Tes Laporan
Tes Laporan
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, upaya pemenuhan kebutuhan akan rumah sehat dan layak huni dapat
dilakukan setiap orang dengan cara menyewa, membangun sendiri, ataupun membeli.
Namun peningkatan jumlah penduduk berdampak pada berkurangnya ketersediaan lahan
untuk PKP –utamanya di perkotaan-. Hal ini mengakibatkan peningkatan harga tanah
sehingga harga rumah menjadi relatif tinggi dan sulit dijangkau sebagian besar masyarakat,
khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini pun dialami para produsen rumah
sehingga menyebabkan terhambatnya supply rumah. Pemerintah perlu menyiapkan
program-program PKP yang dapat berjalan dengan efisien dan berkelanjutan.
Selain itu, ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) yang belum memadai,
urbanisasi dan mekanisme pasar perumahan yang kurang terkendali akibat pesatnya
perkembangan kegiatan ekonomi sehingga berimplikasi terhadap tingginya permintaan
rumah di pusat kot, luas permukiman kumuh yang cenderung meningkat, sistem
penyelenggaraan PKP yang belum kuat, keterbatasan akses masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah terhadap lahan untuk pembangunan PKP sehingga menyebabkan
rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau, lemahnya
Beberapa isu strategis dan pokok permasalahan tersebut merupakan landasan perlunya
daerah mempunyai skenario umum penanganan pembangunan dan pengembangan PKP
yang tertuang dalam RP3KP. RP3KP merefleksikan akomodasi terhadap aspirasi
masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Sedangkan dalam konteks
penataan ruang, RP3KP merupakan penjabaran RTRW di sektor perumahan dan
permukiman.
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Lampung Selatan ini yaitu dapat menjadi
alat yang dapat mengintegrasikan pembangunan dan pengembangan PKP agar sejalan
pembangunan sektor lain untuk menciptakan sinkronisasi dan harmonisasi dalam
mewujudkan visi, misi, dan tujuan pembangunan.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Lampung Selatan yaitu terwujudnya
rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman secara
terkoordinasi, terpadu, lintas sektoral dan lintas wilayah di Kabupaten Lampung Selatan.
Perumahan
Kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan
rumah yang layak huni.
Kawasan Pemukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Lingkungan Hunian
Bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.
Permukiman
Bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi
lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,
Rumah
Bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi
pemiliknya.
Rumah Komersial
Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.
Rumah Swadaya
Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat.
Rumah Umum
Rumah umum adalah rumah yang diselenggaraan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
Rumah Khusus
Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.
Rumah Negara
Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki Negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat
dan/atau pegawai negeri.
Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatanbangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat.
Perumahan Kumuh
Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian.
Konsolidasi Tanah
Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan
tanah untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman guna meningkatkan
kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif
masyarakat.
Pendanaan
Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan/atau
sumber dana lain yang dibelanjakan untuk penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau setiap
pengeluaran yang akan diterima lembali untuk kepentingan penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman baik yang berasal dari dana masyarakat, tabungan perumahan,
maupun sumber dana lainnya.
Sarana
Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
Utilitas Umum
Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.
Selanjutnya beberapa istilah lain yang digunakan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman dapat dirujuk sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah
Susun.
1.5.2 RP3KP
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dan Pasal 28 H Amandemen UUD 1945
mengamanatkan bahwa: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”. Amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 menyatakan bahwa
”setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan
mempunyai peran sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa
sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri,
dan produktif”.
Pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan memberikan kemudahan bantuan
PKP melalui penyelenggaraan PKP yang berbasis kawasan serta keswadayaan masyarakat
sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan
Untuk dapat melakukan amanat dalam UUD 1945 pasal 28 H dan UU No. 1 Tahun 2011
maka aspek perencanaan menjadi hal penting. Sejak diberlakukan UU No. 1 Tahun 2011,
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah
(RP4D) yang diatur melalui Kepmen Perkim No.09/KPTS/M/IX/1999 telah diperbaharui
dengan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP).
RP3KP dalam UU No.1 Tahun 2011 pasal 14 ayat f menyebutkan bahwa Pemerintah
Provinsi mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota. Sedangkan pada pasal 15 ayat
c, Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. RP3KP
adalah:
1. Skenario pelaksanaan koordinasi, keterpaduan dari himpunan rencana sektor terkait
di bidang PKP.
2. Sebagai payung atau acuan baku bagi seluruh pemangku kepentingan
pembangunan PKP dalam menyusun dan menjabarkan kegiatannya masing- masing.
3. Merupakan cerminan dari kumpulan aspirasi masyarakat terhadap PKP yang layak.
RP3KP diperlukan untuk memuat rencana sektor PKP yang belum “terjawab” dalam RTRW,
antara lain:
Bagaimana merumuskan kebijakan dan strategi PKP?
Pola penanganan PKP apa yang diperlukan dan dimana lokasi
penanganan/pembangunannya?
Bagaimana mengatur alokasi ruang untuk tiap pola penanganan dan tipologi PKP
Bagaimana mengatur kualitas perumahan?
Sebagai suatu skenario, RP3KP berperan sebagai satu “alat” yang dapat menyatukan sistem
perencanaan pembangunan daerah dan tata ruang wilayah, serta mengintegrasikan
kegiatan antara pemerintah dengan pemerintah daerah, antarsektor, antara pemerintahan,
serta antara dunia usaha dan masyarakat di bidang PKP. Mengapa RP3KP disebut sebagai
suatu “alat” yang menyatukan sistem perencanaan pembangunan dalam bidang PKP?
karena penyusunan RP3KP mengacu pada dokumen kebijakan daerah berupa:
a. Kebijakan dan strategi nasional di bidang PKP;
b. Kebijakan dan strategi bidang PKP pada tingkat provinsi, terutama bagi pemerintah
kabupaten/kota;
c. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);
d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
e. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang mengatur secara khusus ruang untuk
PKP dan berbagai tindak lanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran kegiatan, ruang lingkup
wilayah dan materi pembahasan, pemahaman dasar RP3KP, serta sistematika pembahasan
laporan.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Saat ini wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari 17 kecamatan yang
meliputi 260 desa/kelurahan, dengan ibukota Kabupaten berada di Kecamatan/Kota
Kalianda, yang diresmikan menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Selatan oleh Menteri
Dalam Negeri pada tanggal 11 Februari 1982. Berdasarkan luas wilayah yang dimiliki,
Kecamatan Natar merupakan kecamatan terluas (213,77 km 2), sedangkan kecamatan
terkecil yaitu Kecamatan Way Panji (38,45 km 2). Wilayah administrasi Kabupaten Lampung
Selatan mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan
Lampung Timur
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Selat Sunda
- Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesawaran
- Sebelah TImur : berbatasan dengan Laut Jawa
Selain wilayah administrasi yang masuk dalam Pulau Sumatera, Kabupaten Lampung
Selatan juga memiliki pulau yang berjumlah 42 antara lain Pulau Krakatau, Pulau Sebesi,
Pulau Sertung, Pulau Sebuku, Pulau Rimau Balak, Pulau Kandang Balak, Pulau Panjurit dan
Pulau Condong Timur.
2.2.2 Klimatologi
Iklim di Kabupaten Lampung Selatan sama halnya dengan daerah lain di Indonesia. Iklimnya
dipengaruhi oleh adanya pusat tekanan rendah dan tekanan tinggi yang berganti di daratan
sentra Asia dan Australia pada bulan Januari dan Juli. Akibat pengaruh angin Muson, maka
daerah Lampung Selatan tidak terasa adanya musim peralihan (pancaroba) antara musim
kemarau dan musim hujan. Suhu udara di Kabupaten Lampung Selatan berada pada kisaran
22o – 33o celcius dengan kelembapan udara pada kisaran 74-84%. Jumlah hari hujan di
Kabupaten Lampung Selatan rata-rata antara 7 – 26 hari dalam setiap bulannya dengan
curah hujan antara 23 – 294 mm.
Dari segi geologi wilayah Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar berbatuan endesit,
ditutupi turfazam. Batuan endapan meluas ke timur sampai sekitar jalan kereta api arah
menuju Kotabumi, keadaan tanah bergelombang sampai berbukit, Pegunungan vulkanis
muda, daratan bagian timur yang termasuk wilayah Kabupaten Lampung Selatan tidak
begitu luas, berbatuan endesit ditutupi turfazam, serta dataran alluvial berawa-rawa dengan
pohon bakau.
2.3 KEPENDUDUKAN
Berdasarkan data yang ada, penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu Penduduk Asli Lampung dan Penduduk
Pendatang. Penduduk Asli Lampung, khususnya sub suku Lampung Peminggir, umumnya
berkediaman di sepanjang pantai pesisir, seperti di Kecamatan Penengahan, Kalianda,
Katibung. Penduduk sub suku Lampung yang lain tersebar di seluruh Kecamatan yang ada
di Kabupaten Lampung Selatan.
Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, Kabupaten Lampung Selatan saat ini memiliki
jumlah kepadatan penduduk kurang lebih 495 jiwa/Km 2. Dengan jumlah kepadatan tersebut,
Kabupaten Lampung Selatan masih masuk wilayah dengan kategori kepadatan rendah
berdasarkan SNI-03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan. Wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Natar
dengan kepadatan 897 jiwa/Km 2, sedangkan wilayah berkepadatan penduduk paling rendah
adalah Kecamatan Rajabasa dengan kepadatan 223 jiwa/Km 2.
Adapun jumlah kepadatan penduduk di Kecamatan Kalianda adalah kurang lebih 549
jiwa/Km2. Dari jumlah, distribusi dan kepadatan penduduk tersebut tergambar bahwa
Kecamatan Natar merupakan wilayah yang menjadi wilayah dengan jumlah, distribusi serta
kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Lampung Selatan meskipun Kecamatan
Natar bukan merupakan Ibukota Kabupaten. Kedekatan geografis dengan Kota Bandar
Lampung serta banyaknya kegiatan industri di Kecamatan Natar menjadi beberapa faktor
yang menyebabkan Kecamatan Natar menjadi plihan masyarakat Kabupaten Lampung
Selatan untuk bermukim. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah, distribusi dan kepadatan
penduduk di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini;
Jumlah
Kepadatan
No Kecamatan Luas (Km2) Penduduk Distribusi
(Jiwa/Km2)
(Jiwa)
1 Natar 213,77 191.707 19,31% 897
2 Jati Agung 164,47 114.269 11,51% 695
3 Tanjung Bintang 129,72 75.834 7,64% 585
4 Tanjung Sari 103,32 29.188 2,94% 283
5 Katibung 175,77 67.732 6,82% 385
6 Merbau Mataram 113,94 48.919 4,93% 429
7 Way Sulan 46,54 22.692 2,29% 488
8 Sidomulyo 122,53 57.701 5,81% 471
9 Candipuro 84,69 55.011 5,54% 650
10 Way Panji 38,45 17.049 1,72% 443
11 Kalianda 161,4 88.681 8,93% 549
12 Rajabasa 100,39 22.359 2,25% 223
13 Palas 171,39 57.047 5,75% 333
14 Sragi 81,92 33.378 3,36% 407
15 Penengahan 132,98 37.328 3,76% 281
16 Ketapang 108,6 49.993 5,04% 460
17 Bakauheni 57,13 23.875 2,40% 418
JUMLAH 2007,01 992.763 100,00% 495
Sumber: KDA, BPS 2018
Selain itu, dari hasil survey sekunder diperoleh data mengenai kependudukan yang meliputi
jumlah penduduk dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Selatan, yaitu sebagai berikut
Tabel 2. 3
Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018
Penduduk
No. Kecamatan Total
Laki-Laki Perempuan
1. Natar 98.913 93.970 192.883
2. Jati Agung 59.000 56.052 115.052
3. Tanjung Bintang 39.164 37.207 76.371
4. Tanjung Sari 15.109 14.354 29.463
5. Katibung 34.999 33.250 68.249
6. Merbau Mataram 25.457 24.184 49.641
Tabel 2. 4
Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2010-Tahun 2017
Berdasarkan data BPS 2018 menunjukkan bahwa, sex rasio penduduk Kabupaten Lampung
Selatan sebesar 105% yang artinya bahwa jumlah pendudukk laki-laki 4% lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Dapat dilihat pula secara rata-rata,
bahwa setiap 100 jiwa penduduk perempuan sebanding dengan 105 jiwa penduduk laki-laki.
Kecamatan Rajabasa merupakan kecamatan yang memiliki sex rasio paling terbesar di
Kabupaten Lampung Tengah yaitu sebesar 111%, sedangkan Kecamatan Way Panji
memiliki sex rasio paling terkecil yaitu sebesar 101%.
Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk perempuan yang artinya bahwa potensi sumberdaya manusia di Kabupaten
Lampung Selatan didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki sebagai
kepala keluarga berperan untuk mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya sangat berperan penting dalam perkembangan dan pembangunan wilayah.
Sesuai dengan potensi Kabupaten Lampung Selatan pada sektor pertanian maka
ketersediaan tenaga laki-laki akan amat membantu karena untuk lapangan kerja seperti ini
membutuhkan tenaga fisik yang prima dan mampu bersahabat dengan alam.
Tabel 2. 5
Sex Ratio Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017
Tabel 2. 6
Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
60.000 40.000 20.000 0 20.000 40.000 60.000
Perempuan Laki-Laki
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur di
Kabupaten Lampung Selatan di kuasai oleh usia produktif (usia kerja) yang tertinggi yaitu
sebesar 654.937 jiwa atau 65% dari jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten
Lampung Selatan, sedangkan jumlah penduduk usia non produktif sebesar 337.826 jiwa
atau 35% dari jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Lampung Selatan.
Tabel 2. 7
Lapangan Usaha Penduduk Usia Kerja Tahun 2017
Tersier Primer
41% 41%
Sekunder
18%
Gambar 2. 2 Grafik Persentase Jenis Lapangan Usaha Penduduk Usia Kerja Tahun 2017
Dari data tersebut tergambar bahwa penduduk Kabupaten Lampung Selatan banyak bekerja
pada sektor primer yaitu pertanian dan sektor tersier. Jumlah penduduk yang bekerja pada
lapangan usaha sektor tersier yang hampir sama banyak dengan sektor promer menunjukan
sektor perdagangan dan jasa terus bertumbuh di Kabupaten Lampung Selatan.
346.457
360.594
400.000
319.448
307.546
295.601
350.000
274.401
256.153
300.000
177.740
250.000
171.408
162.972
161.792
158.380
157.710
150.110
200.000
150.000
100.000
50.000
-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Adapun jumlah rumah tangga di Kabupaten Lampung Selatan dengan kategori rumah
tangga Pra Sejahtera ada tahun 2017 berjumlah 49.656 KK atau sekitar 20,41% dari total
rumah tangga, rumah tangga Sejahtera I berjumlah 102.092 KK dan rumah tangga Sejahtera
II berjumlah 91.517 KK. Jumlah rumah tangga pra sejahtera paling banyak berada di
Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Natar.
Tabel 2. 8
Jumlah Rumah Tangga Menurut Kesejahteraan Tahun 2017
Sejahtera Sejahtera
No Kecamatan Pra Sejahtera Total
I II
1 Natar 5.015 10.754 14.199 29.968
2 Jati Agung 5.760 12.103 12.174 30.037
3 Tanjung Bintang 3.863 8.292 8.990 21.145
4 Tanjung Sari 1.391 4.069 2.523 7.983
5 Katibung 4.218 6.067 5.385 15.670
6 Merbau Mataram 3.183 6.307 3.616 13.106
7 Way Sulan 914 2.759 1.630 5.303
8 Sidomulyo 3.821 7.057 5.482 16.360
9 Candipuro 3.078 6.013 6.357 15.448
10 Way Panji 618 1.631 1.587 3.836
11 Kalianda 3.918 10.136 7.861 21.915
12 Rajabasa 794 3.189 1.947 5.930
13 Palas 4.901 7.103 6.309 18.313
14 Sragi 2.268 4.191 2.750 9.209
15 Penengahan 2.091 5.353 3.271 10.715
16 Ketapang 2.801 4.534 5.643 12.978
17 Bakauheni 1.022 2.534 1.793 5.349
JUMLAH 49.656 102.092 91.517 243.265
Sumber: KDA, BPS 2018
Bakauheni
Merbau Mataram
Candipuro
Sragi
Natar
Rajabasa
Tanjung Bintang
Penengahan
Ketapang
Katibung
Way Sulan
Palas
Jati Agung
Tanjung Sari
Kalianda
Sidomulyo
Way Panji
Gambar 2. 4 Diagram Persentase Rumah Tangga Pra Sejahtera Tahun 2017
Data BPS tahun 2017 menunjukan bahwa jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Lampung
Selatan berjumlah kurang lebih 1.175 unit yang terdiri dari Taman Kanak-kanak, Sekolah
Dasar/Sederajat, Sekolah Menengah Pertama/Sederajat, Sekolaj Menengah
umum/Sederajat dan Perguruan Tinggi/Akademi. Jenis sarana pendidikan yang paling
banyak adalah SD/Sederajat baik milik pemerintah maupun swasta dengan jumlah 570 unit.
Untuk lebih jelasnya mengenai jenis dan sebaran sarana pendidikan di Kabupaten Lampung
Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini;
Sarana Pendidikan
No Kecamatan Taman Akademi/ Total
SD/ SMP/ SMU/
Kanak- Perguruan
Sederajat Sederajat Sederajat
kanak Tinggi
1 Natar 110 76 34 12 1 233
2 Jati Agung 55 53 26 15 - 149
3 Tanjung Bintang 31 41 16 11 2 101
4 Tanjung Sari 7 15 5 6 - 33
5 Katibung - 31 7 3 - 41
6 Merbau Mataram 9 29 9 6 - 53
7 Way Sulan 1 19 4 6 - 30
8 Sidomulyo 32 46 22 7 - 107
9 Candipuro 32 40 17 4 - 93
10 Way Panji 8 11 5 1 1 26
11 Kalianda 10 51 12 7 5 85
12 Rajabasa 2 23 4 5 - 34
13 Palas 4 38 6 4 - 52
14 Sragi - 19 6 3 - 28
15 Penengahan 6 38 7 5 - 56
16 Ketapang - 26 5 - 31
17 Bakauheni - 14 6 3 - 23
JUMLAH 307 570 191 98 9 1.175
Sumber: KDA, BPS 2018
1%
8%
26%
16%
49%
Tabel 2. 10
Jenis dan Sebaran Sarana Kesehatan Tahun 2017
Sarana Kesehatan
Puskesmas
Puskesmas
Kesehatan
Pembantu
Posyandu
Bersalin
Praktek
Rumah
Rumah
Dokter
No Kecamatan Total
Induk
Klinik
Sakit
1 Natar 8 5 19 12 145 0 1 190
2 Jati Agung 4 2 4 5 85 0 1 101
3 Tanjung Bintang 5 1 6 5 72 0 - 89
4 Tanjung Sari 3 1 1 1 31 0 - 37
5 Katibung 5 2 2 3 62 0 - 74
6 Merbau Mataram 7 2 2 0 56 0 - 67
7 Way Sulan 2 1 1 1 24 0 - 29
8 Sidomulyo 3 1 6 0 86 0 - 96
9 Candipuro 6 1 2 3 59 0 - 71
10 Way Panji 1 1 4 3 25 0 - 34
11 Kalianda 11 2 14 6 104 0 2 139
12 Rajabasa 4 1 0 1 32 0 - 38
13 Palas 4 2 3 0 76 0 - 85
14 Sragi 3 1 1 0 33 0 - 38
15 Penengahan 3 1 2 0 43 0 - 49
16 Ketapang 3 1 5 4 44 0 - 57
17 Bakauheni 2 1 2 0 27 0 - 32
JUMLAH 74 26 74 44 1004 0 4 1226
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, 2018
Tabel 2. 11
Jenis dan Sebaran Sarana Peribadatan Tahun 2017
Gereja Gereja
No Kecamatan Masjid Mushola Pura Vihara Total
Protestan Katholik
1 Natar 152 68 6 2 0 1 229
2 Jati Agung 60 60 2 1 0 0 123
3 Tanjung Bintang 185 0 6 3 6 0 200
4 Tanjung Sari 174 36 11 4 2 0 227
5 Katibung 112 60 1 0 0 0 173
6 Merbau Mataram 205 138 5 3 0 2 353
7 Way Sulan 254 184 7 4 0 1 450
8 Sidomulyo 184 31 4 5 0 2 226
9 Candipuro 29 19 0 0 0 0 48
10 Way Panji 50 122 2 1 18 0 193
11 Kalianda 123 65 3 1 1 0 193
12 Rajabasa 170 46 9 5 2 1 233
13 Palas 193 83 1 3 0 1 281
14 Sragi 35 3 5 1 0 0 44
15 Penengahan 102 0 1 0 0 1 104
16 Ketapang 18 0 1 3 0 5 27
17 Bakauheni 35 21 2 2 14 0 74
JUMLAH 2.081 936 66 38 43 14 3.178
Sumber: KDA, BPS 2018
Tabel 2. 12
Jenis dan Sebaran Sarana Perdagangan dan Bank Tahun 2017
Sarana Perdagangan
Tradisional
Wr.makan
Kelontong
Restoran/
Warung
Hewan
Market
Pasar
Pasar
No Kecamatan Total
Bank
Toko
Mini
1 Natar 6 - 613 55 2.554 627 12 3.867
2 Jati Agung 9 - 142 104 2.146 10 4 2.415
3 Tanjung Bintang 11 - 1.164 4 577 4 4 1.764
4 Tanjung Sari 5 1 11 52 273 325 - 667
5 Katibung 6 - 37 77 816 9 - 945
6 Merbau Mataram 6 - 74 61 518 5 - 664
7 Way Sulan 3 - 105 12 269 2 1 392
8 Sidomulyo 2 - 176 69 1.277 12 6 1.542
9 Candipuro 4 - 112 2 1.214 4 1 1.337
10 Way Panji 2 - 140 8 - 2 1 153
11 Kalianda 2 - - - - 18 11 31
12 Rajabasa 8 - 2 94 276 1 - 381
13 Palas 6 - 2 - - - 1 9
14 Sragi 2 - 102 20 111 2 1 238
15 Penengahan 3 - 43 31 - 6 1 84
16 Ketapang 4 - 992 118 992 5 3 2.114
17 Bakauheni 2 - - 26 - 4 3 35
JUMLAH 81 1 3.715 733 11.023 1.036 49 16.638
Sumber: KDA, BPS 2018
Tabel 2. 13
Jumlah Rumah dan RTLH Tahun 2017
Selain rumah swadaya yang dibangun masyarakat, di Kabupaten Lampung Selatan juga
banyak berkempang rumah-rumah yang dibangun oleh Developer. Pembangunan rumah
oleh developer cukup banyak di wilayah ini, khususnya di Kecamatan Natar dan Kecamatan
Jati Agung. Berdasarkan data APERSI, pada tahun 2018 terdapat 22 Perumahan di
Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah rumah terbangun kurang lebih 2.589 unit.
Selain Developer yang tergabung dalam APERSI, di Kabupaten Lampung Selatan juga
banyak perumahan yang dibangun oleh developer yang tergabung dalam REI. Berdasarkan
Tabel 2. 14
Nama Perumahan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018
Unit
No Perumahan Lokasi Non
Subsidi
Subsidi
APERSI
1 Bakauheni Residence Bakauheni 50 -
2 Griya Jati Asri 4 Banjar Agung 120 -
3 Taruna Residence Jati Agung 50 -
4 Gemilang Perdana Jati Agung 30 -
5 Griya Indah Permata Jati Agung 170 -
6 Green Jatimulyo Jati Agung 50 -
7 Lamban Lintang Toedjoe Jati Mulyo 44 -
8 Lamban Lintang Toedjoe II Jati Mulyo 26 -
9 Baru Ranji Asri Merbau Mataram 107 -
10 Griya Tanjung Rame Merbau Mataram 250 -
11 Graha Natar Residence Natar 30 -
12 Perdana Residence Natar 11 -
13 Samudra Residence 3 Natar 53 -
14 Griya Jati Asri 3 Natar 64 -
15 Tawon Regency Natar 63 -
16 Tarantula Arthur regency Natar 146 -
17 Graha Natar Lestari Natar 300 -
18 Pesona Nirwana Sidomulyo 20 -
19 Restu Bumi Residence Tanjung Bintang 139 -
20 Bumi Serdang Indah Tanjung Bintang 116 -
21 Griya Industri Tanjung Bintang 300 -
22 Griya Damai Lestari Tanjung Bintang 450 -
JUMLAH (APERSI) 2.589 -
REI
23 Perum Serambi Sumatera Residence Bakauheni Lampung Selatan 300 -
24 Perum Anugerah Alam Residence II Desa kali asin II Tanjung Bintang Lamsel 2 -
25 Intan Permai Desa Kedaton Kecamatan Kalianda LamSel 80 -
26 Kalianda Residence Desa Way Urang Kec. Kalianda LamSel 125 -
27 Nuwo Sriwijaya Permai Hajimena Lampung Selatan 350 -
28 Lamban lamondo Hajimena Lampung Selatan 40 -
29 Kurnia Abadi ITERA Lampung Selatan 78 -
30 Griya Anugrah 3 Jati Agung Lampung Selatan 83 -
31 Griya Anugrah 4 Jati Agung Lampung Selatan 99 -
Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan
tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan
standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah
sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana
jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Kawasan permukiman kumuh
khususnya perkotaan di Kabupaten Lampung Selatan diantaranya disebabkan oleh:
1. Kondisi rumah yang tidak sesuai persyaratan teknis, tidak teratur dan kepadatan
tinggi;
2. Jalan lingkungan yang cakupan pelayanan rendah dan kualitas rendah;
3. Penyediaan air minum yang aksesnya keamanannya rendah dan tidak terpenuhi
sesuai kebutuhan rata-rata;
4. Kondisi drainase yang kualitas rendah, tidak terpelihara, tidak terhubung dengan
jaringan atas dan bawahnya, adanya genangan lama dan buruk dan tidak tersedia
drainase;
5. Kondisi air limbah domestik dan sampah yang tidak sesuai standar teknis dan
pesyaratan teknis serta tidak terpelihara;
6. Minimnya sarana prasarana proteksi kebakaran.
Tabel 2. 15
Kawasan Kumuh di Kabupaten Lampung Selatan
Tabel 2. 16
Status dan Panjang Jalan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017
30%
61%
5%
4%
2.5.2 Perhubungan
Letak Kabupaten Lampung Selatan yang berada di Pulau Sumatera yang merupakan pulau
dengan kepadatan tertinggi kedua setelah Pulau Jawa, tentunya sarana transportasi yang
dapat bersinergi secara baik guna mendukung aktivitas dan mobilisasi masyarakat di Pulau
Sumatera khususnya yang terkait dengan Kepulauan di sekitarnya, maka salah satunya
diperlukan sarana penyeberangan. Sampai dengan tahun 2014, Pelabuhan Bakauheni telah
memiliki 6 dermaga milik ASDP dan 1 dermaga milik swasta dengan jumlah kapal ferry yang
melayani sebanyak 52 unit. Dengan jumlah dermaga dan moda transport ferry tersebut,
Kabupaten Lampung Selatan mempunyai 5 buah pelabuhan laut kecil yang pelayanannya
bersifat lokal yaitu hanya melayani kapal-kapal rakyat dan nelayan setempat. Adapun
pelabuhan tersebut adalah pelabuhan Bom Kalianda, Canti, Pulau Sebesi, Ketapang dan
pelabuhan rangai. Bandara Raden Intan II adalah merupakan satu-satunya bandara yang
melayani penerbangan komersial di Propinsi Lampung. Bandara Raden Intan terletak di
Desa Branti Raya Kecamatan Natar Lampung Selatan yang berjarak lebih kurang 28 Km dari
Bandar Lampung. Dalam rangka pengembangan bandara sebagai pintu gerbang lalu lintas
udara di Propinsi Lampung tahun 1996/1997 dilakukan perpanjangan landasan runaway dari
1.050 m menjadi 2.200 m, sehingga mampu didarati pesawat sejenis Boeing 737. Sampai
dengan tahun 2014, Bandara Raden Intan II telah digunakan oleh 6 maskapai penerbangan
dengan jumlah orang yang melalui bandara sebanyak 1.188.110 orang dengan 3.043.025
ton barang.
Tabel 2. 17
Cakupan Akses Air Minum Layak Kabupaten Lampung Selatan
Tabel tersebut menunjukkan cakupan akses air minum layak Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2014. Data tersebut menunjukkan secara umum jumlah penduduk Kabupaten
Lampung Selatan yang telah memiliki akses air minum aman daerah perkotaan dan
pedesaan sebesar 71,14 persen. Hal ini berarti secara umum cakupan air minum layak
sudah cukup hanya perlu penambahan sumber cakupan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan akan air minum layak.
PDRB Kabupaten :Lampung Selatan terus mengalami kenaikan dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir. Namun demikian, meskipun jumlah PDRB mengalami peningkatan, angka
pertumbuhan PDRB cukup berfluktuasi tiap tahunnya. Untuk laju pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada gambar berikut ini;
6,00%
5,00%
4,00%
3,00%
2,00%
1,00%
0,00%
2013 2014 2015 2016 2017
Tabel 2. 18
TAHUN
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016 2017
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.015.529,44 7.272.232,61 7.559.585,65 7.856.143,41 8.163.229,90
B Pertambangan dan Penggalian 327.853,24 353.911,70 387.284,14 414.831,72 451.166,40
C Industri Pengolahan 5.198.530,66 5.545.383,36 5.958.742,24 6.149.920,89 6.467.235,90
D Pengadaan Listrik dan Gas 27.562,51 30.668,59 31.817,45 33.604,18 34.953,20
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
E 27.469,38 29.132,35 30.088,69 31.331,80 33.214,40
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 2.483.620,90 2.654.913,68 2.696.897,34 2.968.667,49 3.270.234,40
Perdagangan Besar dan Eceran;
G 2.757.135,69 2.951.051,44 3.071.301,96 3.237.274,37 3.404.914,50
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 1.221.297,35 1.270.854,55 1.397.033,05 1.522.249,42 1.618.778,30
Penyediaan Akomodasi dan Makan
I 263.948,02 281.671,47 312.901,37 332.625,91 352.922,90
Minum
J Informasi dan Komunikasi 692.202,56 753.747,87 816.622,25 883.118,25 941.694,60
K Jasa Keuangan dan Asuransi 392.485,23 417.117,70 436.932,65 465.674,53 479.315,70
L Real Estate 511.034,10 551.337,30 584.671,03 613.528,65 649.317,00
M,N Jasa Perusahaan 17.738,90 20.027,46 21.477,44 22.140,26 22.884,60
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
O 444.102,29 471.337,09 494.266,46 518.682,70 540.087,40
dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 486.121,39 532.763,60 572.189,54 596.765,43 621.038,80
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118.283,91 128.199,05 137.870,70 146.404,46 152.806,80
R,S,T,U Jasa Lainnya 128.782,23 134.222,77 144.996,52 149.745,53 155.737,90
TOTAL 22.113.697,80 23.398.572,59 24.654.678,48 25.942.709,00 27.359.532,70
Sumber: BPS, KDA 2018.
Tabel 2. 19
Potensi Bencana Alam di Kabupaten Lampung Selatan
Mitigasi dan adaptasi bencana alam sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat kerentanan
dan resiko bencana yang ditimbulkan. Wilayah potensi bencana alam di Kabupaten
Lampung Selatan juga dapat terlihat pada peta berikut ini:
Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan tersedianya cukup
ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebut daya dukung lingkungan.
Singkatnya, daya dukung lingkungan ialah kemampuan lingkungan untuk mendukung
perikehidupan semua makhluk hidup. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai
tingkat maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung
dengan tak terbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai bagian
integritas fungsional ekosistems yang relevan
Kabupaten Lampung Selatan secara umum memiliki sumberdaya alam yang cukup
potensial, namun keberadaan tidak merata antar wilayah yang satu dengan lainnya. Ada
bagian-bagian wilayah yang cukup kaya akan sumberdaya alam, ada pula yang tidak. Ada
yang baik untuk pertanian ada pula yang tidak. Oleh karena itu, agar pemanfaatannya
dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai
dengan tindakan perlindungan.
Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang
rasional antara lain sebagai berikut:
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan
efisien, misalnya: air, tanah dan udara;
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran);
3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta
pendaurulangan (recycling);
4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan
alam.
Agar pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten Lampung Selatan bisa efisien dan
Daya dukung wilayah (carrying capacity) dalam konsep pengembangan wilayah merupakan
daya tampung maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain
populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa merusak
ekosistem itu. Fungsi beban manusia tidak hanya pada jumlah populasi akan tetapi juga
konsumsi perkapita serta lebih jauh lagi adalah faktor berkembangnya perdagangan dan
industri secara cepat.
Analisis daya dukung (carrying capacity analysis) sejatinya merupakan suatu alat
perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk,
penggunaan lahan dan lingkungan. Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang
diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas
manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis
daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang
dimiliki oleh suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan dan pengembangan
daerah itu, dengan melihat perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah
penduduk yang ada.
Kondisi fisik kawasan sebagaimana telah dipaparkan pada bab 3 sebagian besarnya
merupakan kawasan dengan topografi dataran dengan kemiringan lereng 0 – 2%, dari
kondisi tersebut maka secara umum kawasan ini termasuk dalam morfologi dataran
sehingga cocok untuk pengembangan kegiatan budidaya maupun lindung. Pada wilayah
dengan kemiringan yang tidak terlalu curam yaitu 0 – 20 % memungkinkan untuk
dikembangkan sebagai kegiatan perkotaan karena tingkat erosi berkisar antara kecil sampai
sedang.
Jenis kegiatan perkotaan yang umumnya dapat berkembang kondisi demikian adalah
kawasan budidaya pertanian atau pun kawasan budidaya yang mendukung kegiatan
perkotaan, misalnya permukiman penduduk, perdagangan, dan jasa. Pada kondisi lereng
seperti ini umumnya tidak perlu ada penanganan khusus.
Kondisi fisik dasar yang meliputi kondisi topografi, kemiringan, dan geologi merupakan faktor
Berdasarkan SKL Morfologi yang dimiliki oleh Kabupaten Lampung Selatan, wilayah tersebut
sebagian besarnya memiliki kemampuan lahan dari morfologi rendah yang artinya lahan di
Kabupaten Lampung Selatan cocok atau sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan
budidaya.
Tabel 2. 20
Analisis Satuan Kemampuan Lahan Morfologi Kabupaten Lampung Selatan
Pada wilayah dengan kemiringan yang tidak terlalu curam yaitu 0 – 20 % seperti di
Kecamatan Natar, Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Tanjung Bintang memungkinkan
untuk dikembangkan sebagai kegiatan perkotaan atau budidaya karena tingkat erosi berkisar
antara kecil sampai sedang. Jenis kegiatan perkotaan yang umumnya dapat berkembang
kondisi demikian adalah kawasan budidaya pertanian atau pun kawasan budidaya yang
Pada lereng yang memiliki kemiringan sedang yaitu > 20 – 40 % kurang baik untuk kegiatan
perkotaan karena tanah pada kemiringan ini sangat peka terhadap erosi, drainase memiliki
kecenderungan buruk dan kapasitas menahan air rendah. Namun pada kondisi lereng
seperti ini masih memungkinkan untuk pengembangan permukiman dan kawasan budidaya
terbatas sesuai dengan potensi dan daya dukung fisiknya, misalnya permukiman terbatas
(villa, dll) dengan KDB < 40 %. Perlu penanganan khusus untuk dapat dapat mengusahakan
lahan pada kemiringan antara 30 – 40 %, dimana umumnya kondisinya tanahnya berupa
tanah berbatu sehingga sulit untuk dikembangkan untuk kegiatan pembangunan.
Sedangkan pada kemiringan yang lebih curam yaitu > 40 % seperti di Kecamatan Rajabasa,
Kecamatan Penengahan dan Kecamatan Bakauheni tidak dapat dikembangkan untuk
kegiatan pembangunan, namun lebih diarahkan guna mendukung fungsi-fungsi kegiatan
pembangunan di kawasan dibawahnya, seperti daerah tangkapan air (catchment area) dan
ruang terbuka hijau maupun sebagai kawasan yang mampu menyajikan nilai keindahan
alam, misalnya bumi perkemahan dan wisata alam lainnya. Hal tersebut dikarenakan tanah
pada kondisi lereng seperti ini cenderung labil sehingga mudah mengalami gerakan tanah
atau erosi.
Daerah dengan tingkat kestabilan lereng tinggi (cenderung stabil) dapat diupayakan sebagai
daerah permukiman dan tempat-tempat aktivitas masyarakat.wilayah dengan kestabilan
lereng tinggi di Kabupaten Lampung Selatan ada di wilayah utara Kecamatan Natar,
Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan Jati Agung, Kecamatan Tanjung Sari serta di
wilayah Barat seperti di Kecapatan Sragi dan Kecamatan Palas, termasuk di Kecamatan
Kalianda.
Tabel 2. 21
Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng
Analisa daya dukung Kabupaten Lampung Selatan juga dapat dihitung dengan teknik
pengukuran dan penentuan daya dukung dengan rumus:
Dalam perhitungan daya dukung Kabupaten Lampung Selatan, konsultan akan memodifikasi
perhitungan untuk mencari luas lahan yang layak untuk permukiman (LPm). LPm akan
dihitung dengan luas wilayah (LW) dikurangi Luas Kawasan Hutan dan Luas kawasan
Pertanian (sawah), dengan asumsi lahan sawah merupakan Lahan Pangan Pertanian
Berkelanjutan (LP2B).
Tabel 2. 22
Analisa Daya Dukung Permukiman Tahun 2038
Kawasan Hutan
Luas Jumlah Luas Lahan
No Kecamatan Wilayah Penduduk Pertanian Hutan Hutan Efektif DDPM
(Ha) 2038 Sawah (Ha) Lindung Produksi (Ha)
(Ha) (Ha)
1 Natar 21.377 247.137 4.477 16.900 0,0076
2 Jati Agung 16.447 144.219 3.700 15.642,95 (2.896) -0,0022
3 Tanjung Bintang 12.972 95.134 1.394 1.564,30 10.014 0,0117
4 Tanjung Sari 10.332 34.508 818 6.257,18 3.257 0,0105
5 Katibung 17.577 84.452 1.002 3615,00 1.564,30 11.396 0,0150
6 Merbau Mataram 11.394 54.314 1.587 3615,00 1.564,30 4.628 0,0095
7 Way Sulan 4.654 26.277 1.840 1.564,30 1.250 0,0053
8 Sidomulyo 12.253 58.021 2.740 950,4 3.128,59 5.434 0,0104
9 Candipuro 8.469 67.501 5.822 2.647 0,0044
10 Way Panji 3.845 18.679 2.325 1.520 0,0090
11 Kalianda 16.140 108.496 2.987 13.153 0,0135
12 Rajabasa 10.039 26.434 1.063 5.200,50 3.776 0,0159
13 Palas 17.139 65.962 7.200 9.939 0,0167
14 Sragi 8.192 37.553 2.960 455,22 4.424,40 352 0,0010
15 Penengahan 13.298 41.213 2.064 50,58 4.424,40 6.759 0,0182
16 Ketapang 10.860 60.033 3.190 2.212,20 5.458 0,0101
17 Bakauheni 5.713 32.425 465 5.248 0,0180
JUMLAH 200.701 1.202.358 45.634 13.887 42.346,90 98.833 0,0091
Sumber: Hasil Analisa 2018.
Dalam menghitung daya tampung peduduk di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, dapat
digunakan rumus:
P h
Lw 0,01Dt 0,03Dt
Ph Ph
Keterangan :
Lw : Luas wilayah yang dibudidayakan/Dikembangkan (ha)
P:h : Perbandingan jumlah penduduk perkotaan (non pertanian)
Dt : Daya Tampung (jiwa)
0,01 : Kebutuhan Lahan (ha/Jwa) untuk penduduk perkotaan
0,03 : Kebutuhan lahan (ha/Jiwa) untuk penduduk perdesaan
Untuk perhitungan perbandingan jumlah penduduk perkotaan dengan jumlah penduduk non
perkotaan digunakan perhitungan berdasarkan analisa Kabupaten Lampung Selatan secara
umum. Berdasarkan data tahun 2017 diketahui bahwa 186.819 orang atau 41% penduduk
bermata pencaharian di sektor primer khususnya pertanian, sedangkan yang bekerja di
sektor non pertanian 267.603 orang atau 59%, sehingga dapat diperoleh perbandingan
anatar p : h adalah 59 : 41. Untuk kemudian proyeksi daya tampung penduduk Kabupaten
Lampung Selatan adalah sebagai berikut:
P h
Lw 0,01Dt 0,03Dt
Ph Ph
Dari hasil perhitungan tersebut diketahui Kabupaten Lampung Tengah diperkirakan memiliki
Secara umum hampir seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan
mengalami perkembangan penduduk yang didominasi oleh kekuatan eksternal, hal ini
dikarenakan mengingat perkembangan pergerakan / mobilitas penduduk disebabkan serta
dipengaruhi oleh penciptaan lapangan pekerjaan. Hal ini tidak lepas dari program
transmigarsi yang digalakan pemerintah menyebabkan banyaknya imigran-imigran dari
Pulau Jawa dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk Kabupaten
Lampung Selatan, tingkat kepadatan penduduk pun mengalami peningkatan dan indikasi ini
menunjukan adanya pertumbuhan jumlah penduduk yang dapat dipandang sebagai modal
dalam proses pembangunan di Kabupaten Lampung Selatan. Untuk lebih dapat jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. 23
Hasil proyeksi tersebut menggambarkan bahwa dimasa yang akan datang, jumlah penduduk
akan terus bertambah. Pada tahun 2038 jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan
akan berjumlah kurang lebih 1.202.358 jiwa. Wilayah dengan pertambahan penduduk lebih
tinggi adalah Kecamatan Natar, Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Kalianda. Jika
dikaitkan dengan analisa daya tampung penduduk pada subbbab sebelumnya daya tampung
penduduk Kabupaten Lampung Selatan diperkirakan hanya sekitar 1.029.231 jiwa, dengan
demikian dalam kurun waktu 5 tahun yang akan datang Kabupaten Lampung Selatan
diperkirakan akan mengalami masalah daya tampung. Kawasan-kawasan luasnya kawasan
hutan serta kawasan pertanian di Kabupaten Lampung Selatan diperkirakan akan berpotens
mengalami alih fungsi lahan untuk kegiatan budi daya seperti perumahan dan kawasan
permukiman, industri, serta perdagangan dan jasa. Perlu ada strategi untuk mengantisipasi
kecenderungan alih fungsi lahan di Kabupaten Lampung Selatan.
Dari hasil proyeksi jumlah kepadatan tersebut, Kabupaten Lampung Selatan pada tahun
2038 akan memiliki jumlah kepadatan penduduk kurang lebih 599 jiwa/Km 2. Jumlah
kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Natar, pada tahun 2038 diperkirakan
Kecamatan Natar akan memiliki jumlah kepadatan penduduk kurang lebih 1.156 jiwa/Km 2.
Adapun Kecamatan Kalianda, sampai tahun 2038 jumlah kepadatan penduduknya akan
berjumlah kurang lebih 672 jiwa/Km 2. Adapun wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk
paling sedikit adalah Kecamatan Rajabasa, yaitu sekitar 263 jiwa/Km 2.
Kepadatan (Jiwa/Km2)
No Kecamatan Luas (Km2)
2018 2023 2028 2033 2038
1 Natar 213,77 897 962 1.026 1.091 1.156
2 Jati Agung 164,47 695 740 786 831 877
3 Tanjung Bintang 129,72 585 622 659 696 733
4 Tanjung Sari 103,32 283 295 308 321 334
5 Katibung 175,77 385 409 433 457 480
6 Merbau Mataram 113,94 429 441 453 465 477
Bakauheni
Merbau Mataram
Way Panji
Natar
Rajabasa
Sragi
Palas
Tanjung Bintang
Katibung
Penengahan
Ketapang
Way Sulan
Kalianda
Jati Agung
Tanjung Sari
Sidomulyo
Berdasarkan jumlah keluarga pada tahun 2017, maka diperoleh gambaran kebutuhan rumah
sampai dengan tahun 2018 (backlog). Jumlah backlog perumahan Kabupaten Lampung
Selatan akan dibagi menjadi 2 yaitu backlog penghunian dan backlog kepemilikan. Backlog
penghunian menggambarkan jumlah keluarga/rumah tangga yang rumahnya masih
menumpang, sedangkan backlog kepemilikan menunjukan jumlah keluarga yang belum
memiliki rumah sendiri (masih menyewa dan menempati rumah dinas). Untuk analisa jumlah
backlog ini digunakan konsep 1 keluarga 1 rumah.
Dari hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa pada tahun 2018, Kabupaten Lampung
Selatan memiliki jumlah backlog penghunian sebanyak 25.867 unit dan backlog kepemilikan
berjumlah kurang lebih 31.571 unit. Angka backloh penghunian paling banyak berada di
Kecamata Natar dengan jumlah 3.144 unit dan di Kecamatan Jati Agung yang berjumlah
2.681 unit. Adapun jumlah backlog penghunian di Kecamatan Kalianda berjumlah kurang
Bakauheni
Candipuro
Kalianda
Rajabasa
Merbau Mataram
Sragi
Natar
Tanjung Bintang
Penengahan
Katibung
Ketapang
Way Sulan
Tanjung Sari
Palas
Jati Agung
Sidomulyo
Way Panji
Gambar 2. 10 Grafik Backlog Penghunian 2018 (unit)
Adapun jumlah backlog kepemilikan di Kabupaten Lampung Selatan paling banyak juga ada
di Kecamatan Natar dengan jumlah kurang lebih 4.020 KK dan di Kecamatan Jati Agung
dengan jumlah 3.511 KK. Adapun jumlah backlog kepemilikan di Kecamatan Kalianda pada
tahun 2018 kurang lebih 2.998 KK, sedangkan jumlah yang paling sedikit ada di Kecamatan
Way Sulan dengan jumlah kurang lebih 456 KK.
Tabel 2. 25
Jumlah Backlog Penghunian dan Kepemilikan
Rajabasa
Bakauheni
Candipuro
Merbau Mataram
Sragi
Penengahan
Natar
Ketapang
Tanjung Bintang
Way Sulan
Palas
Kalianda
Jati Agung
Tanjung Sari
Sidomulyo
Way Panji
Dari hasil analisa backlog penghunian tersebut, maka akan diproyeksikan jumlah kebutuhan
rumah berdasarkan konsep hunian berimbang 1:2:3 serta kebutuhan luas lahan untuk
pengembangan rumah tersebut.
Proporsi kebutuhan rumah besar diperkirakan berjumlah 17% dari total kebutuhan rumah,
rumah sedang 33% dan rumah kecil 50%. Adapun asumsi luas untuk rumah besar adalah
200 M2, rumah sedang 150 M2 dan rumah kecil 72 M2. Dari asumsi hunian berimbang dari
hasil analisa tersebut diperoleh gambaran bahwa Kabupaten Lampung Selatan memerlukan
kurang lebih 309,11 hektar lahan untuk dikembangakan menjadi kawasan perumahan dan
permukiman. Rendahnya kemampuan daya tampung penduduk Kabupaten Lampung
Selatan yang dipredikisi dalam kurun waktu 5 tahun kedepan mulai mengalami over
kapasitas, maka diperlukan kebijakan dan strategi agar pemenuhan kebutuhan lahan
perumahan di Kabupaten Lampung Selatan tidak memberikan dampak negatif bagi
keberlangsunganwilayah khususnya kawasan lindung dan pertanian.
Tabel 2. 26
Kebutuhan Jumlah Rumah dan Lahan Konsep Hunian Berimbang Tahun 2018
Tabel 2. 27
Proyeksi Kebutuhan Lahan Rumah Sampai Tahun 2038
Kebutuhan jaringan jalan khususnya jalan lokal dan lingkungan diperlukan untuk menunjang
aksesibilitas perumahan dan kawasan permukiman yang baru maupun yang sudah ada.
Pengembangan jaringan jalan baru akan disesuaikan dengan arah pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman. Pembangunan rumah baru baik secara swadaya
maupun yang dilakukan oleh pengembang harus dibarengi dengan pembangunan jaringan
jalan dan drainase di lingkungan tersebut. Jalan perumahan yang baik harus dapat
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan
pengendara kendaraan bermotor. Selain itu harus didukung pula oleh ketersediaan
prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu
lintas, parkir dan lain-lain.
Untuk kebutuhan air berish diperkiran pada tahun 2038 Kabupaten Lampung Selatan akan
memerlukan kurang lebih 83.383.527 M3/tahun air bersih untuk mencukupi kebutuhan
kebutuhan domestik dan sekitar 16.676.705 M3/tahun untuk kebutuhan non domestik.
Tabel 2. 29
Analisa Kebutuhan Air Bersih
Dari hasil proyeksi kebutuhan air bersih tersebut maka dapat dianalisa jumlah timbulan
limbah cair yang akan ditimbulkan baik dari kegiatan domestik maupun non domestik.
Tabel 2. 30
Proyeksi Timbulan Air Limbah
Non
Domestik Total
Domestik
1 2018 55.078.491 11.015.698 66.094.189
2 2023 57.985.574 11.597.115 69.582.689
3 2028 60.892.657 12.178.531 73.071.188
4 2033 63.799.739 12.759.948 76.559.687
5 2038 66.706.822 13.341.364 80.048.186
Sumber: Hasil Analisa 2018.
Selain air limbah, aktifitas penduduk baik perkotaan maupun pedesaan di Kabupaten
Lampung Selatan juga akan menimbulkan limbah padat/sampah. Timbulan sampah yang
berasal dari kegiatan rumah tangga/domestik pada tahun 2038 diperkirakan akan berjumlah
3.005.895 liter/hari dan timbulan sampah non domestik akan berjumlah kurang lebih 601.179
liter/hari, sehingga pada tahun 2038 diperkirakan akan terdapat kurang lebih 3.607.074
liter/hari atau 3.607 M3/hari sampah yang dihasilkan baik oleh kegiatan rumah tangga
maupun kegiatan non domestik seperti perdagangan, industri, serta jasa-jasa lainnya. Oleh
karenanya dalam pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten
Lampung Selatan juga diperlukan adanya penyediaan sarana persampahan yang memadai.
Tabel 2. 31
Proyeksi Timbulan Sampah di Kabupaten Lampung Selatan
Standar
Timbulan Sampah (Liter/Hari)
∑ Penduduk Timbulan
No Tahun
(Jiwa) Sampah Non
(Liter/Org/Hari) Domestik Total
Domestik
1 2018 992.763 2.481.908 496.382 2.978.289
2 2023 1.045.162 2.612.904 522.581 3.135.485
2,5
3 2028 1.097.561 2.743.901 548.780 3.292.682
4 2033 1.149.959 2.874.898 574.980 3.449.878
Tabel 2. 32
Proyeksi Kebutuhan Sarana Persampahan di Kabupaten Lampung Selatan
PERMASALAHAN
•Potensi Rawan Bencana Alam
•Permukiman Kumuh dan Rumah Tidak Layak Huni
•Masih adanya backlog penghunian
•Keterbatasan lahan untuk dibudidayakan
•Alih Fungsi Lahan Kawasan Hutan dan Pertanian Menjadi Permukiman
•Belum optimalnya ketersediaan dan layanan infrastruktur dasar
•Kapasitas Pembiayaan Pemerintah Daerah & Masyarakat
•Keterbatasan Lahan dan legalitas Pengembangan PKP
Contents
BAB II ...................................................................................................................................................... 1
PROFIL DAN ANALISA PKP KABUPATEN .................................................................................................. 1
2.1 GEOGRAFIS DAN ADMINITRASI .............................................................................................. 1
2.2 FISIK LINGKUNGAN ................................................................................................................. 3
2.2.1 Topografi dan Kemiringan .................................................................................................. 4
2.2.2 Klimatologi.......................................................................................................................... 4
2.2.3 Tutupan Lahan .................................................................................................................... 4
2.2.4 Jenis Tanah ......................................................................................................................... 8
2.3 KEPENDUDUKAN .................................................................................................................. 11
2.3.1 Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk ..................................................................... 12
2.3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk ........................................................................................... 17
2.3.3 Komposisi Penduduk ........................................................................................................ 18
2.3.3.1 Berdasarkan jenis kelamin ................................................................................................ 18
2.3.3.2 Struktur umur ................................................................................................................... 20
2.3.3.3 Lapangan usaha ................................................................................................................ 22
Gambar 2. 1 Grafik Struktur Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017 .............................. 21
Gambar 2. 2 Grafik Persentase Jenis Lapangan Usaha Penduduk Usia Kerja Tahun 2017.................... 22
Gambar 2. 3 Diagram Garis Kemiskinan di Kabupaten Lampung Selatan ............................................. 23
Gambar 2. 4 Diagram Persentase Rumah Tangga Pra Sejahtera Tahun 2017 ...................................... 25
Gambar 2. 5 Diagram Persentase Jumlah Sarana Pendidikan Tahun 2017 .......................................... 26
Gambar 2. 6 Diagram Persentase Status Kepemilikan Rumah ............................................................. 30
Gambar 2. 7 Diagram Persentase Kondisi Jalan Kabupaten ................................................................. 37
Gambar 2. 8 Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Lampung Selatan ...................................... 41
Gambar 2. 9 Proyeksi Kepadatan Penduduk ........................................................................................ 55
Mewujudkan
RPJMN 4 (2020-2025)
masyarakat
Indonesia yang
Memantapkan mandiri, maju,
RPJMN 3 (2015-2019)
Gambar 3. 1 RPJMN
Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun sebagaimana yang tercantum dalam
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada:
7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi Daerah meliputi
peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan
pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Sasaran
Sasaran Sasaran Sasaran
Sasaran Politik,
Pembangunan Pembangunan Pembangunan
Sasaran Makro Dimensi Hukum,
Manusia & Sektor Wilayah &
Pemerataan Pertahanan, &
Masyarakat Unggulan Antarwilayah
Keamanan
Agenda 2030 terdiri dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGD) atau Tujuan Global,
yang akan menjadi tuntunan kebijakan dan pendanaan untuk 15 tahun ke depan
(2030). Untuk mengubah tuntutan ini menjadi aksi nyata, para pemimpin dunia bertemu pada
25 September 2015, di Markas PBB di New York untuk memulai Agenda Pembangunan
Berkelanjutan 2030. Tujuan ini diformulasikan sejak 19 Juli 2014 dan diajukan pada Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh Kelompok Kerja Terbuka Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Dalam proposal ini terdapat 17 tujuan dengan 169 capaian yang meliputi
masalah masalah pembangunan yang berkelanjutan. Termasuk didalamnya adalah
pengentasan kemiskinan dan kelaparan, perbaikan kesehatan, dan pendidikan,
pembangunan kota yang lebih berkelanjutan, mengatasi perubahan iklim, serta melindungi
hutan dan laut.
Adapun kebijakan penyediaan perumahan untuk 5 (lima) tahun yaitu untuk memperluas
akses terhadap tempat tinggal yang layak yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memadai untuk seluruh kelompok masyarakat secara berkeadilan, melalui
pengembangan multi sistem penyediaan perumahan secara utuh dan seimbang. Adapun
strategi untuk penyediaan perumahan adalah:
a. Pembangunan rumah layak huni, yang diantaranya rumah umum tapak layak huni
yang difasilitasi melalui bantuan PSU rumah umum sebanyak 676.950 unit.
b. Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya sebanyak 250.000
unit.
c. Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya sebanyak 1.500.000
unit.
d. Pembangunan rumah khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim dan
perbatasan negara yang dilengkapi PSU pendukung sebanyak 50.000 unit.
e. Pembangunan rumah susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU pendukung
sebanyak 550.000 unit.
Pembangunan
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Rumah Layak
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Huni sebanyak 3-9
676.950 unit
Dalam Road Map pembangunan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang juga
disebutkan beberapa target yang akan dicapai sampai dengan tahun 2045 khususnya untuk
sektor PKP, yaitu:
Keandalan Infrastrukur
Terwujudnya Kota Urban Green Pengembangan Kota
Terhadap Gempa Bumi
Tanpa Kumuh Development Baru Eco City
& Perubahan Iklim
Adapun arahan rencana pola ruang dalam RTRWP diantaranya adalah; penetatapan
kawasan Hutan Lindung Register 6 Way Buatanm Register 3 Gunung Rajabasa, Register 15
Rawa Selatan Muara Sekampung, hutan lindung Pantai Timur Way Pisang, dan Register 17
Batu Serampok; penetapan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B) seluas 36.052
hektar; penetapan kawasan minapolitan di Kecamatan Ketapang; Kawasan industri Way
Pisang, Katibung dan KAIL II; serta pengembangan kawasan wisata terintegrasi Teluk
Lampung. Selain itu ada beberapa kawasan dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan
yang ditetapkan sebagai kawasan strategis, diantaranya adalah: Kawasan Strategis
Nasional (KSN) Selat Sunda; Kawasan pemerintahan Kota Baru; Kawasan Aeropolitan
Natar, Kawasan pendidikan terpadu Unila – ITERA – UIN (LARAIN); Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Teluk Nipah; Kawasan industri Tanjung Bintang dan Kawasan industri Way
Pisang; dan Kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus
ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan
pembangunan penataan ruang wilayah kabupaten adalah :
(1) pengembangan kawasan budidaya berbasis sumberdaya alam dan pengembangan
agropolitan dengan tetap mempertimbangkan dan mengindahkan kondisi daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
(2) penciptaan peluang investasi pada kegiatan industri;
(3) penguatan fungsi lindung kawasan lindung secara berkesinambungan dan
terintegrasi;
(4) pengembangan kegiatan pariwisata yang berbasis pada potensi wisata alam;
(5) penataan sistem perkotaan dan pusat distribusi yang mampu memacu pertumbuhan
wilayah;
(6) penguatan pelayanan prasarana dan sarana wilayah yang mampu
meningkatkan kondisi investasi dan perekonomian wilayah; dan
(7) peningkatan fungsi kawasan untuk keamanan dan pertahanan Negara.
(5) Strategi penataan sistem perkotaan dan pusat distribusi yang mampu memacu
pertumbuhan wilayah, meliputi:
a. mengembangkan Kota Kalianda sebagai kota Modern untuk memicu pertumbuhan
beberapa kawasan perkotaan lainnya;
b. menjamin kawasan-kawasan fungsional kota yang akan dikembangkan dengan
sarana dan prasarana yang handal;
c. menyiapkan dukungan prasarana dan sarana yang memadai dalam mendorong
tumbuhnya kawasan perkotaan; dan
d. mempersiapkan sistem penyediaan perumahan dan permukiman yang handal guna
mengantisipasi pertumbuhan kawasan perkotaan.
(6) Strategi penguatan pelayanan prasarana dan sarana wilayah yang mampu
meningkatkan kondisi investasi dan perekonomian wilayah, meliputi:
a. mengembangkan sistem transportasi antarmoda yang mampu menghubungkan
sistem transportasi darat, laut, dan udara;
b. mendorong kelancaran lalu lintas pada simpang susun (interchange) jalan tol pada
kawasan dan pusat – pusat produksi;
c. menjamin terciptanya pengelolaan persampahan yang terpadu dan terintegrasi
dengan kawasan Metropolitan Bandar Lampung;
d. menjamin kelancaran akses antar pulau untuk mengurangi disparitas dan
mendukung kegiatan wisata;
e. menjamin ketersediaan air yang dapat mendukung kegiatan pertanian dengan
mengoptimalkan jaringan irigasi yang handal;
f. menjamin ketersediaan sumber daya energi untuk memacu tumbuhnya industri dan
kawasan industri; dan
g. menciptakan sistem pengelolaan limbah terpadu.
(7) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk keamanan dan pertahanan Negara,
meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan pertanahan dan keamanan di Kabupaten;
b. mengembangkan kawasan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertanahan dan keamanan negara untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan pertahanan dan keamanan dengan kawasan budidaya terbangun;
Adapun hirarki fungsi perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Lampung Selatan adalah
sebagai berikut.
Tabel 3. 1 Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Lampung Selatan 2011-
2031
No Kecamatan Hierarki Fungsi Fungsi Utama
1. Kalianda PKW Pusat Pemerintahan Kabupaten
Jasa Pendukung Pariwisata
Perdagangan & Jasa
2. Bakauheni PKWp Pusat Koleksi & Distribusi
Pariwisata
3. Tanjung Bintang PKL Pusat Industri
PusatPerdagangan dan Jasa
Koleksi Pertanian dan
perkebunan
4. Sidomulyo PKL Pertanian
Perdagangan & Jasa
5. Natar - Jati Agung PKLp Perdagangan & Jasa
Pusat Pemerintahan Provinsi
6. Ketapang PKLp Kawasan Minapolitan
Pertanian
Pariwisata
Industri
Selain arahan sistem perkotaan, dalam rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lampung
Selatan juga terdapat rencana sistem jaringan prasarana seperti jaringan transportasi darat,
sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, sistem jaringan transportasi
Rencana struktur ruang dan sistem jaringan prasarana yang ditetapkan dalam RTRWK
Lampung Selatan tersebut nantinya akan mempengaruhi arahan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman. Rencana struktur ruang Kabupaten Lampung Selatan juga dapat
dilihat pada peta rencana struktur ruang berikut ini;
A. Hutan lindung
Hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan adalah seluas 13.786,7
Ha, yang tersebar di beberapa kawasan, yaitu Way Pisang (Pantai Timur), Gunung
Rajabasa, Way Buatan, serta Batu Serampok.
Tabel 3. 2
Luas Hutan Lindung di Kabupaten Lampung Selatan
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Lampung
Selatan terdiri atas:
Kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut yaitu Kawasan Cagar alam laut
pulau anak Krakatau memiliki luas ± 13.735 Ha terletak di Kecamatan Rajabasa.
Kawasan suaka alam berada Gunung Rajabasa Kecamatan Rajabasa dengan
luas kurang lebih 5200 Hektar.
Kawasan taman wisata alam berada di Perairan di sekitar Kepulauan Krakatau
dan Gunung Rajabasa di Kecamatan Rajabasa.
Kawasan cagar budaya meliputi Menara Siger terdapat di Kecamatan Bakauheni,
Kampung Wisata Tabek Indah terdapat di Kecamatan Natar, Makam Al Habib Ali
terdapat di Kecamatan Ketapang, Makam Ratu Darah Putih terdapat di
Kecamatan Penengahan, Makam Radin Inten terdapat di Kecamatan Penengahan
dan Batu Bertulis terdapat di Kecamatan Palas.
Selain arahan rencana kawasan lindung, dalam RTRWK Lampung Selatan ditetapkan
penetapan kawasan budidaya yang diantaranya adalah kawasan peruntukan hutan produksi,
hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan
peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata,
kawasan peruntukan permukiman, kawasan water front city, dan kawasan peruntukan
lainnya. Seluruh arahan rencana pola ruang kawasan budidaya tersebut nantinya juga akan
menjadi dasar arahan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten
Lampung Selatan. Pada bagian ini akan diuraikan secara spesifik mengenai arahan
peruntukan kawasan permukiman yang terdapat dalam RTRWK Lampung Selatan.
Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi
pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila;
2. Mewujudkan masyarakat yang berdaya saing;
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;
4. Mewujudkan Kabupaten Lampung Selatan aman dan damai;
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;
6. Mewujudkan Kabupaten Lampung Selatan asri dan lestari;
7. Mewujudkan Kabupaten Lampung Selatan sebagai wilayah pantai dan pegunungan
yang maju;
8. Mewujudkan Kabupaten Lampung Selatan berperan aktif dalam pergaulan antar
daerah dan nasional.
Sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah yang tertuang di dalam RPJP
Kabupaten Lampung Selatan 2005-2025 adalah sebagai berikut:
1. Terwujudnya masyarakat Kabupaten Lampung Selatan yang berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab;
2. Terwujudnya masyarakat yang berdaya-saing untuk mencapai masyarakat yang
lebih makmur dan sejahtera;
3. Terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan yang demokratis, berlandaskan hukum
dan berkeadilan;
4. Terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan yang aman dan damai;
5. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan;
6. Terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan yang asri dan lestari;
7. Terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan sebagai wilayah pantai dan pegunungan
yang maju;
8. Terwujudnya peran aktif Kabupaten Lampung Selatan dalam pergaulan antar
regional, nasional.
Sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah tersebut di atas akan dicapai dalam
Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Lampung Selatan pada saat
ini, telah sampai pada periode pembangunan jangka menengah tahap 3 dari RPJPD
Kabupaten Lampung Selatan 2005-2025, yaitu periode 2016-2021. Sasaran pokok dan arah
kebijakan pembangunan jangka menengah tahap 3 dari RPJP Kabupaten Lampung Selatan
2005-2025 dan RPJMN Tahun 2015-2019 menjadi pedoman utama dalam pembangunan
lima tahun Kabupaten Lampung Selatan periode 2016-2021 yang dijabarkan di dalam
RPJMD Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016-2021.
Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan merupakan penerjemahan dari kondisi
daerah yang ingin dicapai dimasa depan dalam 20 (dua puluh) tahun ke depan (Visi). Visi
jangka panjang daerah tersebut dituangkan dalam RPJPD, dan merupakan visi yang
dirumuskan, dibahas dan disepakati secara bersama-sama oleh seluruh pemangku
kepentingan pembangunan daerah secara partisipatif.
Visi RPJMD Kabupaten Lampung Selatan merupakan cerminan dari kondisi masa depan
Kabupaten Lampung Selatan yang ingin dicapai (desired future) dalam masa 5 (lima) tahun.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa, RPJMD merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program kepala daerah maka Visi RPJMD Kabupaten Lampung Selatan
mencerminkan kondisi Kabupaten Lampung Selatan yang ingin dicapai dalam masa jabatan
Visi tersebut akan diwujudkan hingga akhir periode jabatan Kepala Daerah dengan
semangat “AYO BANGUN DESA”. Dalam RPJPD Kabupaten Lampung Selatan 2005-2025,
sejahtera berarti terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohani masyarakat. Kebutuhan
jasmani ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat,
kemampuan pendayagunaan segenap sumber daya alam, ketersediaan infrastruktur,
pertumbuhan ekonomi, yang dimanfaatkan dan dikelola secara bijaksana. Kebutuhan rohani
ditunjukkan oleh kondisi masyarakat yang memahami, menyadari dan melaksanakan ajaran
agama masing-masing.
Sejahtera juga mempunyai konotasi whealthy atau prosperous. Masyarakat yang sejahtera
berarti secara ekonomi makmur, dengan pembagian yang lebih adil dan merata. Jumlah
penduduk terkendali (laju pertumbuhan lebih rendah) derajat kesehatan tinggi, angka
harapan hidup tinggi, dan kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat sejahtera terjamin
hak-haknya dan berkesempatan sama untuk meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan,
pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial, serta kebutuhan dasar yang layak.
Daya saing dapat dinilai dengan berbagai macam pendekatan dan indikator yang pada
prinsipnya menunjukkan kemampuan yang lebih unggul secara kuantitas ataupun kualitas
pada skala nasional antar daerah ataupun pada skala internasional antar negara. Daya
saing daerah didefinisikan sebagai kemampuan daerah untuk bersaing di tingkat regional,
nasional, dan bahkan internasional.
Dengan demikian, daya saing merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang dimulai dari
penyusunan kebijakan, sampai dengan implementasi berupa kelembagaan dan tata kelola
dan berupa pembangunan infrastruktur. Muara dari implementasi kebijakan-kebijakan
tersebut adalah tercapainya produktivitas suatu negara/daerah sehingga akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat pada skala perekonomian nasional/daerah. Semakin kompetitif daya
saing sebuah sistem perekonomian, maka pembangunan akan tumbuh lebih cepat.
Kemandirian bukanlah kemandirian dalam keterisolasian. Kemandirian mengenal adanya
kondisi saling ketergantungan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari 5 (lima) misi pembangunan tersebut, misi yang berkaitan langsung dengan
pembangunan sektor PKP adalam misi nomor 1, yaitu membangun infrastruktur untuk
mempercepat kemajuan desa sesuai dengan tata ruang wilayah. Oleh karenanya dalam
RPJMD ditetapkan indikator kinerja setiap misi tersebut, adapun indikator kinerja untuk misi
nomor 1 tersebut adalah:
a. Meningkatnya konstruksi jalan Kabupaten dengan permukaan berpenutup aspal
(hotmix)/beton semen pada jaringan jalan Kabupaten;
b. Meningkatnya panjang jalan Desa/Lingkungan dengan kondisi mantap;
c. Tercapainya target panjang jaringan jalan Kabupaten dengan kondisi mantap;
d. Persentase penduduk yang sudah terlayani oleh Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) baik di perkotaan maupun perdesaan;
e. Cakupan penanganan kawasan kumuh, padat dan miskin;
f. Cakupan layanan telekomunikasi dan internet.
Dari 4 (empat) sasaran tersebut, maka sasaran nomor 2 merupakan sasaran yang langsung
terkait dengan pembangunan sektor PKP di Kabupaten Lampung Selatan. Upaya pencapain
sasaran tersebut dilakukan dengan stategi peningkatan tata kelola penyelenggaraan dan
pemanfaatan kawasan permukiman dengan arahan kebijakan yaitu pemenuhan
kebutuhan infrastruktur dasar permukiman yang berkualitas, layak dan sehat melalui
pendekatan tanggap kebutuhan dan terpadu dengan sumber daya alam dan lingkungan
hidup. Berikut ini adalah indikator sasaran untuk meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman yang layak dan sehat;
“Terwujudnya Rumah Layak Huni serta Kawasan Permukiman yang Nyaman dan
Berkelanjutan”
Pada visi yang telah dirumuskan terdapat beberapa kata kunci yang menjadi fokus utama
dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan PKP di Kabupaten Lampung Selatan
yaitu sebagai berikut:
1. Rumah Layak Huni
Rumah layak huni berarti rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan
dan kecukupan luas minimum bangunan serta kesehatan penghuninya. Kriteria untuk
mewujudkan rumah layak huni, yaitu persyaratan bangunan (yang meliputi atap,
plafon, lantai, dinding) yang menjamin kesehatan penghuninya meliuti kecukupan
luas hunian, pencahayaan, penghawaan dan sanitasi.
2. Nyaman
Kata Nyaman yang terdapat dalam visi berarti kebutuhan perumahan yang layak dan
terjangkau dalam lingkungan yang sehat serta aman yang didukung prasarana,
sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan
3. Berkelanjutan
3-37
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
3. Pembangunan rumah a. Melakukan kerjasama
susun sederhana dengan Pemerintah Pusat,
untuk MBR dan Provinsi, dan Dunia Usaha
Aparatur Sipil Negara dalam penyediaan rumah
(ASN) susun
b. Menginventarisasi
ketersediaan lahan milik
Pemkab untuk
pembangunan rumah susun
c. Memberikan kemudahan
perizinan untuk
pembangunan rumah susun
3-38
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
c. Melakukan kerjasama
dengan pihak Perbankan
atau Lembaga Keuangan
untuk fasilitasi pembiayaan
perumahan khususnya bagi
MBR
d. Memfasilitasi pembenntukan
kelompok MBR untuk KPR
2. Mewujudkan Meningkatkan Pengentasan 1. Penyediaan akses a. Melakukan harmonisasi dan
lingkungan kualitas hidup kawasan kumuh di layak terhadap sinkronisasi program dan
permukiman yang masyarakat dan perkotaan dan atau infrastruktur dasar kegiatan pengentasan
nyaman lingkungan sosial di perdesaan kawasan kumuh
kawasan
permukiman b. Meningkatkan kualitas
layanan dan ketersediaan
jaringan jalan, drainase, air
limbah, persampahan, dan
air minum
2. Peningkatan a. Melakukan optimalisasi
kerjasama dan peranan Pokja PKP
kolaborasi antar b. Membangun jejaring
stakeholder dalam kemitraan dan koordinasi
pengentasan secara berkala
kawasan kumuh
c. Memfasilitasi upaya
peningkatan kapasitas SDM
bidang PKP
3. Peningkatan a. Meningkatkan alokasi
kapasitas anggaran daerah untuk
pembiayaan penyelenggaraan sektor
penyelenggaraan PKP
3-39
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
sektor PKP b. Mengupayakan sumber
pembiayaan dari Pemerintah
Pusat, Provinsi, dan Dunia
Usaha
3-40
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
2. Pemenuhan a. Menginventarisasi dan
perizinan dan sosialisasi jenis perizinan
persyaratan teknis dan persyaratan teknis
dalam pembangunan pembangunan PKP
PKP b. Melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap
penyelenggaraan PKP
3-41
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Contents
BAB III ........................................................................................................................................ 1
TINJAUAN KEBIJAKAN............................................................................................................. 1
3.1 ARAHAN KEBIJAKAN NASIONAL ............................................................................. 1
3.1.1 Arahan Kebijakan Utama Pembangunan Wilayah Nasional .................................. 2
3.1.2 Agenda Prioritas Nasional ....................................................................................... 5
3.1.3 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ........................................................... 6
3.1.4 Kebijakan dan Strategi Sektor Perumahan dan Kawasan Permukiman ................ 8
3.2 ARAHAKAN KEBIJAKAN PROVINSI LAMPUNG .................................................... 10
3.3 ARAHAN KEBIJAKAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN .................................. 12
3.3.1 RTRW Kabupaten Lampung Selatan 2011-2031 ................................................. 12
3.3.1.1 Tujuan, kebijakan dan strategi .............................................................................. 12
3.3.1.2 Rencana struktur ruang ......................................................................................... 16
3.3.1.3 Rencana Pola Ruang ............................................................................................ 20
3.3.2 RPJP Kabupaten Lampung Selatan 2005-2025 ................................................... 29
3.3.3 RPJMD Kabupaten Lampung Selatan 2016-2021................................................ 31
3.3.3.1 Visi RPJMD 2016-2021 ......................................................................................... 31
3.3.3.2 Misi RPJMD 2016-2021......................................................................................... 33
Tabel 3. 1 Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Lampung Selatan 2011-
2031.......................................................................................................................................... 16
Tabel 3. 2 Luas Hutan Lindung di Kabupaten Lampung Selatan .......................................... 20
Tabel 3. 3 Potensi Rawan Bencana di Kabupaten Lampung Selatan .................................... 24
Tabel 3. 4 Indikator Kinerja misi 1 Dalam RPJMD 2016-2021 ............................................... 34
Tabel 3. 5 Visi, Misi, dan Strategi ............................................................................................ 37
3-42
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
3-43
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
BAB 4
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
Berdasarkan arahan RTRW tersebut serta hasil proyeksi jumlah dan kepadatan penduduk
Kabupaten Lampung Selatan untuk 20 tahun yang akan datang maka arahan pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman baru harus dilakukan pada kawasan yang memiliki
tingkat kemiringan lereng antara 0 -15%. Pembangunan dan pengembangan PKP pada
kondisi kelerengan lebih dari 15% akan memiliki resiko kebencananaan seperti rawan
longsor serta sulitnya penyediaan prasarana lingkungan khususnya pembangunan jaringan
jalan pada lingkungan hunian maupun permukiman tersebut.
Hasil analisa terhadap ketersedian lahan untuk kawasan budidaya menggambarkan bahwa
Kabupaten Lampung Selatan akan mengalami kekurangan lahan karena terbatasnya daya
dukung dan daya dukung lahan di Kabupaten Lampung Selatan. Pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman selain diarahkan pada kawasan yang
tidak masuk dalam negatif list perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Lampung
Selatan. Pembangunan dan pengembangan perumahan serta kawasan permukiman pada
kawasan negatif list akan memiliki resiko serta potensi dampak negatif yang lebih besar.
Pembatasan atau larangan pembangunan kawasan permukiman di luar kawasan negatif list
juga dimaksudkan sebagai salah satu bentuk mitigasi bencana karena secara fisik geografis
Kabupaten Lampung Selatan memiliki potensi bencana alam yang beragam. Adapun wilayah
atau kawasan yang masuk kategori negatif list adalah:
Kawasan hutan lindung;
Kawasan hutan produksi;
Kawasan Cagar Alam;
Kawasan rawan bencana
Kawasan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B); dan
Kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai.
Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan negatif list pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Lampung Selatan juga dapat dilihat
pada gambar peta berikut ini:
Tabel 4.2
Arahan Kepadatan Permukiman
Proyeksi
Jumlah Kepadatan
Jumlah Rumah Arahan Tingkat
No Kecamatan Penduduk Penduduk
Tahun 2038 Kepadatan Permukiman
(Jiwa) (Jiwa/Km2)
(Unit)
1 Natar 247.137 1.156 61.784 Kepadatan Tinggi
2 Jati Agung 144.219 877 36.055 Kepadatan Tinggi
3 Tanjung Bintang 95.134 733 23.784 Kepadatan Tinggi
4 Tanjung Sari 34.508 334 8.627 Kepadatan Rendah
5 Katibung 84.452 480 21.113 Kepadatan Sedang
6 Merbau Mataram 54.314 477 13.579 Kepadatan Sedang
7 Way Sulan 26.277 565 6.569 Kepadatan Sedang
8 Sidomulyo 58.021 474 14.505 Kepadatan Rendah
9 Candipuro 67.501 797 16.875 Kepadatan Sedang
10 Way Panji 18.679 486 4.670 Kepadatan Rendah
11 Kalianda 108.496 672 27.124 Kepadatan Tinggi
12 Rajabasa 26.434 263 6.609 Kepadatan Rendah
13 Palas 65.962 385 16.491 Kepadatan Rendah
14 Sragi 37.553 458 9.388 Kepadatan Sedang
15 Penengahan 41.213 310 10.303 Kepadatan Rendah
16 Ketapang 60.033 553 15.008 Kepadatan Sedang
17 Bakauheni 32.425 568 8.106 Kepadatan Sedang
JUMLAH 1.202.358 599 300.590 -
Sumber: Hasil Analisa 2018.
C. Kenyamanan
Kenyamanan ruang gerak, diperoleh dari dimensi ruang yang cukup serta tata letak
ruang yang baik dan sesuai fungsi, sehingga memberikan kenyamanan bergerak
dalam ruangan.
Kenyamanan hubungan antar ruang, berhubungan dengan tata letak ruang dan
sirkulasi antar ruang di dalam bangunan gedung. Desain ruangan yang fungsional
merupakan kunci untuk mendapatkan sirkulasi yang baik, sehingga tercipta pola
aktivitas penghuni yang nyaman.
Kenyamanan kondisi udara dalam ruang, merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembapan di dalam ruang.
Kenyamanan pandangan, merupakan suatu kondisi terpenuhinya hak pribadi setiap
orang dalam melaksanakan kegiatannya di dalam bangunan gedung tanpa terganggu
kegiatan bangunan gedung lain di sekitarnya.
Kenyamanan tingkat getaran dan tingkat kebisingan, merupakan tingkat kenyamanan
yang ditentukan oleh suatu keadaan tidak terganggunya penggunan dan fungsi
bangunan gedung oleh getaran atau kebisingan yang timbul, baik dari dalam
bangunan gedung maupun dari lingkungannya.
Kualitas Bangunan
Kualitas bangunan adalah kondisi suatu bangunan yang menjamin kesesuaian fungsi
bangunan dengan tujuan, ide atau gagasan awal maupun konsep bangunannya.
Sistem kualitas pada bangunan ditentukan oleh kriteria dan proses desain
Kriteria desain merupakan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dalam proses desain
agar desain yang dihasilkan dapat berkualitas atau dapat merepresentasikan kebutuhan,
tujuan, konsep dan gagasan yang telah ditentukan pada awal proses desain (Barrie,1992).
Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran, secara fungsional bertujuan untuk menjamin suatu
bangunan agar mampu mendukung beban yang timbul akibat perilaku manusia pada saat
terjadi kebakaran sehingga cukup bagi pengguna bangunan melakukan evakuasi secara
aman, cukup waktu bagi petugas pemadam kebakaran memasuki lokasi untuk
memadamkan api, serta dapat menghindari kerusakan pada harta benda lainnya dalam
bangunan.
Secara tipologi, ruang pejalan kaki dapat dibagi menjadi 6 tipe sebagai berikut;
Gambar 4.3
Ilustrasi Rencana Pengembangan Pedestrian Di Kawasan Perkotaan
Kabupaten Lampung Selatan
Gambar
PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PEDESTRIAN
Sumber: Hasilruang
Memberikan Rencana,
untuk daerahTahun 2013
istirahat bagi pejalan
kaki yang mengalami kelelahan. Trotoar harus direncanakan untuk memungkinkan
Memungkinkan penyandang cacat fisik, hamil maupun bermacam karakteristik pejalan kaki bergerak secara
manula yang melalui pedestrian secara aman dan aman, bebas dan tidak terintangi melalui lingkungan
nyaman. eksterior yang nyaman.
RTH sebagai
elemen estetis dan pengaman Pengamanan area
trotoar dan sempadan
jalan dari aktivitas
informal melalui
peraturan K-3 yang
tegas dan operasional.
Kemiringan
Permukaan yang tidak
menimbulkan slip.
Kemiringan maksimum 17 %.
IV - 37
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-11
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-12
Standar Teknis Prasarana Ruang Pejalan Kaki
Gambar 4.4
Ukuran Desain Ruang Pejalan Kaki
Adapun standar lebar jaringan pejalan kaki diarahkan sesuai dengan lokasi ruang pejalan
kaki sebagai berikut;
b. Jenis material
Jenis material yang digunakan untuk prasarana dan sarana pejalan kaki merupakan bahan
yang dapat menyerap air (tidak licin, tidak menyilaukan, perawatan dan pemeliharaan relatif
murah; dan cepat kering (air tidak menggenang jika hujan turun).
c. Fasilitas difabel
Adapun persyaratan khusus untuk rancangan bagi pejalan kaki difabel adalah sebagai
berikut;
Jalan tersebut setidaknya memiliki lebar 1.5 meter, dengan tingkat maksimal 5%.
Pejalan kaki harus mudah mengenal permukaan jalan yang lurus atau jika ada
berbagai perubahan jalan yang curam pada tingkat tertentu.
Menghindari berbagai bahaya yang berpotensi mengancam keselamatan
penyandang cacat seperti jeruji, lubang, dan lain-lain yang tidak harus ditempatkan di
jalan yang mereka lalui.
Ketika penyandang cacat menyeberang jalan, tingkat trotoarnya harus disesuaikan
sehingga mereka mudah melaluinya.
Jika jalan tersebut digunakan oleh orang tuna netra, berbagai perubahan dalam
tekstur trotoar dapat digunakan sebagai tanda-tanda praktis.
Jalan tersebut tidak boleh memiliki permukaan yang licin.
Persyaratan lainnya disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
Penyediaan sistem drainase harus disesuaikan dengan kondisi eksisting lahan tempat
sistem tersebut akan dibangun. Macam-macam sistem drainase yang ada antara lain:
Sistem Drainase Utama, yaitu sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian besar warga masyarakat kota.
Sistem Drainase Lokal, yaitu sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian kecil warga masyarakat lingkungan setempat.
Sistem Drainase Terpisah, yaitu sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
Sistem Drainase Gabungan, yaitu sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.
Kemudian berdasarkan SNI 19-2454-1991, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri
atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah
umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon,
kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dan sebagainya.
Undang- undang No. 18 juga menyatakan bahwa sumber sampah adalah asal timbulan
sampah dan penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah.
Sedangkan untuk menangani sampah atau limbah cair baik yang ditimbukan baik dari
kegiatan rumah tangga (domestik) maupun non domestik adalah:
1. Pengembangan sistem pengelolaan limbah cair (IPAL) sistem komunal terpusat
khususnya pada lingkungan perumahan komersil dan kawasan perkotaan Kalianda
dan Natar;
2. Penyediaan Intalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) untuk skala pelayanan
perkotaan dan kawasan;
3. Pengembangan program jambanisasi bagi rumah yang belum memiliki sarana MCK;
dan
4. Mengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk menggunakan sarana
MCK khususnya bagi masyarakat pesisir di Kecamatan Kalianda, Kecamatan
Ketapang, Kecamatan Rajabasa dan Kecamatan Katibung.
Tabel 4.3
Kebutuhan RTH Berdasarkan jumlah Penduduk
Jumlah Kebutuhan Kenutuhan RTH
Unit
Penduduk Luas Minimal
No Skala RTH Lingkungan Luas
Tahun 2038 Per Unit Unit
(Jiwa) (Ha)
(Jiwa) (M2)
1 Taman RT 250 250 4.809 120,24
2 Taman RW 2500 1250 481 60,12
3 Taman Kelurahan 30000 9000 40 36,07
4 Taman Kecamatan 1.202.358 120000 24000 10 24,05
5 Taman Kota 480000 144000 3 36,07
6 Pemakaman Disesuaikan 1,2 144,28
TOTAL KEBUTUHAN LAHAN RTH (Hektar) 420,83
Sumber: Analisa 2018.
Selain kriteria tersebut diatas, lokasi kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara).
Dapat disediakan air bersih (air minum).
Memberikan kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya.
Mempunyai eksesibilitas yang baik.
Mudah dan aman mencapai tempat kerja.
Tidak berada di bawah permukaan air laut.
Lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur adalah lingkungan yang memenuhi
persyaratan penataan ruang, persyaratan penggunaan lahan, pemilikan hak atas tanah, dan
kelayakan prasarana serta sarana lingkungannya. Sementara itu definisi dari lingkungan
permukiman kumuh adalah lingkungan permukiman yng tidak sesuai dengan tata ruang,
kepadatan bangunan sangat tinggi, kualitas bangunan sangat rendah, prasarana lingkungan
tidak memenuhi syarat dan rawan, yang dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan
masyarakat penghuninya.
Arahan penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman juga
merupakan bagian dari pengembangan konsep landed house (konsep ekstensif), yaitu
setiap rumah mempunyai lahan sendiri. Secara umum konsep landed house iini dapat
diterapkan pada wilayah dengan daya tampung yang masih memadai. Berdasarkan hasil
analisa, daya tampung permukiman Kabupaten Lampung Selatan diperkirakan akan
mengalami defisit, sehingga diperlukan adanya kebijakan untuk alih fungsi kawasan serta
merubah jenis kegiatan antar kawasan budidaya yang nantinya akan disesuaikan dengan
arahan RTRW Kabupaten Lampung Selatan beserta rencana rincinya.
Arahan penyedaan lahan juga dilakukan untuk menunjang penyediaan rumah layak huni
yang terjangkau bagi MBR di Kabupaten Lampung Selatan. Adapun arahan rencana
penyediaan lahan diantaranya adalah:
1. Memberikan sertifikat hak milik (SHM) gratis bagi lahan yang dimiliki MBR melalui
Progam Nasional (Prona) Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL);
2. Perubahan jenis kegiatan pada kawasan budidaya khususnya lahan pertanian dan
perkebunan yang bukan merupakan bagian LP2B menjadi kawasan permukiman;
3. Identifikasi serta inventarisasi lahan milik pemerintah untuk dikembangkan menjadi
lahan rumah susun, rumah khusus, serta rumah bersubsidi untuk MBR;
Gambar 4.5
Skema Kegiatan Pencadangan Tanah
Pendistribusian tanah
sesuai keperluannya, yaitu
Pendistribusian/ untuk kepentingan Pemanfaatan tanah
Pemanfaatan Tanah umum/sosial atau
kepentingan komersil
Pengawasan dan
Wasdal Pemanfaatan pengendalian pemanfaatan Pemanfaatan tanah sesuai
Tanah tanah sesuai peruntukan
peruntukannya
Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh
digunakan kriteria-kriteria yang dikelompokkan menjadi:
a. Vitalitas non ekonomi
Kriteria vitalitas non ekonomi dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian kawasan
kumuh dengan indikasi terhadap penanganan peremajaan kawasan kumuh yang dapat
memberikan tingkat kelayakan kawasan permukiman tersebut apakah masih layak
sebagai kawasan permukiman atau sudah tidak sesuai lagi. Kriteria ini terdiri atas
variabel;
Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota .
f. Prioritas penanganan
Untuk menentukan lokasi prioritas penanganan, selanjutnya digunakan kriteria lokasi
kawasan permukiman kumuh yang diindikasikan memiliki pengaruh terhadap (bagian)
kawasan perkotaan metropolitan sekaligus sebagai kawasan permukiman penyangga.
Kriteria ini akan menghasilkan lokasi kawasan permukiman yang prioritas ditangani
karena letaknya yang berdekatan dengan kawasan perkotaan. Penentuan kriteria ini
menggunakan variabel sebagai berikut;
Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan pusat kota metropolitan
Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan kawasan pusat
pertumbuhan bagian kota metropolitan
Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan kawasan lain (perbatasan)
bagian kota metropolitan
Kedekatan lokasi kawasan kumuh dengan letak ibukota daerah yang bersangkutan.
Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Pola
penanganan permukiman kumuh yang dapat dilakukan antara lain:
Tabel 4.4
Komponen dan Jenis Kegiatan Pemugaran Untuk Peningkatan Kualitas
Kawasan Kumuh
Tabel 4.5
Komponen dan Jenis Kegiatan Peremajaan Untuk Peningkatan Kualitas
Kawasan Kumuh
Dalam menentukan prioritas program program pembangunan Kota Bandar Lampung harus
dilandasi oleh beberapa pertimbangan, seperti :
a. Pemenuhan Kebutuhan
Alokasi sarana dan prasarana wilayah pada setiap tahapan didasarkan pada peningkatan
jumlah penduduknya, tentunya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pada setiap
tahapan.
b. Keterpaduan
Seluruh program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus
terintegrasi baik secara sektoral maupun tata ruang sehingga memberikan manfaat yang
optimal.
Indikasi sumber pendanaan terdiri atas dana pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman Kabupaten Lampung Selatan bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi
swasta, dan/atau kerja sama pendanaan.
Tersedia dan terpenuhinya kebutuhan air APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas Cipta
21 Penyediaan sarana air bersih X X X X X Seluruh Kecamatan
bersih Kab Dunia Usaha Karya & PSDA, Dinas PKP
Kalianda, Natar, Jati Agung,
Tersedia dan terpenuhinya kebutuhan air APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas Cipta
22 Peningkatan layanan SPAM perkotaan X X X X X X X X Tanjung Bintang, Sidomulyo, dan
minum Kab Karya & PSDA, Dinas PKP
Bakauheni
elektrifikasi 100% Kabupaten Lampung
23 Peningkatan kapasitas dan pelayanan listrik X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBN PT.PLN
Selatan
PT.PLN, PT.Indonesia Power,
Pengembangan dan pemanfaatan Energi Baru APBN, APBD Prov, APBD
24 Tersedia energi listri bersumber dari EBT X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Kementerian ESDM, Dinas ESDM,
Terbarukan (EBT) Kab Dunia Usaha
Masyarakat, Dunia Usaha
Peningkatan kualitas dan layanan sarana Tersedianya dan meningkatnya kualitas APBN, APBD Prov, APBD
25 X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Seluruh Sektor
wilayah layanan sarana wilayah Kab Dunia Usaha
Tersedianya RTH publik dengan luas minimal APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas PKP,
26 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan
420,83 Hektar Kab Dunia Usaha Dinas Cipta Karya & PSDA, Dinas LH
E PENYEDIAAN LAHAN
Pemberian SHM Gratis melalui Program
Terfasilitasinya legalitas kepemilikan tanah
27 Nasional (Prona) Pendataan Tanah Sistematis X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBN BPN
khususnya bagi MBR
Lengkap (PTSL)
Pembelian tanah dan pengembangan sistem tersedianya tanah pemerintah untuk
28 X X X X X X X X
Land Banking kepentingan umum dan pembangunan PKP
Kabupaten Lampung Selatan APBN, APBD Dinas PKP, BPKAD
Identifikasi dan pembuatan database tanah
29 Tersedianya database pertanahan X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Dinas PKP, BPKAD
milik pemerintah
F PENGENTASAN KAWASAN KUMUH
Sinkronisasi dan harmonisasi Tidak adanya tumpang tindih program dan
31 program/kegiatan pengentasan kawasan kegiatan penanganan kawasan kumuh serta X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Kab Dinas PKP, Bappeda
kumuh optimalnya alokasi dana pembangunan
tersedianya jalur dan sarana evakuasi Kalianda, Rajabasa, Ketapang, dan APBN, APBD Prov, APBD BPBD, Dinas Kelautan & Perikanan,
42 Penyediaan jalur dan sarana evakuasi bencana X X X X X
bencana Bakauheni Kab, Dunia Usaha Dinas PKP
adanya sistem peringatan dini bencana APBN, APBD Prov, APBD Kementerian KKP, Dinas Kelautan &
43 Pemasangan early warning system Tsunami X X X X X Kalianda, Rajabasa dan Bakauheni
tsunami dan letusan gunung berapi Kab Perikanan, BPPD
Terbentuk pola hidup yang sadar dan tanggap APBD Prov, APBD Kab,
44 Edukasi dan kampanye mitigasi bencana X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Dinas Pendidikan, Dinas PKP, BPPD
bencana APBDes, Dunia Usaha