Askep Pus Gabung
Askep Pus Gabung
KABUPATEN SEMARANG
NIM : 070116B074
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang berbahagia sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk, dan membantu usaha
peningkatan perpanjangan harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi serta
menurunnya kematian ibu karena kehamilan dan persalinan. Keluarga Berencana
Nasional mempunyai arti penting dalam pelaksanaan pembangunan dibidang
kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sehingga harus dilaksanakan secara
berkesinambungan (BKCS-KB Kota Metro,2006).
Di Indonesia terdapat 66% PUS yang mengikuti Keluarga Berencana, hal ini
berarti ada sekitar 34% PUS di Indonesia yang tidak mengikuti Keluarga Berencana.
Kondisi tersebut bila tidak diintervensi, dikhawatirkan dalam beberapa tahun kedepan
Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk. Saat ini baru 66% pasangan usia
subur (PUS) di Indonesia yang mengikuti program keluarga berencana (KB). Pemerintah
telah menetapkan tiga skenario untuk menekan pertambahan jumlah penduduk hingga
2015. Pertama, jika peserta KB meningkat 1% setiap tahun, penduduk Indonesia hanya
akan menjadi 237,8 juta jiwa. Kedua, bila peserta KB tetap konstan 60%, penduduk
Indonesia akan bertambah menjadi 255,5 juta jiwa. Ketiga, jika peserta KB menurun
menjadi 0,5% per tahun, jumlah penduduk Indonesia akan membengkak menjadi 264,4
juta jiwa.
Wanita saat akan menentukan kapan dan metode kontrasepsi apa yang akan
digunakan harus mempertimbangkan pengaruh metode kontrasepsi terhadap fungsi
reproduksi, salah satu alasan yang paling banyak disebutkan dalam penghentian
kontrasepsi adalah efek samping yang dirasakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
WHO pada 5332 wanita yang telah mempunyai anak di 14 negara berkembang
menunjukkan bahwa banyak wanita berhenti menggunakan kontrasepsi IUD, oral dan
suntik dikarenakan mereka tidak dapat menerima perubahan pola menstruasi
Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak
dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan dalam menggunakan kontrasepsi.
Banyak wanita takut siklus normalnya berubah karena mereka takut perdarahan yang
lama dapat mengubah pola hubungan seksual dan juga dapat membatasi aktivitas
keagamaan maupun budaya. Dinamika seksual dan kekuasaan antara pria dan wanita
dapat menyebabkan penggunaan kontrasepsi terasa canggung bagi wanita. Pendapat
suami mengenai Keluarga Berencana cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan
penggunaan metode keluarga berencana oleh istri. Berbagai budaya mendukung
kepercayaan bahwa pria mempunyai hak akan fertilitas istri mereka.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pasangan usia subur
2. Mengetahui cakupan pasangan usia subur
3. Mengetahui masalah yang di hadapi pasangan usia subur
4. Mengetahui promosi kesehatan yang diberikan pada pasangan usia subur
5. Mengetahui peran perawat dalam asuhan keperawatan pasangan usia subur
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasangan usia subur di desa nyatyono
dusun branggah dan blanten.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya.
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan
kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga
berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk
meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya di bawah usia 20 tahun adalah suatu
keadaan pasangan suami istri yang isterinya masih di bawah usia 20 tahun yang dapat
menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan.
2. Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal
Bedah). Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak.
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum
berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal.Definisi tradisional gangguan
fertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung setelah sekurang-kurangnya satu
tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:Infertilitas primer yaitu jika perempuan
belum berhasil hamil walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. Infertilitas sekunder yaitu disebut
infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak
berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
3. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang
tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat berbagai
macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting
lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat
ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering
menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan
rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas,
infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya
hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
E. Peran Perawat
a. Memberi penyuluhan pada pasangan usia subur mengenai pemilihan KB
b. Memberi HE mengenai pentingnya mengatur jarak kehamilan
c. Menyarankan pasangan usia subur untuk menyelesaikan masalah dengan
mengkonsultasikan pada petugas kesehatan
BAB III
PENGKAJIAN
1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 -20 Mei 2017
2. Aspek, Metode, dan Sumber Data
HASIL KAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Keluarga mengatakan tidak mengikuti program KB karena suami tinggal ditempat
lain, ingin punya anak tetapi 2 kali mengalami keguguran.
2. Keluarga mengatakan masih mengalami keluhan selama menggunakan KB seperti
berjerawat, haid terganggu , kegemukan dan mual.
3. Keluarga mengatakan jarang melakukan kontrol ke pelayanan kesehatan.
DATA OBYEKTIF
1. Keluarga Menggunkan Alat KB
1
81%
Dari 149 PUS yang dikaji didapatkan hasil yang menggunakan KB sebanyak
120 PUS (81%) dan yang tidak menggunakan KB 29 (19%)
2. Alasan tidak mengikuti KB
lain-lain
100%
2
65%
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat KB menurut keluarga
terbanyak yaitu menunda kehamilan dengan presentasi 65%.
1
83%
5. Tempat Pelayanan KB
Tempat Pelayanan KB
Bidan Praktek Puskesmas RS
3% 2%
95%
86%
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada PUS yang mengalami
keluhan selama menggunakan KB yaitu haid terganggu sebesar 6%,
kegemukam sebesar 4% dan flek hitam/jerawa sebesar 1% dan yang tidak
mengalami keluhan sebesar 86%.
97%
Dari digram diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada PUS yang jarang mengontrol
kesehatannya di pelayanan kesehatan yaitu sebesar 97%.
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF
1. 1. Keluarga mengatakan tidak mengikuti Defisiensi Ketidakcukupa
program KB karena suami tinggal ditempat Kesehatan n sumber daya
lain, ingin punya anak tetapi 2 kali Komunitas (Sosial,
mengalami keguguran. (Pasangan pengetahuan)
2. Keluarga mengatakan masih mengalami Usia Subur)
keluhan selama menggunakan KB seperti
berjerawat, haid terganggu , kegemukan dan
mual.
3. Keluarga mengatakan jarang melakukan
kontrol ke pelayanan kesehatan.
DATA OBYEKTIF
1. PUS menggunakan KB sebanyak 120 (81%)
dan yang tidak menggunakan KB 29 (19%)
2. Alasan PUS tidak menggunakan KB adalah
tidak punya biaya,dilarang oleh suami, tidak
tahu tidak ada atau 0% sedangkan dengan alasan
lain seperti suami jarak jauh, ingin punya anak,
baru saja mengalami keguguran sebesar 100%
dari 29 PUS yang tidak menggunakan KB.
3. Masih ada PUS yang mengalami keluhan
selama menggunakan KB yaitu haid terganggu
sebesar 6%, kegemukam sebesar 4% dan flek
hitam/jerawa sebesar 1%.
4. Masih ada PUS yang jarang mengontrol
kesehatannya di pelayanan kesehatan yaitu
sebesar 97%
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
NANDA Hal. 274, Domain: Persepsi/konitif , Kelas : Kognisi , Kode : 00126