pisang mas 50 63,5 0,7 0,1 16,8

subtotal 1076, 23,9 31,7 181,5


Kebutuhan gizi 1028,97 25,72 28,58 167,20
% 104 % 92% 110% 108%

14
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Seroussi (2004), autis adalah gangguan perkembangan yang
menghambat perkembangan sosial dan bahasa. Autisme menyerang
keluarga dengan latar belakang kelas, budaya, dan etnis apapun. Autisme
bukan penyakit mental dan bukan disebabkan oleh trauma, melainkan
penyakit neurobiologis yang gejala-gejalanya dapat dikurangi dengan diet
bebas gluten dan kasein.
Secara etimologi anak autis adalah anak yang memiliki gangguan
perkeembangan dalam dunianya sendiri. Leo Kanner dalam Handojo
autis merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak,
mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. Penyebab autis antara
lain terjadinya kelainan struktur sel otak yang disebabkan virus rubella,
toxoplasma, herpes, jamur, pendarahan, keracunan makanan, faktor genetik
ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan pada system limbik (pusat
emosi) dan factor sensory interpretation errors.
Kurniawan, Koesworini, Mulatsih, Hasuki, Solahuddin, Prianggono,
Halim, Hartono (2000) menyatakan autis adalah gangguan perkembangan
berat yang terutama ditandai dengan gangguan pada area perkembangan
sebagai berikut, yaitu keterampilan komunikasi, adanya tingkah laku
stereotype, serta minat dan aktivitas yang terbatas. Umumnya, mereka juga
mengalami kesulitan berkomunikasi, baik verbal maupun nonverbal.
Sebagian anak autis juga menunjukkan hiperaktivitas, misalnya berlarian
dari satu ruangan ke ruangan yang lain sepanjang hari. Atau tak bisa duduk
diam tanpa ada yang memeganginya. Ada pula yang hipoaktivitas.
Sepanjang hari hanya diam, menolak dilibatkan dalam aktivitas orang lain.

Daftar pustaka

Ramadayanti, Sri, and Ani Margawati. Perilaku pemilihan makanan dan diet bebas gluten
15
bebas kasein pada anak autis. Diss. Diponegoro University, 2013.

Dewi, Alisa. "Pengaruh Pemberian Biskuit Bebas Gluten Dan Bebas Casein Terhadap
Frekuensi Perilaku Menyimpang Anak Autis Di Slb C1 Yssd Surakarta." (2013).

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Dietetik-
Penyakit-Tidak-Menular_SC.pdf

https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/gluten
2/#:~:text=Gluten%20berperan%20sebagai%20lem%20yang,gluten%2C%20yaitu%2
0glutenin%20dan%20gliadin.

16

Anda mungkin juga menyukai