BAB 9
BIAYA MODAL
PERUSAHAAN
Biaya Modal Perusahaan 2
Secara teoritis biaya modal saham biasa (ke) dapat diartikan sebagai tingkat
pendapatan minimum yang harus diperoleh perusahaan atas investasi yang
dibelanjai dengan saham biasa. Pendapatan saham biasa bersifat tidak pasti,
oleh karena itu dalam penentuan besar kecilnya biaya modal saham biasa
dipergunakan beberapa pendekatan:
ke = Rf + premi risiko
Contoh:
Misalkan pendapatan investasi bebas risiko (suku bunga deposito pada
bank pemerintah), sebesar 15% dan premi risiko sebesar 5%, maka
biaya modal saham biasa menjadi :
ke = 15% + 5% = 20%
Biaya Modal Perusahaan 3
Rit = Rf + ( Rmt – Rf ) i
Keterangan :
Rit = Pendapatan saham i pada periode t.
Rf = Pendapatan investasi bebas risiko.
Rmt = Pendapatan pasar pada periode t
i = Koefisien risiko sistematis saham i.
Contoh :
Misalkan, suatu perusahaan menerbitkan saham biasa dengan beta ( )
1,5 dan pendapatan pasar yang diharapkan E(Rm) sebesar 20%.
Pendapatan investasi bebas risiko sebesar 10%. Dengan demikian
biaya modal saham biasa adalah :
D1 D2 Dn
P0 = ------------- + ---------------- + -------- + -------------
( 1 + k e )1 ( 1 + ke )2 ( 1 + ke )n
Keterangan :
D
P0 = ------------- atau
ke
D
ke = --------------
P0
Contoh:
Perusahaan ALFA, menerbitkan saham biasa dengan nilai nominal
Rp 1,000,00 dijual dengan harga sebesar Rp 1.500,00. Setiap tahun
perusahaan membagikan dividen yang tetap jumlahnya, yaitu Rp
150,00. Dengan demikian biaya modal saham biasa adalah :
Rp 150,00
ke = ---------------------- x 100% = 10%
Rp 1.500,00
D1
P0 = --------------
ke - g
D1
ke = -------------- + g
P0
Contoh:
Apabila dividen saham perusahaan ALFA, diperkirakan tumbuh
sebesar 5% setiap tahun, maka biaya modal saham biasa
perusahaan ALFA menjadi:
Biaya Modal Perusahaan 5
Rp 150,00
ke = ------------------------ + 5% = 15%
Rp 1.500,00
5 Do ( 1 + g1 )t 10 D5 ( 1 + g2 )t D10 ( 1 + g3 )t
P0 = ------------------ + ------------------ + -------------------
t=1 t t=6 t t=11
( 1 + ke ) ( 1 + ke ) ( 1 + k e )t
n It + Pt
P0 = ----------------
t=1 ( 1 + kd )t
Keterangan :
P0 = Harga pasar atau harga jual surat utang yang diterbitkan perusahaan.
n = Jangka waktu jatuh tempo utang.
It = Besarnya bunga yang dibayarkan pada periode t.
Pt = Nilai pelunasan pokok utang pada periode t
kd = Biaya modal utang sebelum pajak.
Contoh :
nilai nominal. Tingkat bunga obligasi sebesar 8% per tahun dan bunga
dibayarkan setiap tahun. Obligasi jatuh tempo dalam waktu 10 tahun.
Karena obligasi dijual dengan harga sama dengan nilai nominal, maka
biaya modal obligasi (kd) adalah sama dengan YTM (yield to maturity) dari
obligasi tersebut, yaitu kd = 8%. Dengan kata lain, jika perusahaan tidak
mampu menghasilkan internal rate of return sebesar 8%, dari investasi
yang dilakukan, maka perusahaan tidak akan sanggup untuk membayar
bunga dan nilai pokok dari obligasi tersebut.
Karena kd adalah biaya modal utang obligasi sebelum pajak, maka biaya
modal utang obligasi setelah pajak dapat dihitung sebagai berikut :
kd* = kd ( 1 – t )
Keterangan :
Apabila obligasi dijual dengan harga tidak sama dengan nilai nominal,
berarti terjadi premi atau diskonto.
Besarnya biaya modal utang setelah pajak dapat dihitung dengan rumus :
( 1 – t ) Ct + 1/n ( P – Io )
kd* = --------------------------------------------
1/2( P + Io )
Keterangan :
Saham istimewa memiliki sifat yang memiliki kesamaan dengan utang dan
saham biasa. Sifatnya sama dengan utang karena dividen saham istimewa
jumlahnya tetap dinyatakan sebagai prosentase tertentu dari nilai nominal,
dan sama dengan saham biasa, karena saham istimewa tidak mempunyai
waktu jatuh tempo.
D
kp = --------------- x 100%
P0
Keterangan :
Contoh:
Rp 400,00
kp = ------------------------- x 100% = 10%
Rp 4.000,0
Oleh karena itu biaya modal laba ditahan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
D1
kr = ----------------- + g
Po
Keterangan :
Contoh:
Suatu perusahaan melakukan investasi sebesar Rp 100 juta, dibelanjai
dengan sumber dana sebegai berikut :