Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

S DENGAN

GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI; STROKE NON


HEMORAGIC DI RUANG INSTALASI

GAWAT DARURAT RS HERMINA

BOGOR

Disusun oleh:

TUMPOL ERIK L HUTASOIT

NIK : 006160905

DIKLAT GADAR IV
HERMINA HOSPITAL GROUP
TAHUN 2020

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…..………………………………………………............ 1
A. Latar Belakang…………..…………………………………………………. 1
B. Tujuan Penulisan …..………………………………………………………. 2

BAB II KONSEP DASAR 3


A. Medis ……………………………………………………………………… 3
1. Definisi ……………………………………………………………….. 3
2. Klasifikasi ……………………………………………………………... 3
3. Anatomi dan Fisiologi………………………………………………….. 4
4. Etiologi ………………………………………………...……………… 12
5. Tanda dan Gejala ………………………………………………………. 14
6. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………. 15
7. Patofisiologi …………………………………………………………… 16
8. Penatalaksanaan ……………………………………………………….. 17
9. Komplikasi …………………………………………………………….. 18
B. Asuhan Keperawatan ……………………………………………………… 19
1. Pengkajian …………………………………………………………….. 19
2. Masalah/Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Patoflow Teori ……..... 23
3. Rencana Tindakan dan Rasional ……………………………………… 25

BABIII LAPORAN KASUS………………………………………………………. 29


A. Pengkajian………………………………………………………………….. 29
1. Identitas Pasien ……………………………………………………….. 29
2. Amamnesa …………………………………………………………….. 30
3. Pemeriksaan Fisik ……………………………………………………... 31
4. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………….. 33
5. Penatalaksanaan ………………………………………………………. 36
B. Diagnosa Keperawatan …………………………………………………… 39
C. Rencana Keperawatan ...…………………………………………………… 41
D. Penatalaksanaan Keperawatan .……………………………………………. 44

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 2
E. Evaluasi ………………………………………………………………….. 46

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………………… 49


A. Pengkajian ………………………………………………………………… 49
B. Diagnosa …………………………………………………………………. 50
C. Perencanaan ……………………………………………………………… 51
D. Penatalaksanaan …………………………………………………………. 51
E. Evaluasi ………………………………………………………………….. 51

BAB V PENUTUP ……………………………………………………………….. 52


A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 52
B. Saran ……………………………………………………………………… 52

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 53

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada
Ny. S dengan Stroke Nonhemoragic di Instalasi Gawat Darurat RS
Hermina Bogor.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 3
Makalah ini disusun dalam rangka Diklat Gadar 4. Makalah ini
penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap dapat membantu
pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai
dengan judul makalah yang telah ditentukan. Dalam penyusunan tugas ini
penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. dr. Emma Ratnawati MARS, selaku Direktur Rumah Sakit Hermina
Bogor.
2. Ns. Sumini S.Kep selaku Manager Keperawatan Rumah Sakit Hermina
Bogor
3. dr. Muhamad Rezanda selaku Kepala Instalasi Gawat Darurat
4. Sr. Kurnialisma, AMK selaku Kepala Ruangan Instalasi Gawat
Darurat.
5. Sr. Hani Syopiani, Amd. Kep selaku pembimbing dalam pembuatan
makalah di ruangan Instalasi Gawat Darurat
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu diperlukan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, sehingga berguna untuk perbaikan
makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis
sendiri dan pembaca pada umumnya.
Bogor, 16 September 2020

Tumpol Erik L. Hutasoit


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 4
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah kesuatu bagian
otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat
gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.
kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat
merusakan atau mematikan sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat
menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah
yang berhenti membuat suplai oksigen dan zat makan ke otak berhenti, sehingga
sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Nabyl, 2012)

Menurut WHO setiap 15 juta orang diseluruh dunia mengalami stroke, dan
sekitar 5 juta menderita kelumpuhan permanen. Dikawasan Asia Tenggara
terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke ( WHO, 2010). Berdasarkan data yang
berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) masalah stroke
semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia
adalah terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah kematian yang
disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan
urutan kelima pada usia 15 sampai 59 tahun (Yastroki, 2012). Data dari
Kementrian Kesehatan RI memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyebab
kematian nomor 1 pada pasien yang di rawat di rumah sakit. Menurut Yayasan
Stroke Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500.000 penduduk mengalami stroke
dan 25% diantaranya (125.000 penduduk) meninggal, sisanya mengalami cacat
ringan maupun berat. Di Indonesia kecendrungan prevalesi stroke per 1000 orang
mencapai 12,1 dan setiap 7 orang yang meninggal satu diantaranya terkena stroke
(Depkes, 2013).

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini antara lain:

1. Mampu menjelaskan definisi stroke non hemoragik

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 5
2. Mampu menjelaskan etiologi stroke non hemoragik

3. Mampu menjelaskan patofisiologi dan phatway stroke non hemoragik

4. Mapu menjelaskan manifestasi klinis dari stroke non hemoragik

5. Mampu menjelaskan penatalaksanaan stroke non Hemoragik

6. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari stroke non hemoragik

7. Mampu menjelaskan komplikasi stroke non hemoragik

8. Mampu memahami, menjelaskan dan melaksankan asuhan keperawatan


pada pasien dengan stroke non hemoragik.

BAB II

KONSEP DASAR

A. Medis

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 6
1. Definisi

Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara


mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena
perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan
gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).

Stroke Non Hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat


emboli dan trombosis cerebral biasanya terjadi setlah lama beristirahat baru
bangun tidur ataupun pagi hari dan tidak terjadi perdarahan namun terjadi
ikemia yang menimbulkan Hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder (Arif Muttaquin, 2015).

Stroke Non Hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul


mendadak, progresi cepat berupa defisit neurologis fokal ataupun global yang
berlangsung 24jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif
Mansyur, 2013).

2. Klasifikasi

Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik.


Kurang lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke iskemik, dan
kurang lebih 51% stroke disebabkan oleh trombosis arteri, yaitu pembentukan
bekuan darah dalam arteri serebral akibat proses aterosklerosis. Tiga puluh
persen stroke disebabkan trombosis arteri besar, sedangkan 20% stroke
disebabkan trombosis cabang-cabang arteri kecil yang masuk ke dalam
korteks serebri (misalnya arteri lentikulostriata, basilarispenetran, medularis)
dan yang menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih
32% stroke disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 7
darah yang lepas dari tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya
sekitar 20% dari seluruh kejadian stroke (Washington University, 2011).

3. Anatomi dan fisiologi

Otak Anda mengendalikan semua fungsi tubuh Anda. Otak merupakan


pusat dari keseluruhan tubuh Anda. Jika otak Anda sehat, maka akan
mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental Anda.
Sebaliknya, apabila otak Anda terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental
Anda bisa ikut terganggu.

a. Bagian Utama Pada Otak

Terdiri dari:

1) Cerebrum (Otak Besar)

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga


disebut dengan nama CerebralCortex, Forebrain atau Otak Depan.
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan
berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori
dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga
ditentukan oleh kualitas bagian ini.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 8
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut
Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian
lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus
tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, LobusParietal,
LobusOccipital dan Lobus Temporal.

Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan


dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan
membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan,
penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol
perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara
umum.

Lobus Pariental berada di tengah, berhubungan dengan proses


sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan


kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.

Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan


dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.

Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi


menjadi beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa


dibagi menjadi dua belahan, yaitu: belahan otak kanan dan belahan
otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di
bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi
kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 9
kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan
otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.

2) Cerebellum (Otak Kecil)

Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala,


dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi
tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian
gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya.

Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan


gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi
tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu
memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.

3) Brainstem (Batang Otak)

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau


rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang
punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur
fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung,
mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan
sumber insting dasar manusia yaitu fightorflight (lawan atau lari)
saat datangnya bahaya.

Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya.
Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil.
Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif.
Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika
orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 10
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu: Mesencephalon atau
Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan
mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran. Medullaoblongata adalah titik awal saraf tulang
belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu
juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti
detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke


pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan
apakah kita terjaga atau tertidur. Catatan: Kelompok tertentu
mengklaim bahwa Otak Tengah berhubungan dengan kemampuan
supranatural seperti melihat dengan mata tertutup. Klaim ini
ditentang oleh para ilmuwan dan para dokter saraf karena tidak
terbukti dan tidak ada dasar ilmiahnya.

4) Limbic System (Sistem Limbik)

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus


batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang
berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan
mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen
limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan
korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan,
mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa
lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga
memori jangka panjang.

Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang


salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu
mendapat perhatian dan mana yang tidak. Misalnya Anda lebih
memperhatikan anak Anda sendiri dibanding dengan anak orang

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 11
yang tidak Anda kenal. Mengapa? Karena Anda punya hubungan
emosional yang kuat dengan anak Anda. Begitu juga, ketika Anda
membenci seseorang, Anda malah sering memperhatikan atau
mengingatkan. Hal ini terjadi karena Anda punya hubungan
emosional dengan orang yang anda benci.

Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh


oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau
tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung
menyebutnya sebagai “Alam Bawah Sadar” atau ketidaksadaran
kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong
orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem
limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat
bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.

Otak manusia terdiri atas dua sel, yaitu sel saraf (neuron) dan sel
glia (neuroglia). Sel saraf merupakan sel yang peka terhadap
rangsangan dan mampu menghantarkan rangsangan tersebut.
Berdasarkan fungsinya, sel saraf manusia terbagi menjadi 3 macam
yaitu Sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf konektor (sel
saraf penghubung).

5) Lapisan Pelindung Otak (Selaput Meninges)

Selaput meninges merupakan jaringan pelindung otak yang


memisahkan otak dengan tulang tengkorak. Meninges tersusun atas
unsur kolagen dan jaringan fibril yang elastis serta terdapat cairan
bening yang disebut caira serebrospinal. Sedangkan sel glia
(Neuroglia) merupakan sel yang berfungsi untuk menyokong dan
membantu sel saraf. Neuroglia berfungsi untuk menyediakan dan
mendukung nutrisi, mempertahankan homeostasis (keseimbangan
cairan dan eletrolit), membentuk selubung mielin (bagian sel saraf)
dan berpartisipasi dalam transmisi sinyal sistem saraf.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 12
Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu:

- Durameter

Durameter merupakan selaput terluar yang tebal dan kuat.


Struktur ini mengandung serabut kolagen elastis, fibrosit, saraf,
pembuluh darah, dan pembuluh limfe. Durameter memiliki
fungsi untuk melindungi otak karena sifatnya yang kuat dan
agak lentur.

- Arachnoid

Membran Arachnoid merupakan lapisan yang terdiri dari


fibrosit berbentuk pipih dan serabut kolagen. Arachnoid
memiliki dua bagian, yaitu bagian yang berhubungan dengan
dura meter, dan bagian yang berhubungan dengan piameter.
Arachnoid merupakan struktur yang transparan dengan sel – sel
yang kedap air, berfungsi untuk bantalan sistem saraf pusat.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 13
- Piameter

Piameter adalah membran yang paling dekat dengan otak.


Piameter merupakan membran tipis, halus dan lembut. Bentuk
piameter berliku – liku mengikuti struktur luar otak. Piameter
disusun oleh sel fibrosit dan sedikit serabut kolagen serta
pembuluh darah yang menembus otak. Piameter dapat juga
berfungsi sebagai penyuplai nutrisi bagi jaringan saraf.

Didalam sistem persyarafan juga terdapat dua belas pasang saraf


kranial yang tersusun angka romawi, muncul dari berbagai batang
otak. Saraf kranial tersusun dari serabut saraf sensorik dan motorik.

Berikut dua belas pasang saraf kranial:

• Nervus Olfaktori (N. I):

Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman

Cara pemeriksaan: pasien memejamkan mata, disuruh membedakan


bau yang dirasakan (kopi, teh, dll)

• Nervus Optikus (N. II)

Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan

Cara pemeriksaan: Dengan snelendcard, dan periksa lapang pandang

• Nervus Okulomotoris (N. III),

Nervustrokhlearis (N. IV), dan nervusAbdusen (N. VI) dijaki


bersama.

Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas,


kontriksi pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler.

Cara Pemeriksaan: Tes putaran bola mata, menggerakan


konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 14
• Nervus Trochlearis (N. IV)

Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam

Cara pemeriksaan: Sama seperti nervus III

• Nervus Trigeminus (N. V)

Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan


gigi, refleks korenea dan refleks kedip

Cara pemeriksaan: menggerakan rahang kesemua sisi, pasien


memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi.
menyentuh permukaan kornea dengan kapas.

• Nervus Abdusen (N. VI)

Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral

Cara pemeriksaan: sama seperti nervus III

• Nervus Fasialis (N. VII)

Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah

Cara pemeriksaan: senyum, bersiul, mengngkat alis mata, menutup


kelopak mata dengan tahanan, menjulurkan lidaH untuk
membedakan gula dan garam.

• Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)

Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan

Cara pemeriksaan: testwebber dan rinne

• Nervus Glosofaringeus (N. IX)

Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 15
Cara pemeriksaan: membedakan rasa manis dan asam

• Nervus Vagus (N. X)

Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan

Cara pemeriksaan: menyentuh faring posterior, pasien menelan


saliva, disuruh mengucap ah

• Nervus Asesoris (N. XI)

Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu

Cara pemeriksaan: suruh pasien untuk menggerakan bahu dan


lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut.

• Nervus Hipoglosus

Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah

Cara pemeriksaan: pasien disuruh menjulurkan lidah dan


menggerakan dari sisi ke sisi. Sumber: Buku Keperawatan Medikal
Bedah oleh Joyce M. Black dan Jane HokansonHawks tahun 2014.

4. Etiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002), stroke biasanya disebabkan salah satu
dari empat kejadian berikut:

- Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)

- Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke


otak dari bagian tubuh yang lain.

- Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak).

- Haemoragic (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke


dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 16
Faktor resiko stroke

Faktor resiko ialah faktor yang dapat menyebabkan orang lebih


mudah/rentan mengalami suatu penyakit. Muttaqin (2009) menyatakan bahwa
terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang beresiko terhadap
stroke. Faktor resiko ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang tidak dapat
dikendalikan dan yang dapat dikendalikan.

a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikendalikan

1) Usia, dengan semakin bertambahnya usiamaka resiko stroke semakin


tinggi. Hal ini berkaitan dengan elastisitas pembuluh darah.

2) Jenis kelamin, laki – laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi


karena kebiasaan hidup laki – laki seperi merokok, pola makan dan
minum alkohol paling banyak dilakukan laki – laki. Hal ini dpat
menyebabkan gangguan peredaran darah menuju otak terhambat.

3) Ras dan keturunan, stroke lebih sering ditemukan pada orang kulit
putih karena kebiasaan pola makan orang kulit putih yang makan
makanan siap saji yang berkholesterol menyebabkan obesitas yang
menyumbat pembuluh darah dan akhirnya menjadi stroke.

Riwayat TIA atau stroke, jika dikeluarga ada yang menderita


stroke kemungkinan besar akan diturunkan. Ada berbagai faktor
yang meningkatkan resiko stroke, seperti tekanan darah tinggi,
obesitas dan kebiasaan merokok. Hal itu memang dapat
diubah,namun sejarah kesehatan keluarga tak mungkin diubah

b. Faktor Resiko Yang Dapat Dikendalikan

1) Hipertensi, menyebabkan atrerosklerosis pembuluh darah serebral


sehingga lama kelamaan akan pecah menimbulkan perdarahan.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 17
2) Diabetes Mellitus, pada penyakit DM terjadi gangguan
vaskuler,sehingga terjadi hambatan dalam aliran darah ke otak.
3) Penyakit Jantung, pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan
cardiac output sehingga terjadi gangguan perfusi serebral.
4) Polisitemia, kadar HB yang tinggi ( HB lebih dari 16 mg/dl )
menimbulkan darah menjadi lebih kental dengan demikian aliran
darah ke otak lebih lambat.
5) Perokok, rokok menimbulkan plak pada pembuluh darah oleh
nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
6) Alcohol, pada alkoholik dapat mengalami hipertensi, penurunan
darah ke otak dan kardiak aritmia.
7) Peningkatan kolesterol dan obesitas, kolesterol dalam tubuh
menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya lemak sehingga aliran
darah menjadi lambat.

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan
bervariasi, tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda
dan gejala stroke akut berupa

a. Terasa kesemutan/seperti terbakar

b. Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis)

c. Kesulitan menelan, sering tersedak

d. Mulut mencong dan sulit untuk bicara

e. Suara pelo, cadel (Disartia)

f. Bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami (Afasia)

g. Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui


sebabnya

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 18
h. Gangguan penglihatan

i. Gerakan tidak terkontrol

j. Bingung/konfulsi, delirium, letargi, stupor atau koma

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal,


AGD, biokimia darah, elektrolit.

b. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan


juga untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan
adanya infark.

c. Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena.

d. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara


spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

e. MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, Hemoragik.

f. EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

g. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal


daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis
interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial dinding
aneurisme pada perdarahan sub arachhnoid (Batticaca, 2008).

7. Patofisiologi

Tahapan patofisiologi terjadinya stroke adalah kerusakan pembuluh


darah otak, pembuluh darah tidak mampu mengalirkan darah atau pembuluh

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 19
darah pecah dan bagian otak yang memperoleh darah dari pembuluh darah
yang rusak tadi fungsinya menjadi terganggu hingga timbul gejala – gejala
stroke. Tahapan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat. Pada tahap
pertama dimana dinding pembuluh drah yang mengalirkan darah ke otak
mula – mula terkena berupa aterosklerosis pada pembuluh – pembuluh yang
kecil. Penebalan dinding pembuluh darah ini terjadi berangsur – angsur dan di
akibatkan oleh Hipertensi, DM, peninggian kadar asam urat atau lemak dalam
darah, perokok berat,dll.

Proses penebalan timbul berangsur – angsur dalam waktu beberapa tahun


atau akhirnya suatu saat terjadi sumbatan dimana aliran darah yang terjadi
cukup ditolerir oleh otak. Akhirnya karena sempitnya lumen pembuluh darah
tersebut tidak cukup lagi memberi darah pada pembuluh darah otak ini
menyebabkan kerapuhan dan pembuluh darah menjadi pecah dan timbul
perdarahan. Pada saat dimana pembuluh darah tersebut pecah atau tersumbat
hingga aliran darah tidak cukup lagi memberi darah lalu timbul gejala –
gejala neurologik berupa kelumpuhan, tidak bisa bicara atau pingsan, diplopia
secara mendadak. Sumbatan pembuluh darah otak dapat juga terjadi akibat
adanya bekuan – bekuan darah dari luar otak ( jantung atau pembuluh besar
tubuh ) atau dari pembuluh darah leher ( karotis ) yang terlepas dari dinding
pembuluh tersebut dan terbawa ke otak lalu menyumbat. Karena fungsi otak
bermacam – macam, maka gejala stroke juga timbul tergantung pada daerah
mana otak yang terganggu. Penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
secara mendadak dapat menimbulkan gejala dan tanda – tanda neurologik
yang memiliki sifat mendadak,gejala neurologik yang timbul selalu terjadi
pada satu sisi badan, gejala – gejala klinik yang timbul mencapai maksimum
beberapa jam setelah serangan. Umumnya kurang dari 24 jam, jadi misalnya
pagi hari serangan stroke timbul berupa kelemahan pada badan sebelah kanan
kemudian berangsur – angsur menjadi lumpuh sama sekali.

Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya terjadi pada intraserebral dan


subarachnoid. Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroneurisma (Bery aneurysm) akibat hipertensi maligna. Pecahnya

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 20
pembuluh darah otak terutama karena hipertensi ini mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral sering dijumpai di
daerah putamen, thalamus, sub kortikal, nucleus kaudatus, pond dan
cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding
pembuluh darah berupa lipophyalinosis atau nekrosis fibrinoid.

Perdarahan sub arachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar


permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah keruang
subarachnoid. Perdarahan sub arachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya
aneurisma sakular atau perdarahan dari arterivenous malformation (AVM).

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) Menurunkan Kerusakan Iskemik Serebral

Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak


mungkin area iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki
disritmia serta tekanan darah.

2) Mengendalikan Hipertensi dan Menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi


dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.

3) Pengobatan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 21
- Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecenderungan
perdarahan pada fase akut.

- Obat anti trombotik: pemberian ini diharapkan mencegah


peristiwa trombolitik atau embolik.

- Diuretika: untuk menurunkan edema serebral.

4) Pembedahan

Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran


darah otak.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Posisi kepala dan badan 15 - 30 derajat. Posisi miring apabila


muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika
stabil.

2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.

3) Tanda-tanda vital usahakan stabil.

4) Bedrest.

5) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

6) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction


yang berlebih. (Muttaqin, 2008)

9. Komplikasi

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami komplikasi


ini dapat dikelompokan berdasarkan:

a. Hipoksia serebral

b. Penurunan aliran darah serebral

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 22
c. Luasnya area cidera

d. Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan


penghentian trombus lokal.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk


mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan
keperawatan. Pengkajian pada pasien dengan stroke hemoragik dapat
dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran dan pemeriksaan fisik.
Adapun tahapan-tahapannya meliputi:

a) Identitas Klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis


kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor registrasi, dan diagnosa medis.

b) Triage

Triase adalah proses khusus memilah dan memilih pasien


berdasarkan beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan
gawat medik serta prioritas transportasi. artinya memilih berdasarkan
prioritas dan penyebab ancaman hidup.

Tingkat kegawat daruratan pasien dibagi menjadi 5(lima) level :

- Level 1 (kritis/resusitasi) adalah pasien berada dalam keadaan


kritis mengancam nyawa atau anggota badan menjadi cacat bila
tidak segera mendapat pertolongan atau tindakan darurat.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 23
- Level II (tidak stabil/emergency) adalah pasien berada dalam
keadaan gawat, akan menjadi kritis dan mengancam nyawa bila
tidak segera mendapatkan pertolongan atau tindakan darurat.

- Level III (urgency/gawat tidak darurat) adalah keadaan pasien


berada dalam keadaan tidak stabil, tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat, tidak mengancam nyawa.

- Level IV (non urgent,stabil) adalah pasien datang dengan


keadaan stabil tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan
tindakan segera (pasien poliklinik)

- Level V (rutin) contohnya ganti verban, control ulang, atau


MCU.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat


mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran


disebabkan perubahan didalam intracranial. Keluhan perubahan
perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargi, tidak responsive dan koma.

d) Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes


mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian
pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian
obat anti hipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 24
Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan
obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar
untuk mengkaji lebih jauh untuk memberikan tindakan selanjutnya.

- Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,


diabetes mellitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi
terdahulu.

- Riwayat Psikososial dan Spiritual

Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi


yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang
jelas mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien.
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga
penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah ( gangguan citra tubuh ).

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami


kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola
persepsi dan konsep diri menunjukkan klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.
Dalam pola penanganan stress, klien biasanya mengalami
kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan
kepercayaaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 25
karena tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/
kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

- Integritas Ego

Gejala: perasaan tidak berdaya dan putus asa.

Tanda: emosi yang labil, ketidaksiapan untuk marah, sedih,


gembira dan kesulitan untuk mengekspresikan diri.

- Pola Kebiasaan Sehari-hari

- Pola Nutrisi

Bagaimanakah pola makan pasien sebelum dan setelah sakit


apakah ada perubahan pola makan akibat penyakit yang dialami.
Biasanya pada pasien stroke sering dijumpai gejala disfagia atau
kesulitan menelan.

- Pola Eliminasi

Bagaimanakah pola eliminasi pasien sebelum dan setelah sakit


apakah ada perubahan akibat sakit yang dialami. Biasanya pada
pasien stroke sering dijumpai perubahan pola berkemih, seperti :
inkontinensia urine, anuria.

- Pola Aktifitas dan Istirahat Tidur

Bagaimana pola tidur pasien sebelum dan setelah sakit apakah


merasa ada perubahan akiba sakitnya. Biasanya sering di jumpai
gejala: Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia),
merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/kejang otot).

Tanda: Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik


(hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 26
2. Masalah/Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Patoflow Teori

Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data


didapatkan, kemudian di kelompokkan dan difokuskan sesuai dengan
masalah yang timbul sebagai contoh diagnose keperawatan yang
mungkin muncul pada kasus stroke hemoragik diantaranya:

a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan aliran darah


sekunder akibat peningkatan tekanan intra cranial.

b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau


oral.

c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular.

d. Defisit perawatan diri b.dhemiparese/ hemiplegic.

e. Resiko tinggi ketidak efektifan pola napas b.d hipoksia sel otak.

f. Resiko tinggi gangguan intergritas kulit b.d tirah baring lama.

g. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


ketidakmampuan menelan.

h. Defisiensi pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat.

(NANDA International, 2012-2014)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 27
Pathway

Penyebab stroke
(Rokok, Stress, Obesitas, Depresi, Kolestrol)

Aterosklerosis Kepekatan darah meningkat Pembentukan trombus

Obstruksi
trombusdiotak

Penurunan darah ke otak

Hipoksia Serebri

Gangguan perfusi
Sesak Nafas/Nafas pendek Infark jaringan cerebral jaringan Cerebral

Pola Nafas tidak Kerusakan


efefektif Kelemahan pada Nervus komunikasi verbal
V, VII, IX, X

Kerusakan pusat gerakan motorik


Dilobus prontalis hemiparase, hemiplagia Penurunan kekuatan otot
menelan atau
mengunyah

Mobilitas menurun
Hambatan mobilitas
Fisik Perubahan nutrisi
Tirah baring
kurang dari kebutuhan
tubuh

Resiko kerusakan Defisit perawatan


integritas kulit diri

(Mutaqqin, 2015)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 28
3. Rencana Tindakan dan Rasional

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERA HASIL

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui ada


pola nafas b.d tindakan pola dan tidaknya
hipoksia sel otak keperawatan selama frekuensi ketidakefektifan
3x24 jam nafas pola nafas
diharapkan pola 2. Auskultasi 2. Mengetahui
nafas efektif. suara nafas adanyaa kelainan
Kriteria hasil : pola nafas
3. Ubah posisi
1) Klien tidak tiap 2 jam 3. Perubahan posisi
sesak nafas. sekali dapat
melancarkan
2) Tidak terdapat 4. Berikan
saluran nafas
suara nafas kepada
tambahan. penjelasan 4. Klien dana
ketidakefekti keluarga
3) RR dalam
fan pola berpartisipasi
rentang normal
nafas dalam mencegah
(16-20 x/menit)
ketidakefektifan
5. Kolaborasi
jalan nafas
dalam
pemberian 5. Mempertahankan
oksigan kepatenan pola
nafas

2. Gangguan perfusi Setelah diberikan 1. Berikan 1. Keluarga dapat


jaringan serebral asuhan keperawatan penjelasan berpartisipasi
b.d aliran darah selama 3x24 jam pada dalam proses
sekunder akibat diharapkan perfusi keluarga penyembuhan.
peningkatan jaringan otak dapat tentang
2. Untuk mencegah
tekanan tercapai secara sebab-sebab perdarahan ulang
intracranial. optimal peningkatan
TIK dan 3. Mengetahui setiap
Kriteria hasil:
akibatnya perubahan yang
1) Klien tidak terjadi pada klien
2. Berikan klien
gelisah. secara dini untuk
bedrest total
penetapan
2) Tidak ada
3. Observasi tindakan yang
keluhan nyeri
dan catat tepat.
kepala, mual,
TTV dan
kejang. 4. Mengurangi
kelainan tekanan arteri
3) GCS E : 4, M: intrakranial dengan
6, V: 5. tiap 2 jam
meningkatkandrai
4) TTV normal 4. Berikan nase vena dan
(N: 60-100

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 29
x/menit, S: 36- posisi kepala memperbaiki
36.7 OC, RR: lebih tinggi sirkulasi cerebral
16-20 x/menit). 15-30 derajat
5. Batuk dan
dengan letak mengejan dapat
jantung (beri meningkatkan
bantal tipis) TIK dan potensial
5. Anjurkan terjadi perdarahan
klien untuk ulang
menghindari 6. Rangsang
batuk dan aktivitas yang
mengejan meningkat dapat
berlebih meningkatkan
6. Ciptakan TIK
lingkungan
7. Memperbaiki sel
yang tenang yang masih viable
dan batasi
penunjang
7. Kolaborasi
dengan tim
dokter dalam
pemberian
obat
neuroprotekt
or

3. Gangguan Setelah diberikan 1. Kaji 1. Mengidentifikasi


mobilitas fisik b.d tindakan kemampuan kekuatan dan
kerusakan keperawatan 3x24 secara kelemahan dan
neuromuscular jam diharapkan fungsional dapat memberikan
mobilisasi klien /luasnya informasi
mengalami kerusakan mengenai
peningkatan atau awal pemulihan
perbaikan. 2. Ubah posisi 2. Menurunkan
Kriteria Hasil : minimal resiko terjadinya
setiap 2 jam trauma / iskemia
1) Mempertahanka
jaringan
n posisi optimal. 3. Latih rentang
gerak / ROM 3. Meminimalkan
2) Mempertahanka
atrofi otot,
n kekuatan dan 4. Tempatkan
meningkatakan
fungsi bagian bantal
sirkulasi,
tubuh yang dibawah
membantu
mengalami aksila untuk
mencegah
hemiparese. melakukan
kontruktur
abduksi pada
tangan 4. Mencegah
adduksi bahu dan
5. Posisikan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 30
lutut dan fleksi siku
pamggul 5. Mempertahankan
dalam posisi
posisi fungsional
ekstensi

4. Gangguan Setelah diberikan 1. Kaji 1. Untuk mengetahui


komunikasi verbal tindakan kemampuan keterbatasan
b.d kehilangan keperawatan 3x24 komunikasi pasien
kontrol otot facial jam diharapkan adanya berkomunikasi
atau oral. masalah hambatan gangguan 2. Untuk memenuhi
komunikasi verbal bahasa dan kebutuhan
dapat berkurang bicara komunikasi sesuai
kriteria hasil: 2. Berikan dengan
Pasien mampu metode kemampuan
merespon setiap alternatif pasien
perkataan atau 3. Untuk
menggunaka meningkatkan
n kata-kata komunikasi yang
yang efektif
sederhana
dan dengan 4. Untuk
bahasa tubuh mengurangi
kerusakan
3. Anjurkan jaringan otak
keluarga
pasien untuk
berkomunika
si dengan
pasien
4. Kolaborasi
pemberian
obat injeksi
citicolin

5. Resiko tinggi Setelah diberikan 1. Kaji 1. Untuk


gangguan nutrisi tindakan kebutuhan mengetahui
kurang dari keperawatan 3x24 nutrisi kebutuhan nutrisi
kebutuhan tubuh jam diharapkan klien pasien
b.d masalah gangguan 2. Anjurkan 2. Untuk memenuhi
ketidakmampuan nutrisi dapat makan kebutuhan nutrisi
menelan. terpenuhi dengan sedikit tapi sesuai kebutuhan
kriteria hasil: sering klien
Klien mampu 3. Kolaborasi 3. Untuk
mendapatkan dengan ahli mengetahui
asupan nutrisi gizi asupan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 31
6. Defisit perawatan Setelah diberikan 1. Anjurkan 1. Klien mampu
diri b.d penurunan tindakan pasien untuk mandiri untuk
mobilitas keperawatan 3x24 melakukan melakuakan
jam diharapkan perawatan perawatan diri
masalah defisit diri dengan sendiri
perawatan diri sendiri jika 2. Membantu klien
dapat teratasi mampu menmenuhi
dengan kriteria 2. Bantu pasien kebutuhannya
hasil: melakukan 3. Untuk membantu
Pasien dapat ADL jika pemenuhan
melakukan aktifitas diperlukan kebutuhan klien
secara mandiri 3. Libatkan
keluarga
dalam
pemenuhan
kebutuhan
perawatan
diri klien

7. Resiko kerusakan Setelah dilakukan 1. Anjurkan 1. Kulit bisa lembab


integritas kulit b.d tindakan klien untuk dan mungkin
faktor resiko keperawatan selama menggunaka merasa tidak
lembab 3x24jam n pakaian dapat beristirahat
diharapkan masalah yang longgar atau perlu untuk
resiko kerusakan bergerak
2. Mobilisasi
integritas kulit
klien setiap 2 2. Menjaga
dapat dipertahankan jam sekali terjadinya
dengan kriteria komplikasi
hasil: 3. Jaga
selanjutnya
kebersihan
1) Pasien dapat kulit agar 3. Mencegah
mempertahanka tetap bersih terjadinya infeksi
n integritas kulit
dan kering 4. Menurunkan
2) Tidak ada luka, 4. Kolaborasi terjadinya resiko
lesi pada kulit pemberian infeksi
3) Klien mampu antibiotik
mempertahanka sesuai
n kelembapan indikasi
kulit

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 32
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 14/09/2020

Jam Datang : 08.00 WIB

1. Identitas Pasien

Nama pasien : Ny. S

No CM : F296321

Tanggal Lahir / Usia : 1 Sesember 1949

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Bukit Cimanggu City Kencana Residence

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Status : Menikah

Pekerjaan : IRT

Jaminan : BPJS

Nama Penanggung Jawab : Ny. D

Hubungan dengan pasien : Anak

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 33
No Telepon/HP : 0822466***

Diagnosa Medis : Stroke Iskemik

Diagnosa Differential : Susp CKD

DPJP : dr. Ashallia, Sp.N Raber dr. Silvia Sp.PD

Level Triage : II

Cara datang : diantar keluarga dengan kursi roda

2. Anamnesa

Data subjektif : Autoanamnesa & Alloanamnesa

Keluhan : Pasien mengatakan badan lemas,tangan


dan kaki sebelah kiri susah digerakkan

Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD pada tanggal 14-09-


2020 pada pukul 07.45 dengan keluahan
badan mendadak lemas,tangan kiri dan kaki
kiri susah digerakkan sejak bangun
tidur,bicara tidak jelas dan pelo, bibir
sedikit mencong kesebelah kiri, batuk dari
malam.pusing, mual muntah tidak ada.

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat Brobchitis 3 tahun yang lalu sudah


tidak pernah kontrol, HT dan riwayat sakit
jantung disangkal, DM 30 tahun tidak
terkontrol, dan riwayat stroke dari 2014,
sudah 3 kali serangan, selama ini berobat di
RS di Madiun, dan kontrol terakhir 4 bulan
yang lalu di RS PON Jakarta. Obat yang
rutin diminm Mini Aspilet 1 x 80 mg,
Aricep 1x1 malam.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 34
Riwayat Allergi : tidak ada

3. Pemeriksaan Fisik

Data Objektif

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis, GCS:15 E4M6V5

Tanda-tanda Vital :TD: 180/90mmHg, N: 78x/menit teraba


kuat, RR: 20x/menit SpO2 99-100% dengan
Nasal Canul 3 lpm, Suhu: 36,70C,
CRT<2dtk

Antropometri : BB: 56Kg, TB: tidak diukur,


LP: tidak diukur

Nilai nyeri : Ada

a. Provokes : Proses Penyakit

b. Quality : Seperti tertusuk-tusuk benda tajam

c. Regio : Kepala dan tidak menyebar

d. Severity : VAS/NRS, skor 1-2

Nilai assessmen risiko jatuh dengan Get Up and Go: Skor Tinggi
Tatalaksana jatuh edukasi pasien dan keluarga dengan memasang
penghalang tempat tidur dan pasang gelang penanda resiko jatuh.

Screening Gizi Pasien Dewasa oleh perawat: Risiko malnutrisi (NRS):


Tidak, skor 1-2

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 35
Pemeriksaan Head To Toe & sistem fungsional

a. Sistem Saraf Pusat

Kepala : Bentuk Cephal, tampak datar

Mata : Isokor 3mm kiri dan kanan, reflex cahaya +/+,


konjunctiva tidak anemis, sclera tidak tampak
ikterik

Hidung : tampak simetris,

Mulut : bibir tampak tidak simetris (mencong ke kiri),


bicara pelo.

Telinga : TAK

Wajah : kelemahan N.Facialis (N.VII)

Leher : tidak ada peningkatan JVP

b. Sistem Pernafasan

Inspeksi : gerakan dada simetris, frekuensi pernafasan dbn.

Auskultasi : suara nafas Veskuler, ronki (-), wheezing (-)

Perkusi : Vesikuler

Palpasi : Pernafasan dbn dan teratur

c. Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : tidak tampak sianosis

Auskultasi : Bunyi jantung tidak teratur, tidak irregular

Perkusi : pekak

Palpasi : Akral hangat, Nadi tidak teratur, CRT>2dtk.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 36
d. Sistem Pencernaan

Inspeksi : umbilical simetris

Auskultasi : bising usus (+) dbn

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan epigastrium

e. Sistem Genitourinari

Kandung kemih tidak teraba penuh, BAK dengan menggunakan


kateter dan BAB dengan bantuan orang lain.

f. Sistem Integumen

Turgor kuit kembali elastis, tidak ada luka dekubitus, pitting edema
negatif.

g. Sistem Muskuloskeletal

Terdapat kelemahan di ekstremitas sebelah kanan dan kiri

Kekuatan otot:

Kanan Kiri

4 3

4 3

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 37
4. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil Laboratorium

Tanggal/Jam Periksa: 14 September 2020/08.22 WIB

NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
NORMAL

Hemoglobin 11.5 13,2-17,3 g/dl

Hematokrit 32.2 40 – 50 %

Leukosit 9.80 3.800 – 10.600 /ul

Trombosit 225 150.000 – /ul


440.000

Hitung Jenis

0 0-1
Basofil %
1-3
Eosinofil 4 %
0 2-6
Neutrofil batang %
50-70
Neutrofil segmen 74 %
20-40
Limfosit %
17 2-8
Monosit %
5
Limfosit absolut
NLCR 1.66 103ul
4.34 < 3.13

Gds 127 <100 bukan mg/dl


DM
110 – 199
belum tentu
DM
>=200
kemungkinan
DM

CRP Kuatitatif 5.0 <=5,0 mg/L

Ureum 108 10-50 mg/dL

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 38
Creatinin 6.01 0.5-1.1 mg/dL

Natrium 142 135.00 – 150.00 mEq/L

Kalium 4.3 3.5-5.0 mEq/L

Clorida 118 98.00-111.00 mEq/L

URINE
LENGKAP

Warna Kuning Kuning Muda-


Tua

Kejernihan Keruh Jernih

KIMIA

Protein Positif 3 Negatif


Blood Positif Negatif

Mikroskopik
(sediment)

Eritrosit 6-8 0-1

Silinder Granula (+) Negatif


Kristal Urat amfort Negatif
(+)
Positif 2
Bakteri Negatif

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 39
b. Hasil EKG

Tanggal/Jam Periksa: 14/09/2020, 09.00WIB

Kesan : VES Trikuplet

Irama : Sinus Rhytm

ST Elevasi (-), T inverted pada lead II. Kesan : hipertropi ventrikel


kiri

c. Hasil Radiologi

Tanggal/Jam Periksa : 14 September 2020

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 40
Rontgen Thorax

Kesan :

- Gambaran bronchitis

- Cardiomegali dengan pembesaran chamber ventrikel kiri (LVH)


disertai elongatio aorta mengarah gambaran HHD (Hypertensive
Herat Disease)

d. Hasil CT-Scan

Tanggal/Jam Periksa : 14 September 2020

CT-Scan Kepala Non Kontras

Kesan:

- Multiple chronic infark di ganglia basalis dan lobus occipitalis


bilateral

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 41
- Atrofi cerebri senilis

- Tak tampak gambaran perdarahan maupun SOL pada CT scan saat


ini

- Tak tampak fraktur pada neurocranium maupun viscerocranium

- Sinus paranasalis dalam batas normal

5. Penatalaksanaan

Intruksi dr jaga IGD dr. J (jam 07.50)

- O2 nasal 3lpm

- Infus RL 20 tpm

- Citicolin 500mg ( IV )

- Pasang Kateter

- Posisikan kepala pasien 300

- Drip nicardiphine 0,5 micron/jam

Instruksi dari DPJP dr A. Sp.N

- IVFD Rl + Neurobion 20 tpm

- Injeksi Citicolin 3x500mg

- Omeprazole Inj 1x40mg

- Cpg tab 1x75mg

- Aricep 1x1 (malam)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 42
- Drip nicardiphin lanjut 0,5 micron/jam target MAP 100-
120,monitoring TD setiap 30 menit

- Raber dr. Sp.PD

Lapor dr. Sp.PD dr.S

- Intruksi : Ranxamin Inj 200 cc dalam 4 jam ekstra

- Cek ulang ureum creatinin besok

- Usg Ginjal dan cek UL

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 43
B. Analisa Data

TANGGAL/JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI

14 September 2020 DS: Gangguan Kerusakan


Perfusi neuromuscular
Jam 08:00 Keluarga
jaringan
mengatakan badan
cerebral
terasa lemas secara
tiba-tiba,tangan dan
kaki kiri susah untuk
digerakkan,berbicara
pelo, bibir mencong
ke kiri
bawah,pusing.
Riwayat penyakit :
Stroke dari tahun
2014 terakhir
kontrol 4 bulan yang
lalu. Riwayat DM
30 tahun yang lalu
tidak
terkontrol.riwayat
Bronchitis 3 tahun
sudah tidak kontrol
rutin.
DO:
Ku/ Lemah,
kesadaran Cmpos
Mentis,tampak
tenang,
TD: 180/90mmHg
N: 78 x/menit,
teraba kuat.
RR: 18-20 x/menit,
dengan O2 nasal
canul 3 lpm spO2
99%-100%,
terpasangan IVFD
RL dengan
Neurobion 1 ampul
/8 jam
Suhu: 36,50C
Terpasang Folley

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 44
Catheter produksi
urine 300cc
berwarna kuning,

14 September 2020 DS: Gangguan Defisit


mobilisasi neurologi
Jam 08:00 Pasien dan keluarga
mengatakan badan
pasien terasa lemas,
tangan kaki sulit
digerakkan.
DO:
Pasien terlihat
bedrest
Berpindah dengan
cara dibantu
oranglain,terpasang
kateter urin dengan
produksi 300cc
berwarna kuning.

Diagnosa Keperawatan Prioritas

Diagnosa I : Gangguan perfusi jaringan serebral b/d aliran darah sekunder

akibat peningkatan tekanan intracranial

Diagnosa II : Gangguan mobilisasi fisik b/d defisit neurologi

Diagnosa III : Gangguan komunikasi verbal b/d kerusakan celebral

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 45
C. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan


No Dx Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil

1. Gangguan perfusi Tujuan: a. Kaji tanda-


jaringan serebral b/d tanda terjadinya
Setelah dilakukan
aliran darah seskunder peningkatan
tindakan
akibat peningkatan tekanan
keperawatan selama
tekanan intracranial intracranial
2x24 jam diharapkan
yang ditandai dengan: (pusing, muntah
perfusi jaringan
proyektil, TD
DS: serebral dapat
tercapai secara sistolik
Pasien dan keluarga meningkat,
optimal, dengan
mengatakan badan Bradikardi)
kriteria hasil:
terasa lemas, tangan
a. Observasi
kaki sebelah kiri sulit 1) Kesadaran CM,
keAdaan
digerakkan, pusing, GCS E4M6V5
umum pasien
berbicara pelo. Riwayat (15)
penyakit HT disangkal, b. Monitor TTV
2) Pasien tidak
DM 30 th yll tidak tiap 2-3jam
tampak gelisah
terkontrol, riwayat c. Berikan posisi
Bronchitis 3tahun yang 3) Tidak ada nyeri
kepala elevasi
lalu tidak terkontrol, kepala
15-300 dengan
riwayat stroke dari 4) TTV dalam batas menggunakan
tahun 2014. Kontrol di normal bantal yang
RS PON.
tipis
DO: d. Anjurkan
Ku/ sedang, kesadaran pasien untuk
Compos Mentis, melakukan
gerakan pasif
TD: 180/90 mmHg
e. Libatkan
N: 78 x/menit, teraba
keluarga untuk
kuat.
menciptakan
RR: 18-20x/menit spO2 lingkungan
99% dengan terpasang yang tenang
O2 Nasal canul 3 lpm dengan
Suhu: 36,50C membatasi
pengunjung
Gambaran CT-Scan:
f. Kolaborasi
- multhiple chronic dengan tim
infark di gaglia dokter untuk
basalis dan lobus pemberian
occpitalis bilateral obat
- atrofi cerebri senilis antihipertensia
- tak tampak gambaran ntitrom-bolitik

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 46
perdarahan maupun dan
SOL pada Ct Scan neuroprotektor
saat ini. .
- Tak tampak fraktur
pada neurocranium
maupun
viscerocranium
- Sinus paranasalis
dalam batas normal

Gambaran Photo thorax:


- Gambaran bronchitis
- Cardiomegali dengan
pembesaran chember
entrikel kiri (LVH)
diserati elingatio aorta
mengarah gambaran
HHD ( hypertensive
Heart Disease).

Gambaran EKG:
Irama sinus rythm, ST
Elevasi (-), T inverted
pada lead II. Kesan :
hipertropi ventrikel kiri

2. Gangguan mobilitas Tujuan: Setelah a. Kaji


fisik b/d defisit dilakukan tindakan kemampuan
neurologi ditandai keperawatan selama pasien secara
dengan: 2x24 jam diharapkan fungsional/lua
mobilitas fisik dapat snya
DS:
ditingkatkan atau kerusakan
Pasien dan keluarga dipertahankan secara awal
mengatakan badan optimal, dengan b. Evaluasi
terasa lemah, anggota criteria hasil sebagai
gerak tangan dan kaki kekuatan otot
berikut:
kiri sulit digerakkan, pasien
1. Mampu
bicara pelo, bibir bagian c. Lakukan ubah
mempertahankan
kiri bawah mencong, posisi minimal
posisi optimal 2 jam sekali
DO:
2. kekuatan otot d. Ajarkan dan
Berpindah dengan cara meningkat dan latih rentang
dibantu oranglain, atau dapat gerak/ROM
terlihat bedrest, dipertahankan baik secara
terpasang poly cateter
3. Mempertahanka aktif maupun
Tonus otot ekstremitas n fungsi bagian pasif
kanan : 4 dan kiri :3 tubuh yang

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 47
mengalami e. Tempatkan
hemiparese bantal
dibawah axila
4. Tidak tampak
untuk
atrofi otot
melakukan
abduksi tangan
f. Posisikan lutut
dan panggung
dalam posisi
ekstensi
g. Libatkan
keluarga untuk
memotivasi
pasien dalam
melatih ROM
h. Kolaborasi
dengan
fisioterapi
untuk program
latihan
penderita
stroke fase
kronis.

3 Gangguan komunikasi a. Ajarkan


Tujuan: Setelah
verbal berhubungan pasien untuk
dilakukan tindakan
dengan kerusakan menyebutkan
keperawatan selama
celebral huruf yang
3x24 jam diharapkan
DS: komunikasi verbal sederhana
dapat efektif. sepeti
Pasien dan keluarga
A,I,U,E,O
mengatakan badan dengan criteria hasil b. Anjurkan
terasa lemah, anggota sebagai berikut: pasien untuk
gerak tangan dan kaki
1. Pasien berbicara
kiri sulit digerakkan,
memperlihatkan secara
bicara pelo.
suatu perlahan-
DO: peningkatan lahan dan
Pasien bicara tidak jelas, kemampuan tenang
berkomunikasi c. Hargai
bibir bagian kiri bawah kemampuan
mencong 2. Tidak frustasi
pasien dan
hindari
pembicaraan
yang
merendahkan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 48
d. Konsultasi
keahli terapi
wicara

D. Penatalaksanaan Keperawatan

Tanggal/ Tindakan
No Dx Evaluasi/Respon Perawat
Jam Keperawatan

14/09/20 1,2,3 Mengobservasi S: pasien Br. E


keadaan umum mengatakan
08.25
pasien lemah,tangan
kaki sulit
digerakkan,pu
sing, bicara
pelo.
O: ku sedang
kesadaran CM,
GCS
E4M6V5

08.55 1,2,3 Memonitor TTV O: TD: Br. E


180/90mmHg,
N:78 x/menit,
RR: 20 x/enit,
Suhu 36,5C,
akral hangat

09.20 1 Kaji tanda-tanda S : pasien Br. E


adanya mengatakan
peningkatan pusing, tidak
tekanan ada muntah
intracranial O : TD 210/97
(pusing, muntah, mmHg, N:
TD sistolik
88 x/menit
meninggi, Terpasang
Takikardi IVFD RL
500 cc +
neurobion
1 amp 20 tpm.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 49
09.35 1,2,3 Memposisikan S: pasien Br. E
kepala pasien mengatakan
dengan posisi pusing sedikit
elevase semi 300 berkurang dan
terasa nyaman
Mengajarkan
pasien mengikuti O: pasien dapat
perintah untuk berbicara
mengucapkan secara
huruf yang berlahan dan
sederahana tenang dan
A,I,U,E,O dapat
Mengobservasi menyebutkan
kecepatan dan nama,tanggal
lahir dan
tekanan bicara
keberadaan
pasien
pasien saat ini
walaupun
bicara kurang
lancar.

09.50 1 Memberikan O:TD : 165/80 Br. E


terapi citicolin 500 mmHg, N;78
mg iv,nicardiphine x/m, RR :
drip 0,5 20x/m, spO2
micron/jam. sesuai 100 %
intruksi dokter

10.15 1 Melakukan O: Poly Chateter Br. E


kolaborasi dengan sudah
dokter jaga untuk terpasang no
pemasagan 16, tahanan 25
chateter aqua for
injeksi,produk
si urine 300 cc

10.35 2 Memantau O: KU: Sedang, Br. E


keadaan umum Kes: CM,
dan TTV pasien GCS; 15
E4M6V5,TD
156/83
mmHg, Nadi
88 x/m,

11.00 2 Melakukan O: Memeberikan Br. E


kolaborasi dengan therapy
dokter untuk omeprazole
pemberian 1x40mg iv,
therapy, dan Clopidogrel 75

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 50
pemeriksaan mg, aricep 1
laboratorium tab po
Elekrolit amlodiphin 10
mg po,
Ransamin 200
cc/4jam,
nicardiphin
lanjut 0,5
micron/jam
target MAP
100-120.

11.25 2 Mengobseravasi O: TTV: Br. E


ulang KU dan 121/80mmHg,
TTV pasien Hr : 99 x/mnt,
Rr : 20 x/mnt,
Sat 99%

E. Evaluasi

Tanggal/Jam No Dx Evaluasi (SOAP) Paraf

14/09/20 1 S: Pasien mengatakan pusing Br. E


sedikit berkurang, anggota gerak
11:30 WIB
masih lemah dan sulit untuk
Hari-1 digerakkan
O:
k/u sedang, akral hangat, kesadaran
CM GCS: 15 E4M6V5, pasien
tampak bedrest,
TD: 120/80 mmHg, N: 98x/menit,
RR: 20x/mnt Spo2 100% dengan
NK 3 lpm, Suhu 36.50C
A:
Gangguan perfusi jaringan serebral
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan!
1. Kaji tanda-tanda terjadinya
peningkatan tekanan intracranial

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 51
(pusing, muntah proyektil, TD
sistolik meningkat, Bradikardi)
2. Observasi keadaan umum pasien
3. Kaji tingkat kesadaran pasien
4. Kolaborasi dengan tim dokter
untuk pemberian terapi sesuai
indikasi

2 S: - Br. E
O:
pasien terpasang Folley catheter no
16 Ballon 25ml., Prod Urine 300ml.
Pasien tampak bed rest,terpasang
infus Nacl + neurobion 1 amp 20
tpm di tangan sebelah kanan.
A: Gangguan Mobilisasi fisik
belum teratasi

P:
Intervensi lanjutkan!
1. Kaji kemampuan pasien secara
fungsional/luasnya kerusakan
awal
2. Evaluasi kekuatan otot pasien
3. Kolaborasi dengan fisioterapi
untuk program latihan penderita
stroke.
4. Pasien di transfer ke HCU
KU: Sedang, Kesadaran CM
GCS :15
TTV: 121/80mmHg, Hr : 99
x/mnt, Rr : 20 x/mnt, Sat 99%

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 52
3 S: - Br.E
O:
Pasien bicara belum jelas, bicara
pelo, bibir miring kesebelah kiri
A: Gangguan Komunikasi Verbal
belum teratasi

P:
Intervensi lanjutkan
1. Kaji kemampuan pasien untuk
berbicara
2. Evaluasi kemampuan bicara
pasien
3. Libatkan keluarga untuk melatih
terus kemampuan bicara pasien
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
Konsultasi ke ahli terapi wicara

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 53
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan


mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga dapat diketahui
berbagai masalah yang dialam olehi pasien.

Menurut teori Brunner dan Suddart (2013) pada pengkajian pasien


dengan stroke dapat terjadi gangguan penurunan darah ke otak. Keluhan
utaman biasanya mengeluh pusing, kekakuan leher,ketidakmampuan untuk
bicara,warna wajah dan ekstremitas,suhu dan kelembapan kulit, perubahan
pada tingkat kesadaran dan responsibilitas yang dibuktikan oleh pergerakan.
Menurut Uli (2013) dalam jurnal dijelaskan tentang penilaian lengkap
terhadap resiko stroke dengan menggunakan alat ABCD pada awal,sehingga
lebih mudah untuk menentukan ataupun memilah antara pasien dengan
tingkat kegawat daruratan dengan resiko rendah dan resiko tinggi, sehingga
dengan hasil penilitian tersebut bisa diketahui mana penanganan pasien yang
harus didahulukan untuk mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat.

Menurut NANDA (2015) stroke ditandai dengan kelemahan anggota


gerak sebelah badan,bicara pelo,tidak sadarkan diri. Hasil studi kasus Ny. S
ditemukan data keluarga pasien mengatakan badan tiba-tiba lemas, tangan
dan kaki kiri sulit digerakkan,bicara tidak jelas atau pel. Hasilpemeriksaan
fisik adalah keadaan umum pasien sedang, TTV: 180/90 mmHg, Nadi
78x/menit, Suhu: 36.50C, RR: 20x/menit.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 54
B. Diagnosa

Setelah melaukan Asuhan Keperawatan kepada pasien, kami menemukan


3 (tiga) diagnosa keperawatan yang muncu pada pasien Ny. S dengan mem-
bandingkan teori:

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tersumbatnya


aliran darah ke otak.

Diagnosa tersebut ditegakkan karena sebelumnya pasien mengalami


pusing, badan lemas secara tiba-tiba, tangan dan kaki kiri sulit untuk
digerakkan, bicara pelo, dan didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital TD: 180/90mmHg, N: 78x/m, Rr: 20 x/mnt, S; 36.50 C

Peningkatan tekanan darah yang tinggi menyebabkan ketegangan


pembuluh darah intracranial sehingga tekanan darah intrakranial
mendesak jaringan otak dan menyebabkan nyeri kepala. Faktor-faktor
yang mempengaruhi gangguan aliran arteri, gangguan aliran vena,
masalah-masalah pertukaran hipovolemia dan hipervolemia

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan defisit neurologi.

Diagnosa tersebut ditegakkan karena sebelumnya pasien mengeluh badan


lemas,tangan kanan dan kiri susah digerakkan,bibir mencong ke arah kiri
bawah, bicara pelo dalam hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD:
180/90mmHg, N: 78x/m, Rr: 20 x/mnt, S; 36.50 C. Pasien tampak tirah
baring ditempat tidur.

3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan celebral

Diagnosa tersebut ditegakkan karena pasien tidak bisa berbicara dengan


jelas atau pelo dan bibir mencong kesebelah kiri, dan didapatkan hasil
bahwa pasien dapat berbicara tetapi dalam penyebutan kata belum jelas
dan masih tersendat sendat.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 55
C. Perencanaan

Setelah diagnose ditegakkan maka diperlukannya lagi rencana


keperawatan. kegiatan perencanaan ini meliputi memperioritaskan masalah,
merumuskan tujuan, kriteria hasil serta rencana tindakan dalam perencanaan
ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

D. Penatalaksanaan

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada kasus ini, tidak semua


rencana keperawatan yang disusun dapat terlaksana semua karena tindakan
yang dilakukan di IGD hanya bersifat gawat darurat saja dan dikarenakan
keterbatasan waktu, implementasi dilanjutkan oleh perawat HCU.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan gawat darurat s selama 4 jam


dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul dalam teori pada saat
tindakan keperawatan ada 3 dan diagnosa yang tidak muncul ada Ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, pola nafas tidak efektif,
Resiko kerusakan Integritas kulit dan defisit perawatan diri, dan pada kasus
pasien Ny. S yang dilakukan intervensi dan implementasi. Pada kedua
masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny. S belum teratasi dan masih
harus melanjutkan intervensi atau juga merevaluasi ulang tindakan dan
perencanaan yang telah dilakukan pada pasien diruangan HCU. Tahap
evaluasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi secara sumatif
dan evaluasi formatif.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 56
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah kesuatu
bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami
kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah otak.

Stroke non-hemoragik adalah jenis stroke yang terjadi akibat


penyumbatan pada pembuluh darah otak. Stroke yang juga disebut stroke
infark atau stroke iskemik ini merupakan jenis stroke yang paling sering
terjadi.

Stroke non-hemoragik memiliki dua kemungkinan penyebab.penyebab


pertama adalah gumpalan darah yang terbentuk dipembuluh darah otak, dan
yang kedua adalah gumpalan darah yang terbentuk ditubuh lain.

Gejala yang muncul yaitu mati rasa atau sulit menggerakkan otot wajah,
lengan,atau kaki secra tiba-tiba pada salah satu sisi tubuh atau bahkan seluruh
tubuh,sulit berbicara,sulit menelan,pusing dan sakit kepala, kehilangan
keseimbangan dan sulit berjalan,penglihatan buram

B. Saran

1. Untuk perawat :

a. Perlunya diadakan seminar mengenai penanganan stroke non


Hemoragik untuk menambah wawasan perawat semakin bertambah
mengenai Stoke Non Hemorogik.

b. Perlunya diadakan bangsal unit stroke sehingga penanganan stroke


dapat terlaksana dan terpenuhi sesuai tata laksana penanganan
stroke.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 57
2. Untuk rumah sakit :

Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan dan


perawatan yang tepat pada pasien dengan kasus stroke non Hemoragik
dengan tindakan yang efektif untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 58
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2015. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Marlyn, Lynda juall. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
EGC

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan
Keperawatan Profesional Jilid 2. Yogyakarta: Media ActionPublishing

Smeltzer, suzanne.2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik. Diakses pada tanggal 13 Januari


2020 di http://nursingbegin.com/askep-stroke-nonhemoragik/

Konsep Stroke Non Hemoragik. Diakses pada tanggal 13 Januari 2020 di


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109

NANDA International. 2017. Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi


Edisi 10. Jakarta :EGC

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan Gangguan Neurologi Stroke Non Hemoragic
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Bogor 59

Anda mungkin juga menyukai