Anda di halaman 1dari 7

PENGUKURAN KONSUMSI OKSIGEN (VO2MAX), LAMA ISTIRAHAT,

DAN PERUBAHAN SUHU TUBUH OPERATOR SAAT BERAKTIVITAS


FISIK MENGGUNAKAN SEPEDA STATIS

Stephanus Benedictus Bera Liwun

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri


Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok
Telp. (021) 78881112 Ext. 403

ABSTRAK
Manusia mendapatkan energi untuk melakukan olahraga dari makanan,
dan manusia membutuhkan waktu istirahat untuk memulihkan kondisi tubuh
semula sehingga tidak terjadi kelelahan. Keletihan dapat dikurangi dengan
mengukur kinerja fisiologis seseorang. Pengukuran kinerja fisiologis dalam
penelitian ini, menggunakan denyut jantung per menit dari aktivitas mengayuh
sepeda statis dalam dua kondisi yang berbeda serta dua waktu yang berbeda
pula. Penelitan ini membahas bagaimana kondisi fisiologis seperti konsumsi
oksigen, lama istirahat, dan perubahan suhu tubuh seorang setelah mengayuh
sepeda statis. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah besar konsumsi energi
sebesar 3,6944 Kkal/menit berarti kebutuhan oksigen sebesar 0,7696 liter.
Simpulan yang didapatkan dari pengukuran fisiologi adalah perubahan denyut
jantung dan suhu tubuh pada saat sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.

Kata Kunci: Fisiologi, konsumsi energi, kebutuhan oksigen, suhu tubuh, sepeda
statis

PENDAHULUAN

Seorang manusia dalam melakukan kegiatannya memerlukan energi.


Jumlah energi yang digunakan dalam melakukan kegiatan tergantung pada jenis
kegiatan yang dilakukan. Jika seseorang melakukan olahraga menggunakan
peralatan seperti barbel, treadmil, sepeda statis, dan lain-lain selama beberapa
waktu dapat menyebabkan manusia tersebut mengalami kelelahan. keletihan di
sini adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat melakukan aktivitas
sebagaimana mestinya oleh karena itu dilakukan pengukuran kinerja fisiologis.
Kinerja fisiologis yang diukur dengan cara tidak langsung yaitu dengan
menggunakan denyut jantung per menit dari seseorang yang melakukan olahraga
dengan mengayuh sepeda statis. Sepeda statis digunakan karena lebih mudah
untuk mengukur kinerja fisiologis secara tidak langsung. Sepada statis yang
digunakan dibuat dengan dua kondisi yang berbeda dengan dua waktu yang
berbeda pula. Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur metabolisme dalam
tubuh operator melalui detak jantung, suhu tubuh, dan lama waktu istirahat setelah
melakukan aktivitas.
Perumusan masalah pada penelitian adalah bagaimana kondisi fisiologis
seperti konsumsi oksigen, lama istirahat, dan perubahan suhu tubuh dari seorang
operator yang melakukan aktivitas fisik dengan sepeda statis.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jumlah konsumsi oksigen
(VO2max) dan mengetahui lama waktu istirahat dari operator setelah melakukan
aktivitas fisik dengan sepeda statis.
Lehmann (1995), mendefinisikan kerja sebagai semua aktivitas yang
secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk menjamin kelangsungan
hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat manusia secara
keseluruhan. Hubungan antara energy expediture dengan kecepatan denyut
jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan
persamaan sebagai berikut:
Y  1,80411  0,0229038 X  4,71733 .10  4 X 2

Keterangan:
Y : Energi (Kkal/menit)
X : Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam
bentuk matematis sebagai berikut:

KE = Et – Ei

Keterangan:
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (Kkal/menit)
Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (Kkal/menit)
Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat (Kkal/menit)
Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka
recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban
kerja. Pada keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang
cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metode untuk
menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik:

T K  S 
R
K  1,5
Keterangan :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
K : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S : Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit
(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)

METODE PENELITIAN

Variabel fisiologis yang diukur dalam penelitian ini berupa suhu tubuh,
denyut jantung dari sesorang yang melakukan aktivitas fisik menggunakan sepeda
statis. Seluruh variabel diukur sebelum melakukan aktivitas fisik maupun setelah
melakukan aktivitas fisik dengan sepeda statis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Energi dan Oksigen (VO2MAX)

Konsumsi energi dan oksigen yang dibutuhkan oleh operator dalam


melakukan aktivitas fisik dipengaruhi oleh kecepatan denyut jantung selama
waktu kerja dan istirahat. Hasil perhitungan dari kecepatan denyut jantung dan
konsumsi oksigen pada saat melakukan aktivitas fisik serta saat istirahat yang
dapat disajika dalam Tabel 1.
Tabel 1 Kecepatan Denyut Jantung dan Konsumsi Oksigen
Denyut Jantung Konsumsi Energi Konsumsi Konsumsi
(Denyut/Menit) (Kkal/menit) Energi Oksigen
Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Akhir (Liter/menit)
Aktivitas Istirahat Aktivitas Istirahat (Kkal/menit)
Fisik Fisik
135.27 106.12 7.3377 3.6433 3,6944 0.7696

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa denyut jantung operator pada


kondisi melakukan aktivitas fisik lebih besar daripada kondisi istirahat. Hal ini
disebabkan pada kondisi operator melakukan aktivitas fisik jantung akan lebih
cepat memompa darah keseluruh tubuh (peredaran darah besar). Darah yang
dipompa jantung keseluruh tubuh berisikan oksigen yang harus diterima oleh otak
dalam melakukan aktivitasnya sehingga dapat menghasilkan energi yang besar.
Konsumsi energi yang dibutuhkan adalah 3,6944 kkal/menit. Artinya
untuk setiap 1 menit operator kehilangan 3,6944 kkal yang ada dalam tubuhnya.
Energi yang hilang tersebut dapat diganti dengan cara mengkonsumsi makanan,
suplemen, atau minuman ber-ion. Minuman ber-ion disaran karena ion dalam hal
ini adalah mineral menyumbang 4% dari berat total tubuh. Sedangkan 75% adalah
kalsium (Ca) dan fosfor (P) yang terdapat pada tulang. Kebutuhan oksigen dari
jenis pekerjaan mengayuh sepeda statis adalah 0,7696 liter.
Lama Waktu Istirahat (Waktu Recovery Teoritis)

Berdasarkan perhitungan teoritis di atas maka setiap kondisi kerja,


kecepatan sepeda statis, dan waktu kerja dibuat waktu istirahat. Waktu istirahat
dapat disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Waktu Istirahat Teoritis


Waktu Istirahat Teoritis
Waktu Kecepatan
Tanpa Pembebanan Dengan Pembebanan
20 Km/Jam 1,73 5,57
3 Menit
40 Km/Jam 0,5 1,04
20 Km/Jam 0,14 6,12
6 Menit
40 Km/Jam 0,96 2,4

Berdasarkan Tabel 2, jika dengan pembebanan maka waktu istirahatnya


akan lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa pembebanan. Semakin lama waktu
kerjanya maka akan semakin makin lama waktu istirahatnya. Hal ini dilakukan
karena untuk melakukan aktivitas dengan waktu yang lama yaitu 6 menit
membutuhkan energi yang cukup besar. Pada waktu 6 menit, jumlah waktu
istirahat operator cenderung turun. Hal ini terjadi karena operator pada kecepatan
40 Km/Jam sudah bisa menyesuaikan diri (beradaptasi).
Berdasarkan perhitungan lama waktu istirahat teoritis maka dapat dibuat
perbandingan dengan lama istirahat percobaan. Perbandingan ini Perbandingan
tersebut dapat disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan Lama Waktu Istirahat Percobaan dan Teoritis


Lama Waktu Lama Waktu
Istirahat Teoritis Istirahat Percobaan Keterangan/Intepretasi
(Menit) (Menit)
Rt < Rp, berarti operator dapat
1,75 2 tidak beradaptasi dalam melakukan
aktivitas tersebut.

Rt < Rp, berarti operator tidak


0,5 23 dapat beradaptasi dalam melakukan
aktivitas tersebut.
Rt < Rp, berarti operator tidak
0,14 4 dapat beradaptasi dalam melakukan
aktivitas tersebut.
Rt < Rp, berarti operator tidak
0,96 26 dapat beradaptasi dalam melakukan
aktivitas tersebut.
Rt > Rp, berarti operator dapat
5,57 4 beradaptasi dalam melakukan
aktivitas tersebut.
Rt < Rp, berarti operator tidak
dapat beradaptasi dalam
1,04 10 melakukan aktivitas tersebut.

Rt > Rp, berarti operator dapat


6,12 2 beradaptasi dalam melakukan
aktivitas tersebut.
Rt < Rp, berarti operator tidak
2,4 8 dapat beradaptasi dalam
melakukan aktivitas tersebut.

Berdasarkan Tabel 3, waktu istirahat secara teoritis pada umumnya lebih


kecil dibandingkan dengan waktu istirahat secara percobaan. Nilai Rt pada
kecepatan 20 Km/Jam dengan waktu 3 menit adalah 1,73 menit. Sedangkan nilai
Rp dari kecepatan yang sama adalah 2 menit. Jika dibandingkan kedua nilai
tersebut dapat disimpulkan bahwa operator tersebut dapat beradaptasi dengan
pekerjaannya. Kondisi yang berbeda ditunjukkan pada nilai Rt yaitu sebesar 2,4
menit dengan nilai Rp sebesar 8 menit. Hal ini disebabkan operator dalam
melakukan pekerjaannya sudah merasa lelah, sehingga pada waktu mengayuh
sepeda statis pun kecepatannya tidak sama denagn kecepatan sebelumnya.

Kecepatan Rata-Rata Denyut Jantung

Kecepatan denyut jantung operator (orang yang berolahraga) dipengaruhi


oleh berat atau tidaknya kegiatan yang dilakukannya. Kecepatan denyut jantung
dihitung berdasarkan banyak denyut jantung dalam setiap 60 detik. Kondisi kerja
yang berbeda akan menyebabkan kecepatan denyut jantung yang berbeda pula.
Setiap denyut jantung dilakukan rata-rata untuk kondisi yang berbeda yaitu tanpa
pembebanan dan dengan pembebanan. Setiap waktu kerja dan kecepatan akan
menghasilkan kecepatan rata-rata denyut jantung yang berbeda seperti tampak
pada Tabel 4.

Tabel 4 Denyut Jantung Rata-Rata


Kondisi Sepeda Statis
Waktu Tanpa Pembebanan Dengan Pembebanan
20 Km/Jam 40 Km/Jam 20 Km/Jam 40 Km/Jam
3 Menit 93,5 131,57 117 151,75
6 Menit 102 138,85 111,14 160,14
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa dengan kecepatan dan kondisi kerja
yang sama denyut jantung rata-rata akan berbeda. Semakin besar kecepatan
sepeda statis maka akan semakin besar pula denyut jantung rata-ratanya. Pada
kondisi sepeda statis diberi beban dengan kecepatan 20 Km/Jam denyut jantung
rata-rata cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin besar
kecepatan yang digunakan, maka akan semakin besar denyut jantung yang
dihasilkan karena jantung akan mengompa darah ke seluruh tubuh lebih kuat.
Pada waktu 6 menit dengan kondisi diberi beban (kecepatan 20 Km/Jam),
kecepatan rata-rata denyut jantung menurun. Hal ini disebabkan karena operator
sudah mulai beradaptasi dengan pekerjaan. Sedangkan pada waktu aktivitas 3
menit dengan kecepatan denyut jantung lebih cepat. Denyut menjadi lebih cepat
karena sel-sel di setiap jaringan dan organ tubuh membutuhkan lebih banyak
oksigen untuk sumber energi, oleh karena itu jantung perlu melakukan kerja
ekstra untuk memompa darah agar suplai oksigen yang dibutuhkan sel tubuh
terpenuhi.

Perubahan Suhu Tubuh Operator

Perubahan suhu tubuh operator sepeda statis terjadi setelah mengayuh


sepeda statis dengan waktu dan kondisi tertentu. Pada kondisi sepeda statis diberi
beban dengan waktu 3 menit suhu tubuh operator cenderung tetap. Hal ini
disebabkan oleh pembakaran kalor dalam tubuh operator tidak terlalu besar.
Perubahan suhu tubuh dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perubahan Suhu


Kecepatan Waktu T0 T1 ∆T
Kondisi 0 0 Keterangan
(Km/Jam) (Menit) ( C) ( C) (0C)
20 35.8 35.7 -0.1 Turun
3
Tanpa 40 35.3 35.3 0 Tetap
Pembebanan 20 35.7 35.3 -0.4 Turun
6
40 25.3 35.6 0.3 Naik
20 35.6 35.6 0 Tetap
3
Dengan 40 35.4 34.5 -0.9 Turun
Pembebanan 20 35.6 35.4 -0.2 Turun
6
40 34.5 36 1.5 Naik

Berdasarkan Tabel 5, suhu tubuh cenderung turun setelah melakukan


aktivitas. Kondisi ini disebabkan untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan tetap, diperlukan regulasi suhu tubuh yang diatur dengan
mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu
di hipotalamus. Apabila pusat suhu hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang
terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Proses ini terjadi
bila suhu tubuh inti telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu
tubuh inti konstan pada 37°C.
Ketika suhu tubuh meningkat selama bekerja maka operator
mengeluarkan keringat. Pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi. Keringat yang mencapai bagian permukaan
luar kulit kemudian mengalami penguapan atau evaporasi. Evaporasi tersebut
membantu mendinginkan tubuh ketika lingkungan sekitarnya panas atau ketika
suhu tubuh meningkat akibat melakukan aktivitas fisik.
Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran
keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang
dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pada kondisi ini beberapa
mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil
dihambat dengan kuat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah pertama, besar konsumsi energi adalah
3,6944 kkal/menit dan kebutuhan oksigen dari pekerjaaan mengayuh sepeda statis
adalah 0,7696 liter. Kedua, temperatur sebelum bekerja cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan sesudah bekerja. Ketiga, waktu istrirahat yang dibutuhkan
oleh operator pada kondisi sepda statis diberi beban akan lebih lama karena energi
yang dibutuhkan pun lebih besar.

Saran

Seharusnya operator tidak hanya 1 orang saja, tetapi 2 orang agar dapat di buat
perbandingan mengenai denyut jantungnya pada waktu kerja maupun pada waktu
istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto, E. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:


Institut Teknologi Sepuluh September.

Putri, D. K., (2003). Modul Praktikum Analisis Perancangan Kerja 2. Jakarta:


Universitas Gunadarma.

Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai