MANAJEMEN RISIKO
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
1) Lingkungan Pengendalian.
2) Perhitungan Risiko.
3) Informasi dan Komunikasi.
4) Aktifitas Pengendalian.
5) Pemantauan.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Sekolah ini dibatasi pada
pengelolaan suatu risiko yang terjadi pada setiap kegiatan, khususnya pada
pelaksanaan tugas-tugas di Satuan dengan tata urut penyajian sebagai berikut :
a. BAB I Pendahuluan
b. BAB II Pemahaman Tentang Risiko Dan Manajemen
Risiko
3
BAB II
5. Pada umumnya kata risiko yang sering kita kenal memiliki aneka ragam
pengertian berkonotasi negatif, sesuatu yang dihindari, tidak disukai, dan berbagai
anggapan sesuatu yang menyangkut ketidak pastian. Apabila ketidak pastian ini
berdampak menguntungkan, maka inilah yang dikenal dengan istilah kesempatan
(oppurtunity) sedangkan yang berdampak merugikan dikenal dengan istilah risiko.
Antonius Alijoyo (2006:3) memberikan pengertian risiko dari sudut pandang :
a. ” Hasil “ risiko adalah sebuah hasil atau keluaran yang tidak dapat
diprediksi dengan pasti, yang tidak disukai karena akan menjadi kontra
produktif.
6. Risiko banyak ragam dan jenisnya, mulai dari risiko kerugian, kecelakaan,
(accident or incident), tidak lulus, kalah perang, dan lainnya yang risiko tersebut
dikelompokan dengan melihat tipe-tipe risiko yaitu:
7. Risiko ada di sekitar kita serta dapat datang kapanpun dan sulit dihindari,
oleh karena itu untuk menghindari kerugian yang terjadi maka siapapun wajib
mengelola risiko karena ada potensi keuntungan dibalik risiko tersebut.
Mengelola risiko dapat diartikan sebagai cara-cara yang dipergunakan untuk
menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko, lingkup
kecil perorangan(individual) maupun lingkup besar organisasi(organizational).
Mengelola risiko yang baik akan memperoleh manfaat antara lain:
9. Secara alamiah mahluk hidup akan mengantisipasi dan mengelola risiko, hal
ini juga berlaku dalam suatu organisasi yang menuntut kewajiban para
Komandan/Pimpinan/Kepala satker tersebut untuk mengelola dan mengantisipasi
risiko yang potensi akan terjadi pada ragam kegiatan organisasinya guna mencapai
tujuan. Manajemen risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap
dari suatu organisasi untuk mengelola, memonitor dan mengendalikan eksposur
organisasi terhadap risiko (SBC Warbung dalam Mamduh 2006:18).
10. Ciri dari pengelolaan risiko yang komprehensif dimaksudkan untuk mencapai
tujuan organisasi, dimana organisasi manajemen risiko (Risk Management
Organization) terdiri dari dua elemen dasar yaitu:
1
Risk
Identification
2
6 Risk
Review Analysis
The Risk
Management
5 3
Performance Cycle Risk
Measurement Managemen
Solution
4
Evaluation
And Audit
8
BAB III
11. Bila risiko tidak dapat diidentifikasi maka risiko tidak dapat diukur, jika risiko
tidak dapat diukur maka kita tidak dapat mengelola risiko.
IDENTIFIKASI RISIKO
MEMAHAMI
IDENTIFIKASI
EVALUASI
REVISIT
PRIORITASASI
KELOLA
Gudang atau
Api Fuel disekitar api Barangs yang
mudah terbakar
KERUGIAN KEBAKARANN
Bagan diatas menunjukkan, pertama ada sumber risiko yaitu api, kemudian
ada Risk Factor yang menjadi katalis untuk memperbesar kemungkinan
kejadian yang tidak diinginkan berupa Fuel disekitar sumber risiko (api).
Keadaan ini rawan terjadinya kebakaran khususnya gudang tempat Fuel itu
berada, dengan kata lain gudang tersebut terbuka kemungkinan untuk
terjadi kebakaran yang mengakibatkan kerugian. Setelah menganalisis
sekuen tersebut kita dapat melakukan pencegahan munculnya kejadian yang
tidak diinginkan dengan memfokuskan sekuen yang terjadi. Sebagai contoh,
api memang dapat ditemukan dimana saja karena kemungkinan keperluan
manusia tetapi kita dapat melakukan sesuatu terhadap Risk Factor atau
barang yang menghadapi eksposur terhadap kebakaran. Kita dapat
mengendalikan risiko dengan menjauhkan api dari Fuel, atau kita
memindahkan Fuel tersebut sehingga jika api muncul pencegahan
kebakaran dapat diantisipasi.
risiko apa saja yang dapat muncul dari sumber-sumber risiko tadi. Berikut
ini sumber-sumber risiko dari lingkungan sekitar kita, diantaranya:
MENGUKUR RISIKO
13. Setelah risiko diindentifikasi tahap berikutnya adalah mengukur risiko, karena
jika risiko dapat diukur kita dapat melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi oleh
organisasi. Kemudian dapat juga melihat dampak dari risiko tersebut terhadap
kinerja organisasi, sekaligus dapat melakukan prioritas risiko yaitu risiko yang paling
relevan. Pengukuran risiko biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko,
kuantifikasi ini dilakukan dengan metode yang sederhana sampai metode yang
sangat kompleks. Tabel berikut ini menyajikan beberapa contoh ringkasan tipe-
tipe risiko dan teknik pengukurannya yang berbeda-beda:
Tabel diatas menunjukkan tipe risiko yang berbeda dengan menghadirkan teknik
pengukuran yang berbeda pula, teknik pengukuran berbeda tingkat kecanggihannya
(tingkat kuantifikasinya) mulai dari yang paling sederhana yaitu matrik frekuensi
sampai pada stress-testing yang rumit. Beberapa tipe risiko lebih sulit
12
dikuantifikasi, misalnya teknologi, untuk tipe risiko tersebut kita dapat menggunakan
teknik analisis skenario yaitu mengembangkan beberapa skenario dan melihat
dampaknya terhadap organisasi.
SIG
NIFI
KAN
Rendah Tinggi
Frekuensi
13
SIGNIFI
KAN
(2) (1)
Renda
h
Tinggi
(4) (3)
Rendah Tinggi
KEMUNGKINAN
PENANGANAN RISIKO
14. Pemetaan risiko dapat membantu dan menentukan cara-cara yang akan
dipergunakan dalam penanganan risiko, cara yang digunakan tergantung pada dua
hal status risiko yaitu : kemungkinannya dan Konsekuensinya. Kemungkinan
dan konsekuensi risiko akan tampak pada peta risiko, karena penanganan risiko
akan lebih mudah dengan melihat peta risiko lebih dulu. Risiko dapat dipetakan
dan dikelompokan kedalam empat kuadran (Ronny Kountur 2004:118) seperti pada
gambar dibawah ini:
KEMU
NGKI
NAN Mencegah Menghindar
Ke
cil
Mendanai
Besar
Menahan Mengurangi
Kecil Besar
KONSEKUENSI
Dari hasil pemetaan risiko dengan anjuran penangan yang dimaksud adalah:
BAB IV
RISIKO OPERASIONAL
16. Organisasi akan mengalami suatu hal yang tidak diinginkan apabila gagal
mengantisipasi dan mengelola risiko operasional. Masalah operasional tersebut
mencakup misalnya memasang peralatan, menyusun daftar gaji anggota,
mengawasi anggota, dan sebagainya yang karakteristik pengukuran risiko
operasional belum sebaik atau semaju risiko lainnya karena kemajuan
mempelajarinya belum seperti risiko lainnya.
b) Kesalahan transaksi.
¹ Tugiman Hiro, Manajemen Risiko Organisasi, Diktat Mengajar pada Seskoau tanggal 11 juni 2007
di Lembang, hal 24.
17
Significa
nce
Quadrant II Quadrant I
(severity)
(Detect and Monitor) (Prevent At Source)
Low
risiko pada kategori ini, karena pengawasan yang berlebihan pada kategori
ini menimbulkan biaya besar dibandingkan manfaatnya.
² Ibid, hal 31
21
Signifikansi Signifikansi
Tinggi Tinggi
Frekuensi Frekuensi
Rendah Tinggi
Signifikansi Signifikansi
Rendah Rendah
Frekuensi Frekuensi
Rendah Tinggi
BAB V
17. Ada beberapa alternatif dapat dipilih untuk mengelola risiko yang dihadapi,
yaitu: Penghindaran Risiko (Risk Avoidance), Penanggungan atau Penahanan
Risiko (Risk Retention) dan Pengalihan Risiko (Risk Transfer).
Retention), jika risiko ini terjadi maka harus disediakan dana untuk
menanggung risiko tersebut.
18. Memilih Alternatif Manajemen Risiko, secara umum jika risiko mempunyai
frekuensi yang sering terjadi dengan severity yang rendah maka alternatif risiko
ditahan merupakan alternatif yang paling optimal. Jika risiko mempunyai frekuensi
yang kecil tetapi severity besar, maka alternatif ditransfer merupakan alternatif yang
optimal. Jika frekuensi dan severity tinggi, maka kita dapat menentukan untuk
menghindari risiko tersebut, tabel Alternatif Manajemen Risiko berikut ini
meringkaskan alternatif menangani risiko.
19. Pengendalian Risiko. Untuk risiko yang tidak dapat dihindari, kita perlu
melakukan pengendalian risiko dengan menggunakan dua dimensi yaitu
probabilitas dan severity. Pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi
probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat keseriusan (severity) atau
keduanya. Agar dapat mengendalikan risiko lebih baik, pemahaman terhadap
karakteristik risiko sangat diperlukan. Dalam memahami risiko tersebut ada
beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya risiko, yaitu:
4) Kecelakaan.
5) Cidera.
Sebagai contoh adalah kecelakaan kerja yang dialami oleh sesorang, misal-
nya orang itu bertemperamen tinggi karena tumbuh dewasa dalam
lingkungan yang keras (faktor pertama). Kemudian orang tersebut tidak
suka mendengar saran orang lain atau tidak suka memperhatikan kondisi
sekitarnya (faktor kedua), kemudian orang tersebut bekerja di lingkungan
mesin atau bangunan yang rentan terhadap munculnya risiko kecelakaan
kerja (faktor ketiga) . Dari tiga faktor tersebut cukup potensial untuk
memunculkan terjadinya kecelakaan, jika kecelakaan terjadi dan orang
tersebut (dan mungkin orang lain disekitarnya) mengalami cidera.
Berdasarkan penelitian tersebut, pengendalian risiko yang efektif dapat
dilakukan dengan memfokuskan pada faktor ketiga yaitu menghilangkan
tindakan yang berbahaya, menghilangkan kondisi fisik yang rentan terhadap
risiko.
20. Memahami kegiatan Satuan Kerja atau suatu organisasi merupakan salah
satu kunci keberhasilan manajemen risiko, tanggung jawab tersebut tidak hanya
ada pada Komandan Satker atau pimpinan organisasi tetapi juga ada pada semua
anggota satuan atau organisasi itu. Semua pihak harus menyadari bahwa hasil
kerjanya akan berpengaruh terhadap risiko satuan atau organisasi, dan
pekerjaannya berkaitan dengan fungsi lainnya dalam satker/organisasinya.
Pemahaman mendalam terhadap kegiatan organisasi dan keunikannya akan
menghasilkan pelaksanaan manajemen risiko yang berbeda dari satu organisasi
satu dengan lainnya. Organisasi atau satker akan menekankan pada struktur
organisasi manajemen risiko yang kuat dan menggunakan teknik kuantitatif untuk
analisis risiko. Dengan kata lain, model manajemen risiko tidak dapat diterapkan
sama untuk semua situasi dengan berbagai penyesuaian-penyesuaian terhadap
karakteristik bagi organisasi atau satker tertentu.
Fokus dalam paradigma baru lebih luas sehingga risiko dapat diartikan
sebagai kejadian atau tindakan yang dapat mempunyai dampak negatif
terhadap kemampuan organisasi atau satker menjalankan strateginya untuk
mencapai tujuan. Manajemen risiko mempunyai implikasi bahwa risiko
dikelola dengan cara yang formal, terstruktur, disiplin, menggunakan sumber
daya organisasi untuk mengelola risiko, dengan tujuan meningkatkan nilai
yang baik. Manajemen risiko terintegrasi mempunyai keuntungan seperti:
lebih menyeluruh, biaya pendanaan lebih kecil, dan menghilangkan ketidak
konsistenan antar bagian dalam organisasi.
³ Ibid, hal 45
Untuk mencapai manajemen risiko yang terintegritas secara formal, satker
atau organisasi dapat melakukan langkah-langkah berikut ini:
31
BAB VII
33
PENUTUP
21. Demikian Naskah Sekolah tentang Manajemen Risiko ini disusun sebagai
dasar pengetahuan bagi Perwira Siswa dalam memahami arti dari Manajemen
Risiko yang terjadi dalam suatu Satuan Kerja atau organisasi. Hal-hal yang belum
tercantum dalam Naskah Sekolah ini dan dianggap perlu dapat disesuaikan dengan
perubahan dan perkembangan di lapangan, sehingga demi kesempurnaan Naskah
Sekolah ini mohon dapat diberikan masukan-masukan dan saran melalui lembaga
Seskoau.
DEPARTEMEN MANAJEMEN