DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
HELNI 1911102415138
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah prinsip budi daya sel.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah ini sebagai mana
mestinya.
Penyusun
KULTUR SEL
Kultur sel merupakan suatu proses saat sel hidup ditempatkan ke dalam suatu media yang
dapat membuat sel tersebut berkembang biak atau tumbuh secara in vitro. Media kultur
buatan yang digunakan untuk menumbuhkan sel di luar tubuh organisme dibuat semirip
mungkin dengan cairan biologis pada saat sel berada dalam tubuh organisme. Kultur sel dapat
berupa kultur sel primer maupun cell line. Kultur sel primer merupakan kultur yang dimulai
dari sel, jaringan, organ yang diperoleh langsung dari organisme asalnya, sedangkan cell line
ialah kultur yang diperoleh dari subkultur pertama dari kultur primer.
Kultur sel primer adalah kultivasi (penanaman) pertama sel pada kondisi sintetik. Kultur
sel primer merupakan kultur sel langsung dari jaringan tubuh. Kultur sel primer memiliki
beberapa kelemahan di antaranya kebutuhan hewan percobaan sebagai bahan baku kultur
yang besar dan kemungkinan besar adanya kontaminasi virus atau mikroba yang dapat
menginfeksi hewan percobaan yang akan digunakan sebagai stok kultur.
Keterbatasan teknik kultur sel antara lain dalam pembuatan kultur sel memerlukan
keahlian dan keterampilan khusus yang menjamin bahwa seluruh mata rantai prosedur
pembuatannya terkontrol secara aseptis. Metode dalam kultur sel terdiri atas kultur
monolayer dan kultur suspensi. Metode kultur monolayer digunakan jika sel yang akan
dikultur merupakan sel yang melekat, sedangkan metode kultur suspensi digunakan untuk sel
yang tidak melekat. Prinsip umum maupun metode yang digunakan dalam kultur sel
invertebrata, relatif sama dengan prinsip maupun metode kultur yang digunakan dalam kultur
sel vertebrata.
Kebutuhan nutrisi
Untuk menciptakan kondisi yang mampu merangsang proliferasi sel, dalam medium
perlu ditambahkan glukosa, asam amino, vitamin, dan beberapa garam tertentu yang
dibutuhkan sesuai jenis sel yang dikultur. Medium pertumbuhan yang sering dipakai untuk
kultur sel mamalia adalah Dulbecco’s Modified Eagle Medium (DMEM). Medium tersebut
merupakan modifikasi dari Basal Medium Eagle (BME) yang mengandung konsentrasi
asam amino dan vitamin empat kali lipat lebih banyak.
Asam amino dan vitamin yang ditambahkan dalam media berfungsi sebagai suplemen
tambahan. Awalnya DME mengandung 1000 mg/L glukosa dan dilaporkan pertama kali
digunakan untuk kultur embrio tikus. Selain asam amino dan vitamin, medium ini juga
mengandung asam folat, nikotinamid, riboflavin, vitamin B-12, dan garam mineral seperti
kalsium korida, potasium klorida, magnesium sulfat, sodium klorida, dan monosodium
fosfat.
pH
Temperatur yang ideal untuk pertumbuhan sel adalah pada 37°C dengan pH optimal
7,4. Selama kultur diusahakan pH tidak lebih rendah dari 7,0 karena pH yang rendah akan
memperlambat pertumbuhan sel. Kestabilan pH dapat dijaga dengan sistem buffer
karbondioksida-karbonat sama seperti dalam darah. Medium dasar untuk kultur sel adalah
larutan garam seimbang. Larutan ini berfungsi untuk menciptakan pH dan osmolaritas
fisiologis yang dibutuhkan untuk mempertahankan viabilitas sel in vitro.
teknik steril
Ada dua teknik dalam kultur sel, yaitu teknik enzimatik dan teknik eksplan langsung.
Teknik enzimatik, telah dilaporkan mengenai tingkat keberhasilan isolasi keratinosit
manusia dengan berbagai variasi konsentrasi, termasuk tripsin dan dispase, kondisi
enzimatiknya, serta konsentrasi kalsium dalam medianya.
Sedangkan untuk teknik eksplan langsung, prosedurnya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan teknik enzimatik. Selain itu, dalam teknik eksplan langsung diperoleh
hasil keratinosit pertama lebih cepat dibandingkan dengan teknik enzimatik.
Menurut Suryowinoto (1991) kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue
culture, weefsel cultuus, atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah
sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama.
Kultur jaringan digunakan sebagai istilah umum yang juga meliputi kultur organ ataupun
kultur sel. Istilah kultur sel digunakan untuk berbagai kultur yang berasal dari sel-sel yang
terdispersi yang diambil dari jaringan asalnya, dari kultur primer, atau dari cell line atau
cell strain secara enzimatik, mekanik, atau disagregasi kimiawi.
Kultur jaringan adalah metode penelitian biologi di mana fragmen jaringan dari hewan
atau tumbuhan yang ditransfer ke lingkungan buatan di mana mereka dapat terus bertahan
dan berfungsi. Jaringan kultur dapat terdiri dari satu sel, populasi sel, atau keseluruhan
atau sebagian dari organ. Sel dalam kultur dapat berkembang biak, mengubah ukuran,
bentuk, atau fungsi, dengan menunjukkan aktivitas khusus (sel-sel otot, misalnya,
mungkin berkontraksi), atau berinteraksi dengan sel lain. Kultur jaringan merupakan
perkembangan yang relatif baru. Pada tahun 1907 ahli zoologi Amerika Ross G. Harrison
berhasil menunjukkan proses pertumbuhan sel saraf katak dalam medium gumpalan getah
bening. Setelah itu, sejumlah peneliti berhasil dalam budidaya sel hewan, gunakan
sebagai media kultur berbagai cairan biologis, seperti getah bening, darah serum, plasma,
dan ekstrak jaringan.
Teknik steril
Ada tujuh macam teknik kultur jaringan. Berikut adalah beberapa teknik dalam
melakukan kultur jaringan :
1. Kultur meristem
Meristem sering digunakan sebagai penyebut untuk ujung tunas dari tunas apikal
atau lateral. Meristem sendiri sebenarnya merupakan apikal dome dengan
primordia daun terkecil, yang mana biasanya mempunyai diameter kurang dari
2mm
2. Kultur kalus
Kultur kalus merupakan kultur yang diambil dari bagian eksplan yang sudah
membentuk kalus. Dalam teknik yang satu ini, produksi kalus biasanya dihindari
karena dapat menimbulkan variasi
Kadang-kadang, eksplan justru menghasilkan kalus dan bukan tunas baru,
khususnya jika diberikan hormon dengan konsentrasi tinggi pada media
a. Pembuatan Media,
dimana media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam mineral
berisi unsur makro dan mikro asam amino, vitamin, gula serta hormon tumbuhan
dengan perban dingan tertentu. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan
juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari
kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung
reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan
cara memanaskannya dengan autoklaf;
b. Inisiasi,
merupakan kegiatanpengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas;
c. Sterilisasi,
adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang
melakukan kultur jaringan juga harus steril;
d.Multiplikasi,
merupakan kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi
yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat
yang steril dengan suhu kamar;
e Aklimatisasi.
adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap.
BAB III
a. Kesimpulan
Kultur sel merupakan suatu proses saat sel hidup ditempatkan ke dalam suatu media yang
dapat membuat sel tersebut berkembang biak atau tumbuh secara in vitro. Media kultur
buatan yang digunakan untuk menumbuhkan sel di luar tubuh organisme dan Kultur
jaringan adalah metode penelitian biologi di mana fragmen jaringan dari hewan atau
tumbuhan yang ditransfer ke lingkungan buatan di mana mereka dapat terus bertahan dan
berfungsi dan dalam kultur sel serta kultur jaringan terdapat sumber dan zat yang
mempengaruhi atau pendukung seperti kebutuhan nutrisi, sub kultur, pH, teknik steril dan
aplikasi kultur sel
b. Saran
Pelaksanaan kultur sel dan kultur jaringan di indonesia belum cukup banyak dilakukan.
Kami menyarankan kepada pemerintah sebaiknya ikut memperhatikan masalah
mengenai pengembangan kultur tersebut sehingga bisa menjadi cara cara yang lebih
efesien
DAFTAR PUSTAKA
Vlak, J.M., Gooijer CD de, et al. 1996. Insert Cell Culture Fundamental and Apllied Aspect.
USA : Kluwer Academic Publishers.
Klingbeil, M.F.G., Herson, M.R., et al. 2009. Comparison Of Two Cellular Harvesting
Methods For Primary Human Oral Culture Of Keratinocytes. Cell Tissue Bank. 10(3): 197-
204.
Leland DS, Ginocchio CC. 2007. Role Of Cell Culture For Virus Detection in the Age of
Technology. Clinical Microbiology Reviews.