Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A DENGAN DIAGNOSA MEDIS

POST OP APPENDICTOMY DI RUANG FLAMBOYAN 8

RSDM SURAKARTA

OLEH :

CHRISTIN YULIANI BOMBING


( 071191011)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS


KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2020
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Nama Mahasiswa : CHRISTIN YULIANI BOMBING


NIM : 071191011
Tempat Praktik : RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Tanggal Praktik : 18 – 24 mei 2020

1. PENGKAJIAN
Waktu Pengkajian : 23 Juni 2020 Pukul : 15.00
A. Identitas
a) Identitas klien
Nama : Tn. A (P)
Tempat & Tgl Lahir : Pringapus, 22 April 1995
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Ojek Online
TB/BB : I65cm / 70 Kg
Golongan Darah :B
Diagnosa Medis : Post Appendiktomy
Alamat : Krajen RT 4/1 Wonoyoso pringapus

b) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. P (L)
Umur : 50 tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hub. dengan klien : Oarangtua
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Krajen RT 4/1 Wonoyoso Pringapus
c) Tanggal masuk RS : 22 Juni 2020 Pukul : 14.30 wib

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan Nyeri pada perut kanan bawah skala 6
2. Riwayat Kesehatan saat ini
 Alasan masuk rumah sakit :
Pasien mengatakan, saat dirumah pasien merasa lemas dan merasa nyeri hilang timbul pada
perut kanan bagian bawahnya, nyeri yang dirasakan semakain terasa bila bergerak pasien
sampai kelelahan karna nyeri yang dirasakan Kemudian pasien dan keluarganya memutuskan
untuk memeriksakan dirinya ke RSDM. Di IGD pasien diberikan cairan RL 20 tpm dan injeksi
analgesic, lalu disarankan untuk melakukan pemeriksaan USG didaptkan hasil suspect
appendiksitis lalu dipasien disarankan untuk rawat inap dan melakukan operasi, pasien
kemudian setuju dan dirawat diruang flamboyan 8.
 Faktor pencetus :
Pasien mengatakan nyeri bekas operasi bertambah bila digerakan
 Timbulnya keluhan :
Pasien mengatakan timbulnya keluhan secara bertahap
 Faktor yang memperberat :
Pasien mengatakan bila merubah posisi maka nyeri yang dirasakan semakin bertambah
 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah dan keberhasilannya :
Pasien mengatakan upaya yang dilakukan yaitu dengan pergi ketempat pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, pasien bingung cara mengatasi nyeri.
3. Riwayat kesehatan lalu
 Penyakit yang pernah dialami :
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat dirumah sakit, pasien mengatakan hanya
mempunyai sakit biasa selama ini seperti flu demam namun dapat sembuh dengan membeli obat
di apotik.
 Kecelakaan :
pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.
 Pernah dirawat dan dioperasi :
pasien mengatakan tidak pernah mengalami operasi sebelumnya
 Alergi makanan dan obat-obatan :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi makanan maupun obat-obatan sejauh ini

 Faktor-faktor resiko penyebab masalah kesehatan saat ini :


Paien mengatakan karena pasien tidak bisa menjaga pola makan, pasien sangat suka
mengkonsumsi makanan pedas seperti menggunakan sambal setiap kali ingin makan
4. Riwayat kesehatan keluarga
 Kebiasaan hidup tidak sehat :
Pasien mengatakan pasien tidak mengkonsumsi alcohol, namun pasien sangat suka
mengkonsumsi makanan pedas dan asam. Begitu paula dengan keluarganya. Pasien mengatakan
jarang berolahraga begitu pula dengan anggota keluargaya. Pasien suka mengkonsumsi kopi
 Penyakit menular dan penyakit menurun :
Didalam keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti TB paru maupun
hepatisis, di dalam keluarga pasien terdapat riwayat penyakit menurun seperti hipertensi namun
pasien tidak mempunyai keluhan terhadap hipertensi.
5. Genogram

KETERANGAN :

: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Hubungan
: Tingaal
Serumah
: Pasien
C. Riwayat Lingkungan Tempat Tinggal
1. Tipe tempat tinggal
Pasien mengatakan tinggal di sebuah rumah permanen atas kepemilikan orangtuanya sendiri, pasien
mengatakn rumahnya tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil nyaman untuk ditinggali oleh
sebuah keluarga.
2. Jumlah kamar
Pasien mengatakan meempunyai 3 kamar tidur, untuk di tempati pasien dan orangtuanya
3. Jumlah penghuni
Pasien mengatakan jumlah penghuni dirumahnya bersama dengan dirinya ada 3 orang
4. Kondisi tempat tinggal
Pasien mengatakan mempunyai lingkungan tempat tinggal yang nyaman dan kondusif , ruamah nya
bersih mempunyai pencahayaan yang baik, fentilasi yang baik dan lingkungan rumah yang baaik
khususnya tetangga yang sopan dan ramah.

D. Pengkajian Sistem Tubuh


Keadaan umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Composmentis
Glascow Coma Scale : 4 6 5
TTV
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Pernafasan : 22 x/menit
KAJI NYERI
DS: Pasien mengatakan merasakan merasa nyeri
P : Bertambah saat bergerak merubah posisi dan beraktivitas
Q : Seperti tertusuk
R : Bekas operasi perut kanan bawah
S : Skala 6
T : Hilang timbul
1. System Pernafasan
 Sebelum Sakit :
Paien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa adanya masalah gangguan pernapasan
 Selama Sakit :
Data Subjektif :
 Dispnea :
Pasien mengatakan tidak merasa sesak napas
 Pemajaman terhadap polusi udara :
Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah atau tidak terpajan polusi udara yang kotor.
 Perokok :
Pasien mengatakanpasien tidak merokok
 Penggunaan alat bantu :
Pasien mengatak tidak menggunakan alat bantu saat bernapas
 Pengetahuan batuk efektif :
Paien mengatakan tidak mengerti cara batuk efektif seperti apa dan belum pernah dilakukan
sebelumnya.
 Hasil temuan lain :
Pasien mengatakan tidak batuk, pasien mengatakan tidak merasa sesak nafas namun lebih
nyaman jika tempat tidurnya sedikit ditinggikan.
 Selama Sakit :
Data Objektif :
 Inspeksi :
Bentuk dada simetris, pergerakan dada normal, tidak menggunakan otot bantu nafas, sesak
nafas (-), batuk produktif (-), secret (-), tidak terdapat pernapasan cuping hiung.
 Palpasi:
Pergerakan dada simetris, fremitus dada normal, tidak terdapat nyeri tekan pada dada kiri
 Perkusi:
Sonor

 Aukultasi:
Tidak ada suara napas tambahan
 Sianosis : Tidak tampak tanda-tanda sianosis tidak ada kebiruaan CRT < 3 detik
 Fungsi mental/gelisah : Pasien tampak lemas
2. System Kardiovaskuler :
 Data Subyektif :
 Riwayat hipertensi/masalah jantung :
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung dari kedua orangtua dan tidak
mempunyai riwayat hipertensi dari kedua orangtua
Riwayat edema (-) batuk berdarah (-) perawatannya
 Kesemutan, baal/kebas :
pasien mengatakan tidak merasa kesemutan ataupun kebas
 Palpitasi :
Pasien mengatakan tidak merasakan adanya debaran jantung yang berlebihan atau kencang

 Data Objektif :
 Inspeksi :
Tidakterlihat adanya Ictus cordis
 Palpasi:
Akral hangat, CRT < 3 detik, Nadi : 90 kali per menit, Teraba detak jantung di ICS 5 mid
clavicula sinistra, tidak ada nyeri tekan jantung.
 Perkusi:
Suara perkusi
 Aukultasi:
Bunyi jantung normal Lup Dup, s1 & s2 normal, murmur dan gallop tidak ada TD: 130/80
mmhg
 Varises : Tidak ada varises
 Abnormalitas kuku (Clubbing finger) : Tidak ada kelainan pada kuku
 Membran mukosa : bibir : kering
 konjungtiva : tidak anemis
 Sclera : tidak ikhterik
3. System persyarafan dan musculoskeletal
 Data Subyektif :
 Riwayat kecelakaan :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat kecelakaan sebelumnya.
 Riwayat cedera kepala dan medulla spinalis :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat cedera kepala dan tulang sebelumnya
 Riwayat penyakit cedera serebrovaskuler :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat cedera
 Penurunan sensori :
Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dan gangguan dalam penurunan sensori
 Data Obyektif :
 Paralisis.Letargi,Bahasa :
Tidak ada masalah dalam gangguan berbicara dan sikap tubuh dari pasien.
 Orientasi terhadap waktu/tempat/orang :
Tidak ada masalah dan gangguan dalam orientasi sekitar
 Fungsi saraf cranial / nervus cranial (NC)
NC I : Dengan bahan baik,
NC II : Tajam penglihatan, mata kanan kiri baik, Lapangan penglihatan baik, melihat warna
baik
NC III : Gerakan mata ke atas, bawah, medial baik. Pupil – besar 3 mm, bentuk bulat, isokor,
sentral reflek terhadap sinar langsung/tidak langsung
NC IV : Pergerakan kedua mata ( kebawah-lateral) baik, melihat ganda (-)
NC V : Membuka mulut baik, menggit baik, reflek kornea baik, sensibilitas baik, reflek bersin
baik,trismusbaik.
NC VI : Strabismus konvergen (-)
NC VII : Kedipatan mata baik, menutup mata baik, mengembungkan pipi (+), mengerutkan dahi
(+), meringis (+)
NC VIII : Detak arloji baik, suara berisik normal, weber normal, rinne normal
NC IX : Perasaan lidah 1/3 belakang baik, reflek muntah (+),
NC X : Menelan baik, bicara normal
NC XI : mengangkat bahu baik, memalingkan kepala baik, , sikap bahu simetris
NC XII : arikulasi baik, menjulurkan lidah baik,
 Fungsi motorik
 Inspeksi sikap, bentuk, dan ukuran tubuh, gerakan abnormal :
Sikap dan bentuk ukuran tubuh pasien normal, pasien tampak lemah, terdapat luka post op
abdomen kanan bawah, pasien tidak dapt bergerak bebas.
 Kemampuan berjalan :
pasien tidak dapat berjalan karena luka post op appendiktomy
 Kemampuan koordinasi :
Pasien kesulitan berkoordinasi
 Tremor :
Pasien tidak tremor
 Kemampuan pergerakan sendi :
Pergerakan terbatas, tidak normal, tonus otot ekstremitas bawah lemah
 Kemampuan mobilitas :
Mobilisasi d bantu total sama perawat dan keluarga
 Deformitas : (-)
 Sendi bengkak : (-)
 Piting edema : (-)
 Pemeriksaan reflek : Baik
 Reflek tendon bisep : baik , trisep :baik
 Patella : lemah , Archiles : baik
 Reflek patologis : lemah

4. System Integumen
 Data Subyektif :
 Riwayat gangguan kulit :
Pasien mengatakan tidak riwayat alergi atau mempunyai masalah gangguan kulit
 Keluhan klien :
Pasien mengatakan terdapat luka post op pada perut kanan bawah
Gatal : Tidak merasa gatal
 Hasil temuan lain : Pasien merasa nyeri dan panas skala 6

 Data Objektif
 Adanya lesi/luka/eritema : Terdapat luka post op appendiktomy
 Lokasi lesi/luka/eritema : Perut kanan bagian bawah
 Jumlah lesi/luka/eritema : 6 cm ( 8 jahitan luka )
 Pengkajian luka :
 Stadium luka : Luka grade 1
 Warna dasar luka : Luka tampak ditutup kasa steril
 Ukuran luka : 6 cm
 Tanda-tanda infeksi : Panas, nyeri
5. System perkemihan :
 Data subyektif :
 Riwayat gangguan ginjal/saluran kemih :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat ganggan masalah saluran kemih
 Riwayat gangguan obat diuretic :
Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan
 Rasa nyeri dan terbakar saat kencing :
Pasien mengatakan tidak pernah merasakan nyeri berkemih
 Kesulitan BAK : Pasien mengatakan tidak memiliki masalah BAK
 Pola BAK : Pasien tidak terpasang kateter, pola BAK normal
 Data objektif :
 Retensi urin : Tidak ada gangguan retensi urin
 Inkontinensia urin : Tidak ada gangguan inkontenensia urin
 Distensi : Tidak terjadi gangguan
 Karakteristik urin :
 Bau : Bau khas urine
 Warna : Kuning Jernih
 Hasil temuan lain : Kondisi saluran kencing bersih, tidak terdapat lesi atau benjolan
6. System Gastrointestinal
 Data Subjektif :
 Makanan pantang: Pasien mengatakan takut makan makanan dari daging ikan karena takut
luka tidak cepat kering
 Kebiasaan makan: pasien makan 3 kali dalam sehari
 Jenis diit : diit makanan tinggi protein
 Jumlah makanan perhari : dalam 1 porsi makanan pasien mengatakan dapat menghabiskan
setengah bahkan lebih dari porsi yang disediakan
 Kehilangan selera makan (anoreksia) : pasien mengatakan sedikit kehilangan selera makan
dan merasa lemas
 Mual : (-) Muntah : (-)
 Nyeri abdomen : (-) Kuadran/regio : (-)
 Gangguan mengunyah : Tidak terjadi gangguan dalam mengunyah atau menelan makanan
 Pola BAB : Teratur Frekuensi : 1 kali/hari Warna : coklat
Konsistensi : Padat Kesulitan : (-)
 Hasil temuan lain : (-)
 Data Objektif :
 BB sekarang : 70 Kg, TB : 165 cm, Bentuk tubuh : Normal
 Halitosis (bau mulut) : (-)
 Kondisi mulut :
Kondisi mulut tampak sedikit kotor, gigi dan lidah tampak sedikit kotor
 Tonsil :
Tidak ada pembesaran tonsil
 Pembesaran abdomen :
Tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka, lesi
 Inspeksi : Bentuk simentris, tidak ada pembesaran abdomen
 Perkusi : Tympani
 Nyeri tekan : (+) Kuadran/region : (3)
7. System Penginderaan
 Data Subjektif :
 Riwayat infeksi mata/telinga :
Pasien tidak mempunyai riwayat infeksi mata maupun telinga
 Riwayat trauma mata/telinga :
Pasien tidak mempunyai riwayat trauma mata ataupun telinga
 Riwayat katarak : (-) Riwayat glaucoma: (-)
 Riwayat penyakit mata lain : (-)
 Gangguan penglihatan :
Tidak mempunyai gangguan penglihatan sebelumnya
 Penurunan penglihatan :
tidak terjadi penurunan penglihatan
 Fotophobia : (-)
 Kemampuan pendengaran :
pasien mengatakan dapat mendengar dengan jelas
 Nyeri hidung/telinga : (-/-)
 Telinga berdengung/tinnitus: (-)
 Sensasi pengecapan: pasien mengatakan tidak mempunyai gangguan
 Data Objektif :
1) Pemeriksaan mata :
 Pemeriksaan visus/ketajaman penglihatan :
Pasien tampak melihat dengan jelas
 Lapang pandang :
Lapang pandang mata kanan sedikit kabur kiri luas dan jauh
 Gerakan ekstraokuler/gerakan mata :
mata dapat bergerak normal, menutup dan membuka
 Pemeriksaan fisik mata :
Tidak tampak udem, tidak ada hematom,tidak ada lesi
 Sklera : tampak normal dn tidak ikhterik
 Pupil : rangsangan pupil kana/kiri (+/+)
 Kesimetrisan : mata kanan dan kiri simetris , reaksi terhadap cahaya : positif

2) Pemeriksaan Hidung :
 Inspeksi hidung : tidak ada benjolan, tidak ada udem, tidak ada pernapasan cuping
hidung
kesimetrisan : tampak simetris bentuk : bentuk normal
 Luka/lesi : (-) Massa : (-)
 Pembesaran polip : (-) kebersihan : hidung tampak bersih
 Keluar cairan : tidak ada cairan lendir perdarahan/epistaksis: (-)
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan perubahan anatomis : (-)
 Patensi aliran udara dalam nares : cepat dan dangkal
 Hasil temuan lain : terdapat pernapasan cepat dan dangkal
3) Pemeriksaan Telinga :
 Inspeksi telinga luar :
Telinga tampak simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada masa, tidak ada
serumen.
 Palpasi daun telinga : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa
 Pemeriksaan Rinne: (+) Weber : (+) Swabach : (+)

8. System Endoktrin
 Data Subjektif :
 Riwayat gangguan pertumbuhan dan perkembangan :
Pasien mengatakan tidak ada gagguan dan masalah tumbuh kembang
 Riwayat DM (ditanyakan keluham trias DM) :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat DM yang tidak terkontrol
 Polidipsi (-), Poliuri (-), Polifagia (-)
 Inspeksi kesimetrisan leher : Leher tampak simetris, tidak ada lesi atau luka
 Hiperpigmentasi / Hipopigmentasi kulit : (-/-)
 Penumpukan massa otot dileher bagian belakang (bufflow neck): (-)
 Perubahan tanda sex sekunder :
Semua tampak normal
 Pertumbuhan rambut berlebih pada dada dan wajah : (-)
 Tremor : Pasien tidak tremor
 Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pemebesaran kelenjr tiroid

9. System Cairan dan Elektrolit :


 Data Subjektif :
 Perasaan haus yang berlebih :
Pasien mengatakan tidak memiliki rasa haus yang berlebihan
 Factor resiko kekurangan cairan dan elektrolit :
Pasien mengatakan tidak memiliki tanda dehidrasi
 Kudutan otot : (-)
 Kejang/riwayat kejang :
Pasien tidak mempunyai riwayat kejang
 Hasil temuan lain : (-)
 Data Objektif :
 Intake cairan : 2500 cc
 Output cairan :2400 cc
 Muntah : (-) Diare : (-)
 Turgor kulit : Baik
 Tekstur kulit : Normal
 Kelembaban kulit : Kulit sedikit kering
 Kelembaban membrane mukosa : Baik
 Tekstur lidah : Normal
 Tekanan vena jugularis : normal
 Edema : umum : (-)
 Lingkar abdomen : Lingkar abdomen 55 cm
 Perfusi perifer : kurang baik
10. System Imunitas
 Data Subjektif :
 Riwayat alergi/ sessitivitas :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
 Perubahan imunitas sebelumnya :
Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan imunitas sebelumnya
 Riwayat penyakit hubungan seksual :
Tidak ada riwayat penyakit hubungan seksual sebelumnya
 Perilaku resiko tinggi : (-)
 Transfusi darah/jumlah : (-) Riwayat infeksi kronis : (-)
 Riwayat pembedahan : (-)
 Riwayat imunisasi dewasa : (-)
 Riwayat penggunaan obat-obat steroid : (-)
 Keluhan nyeri tekan pada kelenjar limfe : (-)
 Pembesaran kelenjar limfe : (-)
 Hasil temuan lain : (-)
 Data Objektif :
 Inspeksi kulit dan mukosa : Terdapat luka post op appendiktomy perut kanan bawah
 Purpura/perdarahan subkutan : (-)
 Dermatitis : (-)
 Inflamasi : (+)
 Pengeluaran secret : (-)
 Ulticaria : (-)
 Kemerahan dikulit : (-)
 Palpasi kelenjar limfe servikal , aksilaris dan inguinalis : (-)

11. Sistem Reproduksi


 Data Subjektif
 Aktif melakukan hubungan seksual :
Pasien mengatakn belum pernah melakukan hubungan suami istri
 Penggunaan kondom saat berhubungan:
Pasien mengatakantidak pernah menggunkan kondom
 Masalah/kesulitan dalam hubungan seksual:
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mempunyai masalah namun selama perawatan
pasien tidak bisa melakuan hubungan seksual.
 Data Objektif :
 Tidak ada gangguan dan masalah

12. System Hematologi


 Riwayat transfuse darah :
Pasien mengatakn tidak mempunyai riwayat tranfusi darah sebelumnya.
E. Data Tambahan
1. Pola aktifitas, istirahat dan tidur
 Data Subjektif :
 Aktifitas yang biasa dilakukan :
Pasien mengatakan hanya menerima perawatan dari petugas kesehatan
 Perasaan bosan/tidak puas :
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan kembali bekerja
 Keterbatasan karena kondisi :
Pasien kesulitan dalam melakukan aktivitas karena keterbatasan dan luka yang dialami
 Lama waktu tidur : 5-7 malam : 5 -6 jam siang : 1 setengah jam
 Hasil temuan lain : pasien mengatakan kesulitan tidur
 Data Objektif :
 Respon terhadap aktivitas yang teramati :
Kardiovaskuler : nadi 90 x/menit, irama jantung normal, TD: 130/80 mmhg
Pernafasan : 22 x/ menit
 Status mental : Pasien tampak lemah dan berusaha untuk beristirahat
 Mata merah : (+)
 Kelopak mata berwarna gelap : terdapat sedikit mata panda karena kesulitan beristirahat
 Terlihat menguap : pasien tampak menguap sesekali
2. Integritas ego (status psikososial)
 Data subyektif :
 Faktor- factor stress :
Factor stressor saat ini adalah penyakit yang dalami pasien saat ini, pasien merasa cemas
dan gelisah dengan kondisi penyakitnya, pasien juga mengatakan ingin segera sembuh.
 Cara mengatasi stress :
Dengan berdoa dan dukungan keluarga
 Masalah-masalah financial :
Pasien mengatakan tidak khawatir karena di bantu oleh keluarga dan menggunakan kartu
kesehatan

 Status hubungan :
Pasien merupakan seorang istri sebagai ibu rumah tangga dalam mengasuh dan mengurus
suaminya.
 Factor-faktor budaya :
Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah
 Gaya hidup :
Pasien memiliki gaya hidup yang sedikit kurang sehat seperti seorang suka mengkonsumsi
manis-manis
 Perasaan ketidakberdayaan :
Pasien terkadang merasa tidak berdaya karna tidak bisa bekerja untuk keluarganya dan
harus dirawat di rumah sakit
 Peran dalam keluarga :
Pasien sebagai istri untuk menopang keluraganya mengurus dirinya
 Hubungan dengan anggota keluarga yang lain :
Pasien mempunyai keluarga yang baik dan rukun selalu mendukungnya
 Orang pendukung :
Keluarga, tetangga dan teman kerja
 Komunikasi dengan orang lain :Sangat Baik
 Hasil temuan lain : (-)
 Data Obyektif
 Status emosional (pilih yang sesuai) :
Pasien merasa cemas dan gelisah
 Respon-respon fisiologis yang terobservasi : wajah tampak cemas
 Bicara : Sangat jelas
 Afasia / disartria : (-)
 Penggunaan alat bantu bicara : (-)
 Kemampuan komunikasi non verbal : (-)
 Hasil temuan lain : (-)

3. Aktivity Daily Living


 Data Subjektif :
 Aktivitas sehari-hari:
Pasien mengatakan semua aktfitasnya di bantu oleh perawat dan suaminya.
 Makan : Pasien dapat makan sendiri Kebersihan diri : Dibantu oleh suaminya
 Berpakaian : Pasien dibantu oleh istrinya
 Toileting : Pasien tidak dapat melakukannya sendiri
 Bantuan diberikan oleh : Keluarga dan perawat
 Hasil temuan lain :
Pasien tidak dapat beraktifitas karena luka yang di rasakannya.
 Data objektif :
 Penampilan umum : Pasien tampak lemas dan tampak berbaring
 Cara berpakaian : pasien berpakaian seadanya senyaman mungkin
 Bau badan : (-)
 Kebersihan badan : Badan pasien tampak bersih
 Kulit kepala : Pasien belum keramas, kulit kepala tampak sedikit kotor
Kutu : (-)
 Hasil temuan lain: (-)

4. Ketidaknyamanan
 Data Subjektif :
 Perasaan nyeri : pasien merasakan nyeri , Intensitas : hilang timbul
 Frekuensi : skala 6 Durasi : -
 Kualitas : seperti tertusuk
 Penjalaran : pada luka operasi kanan bawah
 Faktor-faktor pencetus : Bila terlalu bergerak dan beraktifitas
 Factor pemberat : Bila terlalu aktivitas berlebihan
 Cara menghilangkan : Dengan beristirahat
 Keberhasilan : Nyeri sedikit berkurang
 Hasil temuan lain : (-)

 Data Objektif :
 Mengerutkan muka : (+) , menjaga area nyeri : (+)
 Respon emosional : Pasien meringis
 Hasil temuan lain : (-)

5. Pembelajaran :
 Data Subjektif :
 Bahasa dominan : Bahasa Indonesia dan Jawa
 Keterbatasan kognitif : (-)
 Keyakinan kesehatan yang dilakukan :
Pasien mencari pelayananan kesehatan bila merasakan sakit
 Orientasi terhadap perawatan kesehatan berhubungan dengan kultur budaya/agama yang
dianut :
Tidak ada masalah yang berarti
 Pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi klien saat ini dan perawatan yang
diperlukan :
Pasien mengatakan tahu tentang penyakitmya dan tindakan yang akan dilakukan kedepannya
untuk kesembuhan penyakitnya dan pasien merasa cemas dan takut karena merupakan kali
pertama mengalami penyakitnya.
 Hasil temuan lain : (-)
 Data Objektif :
 Klien dan atau keluarga tampak bingung dan bertanya-tanya:
Pasien bertanya-tanya untuk perawatan dan kesembuhannya.

F. Data Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Hasil normal Satuan

Hemoglobin 14 14.0 - 18.0 g/dL

Hematokrit 44 40 – 50 %

Eritrosit 5,8 4,5 – 6 Juta/ ul

Leukosit 15.300 4.0 – 10.0 Juta

Trombosit 167.000 150 – 400 Juta

2) Pemeriksaan Hasil USG


 Suspect Appendicitis : dengan ada periappendicular ilfilrate
 Ada cairan bebas intraabdominalis ( Menyokong Peritonitis )
 Organ-organ abdomen lain normal

3) Hasil Pemeriksaan EKG


 Hasil pemeriksaan jantung : BJ s1 & s2 normal, murmur dan gallop tidak ada. capillary refill 2 –
3 detik , tidak ada nyeri dada, tekanan darah = 130/80 mmHg, Nadi = 90 x/mnt, RR = 22 x/mnt.
 Hasil EKG : Sinus Takikardi

5. Terapi yang didapat :

 Infuse RL 20 tpm
 Metronidazole 500 gr/8 jam
 Cefotaxim 1 gr/12 jam
 Ranitidine 25 mg/12 jam
 Norages 100 gr/8 jam

2. ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Nyeri Akut
DS : Tindakan Pembedahan (00132)
 Pasien mengatakan nyeri
pada post op appendectomy Post Op
 P : Saat bergerak dan
berubah posisi Luka Insisi
Q : Seperti tertusuk
R : Luka operasi perut Pelepasan mediator nyeri dan
merangsang nosireseptor pada
kanan bawah ujung saraf bebas serabut tipe c
S : Skala 6
T :Hilang timbul
DO : Nyeri Akut
 Wajah tampak meringis,
pasien tampak melokalisir
nyeri
 Pasien mengepalkan tangan
 Tampak luka operasi perut
kanan bawah
 Pasien melokalisir nyeri
TD : 130/80 mmhg
 N : 90 x/menit, S : 36,5 °C

2 DS : Resiko Infeksi
 Pasien mengatakan terdapat Tindakan Pembedahan (00004)
luka post op perut kanan
bawah Post Op
 Pasien megatakan luka
terasa nyeri dan panas Luka Insisi
 Pasien mengatakan balutan
perban belum diganti Pemajaman Mikroorganisme
DO :
 Terdapat luka post op pada
Resiko Infeksi
perut kanan bawah 6 cm, 8
jahitan
 Luka tampak tertutup
dengan kasa steril dan
balutan anti basah
 Leukosit : 15.100 juta
 S : 36,5 °C
 Belum dilakukan
perawatan luka lagi
 Post Op hari ke 2
3 DS : Kerusakan
 Pasien mengatakan luka Tindakan Pembedahan Integritas Jaringan
pada perut kanan bawah ( 00044 )
 Pasien mengatakan luka Post Op

post appendiktomy hari ke


2 Luka Insisi

DO :
 Tampak luka pada perut Membrane dan Jaringan

kanan bawah
 Luka tampak berdiameter 6
Kerusakan Integritas jaringan
cm, luka horizontal ( 8
jahitan.

4 DS : Hambatan
 Pasien mengatakan telah Tindakan Pembedahan Mobilitas Fisik
dilakukan operasi post op (00085)
appendiktomy Post Op

 Pasien mengatakan
pergerakan terbatas Distensi Abdomen

 Pasien mengatakan nyeri


bila bergerak dan Spasme Abdomen

baraktivitas
DO :
Nyeri
 Tampak pasien terbatas
dalam mobilitas gerakan
Mobilitas Terbatas
 Tampak luka post op
appendiktomy
 Pasien tampak berbaring
saja di tempat tidur dengan
aktivitas d bantu oleh
keluarga dan perawat

5 DS : Gangguan Pola
 Pasien mengatakan tidak Tindakan Pembedahan Tidur
bisa tidur di malam hari (00198)
karena merasa nyeri Post Op

 Pasien mengatakan dalam


sehari tidur kurang lebih 6- Luka Insisi

7 jam
Pelepasan mediator nyeri dan
merangsang nosireseptor pada
DO : ujung saraf bebas serabut tipe c
 Pasien tampak lemas,
gelisah dan terkadang
menguap. Nyeri

Kesulitan Tidur

6 DS : Penagaruh kebudayaan nilai dan Defisiensi


 Pasien mengatakan tidak kepercayaan Pengetahuan
megetahui banyak tentang (00126)
penyakitnya Tidak mengkonsumsi makanan
 Pasien mengatakan tidak sumber protein yang dapat
boleh mengkonsumsi membantu proses penyembuhan
makanan seperti daging dan luka
ikan karena akan membuat
luka nya tidak cepat Defisiensi Pengetahuan
sembuh.
DO :
 Pasien tampak bertanya
tentang penyakitnya
 Pasien tampak
kebingungan

3. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


 Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik

 Resiko infeksi berhubungan prosedur invasif

 Kerusakan integritas jaringan berhubungan prosedur bedah

 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

 Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi

 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Hari / Tgl NOC NIC TTD


.
1 Rabu, Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
24 /6/2020 keperawatan selama 3×24 jam, ( 1400 )
diharapkan pasien dapat 1. Identifikasi lokasi,
mengontrol nyeri yang dirasakan kharakteristik, durasi, C
dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri. H
Kontrol Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri R
(01605) 3. Ajarkan teknik I
1. Melaporkan nyeri terkontrol nonfarmakologik untuk S
2. Kemampuan mengenali mengurangi rasa nyeri T
penyebab nyeri meningkat (Relaksasi Benson) I
3. Kemampuan menggunakan 4. Kontrol lingkungan yang N
teknik nonfarmakologik memperberat rasa nyeri
meningkat (Suhu, ruangan,
4. Keluhan nyeri menurun pencahayaan, kebisingan)
5. TTV dalam rentang normal 5. Kolaborasi pemberi
ananagetik

2 Rabu, Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi


(1860)
24 /6/2020 keperawatan selama 3×24 jam,
diharapkan tidak terjadi infeksi 1. Bersihkan lingkungan C
dengan kriteria hasil : setelah digunakan oleh H
Status Imunitas pasien R
(0702)
2. Ganti alat perawatan luka I
1. Tidak ada infeksi berulang pasien sesuai protocol S
2. Kulit utuh 3. Pertahankan teknik aseptic T
3. Membran utuh 4. Pastikan teknik perawatan I
luka yang tepat N
5. Dorong intake cairan /
nutrisi yang adekuat
Kontrol Infeksi 6. Ajarkan pasien dan
(1807)
keluarga tanda-tanda
1. Deskripsi factor-faktor yang infeksi dan melaporkan
meningkatkan transmisi pada petugas
2. Deskripsi tanda dan gejala Pencegahan Infeksi
(6550)
Kontrol Resiko
(1902)
1. Monitor tanda gejala
1. Mengenali resiko infeksi sitemik dan local
2. Memonitor factor resiko 2. Monitor hasil lab
lingkungan 3. Batasi jumlah pengunjung
3. Memodifikasi gaya hidup 4. Inspeksi kondisi luka
untuk mengurangi factor 5. Pertahankan teknik aseptic
resiko
3 Rabu, Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perawatan luka
24 /6/2020 keperawatan selama 4×24 jam, (3540)
diharapkan integritas kulit dapat 1. Monitor suhu dan warna
optimal dengan kriteria hasil : kulit
Integritas jaringan : 2. Jaga kulit agar tetap C
( membrane mukosa ) kering dan bersih H
(1101)
3. Mobilisasi pasien tiap 2 R
1. Warna kulit disekitar luka
jam sekali secara kontinyu I
tidak pucat/sianosis
4. Monitor status gizi S
2. Denyut nadi perifer teraba
5. Lakukan perawatan luka T
kuat dan regular
steril I
3. Sensorik dan motorik baik
6. Bandingkan dan catat N
Penyembuhan luka :
Tahap primer/sekunder perubahan luka
(1102)/(1103)
7. Jaga linen tetap kering dan
1. Kulit sekitar luka kering bersih
2. Berkurangnya 8. Kolaborasi pemberian
penyembuhan luka, pus, obat
tidak ada bau
busuk/menyengat tidak ada
3. Luka kering
4 Rabu, Setelah dilakukan tindakan Perawatan Tirah Baring
( 0740 )
24 /6/2020 keperawatan selama 4×24 jam,
diharapkan tidak terjadi 6. Balikan pasien sesuai
hambatan pada mobilitas fisik dengan kondisi kulit
pasien dengan kriteria hasil : 7. Ubah posisi minimal 2
Pergerakan jam secara kontinyu
(0208) 8. Monitor komplikasi dari
6. Mempertahankan posisi tirah baring (mis.,
optimal kehilangan tonus otot, C
7. keseimbangan nyeri punggung, H
8. Memverbalisasikan perasaan peningkatan stress, R
dalam meningkatkan depresi, kebingungan, I
kekuatan dan kemampuan perubahan siklus tidur, S
berpindah infeksi saluran kemih, T
kesulitan dalam I
berkemih,) N
9. Bantu dalam memenuhi
kebutuhan
Pencegahan Jatuh
(6490)

1. Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur
2. Identifikasi prilaku dan
factor yang
mempengaruhi resiko
3. Pasang pengaman tempat
tidur

5 Rabu, Setelah dilakukan tindakan


24 /6/2020
keperawatan selama 3×24 jam, 1. Monitor TTV pasien
C
diharapkan pola tidur pasien 2. Kaji pola tidur pasien
H
membaik,dengan kriteria hasil : dan jumlah jam tidur R
I
1. Pola tidur pasiem membaik 3. Identifikasi penyebab
S
2. Melaporkan bisa pasien kesulitan tidur
beristirahat dimalam dan 4. Ciptakan suasana yang T
nyaman dengan I
siang hari
membatasi pengunjung N
3. Pasien tampak lebih segar
6 Rabu, Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penilaian tentang
24 /6/2020 keperawatan selama 1×24 jam, tingkat pengetahuan C
diharapkan pengetahuan pasien pasien tentang proses H
meningkat,dengan kriteria hasil : penyakit yang spesifik R
2. Berikan informasi factual I
1. Pasien dan keluarga
mengenai diagnosis, S
menyatakan pemahaman
pengobatan, prognosis, T
tentang penyakit, kondisi,
3. Gambarkan tanda dan I
prognosis, dan program
gejala yang biasa muncul N
pengengobatan
pada penyakit dengan cara
2. Pasien dan keluarga mampu
yang tepat
menjelaskan kembali apa
4. Sediakan informasi pada
yang dijelaskan
pasien tentang kondisi
dengan cara yang tepat
seperti nutrisi yang baik
untuk penyembuhan luka
JURNAL DAN WOC APPENDICITIS

OLEH :

CHRISTIN YULIANI BOMBING


( 071191011)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS


KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2020
WOC KASUS
APENDISITIS
Etiologi Infeksi kuman dari colon (E. Coli)
Obstruksi lumen apendiks oleh:
- Fecalith (massa feses yang keras)
- Hiperplasia dari folikel limfoid
- Benda asing (seperti biji cabai, biji
jeruk)
- Tumor apendiks

Fecalist, benda asing, tumor

Obstruksi lumen apendik dan peningkatan Tekanan intra lumen

Penekanan pembuluh darah lumen Dan terjadi kematian sel /kerusakan jaringan

Inflamasi Apendik

APENDISITIS

Pre Op Tindakan Pembedahan Post Op

Daftar Pustaka:
1. Bulechek, Gloria M (et al). Efek2016. Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi 6.Anas luka
Terjemahan Intansari Nurjanah,
Distensi
Roxsana Devi Tumanggor.
abdomen Singapore:
tesi Eslevier.
Respon peradangan Peningkatan Tindakan2.invasif
Herdman, T. Heather. 2016. Nanda International Inc.
vaskularisasi dan apendiktomi Pemajanan
Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017
permebilitas Spasme
Edisi 10. Terjemahan Budi Mikoorgani
Anna Keliat (et al). Jakarta :
Mual,
Pelepasan mediator darah meningkat EGC.
Perubahan status abdomen sme
Munt
nyeridan merangsang 3. Moorhead, Sue (et al).ah 2016. Nursing Outcomes
kesehatan
nosireseptor pad ujung Classification (NOC) Edisi 5. Terjemahan Mk : Intansari
saraf bebas serabut tipe c Peningkatan intra Nurjanah, nyeri Devi Tumanggor. Singapore:
Roxsana Resiko Eslevier.
Ketidak tahuan
abdominal dan 4. Wong, L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Infeksi Pediatrik,
penekanan gaster Edisi 4. Jakarta: EGC
Mobilitas
Pengiriman impuls nyeri Koping individu
5.
tidak efektif terbatas
ke medulla spinalis
Mual Muntah Mk :
sehingga terjadi nyeri
MK : Ansietas Mk : Kerrusakan
difus epigastrium menjalar
Hambatan Integritas
ke RLQ abdomen anoreksia
Mobilitas Jaringan
Fisik
MK :
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
MK : Nyeri Akut

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Klien Post Operasi
Apendektomi di Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember
(The Effect of Early Mobilization on The Change of Pain Level in Clients with Post
Appendectomy Operation at Mawar Surgical Room of Baladhika Husada Hospital
Jember Regency)

Rr. Caecilia Yudistika Pristahayuningtyas, Murtaqib, Siswoyo


Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember Telp/Fax. (0331) 323450 e-mail:
rr.c.y.pristahayuningtyas@gmail.com

Abstract
Appendectomy is a procedure that can cause pain. The clients with post appendictomy operation need the
maximal treatment to return the body function quckly. One of non pharmacological therapy that can be
used to decrease the pain is early mobilization. Early mobilization is useful to distract clients from the
pain. The objective of this research was to analyze the effect of early mobilization on the change of pain
level in clients with post appendectomy operation at Mawar Surgical Room of Baladhika Husada
Hospital Jember Regency. Independent variable of this research was early mobilization and dependent
variable was the change of pain level. This research used pre experimental: one group pretest posttest
design. The sampling collection technique used was consecutive sampling involving 8 individuals. Data
analysis used t-dependent testing with the significance level of 95% (α=0,05). Data analysis regarding
dependent t-test showed that there was a significant difference between pretest and posttest after early
mobilization (p=0,000). The conclusion of this research suggested that there is an effect of early
mobilization on the change of pain level. The early mobilization is expected to be applied as one of
methods in providing nursing care to clients with post appendectomy operation.

Keywords: early mobilization, appendectomy, pain

Abstrak
Apendektomi adalah prosedur yang dapat menyebabkan nyeri. Nyeri merupakan pengalaman yang
diekspresikan berbeda oleh setiap orang. Klien post operasi apendektomi membutuhkan perawatan yang
maksimal yang dapat membantu pemulihan fungsi tubuh. Salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat
mengurangi nyeri adalah mobilisasi dini. Mobilisasi dini berguna untuk mengalihkan perhatian klien dari
nyeri yang dirasakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mobilisasi dini
terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendektomi. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian pre eksperimental: one group pretest-postest. Teknik sampling yang digunakan adalah
consecutive sampling yang melibatkan 8 orang tanpa kelompok kontrol. Analisis data yang digunakan
adalah dependent t- test dengan tingkat signifikansi 95% (α = 0,05). Analisis data menggunakan
dependent-t test didapatkan hasil p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara skala nyeri sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendektomi.
Mobilisasi dini ini diharapkan dapat diterapkan sebagai salah satu metode dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan post operasi apendektomi.

Kata kunci: mobilisasi dini, apendektomi, nyeri


Pendahuluan di dunia tahun 2007 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah
penduduk dunia. Angka kejadian apendisitis di negara maju
Apendisitis adalah peradangan dari apendik lebih besar daripada di negara berkembang. Satu dari 15 orang
vermiformis, dan merupakan penyebab masalah pernah menderita apendisitis dalam hidupnya, yakni jumlah
abdomen yang paling sering [1]. insidens apendisitis penderita appendisitis di Indonesia mencapai 591.819 orang
dan angka kejadian apendisitis meningkat pada tahun Metode Penelitian
2009 sebesar
Penelitian ini menggunakan pre experimental
596.132 orang. Data Depkes 2008 didapatkan bahwa
design dengan metode pendekatan one group pretest-
insidens apendisitis di Indonesia menempati urutan
posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya [2].
klien post operasi apendektomi pada Bulan Mei 2015
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
di Ruang Bedah Mawar Rumah Sakit Baladhika
Ruang Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada
Husada Kabupaten Jember. Teknik pengambilan
Kabupaten Jember, didapatkan data kasus
sampel yang digunakan adalah consecutive sampling.
apendektomi yang terjadi pada tahun 2013 sebanyak
Sampel dalam penelitian ini adalah klien post operasi
64 dan 2014 sebanyak 71 kasus. Menurut perawat di
apendektomi pada Bulan Mei 2015 di Ruang Bedah
Ruang Bedah Mawar Rumah Sakit Baladhika
Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten
Husada, mobilisasi selalu dilakukan pada klien post
Jember sebanyak 8 responden.
operasi apendektomi dan biasa dilakukan setelah 24
Teknik pengumpulan data dengan
jam pertama post operasi apendektomi, namun
menggunakan lembar observasi Numeric Rating
mobilisasi dini untuk klien post operasi apendektomi
Scale (NRS). Mobilisasi dini dilakukan 1x24 jam
belum memiliki Standart Operasional Prosedur (SOP)
selama ± 45 menit, dalam 6-8 jam pertama post
yang tetap.
operasi apendektomi yang terdiri dari dua langkah
Prosedur apendektomi merupakan bagian dari
yakni langkah pertama menggerakkan ekstremitas
prosedur laparatomy. Pasien post laparatomy
klien dengan menekuk dan meluruskannya, masing-
memerlukan perawatan yang maksimal untuk
masing diulang 3 kali, setiap pengulangan 8 kali
mempercepat pengembalian fungsi tubuh [3].
hitungan, kemudian langkah kedua melakukan miring
Tindakan apendektomi merupakan peristiwa
kanan dan miring kiri, masing-masing selama 15
kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual pada
menit. Analisis data menggunakan analisis deskriptif
integritas seseorang baik biopsikososial spiritual
dan analisis inferensial. Analisis deskriptif untuk
yang
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
responden. Analisis inferensial menggunakan uji
statistik paramaterik dependent-t test.

Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin di Ruang Bedah Mawar Rumah
Sakit Baladhika Husada Kabupaten
Jember Periode
4-27 Mei 2015 (n=8)
dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Rasa Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
nyeri tersebut biasanya timbul setelah operasi. Responden (Orang)
Salah satu dari perawatan klien post operasi untuk Laki-Laki 3 37,5
mengurangi nyeri adalah dengan dilakukannya Perempuan 5 62,5
mobilisasi dini [4].
Mobilisasi dini mempunyai peranan penting Total 8 100
dalam mengurangi rasa nyeri dengan cara
menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di
atau daerah operasi, mengurangi aktivasi mediator
Ruang Bedah Mawar Rumah Sakit
kimiawi pada proses peradangan yang meningkatkan
Baladhika Husada Kabupaten
respon nyeri serta meminimalkan transmisi saraf
Jember Periode 4-27 Mei 2015 (n=8)
nyeri Min-
menuju saraf pusat [5]. Oleh karena itu peneliti ingin Variabel Mean SD Modus
Maks
mengetahui pengaruh mobilisasi terhadap
perubahan tingkat nyeri klien post operasi Usia 25,12 9,55 19 18-44
apendektomi di Rumah Sakit Baladhika Husada
Kabupaten Jember.
Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Mobilisasi Dini Mei 2015 (n=8)
Tabel 3. Distribusi Rerata Nilai Skala Nyeri Klien Min-
Variabel Mean SD Modus
Post Operasi Apendektomi Sebelum Maks
Dilakukan Mobilisasi Dini Periode 4-27
penurunan skala nyeri yaitu sebanyak 8 orang. Operasi Apendektomi Sebelum dan
Setelah Intervensi Mobilisasi Dini di
Tabel 6. Hasil Analisis Perbedaan Nilai Ruang Bedah Mawar Rumah Sakit
Skala Nyeri pada Klien Post Baladhika Husada Kabupaten Jember
Periode 4-
Nyeri 27 Mei 2015 (n=8)
7,75 2,37 10 4-10 P
Sebelum Variabel Mean SD t
value
Skala Nyeri Setelah Dilakukan Mobilisasi Dini Sebelum
dan
Tabel 4. Distribusi Rerata Nilai Skala Nyeri Klien Setelah
-2,12 0,83 0,000 -7,20
Post Operasi Apendektomi Setelah Intervensi
Dilakukan Mobilisasi Dini Periode 4-27 Mobilisasi
Dini
Mei 2015 (n=8) Analisis dengan menggunakan uji parametrik
Min-
Variabel Mean SD Modus dependent t-test didapatkan hasil nilai p value 0,000
Maks
(p value<0,05), maka dapat
Nyeri disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat nyeri klien
5,62 1,996 7 3-8
Setelah post operasi apendektomi sebelum dan setelah
dilakukan mobilisasi dini di Ruang
Perbedaan Nilai Skala Nyeri Sebelum dan Setelah Bedah Mawar Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten
dilakukan Mobilisasi Dini Jember.

Tabel 5. Perbedaan Nilai Skala Nyeri pada Klien Pembahasan


Post Operasi Apendektomi Sebelum dan Karakteristik Responden
Setelah Intervensi Mobilisasi Dini di Ruang Menurut Santacroce, perbandingan kejadian
Bedah Mawar Rumah Sakit Baladhika apendisitis adalah 1,4 lebih banyak pria daripada
Husada Kabupaten Jember wanita [3]. Insiden apendisitis umumnya sebanding
Periode 4-27 Mei 2015 (n=8) antara laki-laki dan perempuan [7]. Hasil penelitian
Sebelum Setelah yang telah dilakukan di Ruang Bedah Mawar Rumah
N Difference Sakit
o Nilai Kategor Nilai Kategor Baladhika Husada berkaitan dengan klien yang mengalami
Skala i Skala Skala apendisitis dan menjalani prosedur

i Skala
Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri apendektomi didapatkan hasil yang berkaitan
1 Nyeri Nyeri
10 Berat 7 -3 dengan data karakteristik responden khususnya jenis
Berat
2 Nyeri Nyeri kelamin bahwa jenis kelamin responden mayoritas
7 Berat 4 -3 adalah perempuan dengan total sebanyak 5 orang
Nyeri Sedang
Nyeri (62,5 %). Jumlah tersebut
7 6 -1
3 Berat Sedang dapat dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan
4 Nyeri Nyeri yang memiliki aturan bahwa seorang laki-laki tidak
5 Sedang 3 -2
Ringan boleh menangis, sedangkan perempuan boleh
5 Nyeri Nyeri menangis dalam situasi yang sama, sehingga dalam
4 Sedang -1
3
Ringan menginterpretasikan nyeri, perempuan lebih terlihat
6 Nyeri
10 Berat Nyeri [6].
8 -2
7 Nyeri Berat Apendisitis terjadi pada setiap orang dengan
10 Berat Nyeri berbagai variasi umur. Insiden tertingginya terdapat
7 -3
8 Nyeri Berat pada laki-laki usia 10-14 tahun dan wanita yang berusia
9 Berat Nyeri
7 -2 15-19 tahun. Apendisitis banyak terjadi pada usia ±25
Berat tahun [2].
Data tersebut juga menjelaskan bahwa Kejadian apendisitis dapat terjadi pada semua umur,
terdapat perbedaan skala nyeri sebelum dan setelah namun lebih sering menyerang usia 10-30 tahun [7].
dilakukan mobilisasi dini serta semua responden Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun,
dalam penelitian mengalami setelah itu menurun [8]. Hasil
penelitian yang dilakukan pada Mei 2015 menunjukkan apendisitis dan dilakukan prosedur apendektomi ±25 tahun.
bahwa rata-rata usia responden yang mengalami Rata-rata usia responden penelitian adalah 25 tahun
yang termasuk dewasa awal [9]. Usia tersebut pada Bedah Abdomen dalam Kontek Asuhan Keperawatan
umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan di RSUD Badung Bali mengemukakan bahwa,
utama minimum. Namun gaya hidup usia ini dapat faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri post operasi
memunculkan gangguan kesehatan. Kebiasan gaya abdomen diantaranya adalah usia, jenis kelamin,
hidup kurang olah raga dan higiene personal yang spiritualitas, budaya, tingkat pendidikan, pengalaman
buruk meningkatkan risiko terjadinya berbagi macam nyeri sebelumnya, sikap dan keyakinan, tingkat
penyakit [6]. kecemasan, dan letak insisi [13].
Hasil penelitian pada klien post operasi
Tingkat Nyeri Sebelum Dilakukan Mobilisasi Dini apendektomi sebelum dilakukan mobilisasi dini ini
Nilai mean atau rata-rata skala nyeri yang menununjukkan bahwa klien post operasi
dialami responden sebelum dilakukan mobilisasi dini apendektomi masih merasakan nyeri yang berat
adalah 7,75 atau termasuk dalam kategori skala nyeri meskipun diberikan terapi farmakologis. Oleh karena
berat menurut Mac Caffery dan Beebe. Penelitian itu diperlukan terapi nonfarmakologis yang
yang dilakukan Dian Novita pada tahun 2012, digunakan untuk mendampingi terapi farmakologis,
menunjukkan bahwa skala nyeri yang mayoritas sehingga dapat membantu untuk mengurangi nyeri.
dialami oleh klien post operasi adalah kategori skala Apabila nyeri post operasi tidak dikontrol, maka
nyeri berat [10]. Berdasarkan penelitian yang telah dapat menyebabkan proses rehabilitasi klien tertunda
dilakukan, skala nyeri responden sebelum dilakukan dan hospitalisasi menjadi lebih lama. Hal ini karena
mobilisasi dini walaupun mayoritas ada di skala 10 klien memfokuskan semua perhatiannya pada nyeri
yakni kategori nyeri berat, namun terdapat 2 yang dirasakan [4].
responden yang juga mengalami nyeri dan berada
pada skala nyeri sedang. Nyeri merupakan sensasi Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Mobilisasi Dini
subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan Hasil rata-rata skala atau nilai mean dari skala
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial [11]. nyeri klien setelah dilakukan mobilisasi dini adalah
Hasil penelitian menununjukkan bahwa tidak 5,62 (kategori nyeri sedang) dengan standar deviasi
ada responden yang tidak mengalami nyeri. Hal ini ±1,99, dalam penelitian ini tidak ada responden yang
sesuai dengan pernyataan di dalam Smeltzer & Bare, mengalami kategori tidak nyeri post operasi
dimana nyeri yang dialami klien post operasi muncul apendektomi setelah dilakukan mobilisasi dini. Skala
disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang nyeri sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini
menyebabkan tubuh menghasilkan mediator- terjadi penurunan, dari rerata 7,75 yang termasuk
mediator kimia nyeri, sehingga muncul nyeri pada kategori skala nyeri berat menjadi 5,62 yang
setiap klien post operasi [4]. Intensitas nyeri post termasuk kategori skala nyeri sedang. Hal tersebut
operasi bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai menunjukkan bahwa nilai skala nyeri responden
berat, namun menurun sejalan dengan proses sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini secara
penyembuhan [12]. Perbedaan nyeri tersebut dapat keseluruhan mengalami penurunan.
dipengaruhi beberapa faktor. Penurunan nilai skala nyeri yang berbeda-
Faktor yang mempengaruhi nyeri post operasi beda antara satu individu yang satu dengan yang lain
abdomen diantaranya adalah faktor usia, jenis dan perubahan nilai yang relatif kecil tersebut dapat
kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salah
ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya satunya karena nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua
koping, dukungan keluarga dan sosial [12]. individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Putu ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan
Artha Wijaya dalam jurnal yang berjudul Analisis respon atau perasaan yang identik pada individu.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri Nyeri merupakan sumber frustasi, baik klien maupun
Pasien Pasca tenaga kesehatan [12]. Faktor lain yang dapat
menyebabkan nilai nyeri berbeda-beda atau
bervariasi dan menunjukkan perubahan yang relatif
kecil, diantaranya adalah arti nyeri, persepsi nyeri,
toleransi nyeri, dan reaksi
terhadap nyeri [5]. bradikinin, prostaglandin, asetilkolin, substansi P, leukotrien,
Penurunan skala nyeri setelah dilakukan dan kalium pada proses peradangan yang meningkatkan respon
mobilisasi juga dipengaruhi karena mobilisasi dini nyeri serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju saraf
mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa pusat. Pergerakan fisik bisa dilakukan diatas tempat tidur
nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi pasien dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau
pada lokasi nyeri atau daerah operasi, mengurangi diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis
aktivasi mediator kimiawi seperti histamin, maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya,
miring ke kiri atau ke kanan [4]. sehingga dengan demikian fokus perhatian klien
bukan pada nyeri, namun pada aktivitas atau gerakan
Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Perubahan yang dilakukan. Distraksi dapat berkisar dari
Tingkat Nyeri pencegahan yang monoton hingga melakukan
Hasil uji statistik dependent t-test, didapatkan aktivitas fisik ataupun mental. Beberapa orang dapat
hasil uji bivariat dependent t-test atau paired t-test meredakan nyeri melalui permainan dan aktivitas [4].
dengan p value = 0,000 yang artinya terdapat Latihan mobilisasi dini dapat memusatkan
perbedaan bermakna antara skala nyeri sebelum perhatian klien pada gerakan yang dilakukan. Hal
dilakukan mobilisasi dini dengan skala nyeri setelah tersebut memicu pelepasan noreepinefrin dan
dilakukan mobilisasi dini. Berdasarkan penelitian serotonin [15]. Pelepasan senyawa tersebut
yang dilakukan, nilai skala nyeri responden setelah menstimulasi atau memodulasi sistem kontrol
dilakukan mobilisasi dini didapatkan hasil bahwa desenden. Di dalam sistem kontrol desenden terdapat
100% responden mengalami penurunan nilai skala dua hal, yang pertama terjadi pelepasan substansi P
nyeri dan hasil rerata penurunan skala nyeri klien oleh neuron delta-A dan delta-C. Hal kedua yakni
sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini adalah mekanoreseptor dan neuron beta-A melepaskan
dari rerata 7,75 yang termasuk kategori skala nyeri neurotransmiter penghambat opiat endogen seperti
berat menjadi 5,62 yang termasuk kategori skala endorfin dan dinorfin. Hal tersebut menjadi lebih
nyeri sedang. dominan untuk menutup mekanisme pertahanan
Penurunan skala nyeri tersebut dapat dengan menghambat substansi P. Terhambatnya
dipengaruhi oleh adanya pengalihan pemusatan substansi P menurunkankan transmisi saraf menuju
perhatian klien, yang sebelumnya berfokus pada saraf pusat sehingga menurunkan persepsi nyeri [4].
nyeri yang dialami, namun saat dilakukan mobilisasi
dini, pemusatan perhatian terhadap nyeri dialihkan Simpulan dan Saran
pada kegiatan mobilisasi dini. nyeri yang terjadi pada
seseorang akibat adanya rangsang tertentu seperti Kesimpulan dari hasil penelitian adalah
tindakan operasi, dapat diblok ketika terjadi interaksi terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan
antara stimulus nyeri dan stimulus pada serabut yang tingkat nyeri klien post operasi apendektomi. Hasil
mengirimkan sensasi tidak nyeri diblok pada sirkuit ini menunjukkan bahwa mobilisasi dini dapat
gerbang penghambat [14]. diberikan untuk menurunkan skala nyeri klien pada
Terdapat penatalaksanaan farmakologis dan klien post operasi apendektomi.
juga penatalaksanaan nonfarmakologis untuk nyeri. Penelitian ini diharapkan dapat semakin
Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologis diantaranya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan
adalah distraksi dan teknik relaksasi. Salah satu memberikan mobilisasi dini post operasi khususnya
distraksi adalah dengan cara mengajak klien yang apendektomi sehingga dapat menjadi salah satu
mengalami nyeri untuk bergerak dan melakukan intervensi untuk mengurangi nyeri non farmakologis.
aktivitas, Selain itu, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
penelitian lanjutan yang dapat berupa penelitian
eksperimen dengan tingkat estimasi yang lebih
akurat, melibatkan kelompok kontrol, dan
menggunakan jumlah sampel yang lebih besar.

Ucapan Terima Kasih


Peneliti menyampaikan terima kasih kepada
responden penelitian dan instansi Rumah Sakit
Baladhika Husada Kabupaten Jember terutama
Ruang Bedah Mawar yang membantu peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
Daftar Pustaka
[1] Dermawan, Rahayuningsih. Keperawatan medikal bedah: sistem pencernaan. Yogyakarta: Gosyen
Publishing; 2010.
[2] Eylin. Karakteristik pasien dan diagnosis histologi pada kasus
apendisitis berdasarkan data registrasi di departemen patologi anatomi fakultas kedokteran
indonesia rsupn cipto mangunkusumo pada tahun 2003-2007. Tesis. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia [internet]. 2009. [diakses tanggal 3 Oktober 2014].
dari:http://www.google.com/url? q=http://lib.ui.ac.id/file%3Ffile
%3Ddigital/122559-09008fkKarakteristik
%2520pasien&ved.
[3] Muttaqin dan Sari. Asuhan keperawatan perioperatif. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
[4] Smeltzer, Bare. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC; 2002
[5] Hidayat AAA. Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika; 2006.
[6] Potter PA, Perry AG. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC;
2005.
[7] Sjamsuhidajat dan Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi Revisi. Jakarta: EGC; 1997.
[8] Mansjoer. Kapita selekta kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Kedua. Jakarta: Media Aeculapius; 2000.
[9] Republik Indonesia. Depkes RI. Profil kesehatan indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia;
2009.
[10] Novita. Pengaruh terapi musik pada nyeri post operasi open reduction and internal
fixation (orif) di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu
Perawatan Universitas Indonesia [internet]. 2012. [diakses tanggal 14 Maret
2015]. dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital / 20328120-T30673%20-%20Pengaruh%
20terapi.pdf.
[11] Siswati. Pengaruh masase kulit terhadap penurunan rasa nyeri pada pasien post apendiktomi di
rindu b2 RSUP H. Adam Malik Medan 2010. Skripsi. Surakarta: Stikes Kusuma Husada.
[internet]. 2010. [diakses tanggal 16 April 2015]. Dari:
http://digilib.stikeskusumahusada. ac.id/files/disk 1/ 10 /01- gdl- rafideviar- 473- 1- rafidev-
n.pdf.
[12] Potter PA, Perry AG. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta:
EGC; 2006.
[13] Wijaya IPA. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasien pasca bedah
abdomen dalam kontek asuhan keperawatan di rsud badung bali. Jurnal Dunia Kesehatan Vol. 3
(1). [internet]. 2014. [diakses tanggal 9 Juni 2015]. dari: http://www.triatma-
mapindo.ac.id/ojsstikes/index.php/JDK3/arti cle/view/35.
[14] Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2008.
[15] Rospond RM. Pemeriksaan dan penilaian nyeri. [internet]. 2008. [diakses 14 Maret
2015]. dari:https://lyrawati.files.word press.com/2008/27/pemeriksaan-dan-
penilaian-nyeri.pdf.

Anda mungkin juga menyukai