Anda di halaman 1dari 167

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan Undang-Undang No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, pembangunan perumahan dan permukiman adalah
salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah dalam hal ini pemerintah
provinsi dan Kota/Kabupaten. Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan fasilitasi
kepada masyarakat agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin, mudah
diakses, dan terjangkau yang mencakup sarana dan prasarana pendukungnya.

Pada dasarnya, upaya pemenuhan kebutuhan akan rumah sehat dan layak huni dapat
dilakukan setiap orang dengan cara menyewa, membangun sendiri, ataupun membeli.
Namun peningkatan jumlah penduduk berdampak pada berkurangnya ketersediaan lahan
untuk PKP –utamanya di perkotaan-. Hal ini mengakibatkan peningkatan harga tanah
sehingga harga rumah menjadi relatif tinggi dan sulit dijangkau sebagian besar masyarakat,
khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini pun dialami para produsen rumah
sehingga menyebabkan terhambatnya supply rumah. Pemerintah perlu menyiapkan
program-program PKP yang dapat berjalan dengan efisien dan berkelanjutan.

Permasalahan pokok penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman lainnya yaitu


tingginya jumlah masyarakat yang tinggal di rumah tidak layak huni menjadi indikasi kondisi
perekonomian masyarakat yang masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah
ketidakmampuan mereka untuk melakukan pembangunan atau perbaikan secara swadaya
atas kondisi tempat tinggalnya.

Selain itu, ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) yang belum memadai,
urbanisasi dan mekanisme pasar perumahan yang kurang terkendali akibat pesatnya
perkembangan kegiatan ekonomi sehingga berimplikasi terhadap tingginya permintaan
rumah di pusat kot, luas permukiman kumuh yang cenderung meningkat, sistem
penyelenggaraan PKP yang belum kuat, keterbatasan akses masyarakat berpenghasilan
menengah-bawah terhadap lahan untuk pembangunan PKP sehingga menyebabkan
rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau, lemahnya

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-1
jaminan kepastian bermukim (secure-tenure) karena belum optimalnya administrasi
pertanahan dan bangunan sehingga sangat rentan terhadap persengketaan yang dapat
berakhir dengan penggusuran secara paksa, belum optimalnya informasi/data dasar PKP,
serta penyalahgunaan peruntukkan lahan yang seringkali menimbulkan masalah lingkungan
dan sosial, termasuk pada bidang PKP.

Beberapa isu strategis dan pokok permasalahan tersebut merupakan landasan perlunya
daerah mempunyai skenario umum penanganan pembangunan dan pengembangan PKP
yang tertuang dalam RP3KP. RP3KP merefleksikan akomodasi terhadap aspirasi
masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Sedangkan dalam konteks
penataan ruang, RP3KP merupakan penjabaran RTRW di sektor perumahan dan
permukiman.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Lampung Selatan ini yaitu dapat menjadi
alat yang dapat mengintegrasikan pembangunan dan pengembangan PKP agar sejalan
pembangunan sektor lain untuk menciptakan sinkronisasi dan harmonisasi dalam
mewujudkan visi, misi, dan tujuan pembangunan.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Lampung Selatan yaitu terwujudnya
rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman secara
terkoordinasi, terpadu, lintas sektoral dan lintas wilayah di Kabupaten Lampung Selatan.

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah


Lingkup wilayah perencanaan yaitu wilayah Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki luas
wilayah administrasi kurang lebih 2007,01 Km2 (dua ribu tujuh koma nol satu kilometer
persegi). Batas wilayah kawasan perencanaan adalah sebagai berikut:

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-2
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten
Lampung Timur
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda
c. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Bandar Lampung, dan Kabupaten
Pesawaran

1.3.2 Ruang Lingkup Materi


a. Visi, misi, tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di daerah kabupaten/kota;
b. Jabaran kebijakan dan pengaturan yang lebih operasional dari arahan
kebijakan dalam RP3KP daerah provinsi yang harus diakomodasikan dan
dilaksanakan di daerah kabupaten/kota;
c. Jabaran kebijakan pembangunan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan;
d. Penerapan kebijakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
dengan pola hunian berimbang;
e. Perencanaan lingkungan hunian perkotaan dan/atau lingkungan hunian
perdesaan melalui pembangunan, pengembangan, dan pembangunan kembali;
f. RP3KP di perkotaan dan/atau perdesaan dalam wilayah kabupaten/kota yang
mempunyai kedudukan strategis dalam skala prioritas pembangunan daerah
provinsi dan daerah kabupaten/kota, antara lain seperti kawasan perbatasan,
kawasan wisata, agro industri, dan perdagangan/jasa;
g. Rencana kawasan permukiman yang terdiri atas perencanaan lingkungan
hunian serta perencanaan tempat kegiatan pendukung yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan;
h. Rencana pembangunan lingkungan hunian baru meliputi perencanaan
lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba dan perencanaan
lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum;
i. Rencana penyediaan perumahan dan kawasan permukiman untuk mendukung
pembangunan kawasan fungsi lain;
j. Rencana penyediaan tanah untuk pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman;
k. Rencana pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh;

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-3
l. Rencana penyediaan dan rencana investasi prasarana, sarana, dan utilitas
umum termasuk pemakaman umum, dalam rangka integrasi dan sinergi antara
kawasan permukiman dengan sektor terkait;
m. Rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi;
n. Penetapan lokasi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman,
termasuk penyediaan kawasan siap bangun yang terletak dalam 1 (satu)
wilayah kabupaten/kota atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sesuai dengan
RTRW;
o. Penetapan lokasi dan RP3KP yang akan dilaksanakan pada:
1. Lingkungan hunian baru perkotaan dan/atau perdesaan;
2. Perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
3. Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang akan
direvitalisasi fungsinya;
4. Bagian perkotaaan atau perdesaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
wilayah (PKW), dan pusat kegiatan lokasi (PKL), atau
5. Kantung-kantung kegiatan fungsi lain (kawasan industri, kawasan
perdagangan, dan lain-lain);
6. Kawasan nelayan/perikanan, kawasan pariwisata, kawasan industri, dan di
kawasan lainnya yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi sebagai pusat
kegiatan baru; dan
7. Perumahan dan kawasan permukiman strategis di perkotaan dan/atau
perdesaan yang mempunyai potensi sektor unggulan.
p. Indikasi program pelaksanaan RP3KP perkotaan dan/atau perdesaan dalam
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, yang ditetapkan
berdasarkan skala prioritas daerah kabupaten/kota dengan telah menyebutkan:
1. nama lokasi;
2. rincian nama, jenis program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada
setiap lokasi;
3. pelaku/dinas terkait, kelembagaan mulai dari tingkat kelurahan/desa dan
kecamatan dengan memanfaatkan kelembagaan yang ada;
4. jangka waktu;
5. target dan sasaran yang akan dicapai oleh masing-masing sektor terkait; dan
6. sumber, besaran, dan alokasi sumber dana dan/atau pembiayaan serta
dukungan akses dan pendanaan dan/atau pembiayaan pembangunan
kawasan permukiman yang berasal dari dan atau dikelola oleh pemerintah,

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-4
termasuk sumber pendanaan dan/atau pembiayaan lain.
q. Pengaturan pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman;
r. Pengaturan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman pada kawasan fungsi lain;
s. Daftar daerah terlarang (negative list) untuk pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman baru;
t. Pengaturan mitigasi bencana;
u. Sistem informasi pemantauan pemanfaatan kawasan permukiman yang
terintegrasi dengan sistem informasi pembangunan daerah provinsi, dan
daerah kabupaten/kota;
v. Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan
program dan kegiatan oleh seluruh pelaku pembangunan, berupa arahan
perizinan;
w. Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif oleh:
1. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya;
2. pemerintah daerah kabupaten/kota kepada badan hukum; atau
3. pemerintah daerah kabupaten/kota kepada masyarakat.
x. Mekanisme pemberian insentif berupa:
1. Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan;
2. Pemberian kompensasi berupa penghargaan, fasilitasi, dan prioritas
bantuan program dan kegiatan bidang perumahan dan kawasan
permukiman;
3. Subsidi silang; dan/atau
4. Kemudahan prosedur perizinan.
y. Mekanisme pengenaan disinsentif berupa:
1. Pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan;
2. Pengenaan retribusi daerah;
3. Pembatasan fasilitasi program dan kegiatan bidang perumahan dan
kawasan permukiman; dan/atau
4. Pengenaan kompensasi

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-5
1.4 DASAR HUKUM
Dasar hukum yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan penyusunan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
Kabupaten Lampung Selatan, yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014;
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
11. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
14. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
15. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
17. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
18. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan;

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-6
24. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata
Ruang;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman;
28. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011;
29. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan;
30. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota;
31. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP) Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;
32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
33. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009-2029;
34. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 15 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kaupaten Lampung Selatan Tahun 2011-2031;
35. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2005 – 2025.
36. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 1 Tahun 2016 tentang
RPJMD Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016-2021; dan
37. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-7
1.5 PEMAHAMAN DASAR RP3KP

1.5.1 Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP)


PKP adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan
perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

Perumahan dan Kawasan Permukiman


Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yag terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan eingkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran mayarakat.

Perumahan
Kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan
rumah yang layak huni.

Kawasan Pemukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.

Lingkungan Hunian
Bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.

Permukiman
Bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi
lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan,

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-8
pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang
terkoordinasi dan terpadu.

Rumah
Bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi
pemiliknya.

Rumah Komersial
Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.

Rumah Swadaya
Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat.

Rumah Umum
Rumah umum adalah rumah yang diselenggaraan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.

Rumah Khusus
Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.

Rumah Negara
Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki Negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat
dan/atau pegawai negeri.

Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatanbangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Perumahan Kumuh
Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-9
Kawasan Siap Bangun
Kawasan siap bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah sebidang tanah yang fisiknya
serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan
lingkungan hunian skala besar sesuai dengan rencana tata ruang.

Lingkungan Siap Bangun


Lingkungan siap bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang tanah yang
fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk
pembangunan perumahan dengan batas-batas kaveling yang jelas dan merupakan bagian
dari kawasan siap bangun sesuai dengan rencana rinci tata ruang.

Kaveling Tanah Matang


Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan untuk rumah sesuai
dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, rencana rinci tata
ruang, serta rencana tata bangunan dan lingkungan.

Konsolidasi Tanah
Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan
tanah untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman guna meningkatkan
kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif
masyarakat.

Pendanaan
Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan/atau
sumber dana lain yang dibelanjakan untuk penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau setiap
pengeluaran yang akan diterima lembali untuk kepentingan penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman baik yang berasal dari dana masyarakat, tabungan perumahan,
maupun sumber dana lainnya.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-10
Prasarana
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar
tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.

Sarana
Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

Utilitas Umum
Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian.

Masyarakat Berpenghasilan Rendah


Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah
masyarakatyang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan
pemerintah untuk memperoleh rumah.

Selanjutnya beberapa istilah lain yang digunakan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman dapat dirujuk sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah
Susun.

Tujuan Pokok dilakukan pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah:


1) Penyelenggaraan rumah dan perumahan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai
salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat;
2) Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau setiap orang untuk menjamin hak setiap warga negara untuk
menempati, menikmati, dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, dan teratur;
3) Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang
berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan
berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang;
4) Penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud diatas bertujuan
untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-11
Tujuan pokok penyelenggaraan perumahan dilaksanakan melalui: (1) perencanaan
perumahan, (2) pembangunan perumahan, (3) pemanfaatan perumahan dan (4)
pengendalian perumahan. Sedangkan penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan
melalui (1) pengembangan yang telah ada, (2) pembangunan baru; atau (3) pembangunan
kembali.

Penyelenggaraan kawasan permukiman wajib dilaksanakan sesuai dengan arahan


pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan. Arahan
pengembangan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Hubungan antarkawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup di luar
kawasan lindung;
b. Keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;
c. Keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan pengembangan
kawasan perkotaan

d. Keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perdesaan dan


pengembangan kawasan perdesaan;
e. Keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;keseimbangan antara
kepentingan publik dan kepentingan setiap orang; dan lembaga yang
mengoordinasikan pengembangan kawasan permukiman.

1.5.2 RP3KP
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dan Pasal 28 H Amandemen UUD 1945
mengamanatkan bahwa: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”. Amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 menyatakan bahwa
”setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan
mempunyai peran sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa
sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri,
dan produktif”.

Pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan memberikan kemudahan bantuan
PKP melalui penyelenggaraan PKP yang berbasis kawasan serta keswadayaan masyarakat
sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-12
ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan
dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Untuk dapat melakukan amanat dalam UUD 1945 pasal 28 H dan UU No. 1 Tahun 2011
maka aspek perencanaan menjadi hal penting. Sejak diberlakukan UU No. 1 Tahun 2011,
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah
(RP4D) yang diatur melalui Kepmen Perkim No.09/KPTS/M/IX/1999 telah diperbaharui
dengan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman (RP3KP).

RP3KP dalam UU No.1 Tahun 2011 pasal 14 ayat f menyebutkan bahwa Pemerintah
Provinsi mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota. Sedangkan pada pasal 15 ayat
c, Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. RP3KP
adalah:
1. Skenario pelaksanaan koordinasi, keterpaduan dari himpunan rencana sektor terkait
di bidang PKP.
2. Sebagai payung atau acuan baku bagi seluruh pemangku kepentingan
pembangunan PKP dalam menyusun dan menjabarkan kegiatannya masing- masing.
3. Merupakan cerminan dari kumpulan aspirasi masyarakat terhadap PKP yang layak.

1.5.2.1 Landasan RP3KP


Landasan hukum penyusunan RP3KP Kabupaten Lampung Selatan yaitu Undang-Undang
No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang tertulis pada pasal
15, Pemerintah kabupaten dalam melaksanakan pembinaan mempunyai tugas (a) yaitu:
menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten;

1.5.2.2 Peran RP3KP


Pada dasarnya, RP3KP merupakan bagian integral dari rencana pembangunan dan
pengembangan provinsi dan kabupaten RP3KP mempunyai kedudukan yang sama dengan
berbagai rencana sektor lainnya. Peran RP3KP dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
adalah untuk

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-13
a. Melaksanakan koordinasi antarpelaku pembangunan dan pengembangan PKP;
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar
ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah dalam
pembangunan dan pengembangan PKP;
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan;
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan,
dan berkelanjutan; serta
f. Memberi kepastian hukum dalam penyelenggaraan PKP di daerah; permukiman
yang sehat, aman, serasi, produktif, dan berkelanjutan.

1.5.2.3 Kedudukan RP3KP


Pembangunan PKP merupakan kegiatan yang bersifat multi sektor dan langsung menyentuh
salah satu kebutuhan dasar masyarakat. Pembangunan dan pengembangan PKP harus
sejalan dengan pembangunan sektor lain, supaya terjadi sinkronisasi dan harmonisasi dalam
mewujudkan visi, misi dan tujuan pembangunan. RP3KP mempunyai kedudukan yang sama
dengan berbagai rencana sektor dengan peruntukan penyusunannya mengacu pada
Rencana Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang mengatur
secara khusus ruang PKP serta berbagai tindaklanjutnya. Hal yang turut mendasari
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendorong pemerintah daerah
menyusun RP3KP adalah adanya kewajiban pemerintah daerah dalam pembangunan PKP,
yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan.

Gambar 1.1; Kedudukan RP3KP

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-14
Untuk dapat mengakomodasi kepentingan tersebut, pemerintah daerah perlu memiliki
“skenario umum” penyelenggaraan PKP yaitu RP3KP. RP3KP mempunyai kedudukan yang
sama dengan berbagai rencana sektor pembangunan lainnya. Penyusunannya mengacu
pada Program Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) daerah
yang mengatur secara khusus ruang perumahan dan kawasan permukiman serta berbagai
tindak lanjutnya.
Kedudukan RP3KP dalam kerangka pembangunan daerah secara keseluruhan adalah
sebagai berikut:
1. Wahana informasi yang membuat arahan dan rambu-rambu kebijaksanaan, serta
rencana pembangunan perumahan dan permukiman dalam suatu tingkatan wilayah
dan kurun waktu tertentu (provinsi, kabupaten)
2. Arahan untuk mengatur perimbangan pembangunan kawasan perumahan dan
permukiman, antara lain:
a. Klasifikasi kawasan permukiman
1) Permukiman perkotaan
2) Permukiman pedesaan
b. Klasifikasi kawasan perumahan
1) Perumahan berkepadatan tinggi
2) Perumahan berkepadatan sedang
3) Perumahan berkepadatan rendah
c. Keterkaitan dengan peraturan zonasi pada RTRW
3. Sarana untuk mempercepat terbentuknya sistem permukiman yang mantap, terutama
dalam kota yang berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), penetapan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-15
orde/kedudukan kota-kota tersebut dalam kerangka pembangunan daerah,
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah masing-masing.

RP3KP diperlukan untuk memuat rencana sektor PKP yang belum “terjawab” dalam RTRW,
antara lain:
 Bagaimana merumuskan kebijakan dan strategi PKP?
 Pola penanganan PKP apa yang diperlukan dan dimana lokasi
penanganan/pembangunannya?
 Bagaimana mengatur alokasi ruang untuk tiap pola penanganan dan tipologi PKP
 Bagaimana mengatur kualitas perumahan?

Sebagai suatu skenario, RP3KP berperan sebagai satu “alat” yang dapat menyatukan sistem
perencanaan pembangunan daerah dan tata ruang wilayah, serta mengintegrasikan
kegiatan antara pemerintah dengan pemerintah daerah, antarsektor, antara pemerintahan,
serta antara dunia usaha dan masyarakat di bidang PKP. Mengapa RP3KP disebut sebagai
suatu “alat” yang menyatukan sistem perencanaan pembangunan dalam bidang PKP?
karena penyusunan RP3KP mengacu pada dokumen kebijakan daerah berupa:
a. Kebijakan dan strategi nasional di bidang PKP;
b. Kebijakan dan strategi bidang PKP pada tingkat provinsi, terutama bagi pemerintah
kabupaten/kota;
c. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);
d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
e. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang mengatur secara khusus ruang untuk
PKP dan berbagai tindak lanjutnya.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Sistematika pembahasan dalam Laporan Antara Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Lampung
Selatan adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran kegiatan, ruang lingkup
wilayah dan materi pembahasan, pemahaman dasar RP3KP, serta sistematika pembahasan
laporan.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-16
Pada bab II ini akan dipaparkan beberapa kebijakan dan arah pembangunan terkait
perumahan dan kawasan permukiman baik kebijakan nasional maupun kebijakan daerah.
BAB III PROFIL PKP KABUPATEN
Bab ini berisi tentang geografis, kondisi fisik dasar, kependudukan, sosial budaya, kondisi
perumahan dan kawasan permukiman serta perekonomian, di Kabupaten Lampung Selatan
BAB IV ANALISA PENGEMBANGAN WILAYAH
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisa terhadap kondisi eksisting wilayah, proyeksi
pertumbuhan dan jumlah penduduk, kebutuhan pengembangan prasarana sarana wilayah
termasuk kebutuhan pengembangan kawasan permukiman serta analisa terhadap isu dan
permasalahan bidang PKP di Kabupaten Lampung Selatan.
BAB V RUMUSAN KONSEP RP3KP
Bab ini akan berisikan rumusan konsep pengembangan dan pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan arahan kebijakan, hasil
analisa serta tren kecenderungan yang akan datang.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-17
Contents
BAB I ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ........................................................................................................... 2
1.2.1 Maksud ............................................................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan................................................................................................................................. 2
1.3 RUANG LINGKUP .................................................................................................................... 2
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah ...................................................................................................... 2
1.3.2 Ruang Lingkup Materi ......................................................................................................... 3
1.4 DASAR HUKUM ....................................................................................................................... 6
1.5 PEMAHAMAN DASAR RP3KP .................................................................................................. 8
1.5.1 Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) ..................................................................... 8
1.5.2 RP3KP ............................................................................................................................... 12
1.5.2.1 Landasan RP3KP ............................................................................................................... 13
1.5.2.2 Peran RP3KP ..................................................................................................................... 13
1.5.2.3 Kedudukan RP3KP ............................................................................................................ 14
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN ................................................................................................ 16

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 1-18
BAB II
PROFIL DAN ANALISA PKP KABUPATEN

2.1 GEOGRAFIS DAN ADMINITRASI


Wilayah Kabupaten Lampung Selatan berada di ujung sebelah Selatan Provinsi Lampung
dan Pulau Sumatera. Kabupaten Lampung Selatan merupakan pintu gerbang dan serambi
Pulau Sumatera dan Provinsi Lampung. Secara geografis, Kabupaten Lampung Selatan
terletak antara 105014’ sampai dengan 105045’ Bujur Timur dan 5015’ sampai dengan 60
Lintang Selatan dengan luas wilayah daratan kurang lebih 2.007,01 km 2. Wilayah Kabupaten
Lampung Selatan secara adminitrasi telah mengalami pemekaran wilayah 2 kali, pertama,
berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kabupaten
Tanggamus. Kemudian yang kedua berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008
tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran.

Saat ini wilayah administrasi Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari 17 kecamatan yang
meliputi 260 desa/kelurahan, dengan ibukota Kabupaten berada di Kecamatan/Kota
Kalianda, yang diresmikan menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Selatan oleh Menteri
Dalam Negeri pada tanggal 11 Februari 1982. Berdasarkan luas wilayah yang dimiliki,
Kecamatan Natar merupakan kecamatan terluas (213,77 km 2), sedangkan kecamatan
terkecil yaitu Kecamatan Way Panji (38,45 km 2). Wilayah administrasi Kabupaten Lampung
Selatan mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung Tengah dan
Lampung Timur
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Selat Sunda
- Sebelah Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesawaran
- Sebelah TImur : berbatasan dengan Laut Jawa

Selain wilayah administrasi yang masuk dalam Pulau Sumatera, Kabupaten Lampung
Selatan juga memiliki pulau yang berjumlah 42 antara lain Pulau Krakatau, Pulau Sebesi,
Pulau Sertung, Pulau Sebuku, Pulau Rimau Balak, Pulau Kandang Balak, Pulau Panjurit dan
Pulau Condong Timur.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai luas wilayah masing-masing kecamatan di


Kabupaten Lampung Selatan, dapat dilihat pada tabel 2.1 dan gambar peta berikut ini.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-1
Tabel 2. 1
Luas Kecamatan pada Kabupaten Lampung Selatan

Luas Wilayah Jumlah


No. Kecamatan
(km2) Desa/Kelurahan
1. Natar 213,77 26
2. Jati Agung 164,47 21
3. Tanjung Bintang 129,72 16
4. Tanjung Sari 103,32 8
5. Katibung 175,77 12
6. Merbau Mataram 113,94 15
7. Way Sulan 46,54 8
8. Sidomulyo 122,53 16
9. Candipuro 84,69 14
10. Way Panji 38,45 4
11. Kalianda 161,40 29
12. Rajabasa 100,39 16
13. Palas 171,39 21
14. Sragi 81,92 10
15. Penengahan 132,98 22
16. Ketapang 108,60 17
17. Bakauheni 57,13 5
Total 2.007,01 260
Sumber: Kabupaten Lampung Selatan dalam Angka, 2018

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-2
Peta 2. 1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan

2.2 FISIK LINGKUNGAN

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-3
2.2.1 Topografi dan Kemiringan
Kabupaten Lampung Selatan memiliki topografi dan kemiringan lereng yang beragam
sehingga membentuk morfologi dataran, perbukitan dan pantai. Tinggi daratan berada pada
kisaran 1 – 105 mdpl dengan tingkat kemiringan lereng antara 0 - >40%. wilayah dengan
topografi dataran berada pada sebagian besar wilayah diantaranya adalah di Kecamatan
Natar, Kecamatan Jati Agung, Kecamatan Tanjung Sari dan Kecamatan Sragi. Sedangkan
wilayah dengan topografi dan morofologi perbukitan adalah Kecamatan Merbau Mataram,
Kecamatan Penengahan, Kecamatan Rajabasa, dan Kecamatan Bakauheni.

2.2.2 Klimatologi
Iklim di Kabupaten Lampung Selatan sama halnya dengan daerah lain di Indonesia. Iklimnya
dipengaruhi oleh adanya pusat tekanan rendah dan tekanan tinggi yang berganti di daratan
sentra Asia dan Australia pada bulan Januari dan Juli. Akibat pengaruh angin Muson, maka
daerah Lampung Selatan tidak terasa adanya musim peralihan (pancaroba) antara musim
kemarau dan musim hujan. Suhu udara di Kabupaten Lampung Selatan berada pada kisaran
22o – 33o celcius dengan kelembapan udara pada kisaran 74-84%. Jumlah hari hujan di
Kabupaten Lampung Selatan rata-rata antara 7 – 26 hari dalam setiap bulannya dengan
curah hujan antara 23 – 294 mm.

2.2.3 Tutupan Lahan


Berdasarkan data RTRW Kabupaten Lampung Selatan, tutupan lahan di wilayah ini cukup
beragam, diantaranya adalah sawah, permukiman, perkebunan, tegalan/ladang, hutan dan
perairan. Secara keseluruhan Kabupaten Lampung Selatan saat ini masih didominasi oleh
kawasan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Luas lahan pertanian di Kabupaten
Lampung Selatan berdasarkan data BPS (Kabupaten Lampung Selatan Dalam Angka, 2018)
berjumlah kurang lebih 45.634 Hektar yang terdiri sawah irigasi seluas kurang lebih 9,330
Hektar dan sawah non irigasi dengan luas kurang lebih 36.304 hektar. Adapun luas lahan
pertanian non persawahan memiliki luas kurang lebih 121.832 hektar. Kawasan persawahan
paling luas berada di Kecamatan Palas dan Kecamatan Candipuro.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-4
Peta 2. 2 Peta Topografi

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-5
Peta 2. 3 Peta Kelerengan Lahan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-6
Peta 2. 4 Peta Tutupan Lahan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-7
Peta 2. 5 Peta Curah Hujan
2.2.4 Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, antara lain:
1. Tanah Latosal
Jenis tanah ini paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten Lampung Selatan,
hamper menutupi seluruh wilayah barat dan sebagaian besar dari bagian tengah.
Tanah latosal berwarna coklat tua sampai kemerah-merahan adalah hasil pelapukan
bahan induk komplek turfinmedier. Penyebaran pada daerah bertopografi
bergelombang sampai bergunung.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-8
2. Tanah Podsolid
Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk turfazam sedimen batuan
plotonik yang bersifat asam, tersebar pada wilayah yang bertopografis berbukit
sampai bergunung. Tanah podsolid berwarna merah kuning, juga terdapat di daerah
yang luas, tersebar pada wilayah bagian utara Kabupaten Lampung Selatan.
3. Tanah Andosal
Jenis tanah ini adalah pelapukan dari bahan induk komplek turfinmedier dan basah,
berwarna coklat sampai coklat kuning. Penyebarannya terdapat ada daerah
bertopografis bergelombang sampai bergunung. Jenis tanah ini tidak begitu banyak
di wilayah Kabupaten Lampung Selatan.
4. Tanah Hidromorf
Tanah hidromorf adalah hasil pelapukan dari bahan induk sedimen turfazam sampai
entermedier, berwarna kelabu, terdapat pada daerah datar sampai berombak.
Tersebar di wilayah Kabupaten Lampung Selatan bagian timur.
5. Tanah Alluvial
Jenis tanah ini adalah hasil pelapukan dari bahan induk endapan marine atau
endapan sungai-sungai, terdapat pada daerah dengan bentuk wilayah datar.
Tersebar di daerah pantai bagian timur.

Dari segi geologi wilayah Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar berbatuan endesit,
ditutupi turfazam. Batuan endapan meluas ke timur sampai sekitar jalan kereta api arah
menuju Kotabumi, keadaan tanah bergelombang sampai berbukit, Pegunungan vulkanis
muda, daratan bagian timur yang termasuk wilayah Kabupaten Lampung Selatan tidak
begitu luas, berbatuan endesit ditutupi turfazam, serta dataran alluvial berawa-rawa dengan
pohon bakau.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-9
Peta 2. 6 Peta Jenis Tanah

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-10
Peta 2. 7 Peta Geologi

2.3 KEPENDUDUKAN
Berdasarkan data yang ada, penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu Penduduk Asli Lampung dan Penduduk
Pendatang. Penduduk Asli Lampung, khususnya sub suku Lampung Peminggir, umumnya
berkediaman di sepanjang pantai pesisir, seperti di Kecamatan Penengahan, Kalianda,
Katibung. Penduduk sub suku Lampung yang lain tersebar di seluruh Kecamatan yang ada
di Kabupaten Lampung Selatan.

Penduduk yang berdomisili di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari bermacam-macam


suku dari seluruh Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi,
Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh dan lain-lain. Penduduk

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-11
pendatang terbesar berasal dari Pulau Jawa. Hal ini dimungkinkan oleh adanya kolonisasi
pada zaman penjajahan Belanda dan dilanjutkan dengan transmigrasi pada masa setelah
kemerdekaan, disamping perpindahan penduduk secara swakarsa dan spontan.

2.3.1 Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk


Penduduk Kabupaten Lampung Selatan sampai dengan tahun 2017 berdasarkan data BPS
(Kabupaten Lampung Selatan Dalam Angka, 2018) berjumlah kurang lebih 992.763 jiwa
yang tersebar di 17 kecamatan. Distribusi penduduk terbanyak berada di Kecamatan Natar
dengan jumlah kurang lebih 191.707 jiwa atau sekitar 19,31% dari total jumlah penduduk,
sedangkan distribusi penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Way Panji dengan
jumlah kurang lebih 17.049 atau hanya sekitar 1,72% dari total penduduk. Adapun distribusi
penduduk di Kecamatan Kalianda yang merupakan ibukota Kabupaten berjumlah 88.681
jiwa atau sekitar 8,93%. Banyaknya penduduk yang berada di Kecamatan Natar
dibandingkan di Kecamatan Kalianda diantaranya disebabkan adanya kedekatan jarak
antara Kecamatan Natar dengan Kota Bandar Lampung yang merupakan pusat atau ibukota
Provinsi Lampung.

Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, Kabupaten Lampung Selatan saat ini memiliki
jumlah kepadatan penduduk kurang lebih 495 jiwa/Km 2. Dengan jumlah kepadatan tersebut,
Kabupaten Lampung Selatan masih masuk wilayah dengan kategori kepadatan rendah
berdasarkan SNI-03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan. Wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Natar
dengan kepadatan 897 jiwa/Km 2, sedangkan wilayah berkepadatan penduduk paling rendah
adalah Kecamatan Rajabasa dengan kepadatan 223 jiwa/Km 2.
Adapun jumlah kepadatan penduduk di Kecamatan Kalianda adalah kurang lebih 549
jiwa/Km2. Dari jumlah, distribusi dan kepadatan penduduk tersebut tergambar bahwa
Kecamatan Natar merupakan wilayah yang menjadi wilayah dengan jumlah, distribusi serta
kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Lampung Selatan meskipun Kecamatan
Natar bukan merupakan Ibukota Kabupaten. Kedekatan geografis dengan Kota Bandar
Lampung serta banyaknya kegiatan industri di Kecamatan Natar menjadi beberapa faktor
yang menyebabkan Kecamatan Natar menjadi plihan masyarakat Kabupaten Lampung
Selatan untuk bermukim. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah, distribusi dan kepadatan
penduduk di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini;

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-12
Tabel 2. 2
Jumlah, Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017

Jumlah
Kepadatan
No Kecamatan Luas (Km2) Penduduk Distribusi
(Jiwa/Km2)
(Jiwa)
1 Natar 213,77 191.707 19,31% 897
2 Jati Agung 164,47 114.269 11,51% 695
3 Tanjung Bintang 129,72 75.834 7,64% 585
4 Tanjung Sari 103,32 29.188 2,94% 283
5 Katibung 175,77 67.732 6,82% 385
6 Merbau Mataram 113,94 48.919 4,93% 429
7 Way Sulan 46,54 22.692 2,29% 488
8 Sidomulyo 122,53 57.701 5,81% 471
9 Candipuro 84,69 55.011 5,54% 650
10 Way Panji 38,45 17.049 1,72% 443
11 Kalianda 161,4 88.681 8,93% 549
12 Rajabasa 100,39 22.359 2,25% 223
13 Palas 171,39 57.047 5,75% 333
14 Sragi 81,92 33.378 3,36% 407
15 Penengahan 132,98 37.328 3,76% 281
16 Ketapang 108,6 49.993 5,04% 460
17 Bakauheni 57,13 23.875 2,40% 418
JUMLAH 2007,01 992.763 100,00% 495
Sumber: KDA, BPS 2018

Selain itu, dari hasil survey sekunder diperoleh data mengenai kependudukan yang meliputi
jumlah penduduk dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Selatan, yaitu sebagai berikut
Tabel 2. 3
Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018

Penduduk
No. Kecamatan Total
Laki-Laki Perempuan
1. Natar 98.913 93.970 192.883
2. Jati Agung 59.000 56.052 115.052
3. Tanjung Bintang 39.164 37.207 76.371
4. Tanjung Sari 15.109 14.354 29.463
5. Katibung 34.999 33.250 68.249
6. Merbau Mataram 25.457 24.184 49.641

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-13
7. Way Sulan 11.768 11.180 22.948
8. Sidomulyo 30.118 28.613 58.731
9. Candipuro 28.473 27.050 55.523
10. Way Panji 8.890 8.446 17.336
11. Kalianda 45.881 43.588 89.469
12. Rajabasa 11.614 11.034 22.648
13. Palas 29.616 28.136 57.752
14. Sragi 17.371 16.503 33.873
15. Penengahan 19.427 18.456 37.883
16. Ketapang 25.903 24.609 50.512
17. Bakauheni 12.283 11.669 23.952
Jumlah 513.985 488.300 1.002.285
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, 2018

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-14
Peta 2. 8 Peta Jumlah Penduduk

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-15
Peta 2. 9 Peta Kepadatan Penduduk

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-16
2.3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju Pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan persentase pertambahan
penduduk dalam jangka waktu tertentu. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada
semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal
untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada
pertumbuhan penduduk dunia. Pertumbuhan penduduk dalam suatu wilayah
memperlihatkan adanya beberapa indikasi seperti kenaikan harapan hidup yang salah
satunya disebabkan oleh meningkatnya pelayanan kesehatan, tingkat kesehatan masyarakat
yang semakin baik, tingkat keamanan jiwa yang semakin baik pula. Indikasi lainnya adalah
adanya faktor bangkitan yang memicu migrasi penduduk untuk datang dan mengadu nasib
di wilayah tersebut. Berikut merupakan tabel laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2017.

Tabel 2. 4
Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2010-Tahun 2017

Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan


No Kecamatan 2010-2017
2010 2017 (%)
1 Natar 170.992 191.707 12,11
2 Jati Agung 103.038 114.269 10,90
3 Tanjung Bintang 68.572 75.834 10,59
4 Tanjung Sari 27.107 29.188 7,68
5 Katibung 61.422 67.732 10,27
6 Merbau Mataram 46.644 48.919 4,88
7 Way Sulan 21.264 22.692 6,72
8 Sidomulyo 57.264 57.701 0,76
9 Candipuro 50.256 55.011 9,46
10 Way Panji 16.341 17.049 4,33
11 Kalianda 81.126 88.681 9,31
12 Rajabasa 20.769 22.359 7,66
13 Palas 53.492 57.047 6,65
14 Sragi 31.654 33.378 5,45
15 Penengahan 35.672 37.328 4,64
16 Ketapang 46.116 49.993 8,41
17 Bakauheni 20.761 23.875 15,00
JUMLAH 912.490 992.763 8,80
Sumber: KDA, BPS 2018

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-17
2.3.3 Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk Kabupaten Lampung Selatan akan dilihat dari beberapa aspek, yaitu
berdasarkan jenis kelamin, struktur umur, dan jenis pekerjaannya. Gambaran mengenai
komposisi penduduk ini nantinya akan menjadi salah satu faktor dalam merumuskan arah
kebijakan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman salah astunya adalah
kebijakan terkait pembiayaan perumahan.

2.3.3.1 Berdasarkan jenis kelamin


Sex rasio merupakan perbandingan antara banyaknya jumlah penduduk yang berjenis
kelamin laki-laki dengan jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan pada suatu
daerah tertentu. Komposisi penduduk di Kabupaten Lampung Selatan bila ditinjau dari rasio
jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada tahun 2017, jumlah penduduk laki-laki
merupakan jumlah penduduk terbesar dibandingkan penduduk perempuan yaitu sebesar
509.303 jiwa atau 51% dari total keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Lampung
Selatan. Sedangkan penduduk perempuan sebesar 483.460 jiwa atau 49% dari keseluruhan
jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan data BPS 2018 menunjukkan bahwa, sex rasio penduduk Kabupaten Lampung
Selatan sebesar 105% yang artinya bahwa jumlah pendudukk laki-laki 4% lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Dapat dilihat pula secara rata-rata,
bahwa setiap 100 jiwa penduduk perempuan sebanding dengan 105 jiwa penduduk laki-laki.
Kecamatan Rajabasa merupakan kecamatan yang memiliki sex rasio paling terbesar di
Kabupaten Lampung Tengah yaitu sebesar 111%, sedangkan Kecamatan Way Panji
memiliki sex rasio paling terkecil yaitu sebesar 101%.

Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk perempuan yang artinya bahwa potensi sumberdaya manusia di Kabupaten
Lampung Selatan didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki sebagai
kepala keluarga berperan untuk mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya sangat berperan penting dalam perkembangan dan pembangunan wilayah.
Sesuai dengan potensi Kabupaten Lampung Selatan pada sektor pertanian maka
ketersediaan tenaga laki-laki akan amat membantu karena untuk lapangan kerja seperti ini
membutuhkan tenaga fisik yang prima dan mampu bersahabat dengan alam.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-18
Potensi yang sangat besar ini dapat pula ditingkatkan kualitasnya kepada pertanian modern
yang lebih menggunakan peralatan tepat guna namun tetap menggunakan tenaga fisik yang
prima. Tentunya dengan peningkatan sistem pertanian akan meningkatkan kuantitas dan
kualitas dari hasil pertanian disamping nilai tambah (value added) dipasar komoditi.
Sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan dapat mengambil peran dalam sektor
perdagangan, jasa dan industri. Pemberdayaan perempuan untuk menopang ekonomi
keluarga merupakan program yang sedang digalakkan oleh pemerintah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tenaga perempuan dapat digunakan pada industri
kreatif yang pada saat ini sedang berkembang dan membutuhkan banyak tenaga
perempuan yang terampil. Peluang ini dapat dimanfaatkan guna meningkatkan kualitas
hidup para perempuan yang ada. Pola kerja perempuan yang lebih teliti, sabar, kreatif dan
inovatif menjadi modal dasar yang teramat penting dalam perkembangan dunia usaha
terutama di bidang industri kreatif.

Tabel 2. 5
Sex Ratio Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017

Penduduk Jumlah Sex


No Kecamatan
Laki-Laki Perempuan (Jiwa) Ratio
1 Natar 97.705 94.002 191.707 104
2 Jati Agung 59.018 55.251 114.269 107
3 Tanjung Bintang 38.594 37.240 75.834 104
4 Tanjung Sari 14.913 14.275 29.188 104
5 Katibung 34.822 32.910 67.732 106
6 Merbau Mataram 25.118 23.801 48.919 106
7 Way Sulan 11.657 11.035 22.692 106
8 Sidomulyo 29.561 28.140 57.701 105
9 Candipuro 28.092 26.919 55.011 104
10 Way Panji 8.567 8.482 17.049 101
11 Kalianda 46.229 42.452 88.681 109
12 Rajabasa 11.764 10.595 22.359 111
13 Palas 28.969 28.078 57.047 103
14 Sragi 17.030 16.348 33.378 104
15 Penengahan 19.282 18.046 37.328 107
16 Ketapang 25.665 24.328 49.993 105
17 Bakauheni 12.317 11.558 23.875 107
JUMLAH 509.303 483.460 992.763 105
Sumber: KDA, BPS 2018

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-19
2.3.3.2 Struktur umur
Struktrur umur penduduk biasanya dibedakan menurut kelompok umur yaitu anak-anak (usia
muda) umur 0-14 tahun, Kelompok umur Produktif umur 15-64 tahun dan Kelompok umur
tua 65 keatas. Penduduk Usia Produktif dalam kehidupannya akan menanggung beban
hidup penduduk usia muda (0-14) dan Penduduk usia lanjut (65 tahun keatas). Keberadaan
penduduk usia muda akan menjadi beban sosial ekonomi dan pembangunan bagi
pemerintah dan beban keluarga. Keluarga akan menanggung biaya pendidikan, kesehatan
dan biaya hidup bagi kelompok umur ini, sementara pemerintah harus menyediakan sarana
prasarana yang dibutuhkan. Klasifikasi penduduk berdasarkan umur menentukan tingkat
beban penduduk per usia produktif dengan usia non-produktif. Usia 0-14 dan di atas 65
tahun merupakan jumlah penduduk yang bergantung pada penduduk yang berusia produktif
mulai dari 15 tahun hingga 64 tahun. Penduduk akan bertambah tingkat ketergantungan bila
usia 15 hingga 20 tahun masih memasuki dunia pendidikan ditambah dengan penduduk
yang usia produktif akan tetapi menganggur. Berikut merupakan tabel jumlah penduduk
menurut kelompok umur di Kabupaten Lampung Selatan.

Tabel 2. 6
Struktur Penduduk Berdasarkan Umur

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Keterangan


0-4 49.439 47.454 96.893
5-9 50.910 48.284 99.194 Usia Non Produktif
10-14 47.043 44.087 91.130
15-19 44.397 40.108 84.505
20-24 40.313 37.097 77.410
25-29 41.233 39.178 80.411
30-34 40.728 38.628 79.356
35-39 39.094 37.472 76.566
Usia Produktif
40-44 36.312 34.611 70.923
45-49 31.150 29.880 61.030
50-54 26.608 25.812 52.420
55-59 21.241 20.232 41.473
60-64 15.884 14.959 30.843
65-69 10.801 10.235 21.036
70-74 6.787 7.224 14.011 Usia Non Produktif
75+ 7.363 8.199 15.562
JUMLAH 509.303 483.460 992.763
Sumber: KDA, BPS 2018

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-20
Grafik Struktur Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017

70-74

60-64

50-54

40-44

30-34

20-24

10-14

0-4
60.000 40.000 20.000 0 20.000 40.000 60.000

Perempuan Laki-Laki

Gambar 2. 1 Grafik Struktur Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur di
Kabupaten Lampung Selatan di kuasai oleh usia produktif (usia kerja) yang tertinggi yaitu
sebesar 654.937 jiwa atau 65% dari jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten
Lampung Selatan, sedangkan jumlah penduduk usia non produktif sebesar 337.826 jiwa
atau 35% dari jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Lampung Selatan.

Untuk mempermudah proses pembangunan di suatu wilayah atau pembangunan dapat


berjalan dengan lancar, maka jumlah kelompok penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65
tahun ke atas) sebaiknya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kelompok penduduk usia
produktif (15-64 tahun). Apablia jumlah penduduk usia tidak produktif lebih tinggi maka dapat
menghambat kelancaran proses pembangunan yang sedang dilaksanakan. Hal ini
disebabkan partisipasi penduduk usia produktif yang mejadi subjek (pelaksana)
pembangunan, penduduk usia tidak produktif cenderung menjadi objek (sasaran)
pembangunan. Maka dari itu, berdasarkan uraian diatas dapat dilihat kondisi di Kabupaten
Lampung Selatan memperlihatkan bahwa penduduk usia produktif merupakan jumlah
penduduk tertinggi dibandingkan dengan penduduk usia non produktif, sehingga
pembangunan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan dapat berjalan dengan lancar.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-21
2.3.3.3 Lapangan usaha
Jenis pekerjaan dan lapangan kerja merupakan aspek yang amat mendasar dalam
kehidupan umat manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Setiap upaya
pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha sehingga
penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran
pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang
memadai untuk dapat menyerap tambahan tenaga kerja yang memasuki pasar kerja.
Penduduk di Kanbupaten Lampung Tengah menurut mata pencaharian di kelompokkan
berdasarkan lapangan usaha primer, sekunder, dan tersier. Berikut merupakan tebel jumlah
penduduk berdasarkan sektor pekerjaan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2017.

Tabel 2. 7
Lapangan Usaha Penduduk Usia Kerja Tahun 2017

No Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 Primer 110.102 76.717 186.819
2 Sekunder 75.523 8.282 83.805
3 Tersier 103.853 79.945 183.798
Sumber: KDA, BPS 2018

Grafik Persentase Jenis Lapangan Usaha Penduduk Usia Kerja


Tahun 2017

Tersier Primer
41% 41%

Sekunder
18%

Gambar 2. 2 Grafik Persentase Jenis Lapangan Usaha Penduduk Usia Kerja Tahun 2017

Dari data tersebut tergambar bahwa penduduk Kabupaten Lampung Selatan banyak bekerja
pada sektor primer yaitu pertanian dan sektor tersier. Jumlah penduduk yang bekerja pada
lapangan usaha sektor tersier yang hampir sama banyak dengan sektor promer menunjukan
sektor perdagangan dan jasa terus bertumbuh di Kabupaten Lampung Selatan.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-22
2.3.3.4 Garis kemiskinan dan penduduk miskin
Gambaran garis kemiskinan dan penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan sangat
diperlukan sebagai salah satu faktor penentu arahan kebijakan pemenuhan kebutuhan
rumah layak huni khususnya serta pengembangan sektor perumahan dan kawasan
permukiman di Kabupaten Lampung Selatan pada umumnya. Kondisi ini nantinya akan
mempengaruhi arahan kebijakan khususnya yang terkait dengan masalah pembiayaan
perumahan. Berdasarkan data BPS, garis kemiskinan di Kabupaten Lampung Selatan tahun
2017 adalah Rp 360.594. Garis kemiskinan tersebut menggambarkan jumlah rupiah
minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang
setara dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan.
Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Adapun jumlah penduduk miskin
sampai dengan tahun 2017 berjumlah 150.110 jiwa. Jumlah penduduk miskin cenderung
menurun setiap tahunnya. Gambaran garis kemiskinan dan jumlah penduduk miskin pada
tahun 2017 dapat dilihat pada gambar berikut ini;

346.457

360.594
400.000
319.448
307.546
295.601

350.000
274.401
256.153

300.000
177.740

250.000
171.408

162.972

161.792

158.380
157.710

150.110

200.000
150.000
100.000
50.000
-
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Garis Kemiskinan (Rp) Penduduk Miskin (Jiwa)

Gambar 2. 3 Diagram Garis Kemiskinan di Kabupaten Lampung Selatan

Adapun jumlah rumah tangga di Kabupaten Lampung Selatan dengan kategori rumah
tangga Pra Sejahtera ada tahun 2017 berjumlah 49.656 KK atau sekitar 20,41% dari total
rumah tangga, rumah tangga Sejahtera I berjumlah 102.092 KK dan rumah tangga Sejahtera
II berjumlah 91.517 KK. Jumlah rumah tangga pra sejahtera paling banyak berada di
Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Natar.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-23
Namun demikian jika dilihat persentase perbandingan antara jumlah keluarga pra sejahtera
terhadap jumlah rumah tangga, persentase keluarga pra sejahtera paling besar berada di
Kecamatan Katibung dengan persentase rumah tangga miskin sekitar 26,92% dari total
rumah tangga di kecamatan tersebut dan di Kecamatan Palas dengan persentase 26,76%
dari total jumlah rumah tangga di kecamatan tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai rumah
tangga berdasarkan tingkat kesejahteraannya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini;

Tabel 2. 8
Jumlah Rumah Tangga Menurut Kesejahteraan Tahun 2017

Sejahtera Sejahtera
No Kecamatan Pra Sejahtera Total
I II
1 Natar 5.015 10.754 14.199 29.968
2 Jati Agung 5.760 12.103 12.174 30.037
3 Tanjung Bintang 3.863 8.292 8.990 21.145
4 Tanjung Sari 1.391 4.069 2.523 7.983
5 Katibung 4.218 6.067 5.385 15.670
6 Merbau Mataram 3.183 6.307 3.616 13.106
7 Way Sulan 914 2.759 1.630 5.303
8 Sidomulyo 3.821 7.057 5.482 16.360
9 Candipuro 3.078 6.013 6.357 15.448
10 Way Panji 618 1.631 1.587 3.836
11 Kalianda 3.918 10.136 7.861 21.915
12 Rajabasa 794 3.189 1.947 5.930
13 Palas 4.901 7.103 6.309 18.313
14 Sragi 2.268 4.191 2.750 9.209
15 Penengahan 2.091 5.353 3.271 10.715
16 Ketapang 2.801 4.534 5.643 12.978
17 Bakauheni 1.022 2.534 1.793 5.349
JUMLAH 49.656 102.092 91.517 243.265
Sumber: KDA, BPS 2018

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-24
Persentase Rumah Tangga Pra Sejahtera Tahun 2017
30,00% 26,92% 26,76%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%

Bakauheni
Merbau Mataram

Candipuro

Sragi
Natar

Rajabasa
Tanjung Bintang

Penengahan
Ketapang
Katibung

Way Sulan

Palas
Jati Agung

Tanjung Sari

Kalianda
Sidomulyo

Way Panji
Gambar 2. 4 Diagram Persentase Rumah Tangga Pra Sejahtera Tahun 2017

2.4 SARANA WILAYAH


2.4.1 Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Ketersediaan sarana pendidikan adalah salah satu faktor penting
dalam upaya pengembangan wilayah. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tetang Sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu
pemenuhan akan sarana pendidikan sangat penting baik bagi sumber daya manusianya
ataupun wilayah studinya. Sarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan
adalah berupa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA).

Data BPS tahun 2017 menunjukan bahwa jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Lampung
Selatan berjumlah kurang lebih 1.175 unit yang terdiri dari Taman Kanak-kanak, Sekolah
Dasar/Sederajat, Sekolah Menengah Pertama/Sederajat, Sekolaj Menengah
umum/Sederajat dan Perguruan Tinggi/Akademi. Jenis sarana pendidikan yang paling
banyak adalah SD/Sederajat baik milik pemerintah maupun swasta dengan jumlah 570 unit.
Untuk lebih jelasnya mengenai jenis dan sebaran sarana pendidikan di Kabupaten Lampung
Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-25
Tabel 2. 9 Jenis dan Sebaran Sarana Pendidikan Tahun 2017

Sarana Pendidikan
No Kecamatan Taman Akademi/ Total
SD/ SMP/ SMU/
Kanak- Perguruan
Sederajat Sederajat Sederajat
kanak Tinggi
1 Natar 110 76 34 12 1 233
2 Jati Agung 55 53 26 15 - 149
3 Tanjung Bintang 31 41 16 11 2 101
4 Tanjung Sari 7 15 5 6 - 33
5 Katibung - 31 7 3 - 41
6 Merbau Mataram 9 29 9 6 - 53
7 Way Sulan 1 19 4 6 - 30
8 Sidomulyo 32 46 22 7 - 107
9 Candipuro 32 40 17 4 - 93
10 Way Panji 8 11 5 1 1 26
11 Kalianda 10 51 12 7 5 85
12 Rajabasa 2 23 4 5 - 34
13 Palas 4 38 6 4 - 52
14 Sragi - 19 6 3 - 28
15 Penengahan 6 38 7 5 - 56
16 Ketapang - 26 5 - 31
17 Bakauheni - 14 6 3 - 23
JUMLAH 307 570 191 98 9 1.175
Sumber: KDA, BPS 2018

Grafik Persentase Jumlah Sarana Pendidikan Tahun 2017

1%
8%
26%
16%

49%

TK SD/Sederajat SMP/Sederajat SMU/Sederajat Akademi/PT

Gambar 2. 5 Diagram Persentase Jumlah Sarana Pendidikan Tahun 2017

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-26
2.4.2 Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan merupakan salah satu sarana yang penting dan harus tersedia di suatu
kota atau wilayah, sehingga kesehatan penduduk di kota atau wiayah dapat dicegah dan
diobati. Sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan meliputi Rumah Sakit,
Rumah Bersalin, Puskesmas, Posyandu, dan Klinik/Balai Kesehatan. Jumlah sarana
kesehatan secara keseluruhan berjumlah kurang lebih 1.234 unit dengan sebaran terbanyak
berada di Kecamatan Natar. Berikut merupakan tabel jumlah sarana kesehatan yang ada di
Kabupaten Lampung Selatan.

Tabel 2. 10
Jenis dan Sebaran Sarana Kesehatan Tahun 2017

Sarana Kesehatan
Puskesmas

Puskesmas

Kesehatan
Pembantu

Posyandu

Bersalin
Praktek

Rumah

Rumah
Dokter

No Kecamatan Total
Induk

Klinik

Sakit
1 Natar 8 5 19 12 145 0 1 190
2 Jati Agung 4 2 4 5 85 0 1 101
3 Tanjung Bintang 5 1 6 5 72 0 - 89
4 Tanjung Sari 3 1 1 1 31 0 - 37
5 Katibung 5 2 2 3 62 0 - 74
6 Merbau Mataram 7 2 2 0 56 0 - 67
7 Way Sulan 2 1 1 1 24 0 - 29
8 Sidomulyo 3 1 6 0 86 0 - 96
9 Candipuro 6 1 2 3 59 0 - 71
10 Way Panji 1 1 4 3 25 0 - 34
11 Kalianda 11 2 14 6 104 0 2 139
12 Rajabasa 4 1 0 1 32 0 - 38
13 Palas 4 2 3 0 76 0 - 85
14 Sragi 3 1 1 0 33 0 - 38
15 Penengahan 3 1 2 0 43 0 - 49
16 Ketapang 3 1 5 4 44 0 - 57
17 Bakauheni 2 1 2 0 27 0 - 32
JUMLAH 74 26 74 44 1004 0 4 1226
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, 2018

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-27
2.4.3 Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana yang harus ada dalam suatu wilayah, baik itu masjid,
gereja, wihara, dan lain sebagainya. Sarana peribadatan merupakan sarana yang membantu
dalam acara keagamaan di Kabupaten Lampung Selatan. Jenis sarana peribadatan sangat
tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikan struktur penduduk menurut
agama yang dianut dan tata cara atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan
agamanya. Keragaman agama dan budaya di Kabupaten Lampung Selatan dikarenakan
banyaknya transmigran dan imigran dari berbagai daerah yang masuk ke Kabupaten
Lampung Selatan. Sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Lampung tengah meliputi
masjid, musholla, langgar, gereja protestan, gereja katholik, dan pura. Berikut merupakan
jumlah sarana peribadatan di Kabupaten Lampung Selatan. Data BPS menunjukan bahwa
sarana peribadatan secara keseluruhan berjumlah kurang lebih 3.178 unit dengan jenis
sarana yang paling banyak berupa Masjid dan Mushollah.

Tabel 2. 11
Jenis dan Sebaran Sarana Peribadatan Tahun 2017

Gereja Gereja
No Kecamatan Masjid Mushola Pura Vihara Total
Protestan Katholik
1 Natar 152 68 6 2 0 1 229
2 Jati Agung 60 60 2 1 0 0 123
3 Tanjung Bintang 185 0 6 3 6 0 200
4 Tanjung Sari 174 36 11 4 2 0 227
5 Katibung 112 60 1 0 0 0 173
6 Merbau Mataram 205 138 5 3 0 2 353
7 Way Sulan 254 184 7 4 0 1 450
8 Sidomulyo 184 31 4 5 0 2 226
9 Candipuro 29 19 0 0 0 0 48
10 Way Panji 50 122 2 1 18 0 193
11 Kalianda 123 65 3 1 1 0 193
12 Rajabasa 170 46 9 5 2 1 233
13 Palas 193 83 1 3 0 1 281
14 Sragi 35 3 5 1 0 0 44
15 Penengahan 102 0 1 0 0 1 104
16 Ketapang 18 0 1 3 0 5 27
17 Bakauheni 35 21 2 2 14 0 74
JUMLAH 2.081 936 66 38 43 14 3.178
Sumber: KDA, BPS 2018

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-28
2.4.4 Sarana Perdagangan dan Perbankan
Sarana perdagangan merupakan salah satu sarana vital bagi sebuah kawasan maupun
wilah. Ketersediaan sarana perdagangan juga perbankan akan mendorong pertumbuhan
perekonomian baik secara mikro maupun makro. Berdasarkan data BPS dalam Kecamatan
Dalam Angka Tahun 2018, jenis sarana perdagangan di Kabupaten Lampung Selatan
diantaranya adalah Pasar Tradisional, Pasar Hewan, Restoran/Warung Makan, Mini Market.
Jumlah sarana perdagangan dan bank saat kurang lebih 16.638 unit. Jenis sarana
perdagangan yang paling banyak berupa Warung Kelontong dengan jumlah kurang lebih
11.023 unit. Sarana perdagangan dan bank paling banyak terdistribusi di Kecamatan Natar
dengan jumlah kurang lebih 3.867 unit.

Tabel 2. 12
Jenis dan Sebaran Sarana Perdagangan dan Bank Tahun 2017

Sarana Perdagangan
Tradisional

Wr.makan

Kelontong
Restoran/

Warung
Hewan

Market
Pasar

Pasar

No Kecamatan Total

Bank
Toko

Mini
1 Natar 6 - 613 55 2.554 627 12 3.867
2 Jati Agung 9 - 142 104 2.146 10 4 2.415
3 Tanjung Bintang 11 - 1.164 4 577 4 4 1.764
4 Tanjung Sari 5 1 11 52 273 325 - 667
5 Katibung 6 - 37 77 816 9 - 945
6 Merbau Mataram 6 - 74 61 518 5 - 664
7 Way Sulan 3 - 105 12 269 2 1 392
8 Sidomulyo 2 - 176 69 1.277 12 6 1.542
9 Candipuro 4 - 112 2 1.214 4 1 1.337
10 Way Panji 2 - 140 8 - 2 1 153
11 Kalianda 2 - - - - 18 11 31
12 Rajabasa 8 - 2 94 276 1 - 381
13 Palas 6 - 2 - - - 1 9
14 Sragi 2 - 102 20 111 2 1 238
15 Penengahan 3 - 43 31 - 6 1 84
16 Ketapang 4 - 992 118 992 5 3 2.114
17 Bakauheni 2 - - 26 - 4 3 35
JUMLAH 81 1 3.715 733 11.023 1.036 49 16.638
Sumber: KDA, BPS 2018

2.4.5 Perumahan dan Kawasan Permukiman


Rumah merupakan kebutuhan primer bagi setiap warga masyarakat selain kebutuhan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-29
sandang dan pangan. Tercukupinya kebutuhan rumah dan atau tempat tinggal akan
berimplikasi pada tingkat kesejahteraan dan kondisi sosial masyarakat. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1) menyebutkan, bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tempat tinggal mempunyai peran yang sangat
strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya
membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga
terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia,
yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan
manusia.

Secara eksisting perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Lampung Selatan


banyak berada di kawasan perkotaan, memiliki aksesibiltas yang baik, dekat dengan ibukota,
serta banyak kegiatan ekonomi. Pusat-pusat pertumbuhan wilayah seperti Kecamatan Natar,
Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Kalianda merupakan wilayah dengan intesitas
kawasan permukiman yang lebih dominan dibandingkan wilayah lainnya. Berdasarkan data
BKKBN Tahun 2017 dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Lampung
Selatan, jumlah rumah secara keseluruhan kurang lebih 217.398 unit yang tersebar di
seluruh kecamatan. Sebaran rumah terbanyak berada di Kecamatan Sidomulyo dan
Kecamatan Natar, sedangkan jumlah paling sedikit yaitu di Kecamatan Way Panji.
Berdasarkan kepemilikannya, sebagian besar rumah tersebut memiliki status hak milik yang
berjumlah kurang lebih 211.694 unit, status rumah sewa berjumlah kurang lebih 3.948 unit
dan lainnya berjumlah kurang lebih 1.756 unit.

Gambar 2. 6 Diagram Persentase Status Kepemilikan Rumah


Ketersediaan rumah yang layak huni menjadi salah satu tujuan penyelenggaraan pemerintah
sektor perumahan dan kawasan permukiman. Rumah layak huni sebagaimana amanat

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-30
undang-undang merupakan hak setiap penduduk dan merupakan kebutuhan mendasar.
Saat ini di Kabupaten Lampung Selatan masih terdapat Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
yang tersebar di seluruh kecamatan. RTLH di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2017
berjumlah kurang lebih 12.921 unit. RTLH paling banyak berada di Kecamatan Candipuro
dengan jumlah kurang lebih 1.509 unit, dan yang paling sedikit ada di Kecamatan Sragi
dengan jumlah kurang lebih 254 unit. Jika dilihat dari rasio perbandingan antara jumlah
rumah dengan jumlah RTLH, maka wilayah dengan rasio RTLH paling banyak adalah
Kecamatan Rajabasa dengan rasio 13,74%, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan
Jati Agung dengan rasio hanya 2,69%.

Tabel 2. 13
Jumlah Rumah dan RTLH Tahun 2017

NO KECAMATAN Jumlah Rumah (Unit) RTLH (Unit) Rasio RTLH


1 Natar 26.824 863 3,22%
2 Jati Agung 27.356 735 2,69%
3 Tanjung Bintang 19.622 615 3,13%
4 Tanjung Sari 7.249 425 5,86%
5 Katibung 13.362 676 5,06%
6 Merbau Mataram 11.822 760 6,43%
7 Way Sulan 4.882 354 7,25%
8 Sidomulyo 13.984 504 3,60%
9 Candipuro 13.937 1.509 10,83%
10 Way Panji 3.420 318 9,30%
11 Kalianda 19.410 1.450 7,47%
12 Rajabasa 5.118 703 13,74%
13 Palas 16.437 1.192 7,25%
14 Sragi 8.006 254 3,17%
15 Penengahan 9.651 1.104 11,44%
16 Ketapang 11.696 1.020 8,72%
17 Bakauheni 4.622 439 9,50%
JUMLAH 217.398 12.921 5,94%
Sumber: BKKBN 2017; Dinas PKP, 2018.

Selain rumah swadaya yang dibangun masyarakat, di Kabupaten Lampung Selatan juga
banyak berkempang rumah-rumah yang dibangun oleh Developer. Pembangunan rumah
oleh developer cukup banyak di wilayah ini, khususnya di Kecamatan Natar dan Kecamatan
Jati Agung. Berdasarkan data APERSI, pada tahun 2018 terdapat 22 Perumahan di
Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah rumah terbangun kurang lebih 2.589 unit.
Selain Developer yang tergabung dalam APERSI, di Kabupaten Lampung Selatan juga
banyak perumahan yang dibangun oleh developer yang tergabung dalam REI. Berdasarkan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-31
data REI, pada tahun 2018 terdapat kurang lebih 36 lokasi Perumahan yang dibangun oleh
28 Developer dengan unit terbangun kurang lebih 4.753 unit rumah subsidi dan 40 unit
rumah non subsidi.

Tabel 2. 14
Nama Perumahan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018

Unit
No Perumahan Lokasi Non
Subsidi
Subsidi
APERSI
1 Bakauheni Residence Bakauheni 50 -
2 Griya Jati Asri 4 Banjar Agung 120 -
3 Taruna Residence Jati Agung 50 -
4 Gemilang Perdana Jati Agung 30 -
5 Griya Indah Permata Jati Agung 170 -
6 Green Jatimulyo Jati Agung 50 -
7 Lamban Lintang Toedjoe Jati Mulyo 44 -
8 Lamban Lintang Toedjoe II Jati Mulyo 26 -
9 Baru Ranji Asri Merbau Mataram 107 -
10 Griya Tanjung Rame Merbau Mataram 250 -
11 Graha Natar Residence Natar 30 -
12 Perdana Residence Natar 11 -
13 Samudra Residence 3 Natar 53 -
14 Griya Jati Asri 3 Natar 64 -
15 Tawon Regency Natar 63 -
16 Tarantula Arthur regency Natar 146 -
17 Graha Natar Lestari Natar 300 -
18 Pesona Nirwana Sidomulyo 20 -
19 Restu Bumi Residence Tanjung Bintang 139 -
20 Bumi Serdang Indah Tanjung Bintang 116 -
21 Griya Industri Tanjung Bintang 300 -
22 Griya Damai Lestari Tanjung Bintang 450 -
JUMLAH (APERSI) 2.589 -
REI
23 Perum Serambi Sumatera Residence Bakauheni Lampung Selatan 300 -
24 Perum Anugerah Alam Residence II Desa kali asin II Tanjung Bintang Lamsel 2 -
25 Intan Permai Desa Kedaton Kecamatan Kalianda LamSel 80 -
26 Kalianda Residence Desa Way Urang Kec. Kalianda LamSel 125 -
27 Nuwo Sriwijaya Permai Hajimena Lampung Selatan 350 -
28 Lamban lamondo Hajimena Lampung Selatan 40 -
29 Kurnia Abadi ITERA Lampung Selatan 78 -
30 Griya Anugrah 3 Jati Agung Lampung Selatan 83 -
31 Griya Anugrah 4 Jati Agung Lampung Selatan 99 -

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-32
Unit
No Perumahan Lokasi Non
Subsidi
Subsidi
32 Branti Raya Estate JL, Raya Natar-Brawi Lamsel - -
33 Griya Natar Asri Jl. Bima Ds. Bumi Sari Kec. Natar Lamsel 30 -
34 Karya Prima Residence Jl. Raya Suban Merbau Mataram Lamsel 50 -
35 Griya Tamasari jl. Sebiay Sumantri Hajimena LamSel 40 10
36 Perumahan Rajawali Jl. Sukamulya Kec. Gd. Tataan Pesawaran - -
37 The Sultan Regency Jl. Terusan Ryacudu 2 Waygalih LamSel - -
38 Permata Asri 1 Karang Anyar Lampung Selatan 2.700 -
39 Permata Asri 2 Karang Anyar Lampung Selatan 50 -
40 Central Sitara Karawang sari Natar - -
41 Alam Damai Residence Kec. Habuyang Natar Lampung Selatan 20 -
42 Melana Residence Lamsel - 18
43 Adjie Bangun Group Natar Lampung Selatan - -
44 Inara Natar Lampung Selatan 90 -
45 Safira 2 Natar Lampung Selatan 110 -
46 Sumber sari Natar Lampung Selatan 6 -
47 Assifa 2 Natar Lampung Selatan 150 -
48 Melana Residence 3 Natar Lampung Selatan 19 7
49 Al amin Jati Residence Natar Lampung Selatan 58 -
50 Sohibanila Natar Lampung Selatan 100 -
51 Bumi Indah Permai Natar Lampung Selatan 20 -
52 Sabah Balau Residence Sabah Balau Lampung Selatan 100 -
53 Sabah Balau Asri Sabah Balau Lampung Selatan - 5
54 Sidomulyo Residence Sidomulyo, Lampung Selatan - -
55 Sapoo Damai Lestari Sukadamai Natar Lampung Selatan 20 -
56 Langkapura Residence Sumber Agung Kemiling - -
57 Puri Indah Tanjung Bintang Lampung Selatan 30 -
58 Graha Indah I Tanjung Bintang Lampung Selatan 3 -
JUMLAH (REI) 4.753 40
umber: APERSI & REI, 2018.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-33
Peta 2. 10 Peta Jumlah dan Kondisi Rumah

2.4.6 Permukiman kumuh


Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang
rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh
dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan
kepada golongan bawah yang belum mapan. Menurut kamus ilmu-ilmu sosial Slum’s

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-34
diartikan sebagai suatu daerah yang kotor yang bangunan-bangunannya sangat tidak
memenuhi syarat. Jadi daerah slum’s dapat diartikan sebagai daerah yang ditempati oleh
penduduk dengan status ekonomi rendah dan bangunan-bangunan perumahannya tidak
memenuhi syarat untuk disebut sebagai perumahan yang sehat. Slum’s merupakan
lingkungan hunian yang legal tetapi kondisinya tidak layak huni atau tidak memenuhi
persyaratan sebagai tempat permukiman (Utomo Is Hadri, 2000). Slum’s yaitu permukiman
diatas lahan yang sah yang sudah sangat merosot (kumuh) baik perumahan maupun
permukimannya (Herlianto, 1985). Dalam kamus sosiologi Slum’s yaitu diartikan sebagai
daerah penduduk yang berstatus ekonomi rendah dengan gedung-gedung yang tidak
memenuhi syarat kesehatan (Sukamto Soerjono, 1985).

Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan
tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan
standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah
sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana
jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Kawasan permukiman kumuh
khususnya perkotaan di Kabupaten Lampung Selatan diantaranya disebabkan oleh:
1. Kondisi rumah yang tidak sesuai persyaratan teknis, tidak teratur dan kepadatan
tinggi;
2. Jalan lingkungan yang cakupan pelayanan rendah dan kualitas rendah;
3. Penyediaan air minum yang aksesnya keamanannya rendah dan tidak terpenuhi
sesuai kebutuhan rata-rata;
4. Kondisi drainase yang kualitas rendah, tidak terpelihara, tidak terhubung dengan
jaringan atas dan bawahnya, adanya genangan lama dan buruk dan tidak tersedia
drainase;
5. Kondisi air limbah domestik dan sampah yang tidak sesuai standar teknis dan
pesyaratan teknis serta tidak terpelihara;
6. Minimnya sarana prasarana proteksi kebakaran.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014, di


Kabupaten Selatan terdapat kurang lebih 8 (delapan) kawasan permukiman kumuh yang
semuanya berada di Kecamatan Kalianda. Luas kawasan kumuh tersebut kurang lebih 55,63
hektar dengan kategori kumuh ringan – kumuh berat. Kawasan yang teridentifikasi kumuh
berat yaitu di Kelapa Doyong Kelurahan Kalianda Kecamatan Kalianda. Kawasan Kelapa

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-35
Doyong merupakan kawasan permukiman di pinggir pantai dan sebagian masyarakat
bermatapencaharian sebagai nelayan.

Tabel 2. 15
Kawasan Kumuh di Kabupaten Lampung Selatan

NAMA KELURAHAN TINGKAT


NO KECAMATAN LUAS (Ha)
LOKASI / DESA KEKUMUHAN

1 Pengayoman Kalianda Way Urang 10,05 Kumuh Sedang


2 Way Kiyai Kalianda Kalianda 4,11 Kumuh Ringan
3 Way Panas Kalianda Kalianda 4,47 Kumuh Ringan
4 Kelapa Doyong Kalianda Kalianda 1,76 Kumuh Berat
5 Sukajaya Kalianda Kalianda 0,91 Kumuh Sedang
6 Bumi Agung Kalianda Bumi Agung 4,44 Kumuh Sedang
7 Rangai Kalianda Rangai Tritunggal 21,46 Kumuh Sedang
8 Bakauheni Kalianda Bakauheni 8,43 Kumuh Sedang
TOTAL LUAS (Ha) 55,63
Sumber: SK Bupati Kabupaten Lampung Selatan Nomor 313.I/III.18/HK/2014

2.5 PRASARANA WILAYAH


2.5.1 Jaringan Jalan
Secara umum jaringan jalan di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari jaringan jalan
Nasional, Jaringan jalan provinsi dan jaringan jalan kabupaten dengan total ruas panjang
jalan sebesar 1.499,30 km. Jaringan jalan yang relatif lebih panjang di Kabupaten Lampung
Selatan hingga tahun 2017 adalah jaringan jalan kabupaten yaitu sepanjang 1.240,44 km,
sedangkan jalan provinsi sepanjang 104,47 km dan jalan nasional 154,39 km. Dilihat dari
kondisi jalannya, jaringan jalan kabupaten yang mengalangi rusak berat adalah 379,88 Km,

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-36
kondisi rusak 48,49 Km, rusak sedang 5.772 Km dan kondisi baik 754,25 Km. Pada tahun
2017, di Kabupaten Lampung Selatan juga telah dilintasi jaringan Jalan Tol terhubung dari
Bakauheni – Terbanggi Besar yang merupakan bagian dari jaringan jalan tol Lintas
Sumatera. Secara umum, kondisi panjang jalan menurut jenis permukaan dan kondisi jalan
dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Tabel 2. 16
Status dan Panjang Jalan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017

STATUS 2013 2014 2015 2016 2017


Jalan Negara 159,95 159,95 159,95 154,39 154,39
Jalan Provinsi 157,51 157,51 157,51 104,47 104,47
Jalan Kabupaten 1.240,44 1.240,48 1.240,48 1.240,44 1.240,44
TOTAL 1.557,90 1.557,94 1.557,94 1.499,30 1.499,30
Sumber: KDA, BPS 2018

Kondisi Jalan Kabupaten, BPS 2018

30%

61%
5%

4%

Baik Sedang Rusak Rusak Berat

Gambar 2. 7 Diagram Persentase Kondisi Jalan Kabupaten

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-37
Peta 2. 11 Peta Jaringan Jalan

2.5.2 Perhubungan
Letak Kabupaten Lampung Selatan yang berada di Pulau Sumatera yang merupakan pulau
dengan kepadatan tertinggi kedua setelah Pulau Jawa, tentunya sarana transportasi yang
dapat bersinergi secara baik guna mendukung aktivitas dan mobilisasi masyarakat di Pulau
Sumatera khususnya yang terkait dengan Kepulauan di sekitarnya, maka salah satunya
diperlukan sarana penyeberangan. Sampai dengan tahun 2014, Pelabuhan Bakauheni telah
memiliki 6 dermaga milik ASDP dan 1 dermaga milik swasta dengan jumlah kapal ferry yang
melayani sebanyak 52 unit. Dengan jumlah dermaga dan moda transport ferry tersebut,

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-38
jumlah orang yang melalui dermaga pada Tahun 2014 sebanyak 1.154.491 orang dengan
jumlah barang yang melalui dermaga Tahun 2014 sebanyak 3.125.749 ton.

Kabupaten Lampung Selatan mempunyai 5 buah pelabuhan laut kecil yang pelayanannya
bersifat lokal yaitu hanya melayani kapal-kapal rakyat dan nelayan setempat. Adapun
pelabuhan tersebut adalah pelabuhan Bom Kalianda, Canti, Pulau Sebesi, Ketapang dan
pelabuhan rangai. Bandara Raden Intan II adalah merupakan satu-satunya bandara yang
melayani penerbangan komersial di Propinsi Lampung. Bandara Raden Intan terletak di
Desa Branti Raya Kecamatan Natar Lampung Selatan yang berjarak lebih kurang 28 Km dari
Bandar Lampung. Dalam rangka pengembangan bandara sebagai pintu gerbang lalu lintas
udara di Propinsi Lampung tahun 1996/1997 dilakukan perpanjangan landasan runaway dari
1.050 m menjadi 2.200 m, sehingga mampu didarati pesawat sejenis Boeing 737. Sampai
dengan tahun 2014, Bandara Raden Intan II telah digunakan oleh 6 maskapai penerbangan
dengan jumlah orang yang melalui bandara sebanyak 1.188.110 orang dengan 3.043.025
ton barang.

2.5.3 Air Bersih


Masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan belum seluruhnya mendapatkan manfaat dari
pelayanan sarana air bersih. Sarana air bersih terpusat di lingkungan ibukota kabupaten dan
beberapa pusat perekonomian. Mayoritas penduduk memanfaatkan air bersih untuk
kebutuhan masak, mencuci dan mandi dari sumur tradisional yang mereka miliki. Berikut
adalah Cakupan Akses Air Minum Layak Kabupaten Lampung Selatan 2014:

Tabel 2. 17
Cakupan Akses Air Minum Layak Kabupaten Lampung Selatan

Uraian Perkotaan Pedesaan Total


Jumlah Penduduk 126.661 845.918 972.579
Air Minum Rumah Tangga
31.881 597.064 628.945
(Non SPAM)
SPAM Perkotaan
39.318 1.152 40.470
(PDAM)
SPAM Perkotaan
- - -
(Swasta)
SPAM Pedesaan non BM
- 22.453 22.453
(Masyarakat)
SPAM Pedesaaan BM
- - -
(Pamsimas)

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-39
Jumlah Penduduk Yang
71.199 620.669 691.868
Telah Memiliki Akses
56,21% 73,37% 71,14%
Air Minum Aman
Sumber: RAD AMPL Kabupaten Lampung Selatan 2015-2019

Tabel tersebut menunjukkan cakupan akses air minum layak Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2014. Data tersebut menunjukkan secara umum jumlah penduduk Kabupaten
Lampung Selatan yang telah memiliki akses air minum aman daerah perkotaan dan
pedesaan sebesar 71,14 persen. Hal ini berarti secara umum cakupan air minum layak
sudah cukup hanya perlu penambahan sumber cakupan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan akan air minum layak.

2.6 PEREKONOMIAN WILAYAH


Gambaran perekonomian wilayah Kabupaten Lampung Selatan akan digambarkan
diantaranya dengan kondisi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pendapatan
per kapita. Pada tahun 2017 berdasarkan data BPS, jumlah PDRB Kabupaten Lampung
Selatan berdasarkan atas harga konstan (ADHK) berjumlah Rp 27.359.532 (juta). Kontribusi
PDRB tersebut paling banyak berasal dari sektor primer, yaitu pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan serta sektor sektor sekunder khususnya industri pengolahan.
Kontribusi sektor pertanian berjumlah 29,84% dari total PDRB dan kontribusi sektor industri
pengolahan berjumlah sekitar 23,64% dari total PDRB. Tingginya kontribusi sektor pertanian
tersebut menunjukan bahwa struktur ekonomi Kabupaten Lampung Selatan masih ditopang
oleh sektor tersebut, dan hal itu selaras dengan tingginya jumlah lahan dan produksi
komoditi pertanian di Kabupaten Lampung Selatan. Adapun untuk industri pengolah turut
menjadi penopang struktur ekonomi terutama yang terkait dengan industri pengolahan hasil
pertanian.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-40
Persentase Kontribusi Setiap Lapangan Usaha 2017

Jasa Lainnya 0,57%


Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,56%
Jasa Pendidikan 2,27%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan… 1,97%
Jasa Perusahaan 0,08%
Real Estate 2,37%
Jasa Keuangan dan Asuransi 1,75%
Informasi dan Komunikasi 3,44%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,29%
Transportasi dan Pergudangan 5,92%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi… 12,45%
Konstruksi 11,95%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah… 0,12%
Pengadaan Listrik dan Gas 0,13%
Industri Pengolahan 23,64%
Pertambangan dan Penggalian 1,65%
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 29,84%
0,00% 5,00% 10,00%15,00%20,00%25,00%30,00%35,00%

PDRB Kabupaten :Lampung Selatan terus mengalami kenaikan dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir. Namun demikian, meskipun jumlah PDRB mengalami peningkatan, angka
pertumbuhan PDRB cukup berfluktuasi tiap tahunnya. Untuk laju pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada gambar berikut ini;

Pertumbuhan PDRB ADHK


7,00%

6,00%

5,00%

4,00%

3,00%

2,00%

1,00%

0,00%
2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 2. 8 Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Lampung Selatan

Tabel 2. 18

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-41
PDRB Berdasarkan Atas Harga Konstan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013-2017
(Juta Rupiah)

TAHUN
No Lapangan Usaha
2013 2014 2015 2016 2017
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.015.529,44 7.272.232,61 7.559.585,65 7.856.143,41 8.163.229,90
B Pertambangan dan Penggalian 327.853,24 353.911,70 387.284,14 414.831,72 451.166,40
C Industri Pengolahan 5.198.530,66 5.545.383,36 5.958.742,24 6.149.920,89 6.467.235,90
D Pengadaan Listrik dan Gas 27.562,51 30.668,59 31.817,45 33.604,18 34.953,20
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
E 27.469,38 29.132,35 30.088,69 31.331,80 33.214,40
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 2.483.620,90 2.654.913,68 2.696.897,34 2.968.667,49 3.270.234,40
Perdagangan Besar dan Eceran;
G 2.757.135,69 2.951.051,44 3.071.301,96 3.237.274,37 3.404.914,50
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 1.221.297,35 1.270.854,55 1.397.033,05 1.522.249,42 1.618.778,30
Penyediaan Akomodasi dan Makan
I 263.948,02 281.671,47 312.901,37 332.625,91 352.922,90
Minum
J Informasi dan Komunikasi 692.202,56 753.747,87 816.622,25 883.118,25 941.694,60
K Jasa Keuangan dan Asuransi 392.485,23 417.117,70 436.932,65 465.674,53 479.315,70
L Real Estate 511.034,10 551.337,30 584.671,03 613.528,65 649.317,00
M,N Jasa Perusahaan 17.738,90 20.027,46 21.477,44 22.140,26 22.884,60
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
O 444.102,29 471.337,09 494.266,46 518.682,70 540.087,40
dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 486.121,39 532.763,60 572.189,54 596.765,43 621.038,80
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 118.283,91 128.199,05 137.870,70 146.404,46 152.806,80
R,S,T,U Jasa Lainnya 128.782,23 134.222,77 144.996,52 149.745,53 155.737,90
TOTAL 22.113.697,80 23.398.572,59 24.654.678,48 25.942.709,00 27.359.532,70
Sumber: BPS, KDA 2018.

2.7 PENDANAAN SEKTOR PKP


Penyelenggaraan sektor PKP di Kabupaten Lampung Selatan saat ini dilaksanakan oleh
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) yang terbentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan. Dalam melaksanakan fungsi dan
kewenangan dalam penyelenggaraan sektor PKP, Dinas PKP Kabupaten Selatan
mendapatkan alokasi anggaran dari APBD Kabupaten Lampung Selatan. Jumlah anggaran
Dinas PKP pada tahun 2017 berjumlah Rp 43.451.359.150 atau sekittar 2,25% dari total
APBD Kabupaten Lampung Selatan. Pada tahun 2018, Dinas PKP mendapatkan alokasi
anggaran berjumlah Rp 42.759.217.416 atau sekitar 2,04% dari total APBD tahun 2018.

2.8 RAWAN BENCANA


Wilayah Kabupaten Lampung Selatan yang secara geografis berada dekat perairan Selat

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-42
Sunda dan Gunung Anak Krakatau menjadikan wilayah tersebut memiliki potensi bencana
alam yang cukup besar. Beberapa bencana alam yang berpotensi terjadi di Kabupaten
Lampung Selatan adalah Tsunami, Gelombang Pasang, Banjir Rob, Gempa Bumi, Letusan
Gunung Berapi dan Banjir. Wilayah rawan Tsunami dan Gelombang Pasang berada di
seluruh kawasan pesisir Kabupaten Lampung Selatan seperti di Kecamatan Kalianda dan
Kecamatan Bakauheni. Adapun untuk potensi bencana alam Letusan Gunung Anak
Krakatau diprediksikan berada hampir di seluruh Kabupaten Lampung Selatan terutama
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil seperti Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku. Adanya
potensi bencana alam tersebut tentunya perlu tindakan mitigasi serta adaptasi bencana
khususnya untuk kawasan perumahan dan permukiman di wilayah rawan bencana alam.

Tabel 2. 19
Potensi Bencana Alam di Kabupaten Lampung Selatan

NO POTENSI BENCANA WILAYAH BERPOTENSI DAMPAK


1 Tsunami dan Gelombang Kecamatan Kalianda, Kecamatan Rajabasa,
Pasang Kecamatan Bakauheni, Kecamatan Ketapang,
Kecamatan Sidomulyo, dan Kecamatan Katibung
2 Letusan Gunung Anak Seluruh Kecamatan
Krakatau
3 Banjir Kecamatan Kalianda, Kecamatan Sragi, Kecamatan
Palas, Kecamatan Candipuro, Kecamatan
Ketapang, Kecamatan Bakauheni, dan Kecamatan
Tanjung Sari
4 Puting Beliung Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan Sragi
Kecamatan Bakauheni, Kecamatan Sidomulyo,
Kecamatan Katibung
Sumber: RTRWK Lampung Selatan.

Mitigasi dan adaptasi bencana alam sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat kerentanan
dan resiko bencana yang ditimbulkan. Wilayah potensi bencana alam di Kabupaten
Lampung Selatan juga dapat terlihat pada peta berikut ini:

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-43
Peta 2. 12 Peta Rawn Bencana

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-44
2.9 ANALISA PENGEMBANGAN WILAYAH
2.9.1 Analisa Fisik Lingkungan
2.9.1.1 Daya Dukung Lingkungan
Analisa terhadap kondisi fisik kawasan dilakukan untuk mengetahui kemampuan daya
dukung lingkungan, daya dukung lahan dan daya tampung kawasan untuk pembangunan
dan pengembangan Kabupaten Lampung Selatan. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Sedangkan daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan
ke dalamnya.

Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan tersedianya cukup
ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebut daya dukung lingkungan.
Singkatnya, daya dukung lingkungan ialah kemampuan lingkungan untuk mendukung
perikehidupan semua makhluk hidup. Daya dukung juga dapat didefinisikan sebagai
tingkat maksimal hasil sumber daya terhadap beban maksimum yang dapat didukung
dengan tak terbatas tanpa semakin merusak produktivitas wilayah tersebut sebagai bagian
integritas fungsional ekosistems yang relevan

Kabupaten Lampung Selatan secara umum memiliki sumberdaya alam yang cukup
potensial, namun keberadaan tidak merata antar wilayah yang satu dengan lainnya. Ada
bagian-bagian wilayah yang cukup kaya akan sumberdaya alam, ada pula yang tidak. Ada
yang baik untuk pertanian ada pula yang tidak. Oleh karena itu, agar pemanfaatannya
dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai
dengan tindakan perlindungan.
Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang
rasional antara lain sebagai berikut:
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan
efisien, misalnya: air, tanah dan udara;
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran);
3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta
pendaurulangan (recycling);
4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan
alam.

Agar pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten Lampung Selatan bisa efisien dan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-45
bermanfaat, maka diperlukan upaya untuk mengetahui daya dukung dan daya tampung
wilayahnya. Konsep yang digunakan untuk memahami ambang batas kritis daya-dukung ini
adalah adanya asumsi bahwa ada suatu jumlah populasi yang terbatas yang dapat didukung
tanpa menurunkan derajat lingkungan yang alami sehingga ekosistem dapat terpelihara.

Daya dukung wilayah (carrying capacity) dalam konsep pengembangan wilayah merupakan
daya tampung maksimum lingkungan untuk diberdayakan oleh manusia. Dengan kata lain
populasi yang dapat didukung dengan tak terbatas oleh suatu ekosistem tanpa merusak
ekosistem itu. Fungsi beban manusia tidak hanya pada jumlah populasi akan tetapi juga
konsumsi perkapita serta lebih jauh lagi adalah faktor berkembangnya perdagangan dan
industri secara cepat.

Analisis daya dukung (carrying capacity analysis) sejatinya merupakan suatu alat
perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk,
penggunaan lahan dan lingkungan. Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang
diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas
manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis
daya dukung secara umum akan menyangkut masalah kemampuan (daya dukung) yang
dimiliki oleh suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan dan pengembangan
daerah itu, dengan melihat perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah
penduduk yang ada.

Kondisi fisik kawasan sebagaimana telah dipaparkan pada bab 3 sebagian besarnya
merupakan kawasan dengan topografi dataran dengan kemiringan lereng 0 – 2%, dari
kondisi tersebut maka secara umum kawasan ini termasuk dalam morfologi dataran
sehingga cocok untuk pengembangan kegiatan budidaya maupun lindung. Pada wilayah
dengan kemiringan yang tidak terlalu curam yaitu 0 – 20 % memungkinkan untuk
dikembangkan sebagai kegiatan perkotaan karena tingkat erosi berkisar antara kecil sampai
sedang.

Jenis kegiatan perkotaan yang umumnya dapat berkembang kondisi demikian adalah
kawasan budidaya pertanian atau pun kawasan budidaya yang mendukung kegiatan
perkotaan, misalnya permukiman penduduk, perdagangan, dan jasa. Pada kondisi lereng
seperti ini umumnya tidak perlu ada penanganan khusus.

Kondisi fisik dasar yang meliputi kondisi topografi, kemiringan, dan geologi merupakan faktor

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-46
yang mempengaruhi tingkat kestabilan kawasan. Berdasarkan keadaan topografi dan
kelerengan dapat dilihat bahwa keadaan lahan serta dapat diklasifikasikan dalam tiga
kriteria:
 Kestabilan Lereng Tinggi (stabil).
Lahan dengan tingkat kestabilan tinggi terdapat pada daerah dataran sampai dengan
bergelombang, dengan kemiringan lereng kurang dari 8%.
 Kestabilan Lereng Sedang (agak stabil).
Lahan dengan tingkat kestabilan sedang pada wilayah yang terdapat pada daerah
berombak sampai dengan bergelombang, dengan kemiringan lereng 8 sampai 15%.
 Kestabilan Lereng Rendah (tidak stabil).
Lahan dengan tingkat kestabilan lereng rendah pada wilayah yang terdapat pada
daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 15%, dimana pada kawasan tersebut
merupakan kawasan perbukitan yang tidak layak untuk dibudidayakan sebagai
kawasan terbangun. Kalaupun bisa dibudidayakan membutuhkan biaya yang besar.

Berdasarkan SKL Morfologi yang dimiliki oleh Kabupaten Lampung Selatan, wilayah tersebut
sebagian besarnya memiliki kemampuan lahan dari morfologi rendah yang artinya lahan di
Kabupaten Lampung Selatan cocok atau sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan
budidaya.

Tabel 2. 20
Analisis Satuan Kemampuan Lahan Morfologi Kabupaten Lampung Selatan

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Pada wilayah dengan kemiringan yang tidak terlalu curam yaitu 0 – 20 % seperti di
Kecamatan Natar, Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Tanjung Bintang memungkinkan
untuk dikembangkan sebagai kegiatan perkotaan atau budidaya karena tingkat erosi berkisar
antara kecil sampai sedang. Jenis kegiatan perkotaan yang umumnya dapat berkembang
kondisi demikian adalah kawasan budidaya pertanian atau pun kawasan budidaya yang

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-47
mendukung kegiatan perkotaan, misalnya permukiman penduduk, perdagangan, dan jasa.
Pada kondisi lereng seperti ini umumnya tidak perlu ada penanganan khusus, kecuali pada
kemiringan antara 8 – 15 % seperti cut and fill untuk mengusahakan lahan tersebut.

Pada lereng yang memiliki kemiringan sedang yaitu > 20 – 40 % kurang baik untuk kegiatan
perkotaan karena tanah pada kemiringan ini sangat peka terhadap erosi, drainase memiliki
kecenderungan buruk dan kapasitas menahan air rendah. Namun pada kondisi lereng
seperti ini masih memungkinkan untuk pengembangan permukiman dan kawasan budidaya
terbatas sesuai dengan potensi dan daya dukung fisiknya, misalnya permukiman terbatas
(villa, dll) dengan KDB < 40 %. Perlu penanganan khusus untuk dapat dapat mengusahakan
lahan pada kemiringan antara 30 – 40 %, dimana umumnya kondisinya tanahnya berupa
tanah berbatu sehingga sulit untuk dikembangkan untuk kegiatan pembangunan.

Sedangkan pada kemiringan yang lebih curam yaitu > 40 % seperti di Kecamatan Rajabasa,
Kecamatan Penengahan dan Kecamatan Bakauheni tidak dapat dikembangkan untuk
kegiatan pembangunan, namun lebih diarahkan guna mendukung fungsi-fungsi kegiatan
pembangunan di kawasan dibawahnya, seperti daerah tangkapan air (catchment area) dan
ruang terbuka hijau maupun sebagai kawasan yang mampu menyajikan nilai keindahan
alam, misalnya bumi perkemahan dan wisata alam lainnya. Hal tersebut dikarenakan tanah
pada kondisi lereng seperti ini cenderung labil sehingga mudah mengalami gerakan tanah
atau erosi.

Daerah dengan tingkat kestabilan lereng tinggi (cenderung stabil) dapat diupayakan sebagai
daerah permukiman dan tempat-tempat aktivitas masyarakat.wilayah dengan kestabilan
lereng tinggi di Kabupaten Lampung Selatan ada di wilayah utara Kecamatan Natar,
Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan Jati Agung, Kecamatan Tanjung Sari serta di
wilayah Barat seperti di Kecapatan Sragi dan Kecamatan Palas, termasuk di Kecamatan
Kalianda.

Tabel 2. 21
Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng

Kelas Sudut Lereng (%)


Peruntukan Lahan
0–3 3–5 5 – 10 10 – 15 15 – 20 20 – 30 30 – 40 >40
Jalan raya
Parkir
Taman bermain

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-48
Perdagangan
Drainase
Permukiman
Trotoar
Bidang resapan septik
Tangga umum
Rekreasi
Sumber:SNI 03-1733-2004

Analisa daya dukung Kabupaten Lampung Selatan juga dapat dihitung dengan teknik
pengukuran dan penentuan daya dukung dengan rumus:

Dalam perhitungan daya dukung Kabupaten Lampung Selatan, konsultan akan memodifikasi
perhitungan untuk mencari luas lahan yang layak untuk permukiman (LPm). LPm akan
dihitung dengan luas wilayah (LW) dikurangi Luas Kawasan Hutan dan Luas kawasan
Pertanian (sawah), dengan asumsi lahan sawah merupakan Lahan Pangan Pertanian
Berkelanjutan (LP2B).

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh gambaran bahwa Daya Dukung


Permukiman Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2038 adalah 0,0091, nilai tersebut

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-49
menunjukan bahwa DDPM Kabupaten Lampung Selatan <1, artinya Kabupaten Lampung
Selatan tidak mampu menampung penduduk untuk bermukim.

Tabel 2. 22
Analisa Daya Dukung Permukiman Tahun 2038

Kawasan Hutan
Luas Jumlah Luas Lahan
No Kecamatan Wilayah Penduduk Pertanian Hutan Hutan Efektif DDPM
(Ha) 2038 Sawah (Ha) Lindung Produksi (Ha)
(Ha) (Ha)
1 Natar 21.377 247.137 4.477 16.900 0,0076
2 Jati Agung 16.447 144.219 3.700 15.642,95 (2.896) -0,0022
3 Tanjung Bintang 12.972 95.134 1.394 1.564,30 10.014 0,0117
4 Tanjung Sari 10.332 34.508 818 6.257,18 3.257 0,0105
5 Katibung 17.577 84.452 1.002 3615,00 1.564,30 11.396 0,0150
6 Merbau Mataram 11.394 54.314 1.587 3615,00 1.564,30 4.628 0,0095
7 Way Sulan 4.654 26.277 1.840 1.564,30 1.250 0,0053
8 Sidomulyo 12.253 58.021 2.740 950,4 3.128,59 5.434 0,0104
9 Candipuro 8.469 67.501 5.822 2.647 0,0044
10 Way Panji 3.845 18.679 2.325 1.520 0,0090
11 Kalianda 16.140 108.496 2.987 13.153 0,0135
12 Rajabasa 10.039 26.434 1.063 5.200,50 3.776 0,0159
13 Palas 17.139 65.962 7.200 9.939 0,0167
14 Sragi 8.192 37.553 2.960 455,22 4.424,40 352 0,0010
15 Penengahan 13.298 41.213 2.064 50,58 4.424,40 6.759 0,0182
16 Ketapang 10.860 60.033 3.190 2.212,20 5.458 0,0101
17 Bakauheni 5.713 32.425 465 5.248 0,0180
JUMLAH 200.701 1.202.358 45.634 13.887 42.346,90 98.833 0,0091
Sumber: Hasil Analisa 2018.

2.9.1.2 Daya Tampung Penduduk


Daya tampung penduduk suatu wilayah diperlukan untuk memproyeksi kemampuan dari
suatu wilayah/kawasan dalam menampung kebutuhan hidup manusia dengan segala
kegiatannya yang berkaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya hingga
mencapai tingkat kehidupan yang layak dengan tetap memperhatikan keserasian dan
kelestarian kondisi lingkungan. Aspek-aspek yang menjadi dasar proses daya tampung
penduduk ini adalah:
 Penduduk daerah belakang (hinterland) dianggap seua bermata pencaharian di
sektor pertanian.
 Penduduk kota/pusat pengembangan dianggap sama bermata pencaharian di sektor
non pertanian.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-50
 Masing-masing kelompok penduduk, memerlukan luasan lahan tertentu.
 Untuk penduduk pedesaan membutuhkan lahan seluas 0,03 ha perkapita
 Untuk penduduk perkotaan membutuhkan lahan seluas 0,01 ha perkapita

Dalam menghitung daya tampung peduduk di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, dapat
digunakan rumus:
P h
Lw  0,01Dt  0,03Dt
Ph Ph

Keterangan :
Lw : Luas wilayah yang dibudidayakan/Dikembangkan (ha)
P:h : Perbandingan jumlah penduduk perkotaan (non pertanian)
Dt : Daya Tampung (jiwa)
0,01 : Kebutuhan Lahan (ha/Jwa) untuk penduduk perkotaan
0,03 : Kebutuhan lahan (ha/Jiwa) untuk penduduk perdesaan

Untuk perhitungan perbandingan jumlah penduduk perkotaan dengan jumlah penduduk non
perkotaan digunakan perhitungan berdasarkan analisa Kabupaten Lampung Selatan secara
umum. Berdasarkan data tahun 2017 diketahui bahwa 186.819 orang atau 41% penduduk
bermata pencaharian di sektor primer khususnya pertanian, sedangkan yang bekerja di
sektor non pertanian 267.603 orang atau 59%, sehingga dapat diperoleh perbandingan
anatar p : h adalah 59 : 41. Untuk kemudian proyeksi daya tampung penduduk Kabupaten
Lampung Selatan adalah sebagai berikut:

P h
Lw  0,01Dt  0,03Dt
Ph Ph

Lw = Luas wilayah – lahan hutan


= 200.071 – 13.380,90
= 187.320,10 ha
187.320,10 = (59/100)0,01Dt + (41/100)0,03Dt
187.320,10 = 0,059Dt + 0,1238Dt
187.320,10 = 0,1822Dt
Dt = 1.029.231 jiwa

Dari hasil perhitungan tersebut diketahui Kabupaten Lampung Tengah diperkirakan memiliki

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-51
daya tampung kawasan sampai penduduknya berjumlah ±1.029.231 jiwa. Dengan demikian
kawasan ini diperkirakan masih mampu untuk beberapa waktu yang akan datang akan
mengalami kesulitan lahan untuk menampung aktifitas penduduk khususnya perkotaan
seperti perumahan dan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa serta industri.

2.9.2 Analisa Kependudukan


Perencanaan wilayah disusun dengan latar belakang untuk mengakomodir berbagai
kebutuhan penduduk untuk masa yang akan datang, mulai dari kebutuhan yang bersifat
primer maupun bersifat tersier. Oleh karena itu, utnuk merealisasikan setiap kebutuhan
penduduk maka dibutuhkan kajian serta analisa terhadap kondisi kependudukan dimasa
yang akan datang sehingga diharapkan dapat diketahui kecenderungan serta tingkat
kebutuhan penduduk terhadap berbagai keperluan hidupnya.

2.9.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk


Proyeksi penduduk adalah metode yang digunakan untuk meramalkan jumlah penduduk di
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Dalam analisis ini, proyeksi akan dilakukan untuk
meramalkan jumlah penduduk selama 20 tahun kedepan di Kabupaten Lampung Selatan.
Dengan diketahuinya proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2038 maka akan dapat
diprediksi mengenai proyeksi jumlah kebutuhan perumahan yang ada di Kabupaten
Lampung Selatan, serta dapat juga diprediksikan mengenai jumlah kebutuhan dan tingkat
pelayanannya baik pada kondisi eksisting maupun pada akhir tahun rencana. Untuk
mengetahui sebaran dan pertumbuhan penduduk tahun 2018-2038 dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus salah satunya dengan metode Aritmatika.

Secara umum hampir seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan
mengalami perkembangan penduduk yang didominasi oleh kekuatan eksternal, hal ini
dikarenakan mengingat perkembangan pergerakan / mobilitas penduduk disebabkan serta
dipengaruhi oleh penciptaan lapangan pekerjaan. Hal ini tidak lepas dari program
transmigarsi yang digalakan pemerintah menyebabkan banyaknya imigran-imigran dari
Pulau Jawa dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk Kabupaten
Lampung Selatan, tingkat kepadatan penduduk pun mengalami peningkatan dan indikasi ini
menunjukan adanya pertumbuhan jumlah penduduk yang dapat dipandang sebagai modal
dalam proses pembangunan di Kabupaten Lampung Selatan. Untuk lebih dapat jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. 23

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-52
Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan

Luas Jumlah Penduduk (Jiwa)


No Kecamatan 2
(Km ) 2018 2023 2028 2033 2038
1 Natar 213,77 191.707 205.565 219.422 233.280 247.137
2 Jati Agung 164,47 114.269 121.757 129.244 136.732 144.219
3 Tanjung Bintang 129,72 75.834 80.659 85.484 90.309 95.134
4 Tanjung Sari 103,32 29.188 30.518 31.848 33.178 34.508
5 Katibung 175,77 67.732 71.912 76.092 80.272 84.452
6 Merbau Mataram 113,94 48.919 50.268 51.617 52.965 54.314
7 Way Sulan 46,54 22.692 23.588 24.485 25.381 26.277
8 Sidomulyo 122,53 57.701 57.781 57.861 57.941 58.021
9 Candipuro 84,89 55.011 58.134 61.256 64.379 67.501
10 Way Panji 38,45 17.049 17.457 17.864 18.272 18.679
11 Kalianda 161,4 88.681 93.635 98.589 103.542 108.496
12 Rajabasa 100,39 22.359 23.378 24.397 25.415 26.434
13 Palas 171,39 57.047 59.276 61.505 63.733 65.962
14 Sragi 81,92 33.378 34.422 35.466 36.509 37.553
15 Penengahan 132,98 37.328 38.299 39.271 40.242 41.213
16 Ketapang 108,6 49.993 52.503 55.013 57.523 60.033
17 Bakauheni 57,13 23.875 26.013 28.150 30.288 32.425
JUMLAH 2007,21 992.763 1.045.162 1.097.561 1.149.959 1.202.358
Sumber: Hasil Analisa 2018.

Hasil proyeksi tersebut menggambarkan bahwa dimasa yang akan datang, jumlah penduduk
akan terus bertambah. Pada tahun 2038 jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan
akan berjumlah kurang lebih 1.202.358 jiwa. Wilayah dengan pertambahan penduduk lebih
tinggi adalah Kecamatan Natar, Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Kalianda. Jika
dikaitkan dengan analisa daya tampung penduduk pada subbbab sebelumnya daya tampung
penduduk Kabupaten Lampung Selatan diperkirakan hanya sekitar 1.029.231 jiwa, dengan
demikian dalam kurun waktu 5 tahun yang akan datang Kabupaten Lampung Selatan
diperkirakan akan mengalami masalah daya tampung. Kawasan-kawasan luasnya kawasan
hutan serta kawasan pertanian di Kabupaten Lampung Selatan diperkirakan akan berpotens
mengalami alih fungsi lahan untuk kegiatan budi daya seperti perumahan dan kawasan
permukiman, industri, serta perdagangan dan jasa. Perlu ada strategi untuk mengantisipasi
kecenderungan alih fungsi lahan di Kabupaten Lampung Selatan.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-53
2.9.2.2 Proyeksi Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk pada suatu wilayah memberikan gambaran komposisi antara jumlah
penduduk yang ada dengan luas wilayah. Semakin tinggi jumlah penduduk disuatu wilayah
dan semakin kecil luas wilayah maka akan terjadi kepadatan penduduk yang tinggi diwilayah
tersebut.

Dari hasil proyeksi jumlah kepadatan tersebut, Kabupaten Lampung Selatan pada tahun
2038 akan memiliki jumlah kepadatan penduduk kurang lebih 599 jiwa/Km 2. Jumlah
kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Natar, pada tahun 2038 diperkirakan
Kecamatan Natar akan memiliki jumlah kepadatan penduduk kurang lebih 1.156 jiwa/Km 2.
Adapun Kecamatan Kalianda, sampai tahun 2038 jumlah kepadatan penduduknya akan
berjumlah kurang lebih 672 jiwa/Km 2. Adapun wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk
paling sedikit adalah Kecamatan Rajabasa, yaitu sekitar 263 jiwa/Km 2.

Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di


Perkotaan, tingkat kepadatan penduduk dikategorikan menjadi 4 kriteria yaitu:.
 Kepadatan Rendah, yaitu kepadatan penduduk dibawah atau sama dengan 150
jiwa/ha
 Kepadatan Sedang, yaitu kepadatan penduduk diatas 150 jiwa/ha sampai dibawah
200 jiwa/ha
 Kepadatan Tinggi, yaitu kepadatan penduduk diatas 200 jiwa/ha sampai dibawah
400 jiwa/ha
 Kepadatan Sangat Padat, yaitu kepadatan penduduk diatas 400 jiwa/ha
Berdasarkan kriteria tersebut maka secara keseluruhan tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Lampung Selatan masih masuk kategori kepadatan penduduk rendah, yaitu <
150 jiwa/hektar karena sampai tahun 2038 kepadatan penduduknya diperkirakan baru
berjumlah 599 jiwa/Km 2 atau hanya sekitar 6 jiwa/hektar.
Tabel 2. 24
Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Lampung Selatan

Kepadatan (Jiwa/Km2)
No Kecamatan Luas (Km2)
2018 2023 2028 2033 2038
1 Natar 213,77 897 962 1.026 1.091 1.156
2 Jati Agung 164,47 695 740 786 831 877
3 Tanjung Bintang 129,72 585 622 659 696 733
4 Tanjung Sari 103,32 283 295 308 321 334
5 Katibung 175,77 385 409 433 457 480
6 Merbau Mataram 113,94 429 441 453 465 477

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-54
7 Way Sulan 46,54 488 507 526 545 565
8 Sidomulyo 122,53 471 472 472 473 474
9 Candipuro 84,69 650 686 723 760 797
10 Way Panji 38,45 443 454 465 475 486
11 Kalianda 161,4 549 580 611 642 672
12 Rajabasa 100,39 223 233 243 253 263
13 Palas 171,39 333 346 359 372 385
14 Sragi 81,92 407 420 433 446 458
15 Penengahan 132,98 281 288 295 303 310
16 Ketapang 108,6 460 483 507 530 553
17 Bakauheni 57,13 418 455 493 530 568
JUMLAH 2007,01 495 521 547 573 599
Sumber: Hasil Analisa 2018.

Proyeksi Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)


1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
-
Candipuro

Bakauheni
Merbau Mataram

Way Panji
Natar

Rajabasa

Sragi
Palas
Tanjung Bintang

Katibung

Penengahan
Ketapang
Way Sulan

Kalianda
Jati Agung

Tanjung Sari

Sidomulyo

Gambar 2. 9 Proyeksi Kepadatan Penduduk

Mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan di Indonesia semakin meningkat dengan


pesat, ini ditinjukan oleh angka pertumbuhan penduduk Kota yang sangat tinggi. Wilayah
perkotaan di Kabupaten Lampung Selatan juga merupakan daerah tujuan bagi mobilitas
penduduk khususnya untuk wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan kabupaten/kota di
sekitarnya, Faktor pendorong terjadinya migrasi ke Kota antara lain :
 Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunya daya dukung
lingkungan, menurunnya daya dukung Lingkungan, menurunya permintaan atas
 barang-barang tertentu yang bahan bakunya.
 Menyempitnya lapangan pekerjaaan ditempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di
perdesaan yang semakin menyempit)

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-55
 Adanya tekanan politik, agama, suku sehingga menggangu hak azasi penduduk
daerah asal
 Alasan Pendidikan, pekerjaan atau perkawinan, bencana alam dan musim kemarau
panjang atau adanya wabah penyakit

Sedangkan faktor penarik terjadinya migrasi antara lain :


 Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbiki taraf hidup
 Adanya Kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik
 Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan,misalnya iklim,
perumahan, sekolahdan fasilitas-fasilitas publik lainnya
 Adanya aktivitas-aktiviitas di Kota Besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan
sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di Kota.

2.9.3 Analisa Sarana Prasarana


2.9.3.1 Perumahan dan Kawsan Permukiman
Kebutuhan sarana perumahan (rumah) di Kabupaten Lampung Selatan akan terus
bertambah seiring dengan bertambah jumlah penduduk. Hasil proyeksi penduduk
sebagaimana diuraikan sebelumnya menunjukan dalam kurun waktu 20 tahun mendatang,
Kabupaten Lampung Selatan akan mengalami jumlah penduduk secara alamiah. Oleh
karenya diperlukan alokasi lahan untuk pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman di Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan jumlah keluarga pada tahun 2017, maka diperoleh gambaran kebutuhan rumah
sampai dengan tahun 2018 (backlog). Jumlah backlog perumahan Kabupaten Lampung
Selatan akan dibagi menjadi 2 yaitu backlog penghunian dan backlog kepemilikan. Backlog
penghunian menggambarkan jumlah keluarga/rumah tangga yang rumahnya masih
menumpang, sedangkan backlog kepemilikan menunjukan jumlah keluarga yang belum
memiliki rumah sendiri (masih menyewa dan menempati rumah dinas). Untuk analisa jumlah
backlog ini digunakan konsep 1 keluarga 1 rumah.

Dari hasil analisa yang dilakukan diketahui bahwa pada tahun 2018, Kabupaten Lampung
Selatan memiliki jumlah backlog penghunian sebanyak 25.867 unit dan backlog kepemilikan
berjumlah kurang lebih 31.571 unit. Angka backloh penghunian paling banyak berada di
Kecamata Natar dengan jumlah 3.144 unit dan di Kecamatan Jati Agung yang berjumlah
2.681 unit. Adapun jumlah backlog penghunian di Kecamatan Kalianda berjumlah kurang

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-56
lebih 2.505 unit.Sedangkan angka backlog penghunian yang paling sedikit adalah di
Kecamatan Way Panji dengan jumlah 416 unit.

Grafik Backlog Penghunian 2018 (Unit)


3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
-

Bakauheni
Candipuro

Kalianda
Rajabasa
Merbau Mataram

Sragi
Natar

Tanjung Bintang

Penengahan
Katibung

Ketapang
Way Sulan
Tanjung Sari

Palas
Jati Agung

Sidomulyo

Way Panji
Gambar 2. 10 Grafik Backlog Penghunian 2018 (unit)

Adapun jumlah backlog kepemilikan di Kabupaten Lampung Selatan paling banyak juga ada
di Kecamatan Natar dengan jumlah kurang lebih 4.020 KK dan di Kecamatan Jati Agung
dengan jumlah 3.511 KK. Adapun jumlah backlog kepemilikan di Kecamatan Kalianda pada
tahun 2018 kurang lebih 2.998 KK, sedangkan jumlah yang paling sedikit ada di Kecamatan
Way Sulan dengan jumlah kurang lebih 456 KK.

Tabel 2. 25
Jumlah Backlog Penghunian dan Kepemilikan

Jumlah Rumah Jumlah Backlog Backlog


No Kecamatan
(Unit) Keluarga (KK) Penghunian Kepemilikan
1 Natar 26.824 29.968 3.144 4.020
2 Jati Agung 27.356 30.037 2.681 3.511
3 Tanjung Bintang 19.622 21.145 1.523 2.051
4 Tanjung Sari 7.249 7.983 734 1.039
5 Katibung 13.362 15.670 2.308 2.696
6 Merbau Mataram 11.822 13.106 1.284 1.467
7 Way Sulan 4.882 5.303 421 456
8 Sidomulyo 13.984 16.360 2.376 2.705
9 Candipuro 13.937 15.448 1.511 1.678
10 Way Panji 3.420 3.836 416 486
11 Kalianda 19.410 21.915 2.505 2.998
12 Rajabasa 5.118 5.930 812 899
13 Palas 16.437 18.313 1.876 2.256
14 Sragi 8.006 9.209 1.203 1.340

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-57
15 Penengahan 9.651 10.715 1.064 1.424
16 Ketapang 11.696 12.978 1.282 1.469
17 Bakauheni 4.622 5.349 727 1.076
JUMLAH 217.398 243.265 25.867 31.571
Sumber: BKKBN 2017, Hasil Analsa 2018.

Backlog Kepemilikan 2018


4.500
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
-
Katibung

Rajabasa

Bakauheni
Candipuro
Merbau Mataram

Sragi
Penengahan
Natar

Ketapang
Tanjung Bintang

Way Sulan

Palas
Kalianda
Jati Agung

Tanjung Sari

Sidomulyo

Way Panji

Gambar 2. 11 Backlog Kepemilikan 2018

Dari hasil analisa backlog penghunian tersebut, maka akan diproyeksikan jumlah kebutuhan
rumah berdasarkan konsep hunian berimbang 1:2:3 serta kebutuhan luas lahan untuk
pengembangan rumah tersebut.
Proporsi kebutuhan rumah besar diperkirakan berjumlah 17% dari total kebutuhan rumah,
rumah sedang 33% dan rumah kecil 50%. Adapun asumsi luas untuk rumah besar adalah
200 M2, rumah sedang 150 M2 dan rumah kecil 72 M2. Dari asumsi hunian berimbang dari
hasil analisa tersebut diperoleh gambaran bahwa Kabupaten Lampung Selatan memerlukan
kurang lebih 309,11 hektar lahan untuk dikembangakan menjadi kawasan perumahan dan
permukiman. Rendahnya kemampuan daya tampung penduduk Kabupaten Lampung
Selatan yang dipredikisi dalam kurun waktu 5 tahun kedepan mulai mengalami over
kapasitas, maka diperlukan kebijakan dan strategi agar pemenuhan kebutuhan lahan
perumahan di Kabupaten Lampung Selatan tidak memberikan dampak negatif bagi
keberlangsunganwilayah khususnya kawasan lindung dan pertanian.

Tabel 2. 26
Kebutuhan Jumlah Rumah dan Lahan Konsep Hunian Berimbang Tahun 2018

Proporsi Kebutuhan Total


No Kecamatan Kebutuhan Lahan (M2)
Rumah (Unit) Keb. Lahan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-58
Besar Sedang Kecil Besar Sedang Kecil (Ha)
1 Natar 534 1.038 1.572 106.896,00 155.628,00 113.184,00 37,57
2 Jati Agung 456 885 1.341 91.154,00 132.709,50 96.516,00 32,04
3 Tanjung Bintang 259 503 762 51.782,00 75.388,50 54.828,00 18,20
4 Tanjung Sari 125 242 367 24.956,00 36.333,00 26.424,00 8,77
5 Katibung 392 762 1.154 78.472,00 114.246,00 83.088,00 27,58
6 Merbau Mataram 218 424 642 43.656,00 63.558,00 46.224,00 15,34
7 Way Sulan 72 139 211 14.314,00 20.839,50 15.156,00 5,03
8 Sidomulyo 404 784 1.188 80.784,00 117.612,00 85.536,00 28,39
9 Candipuro 257 499 756 51.374,00 74.794,50 54.396,00 18,06
10 Way Panji 71 137 208 14.144,00 20.592,00 14.976,00 4,97
11 Kalianda 426 827 1.253 85.170,00 123.997,50 90.180,00 29,93
12 Rajabasa 138 268 406 27.608,00 40.194,00 29.232,00 9,70
13 Palas 319 619 938 63.784,00 92.862,00 67.536,00 22,42
14 Sragi 205 397 602 40.902,00 59.548,50 43.308,00 14,38
15 Penengahan 181 351 532 36.176,00 52.668,00 38.304,00 12,71
16 Ketapang 218 423 641 43.588,00 63.459,00 46.152,00 15,32
17 Bakauheni 124 240 364 24.718,00 35.986,50 26.172,00 8,69
JUMLAH 4.397 8.536 12.934 879.478,00 1.280.416,50 931.212,00 309,11
Sumber: Hasil Analisa 2018.

Dengan menggunakan asumsi 1 keluarga beranggotakan 4 orang, maka kebutuhan rumah


dan lahan sampai dengan tahun 2038 dapat diperkirakan. Jika jumlah penduduk Kabupaten
Lampung Selatan pada tahun 2038 diperkirakan akan berjumlah kurang lebih 1.202.358,
maka diperkirakan jumlah keluarga pada tahun 2038 akan berjumlah kurang lebih 300.590
kk. Dengan demikian diperkirakan kebutuhan rumah di Kabupaten Lampung Selatan sampai
dengan tahun 2038 akan berjumlah kurang lebih 83.192 unit. Jumlah tersebut menunjukan
dari dalam kurun waktu 20 tahun, Kabupaten Lampung Selatan akan mengalami
peningkatan kebutuhan rumah sebanyak 57.325 unit (83.192 – 25.867). adapun lahan yang
diperlukan berjumlah kurang lebih 994,14 hektar.

Tabel 2. 27
Proyeksi Kebutuhan Lahan Rumah Sampai Tahun 2038

Jumlah ∑ Rumah Kebutuhan Lahan (Ha)


Proyeksi
Rumah Tahun
No Kecamatan Rumah Total
2017 2038 Besar Sedang Kecil
Tangga 2038
(Unit) (Unit)
1 Natar 26.824 61.784 34.960 118,86 173,05 125,86 417,77
2 Jati Agung 19.622 36.055 16.433 55,87 81,34 59,16 196,37
3 Tanjung Bintang 19.410 23.784 4.374 14,87 21,65 15,74 52,26
4 Tanjung Sari 13.984 8.627 (5.357) (18,21) -26,52 -19,29 (64,02)
5 Katibung 13.362 21.113 7.751 26,35 38,37 27,90 92,62

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-59
6 Merbau Mataram 9.651 13.579 3.928 13,35 19,44 14,14 46,93
7 Way Sulan 16.437 6.569 (9.868) (33,55) -48,85 -35,52 (117,92)
8 Sidomulyo 27.356 14.505 (12.851) (43,69) -63,61 -46,26 (153,57)
9 Candipuro 11.696 16.875 5.179 17,61 25,64 18,65 61,89
10 Way Panji 8.006 4.670 (3.336) (11,34) -16,51 -12,01 (39,87)
11 Kalianda 5.118 27.124 22.006 74,82 108,93 79,22 262,97
12 Rajabasa 13.937 6.609 (7.329) (24,92) -36,28 -26,38 (87,58)
13 Palas 11.822 16.491 4.669 15,87 23,11 16,81 55,79
14 Sragi 4.622 9.388 4.766 16,21 23,59 17,16 56,96
15 Penengahan 7.249 10.303 3.054 10,38 15,12 11,00 36,50
16 Ketapang 4.882 15.008 10.126 34,43 50,12 36,45 121,01
17 Bakauheni 3.420 8.106 4.686 15,93 23,20 16,87 56,00
JUMLAH 217.398 300.590 83.192 282,85 411,80 299,49 994,14
Sumber: Hasil Analisa, 2018.

2.9.3.2 Kebutuhan Prasarana


Bertambahnya kebutuhan jumlah rumah selain harus diikuti dengan adanya alokasi lahan
yang memadai juga perlu diikuti dengan ketersediaan serta peningkatan layanan
infrastruktur wilayahnya seperti jaringan jalan, sarana persampahan, drainase, dan air
minum. Pemenuhan kebutuhan prasarana dasar pada lingkungan perumahan dan
permukiman tersebut akan meminimalisir terbentuknya kawasan kumuh di Kabupaten
Lampung Selatan.

Kebutuhan jaringan jalan khususnya jalan lokal dan lingkungan diperlukan untuk menunjang
aksesibilitas perumahan dan kawasan permukiman yang baru maupun yang sudah ada.
Pengembangan jaringan jalan baru akan disesuaikan dengan arah pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman. Pembangunan rumah baru baik secara swadaya
maupun yang dilakukan oleh pengembang harus dibarengi dengan pembangunan jaringan
jalan dan drainase di lingkungan tersebut. Jalan perumahan yang baik harus dapat
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan
pengendara kendaraan bermotor. Selain itu harus didukung pula oleh ketersediaan
prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu
lintas, parkir dan lain-lain.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-60
Tabel 2. 28
Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan

Sumber: SNI 03-1733-2004

Untuk kebutuhan air berish diperkiran pada tahun 2038 Kabupaten Lampung Selatan akan
memerlukan kurang lebih 83.383.527 M3/tahun air bersih untuk mencukupi kebutuhan
kebutuhan domestik dan sekitar 16.676.705 M3/tahun untuk kebutuhan non domestik.

Tabel 2. 29
Analisa Kebutuhan Air Bersih

Standar Kebutuhan Non


∑ Penduduk
No Tahun Kebutuhan Air Bersih M3/hari M3/Tahun Domestik
(Jiwa)
(Liter/Jiwa/Hari) (Liter/Hari) (M3/Tahun)
1 2018 992.763 188.624.970 188.625 68.848.114 13.769.623
2 2023 1.045.162 198.580.733 198.581 72.481.967 14.496.393
3 2028 1.097.561 190 208.536.495 208.536 76.115.821 15.223.164
4 2033 1.149.959 218.492.258 218.492 79.749.674 15.949.935
5 2038 1.202.358 228.448.020 228.448 83.383.527 16.676.705
Sumber: Hasil Analisa 2018.

Dari hasil proyeksi kebutuhan air bersih tersebut maka dapat dianalisa jumlah timbulan
limbah cair yang akan ditimbulkan baik dari kegiatan domestik maupun non domestik.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-61
Timbulan limbah cair diasumsikan sekitar 80% dari kebutuhan air bersih, dengan demikian
timbulan limbah cair pada tahun 2038 yang berasal dari kegiatan domestik akan berjumlah
kurang lebih 66.706.822 M3/tahun dan limbah cair dari kegiatan non domestik sekitar
13.341.364 M3/tahun, sehingga timbulan limbah cair pada tahun 2038 diperkirakan akan
berjumlah kurang lebih 80.048.186 M3/tahun.

Tabel 2. 30
Proyeksi Timbulan Air Limbah

Timbulan Air Limbah (M3/Tahun)


No Tahun

Non
Domestik Total
Domestik
1 2018 55.078.491 11.015.698 66.094.189
2 2023 57.985.574 11.597.115 69.582.689
3 2028 60.892.657 12.178.531 73.071.188
4 2033 63.799.739 12.759.948 76.559.687
5 2038 66.706.822 13.341.364 80.048.186
Sumber: Hasil Analisa 2018.

Selain air limbah, aktifitas penduduk baik perkotaan maupun pedesaan di Kabupaten
Lampung Selatan juga akan menimbulkan limbah padat/sampah. Timbulan sampah yang
berasal dari kegiatan rumah tangga/domestik pada tahun 2038 diperkirakan akan berjumlah
3.005.895 liter/hari dan timbulan sampah non domestik akan berjumlah kurang lebih 601.179
liter/hari, sehingga pada tahun 2038 diperkirakan akan terdapat kurang lebih 3.607.074
liter/hari atau 3.607 M3/hari sampah yang dihasilkan baik oleh kegiatan rumah tangga
maupun kegiatan non domestik seperti perdagangan, industri, serta jasa-jasa lainnya. Oleh
karenanya dalam pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten
Lampung Selatan juga diperlukan adanya penyediaan sarana persampahan yang memadai.

Tabel 2. 31
Proyeksi Timbulan Sampah di Kabupaten Lampung Selatan

Standar
Timbulan Sampah (Liter/Hari)
∑ Penduduk Timbulan
No Tahun
(Jiwa) Sampah Non
(Liter/Org/Hari) Domestik Total
Domestik
1 2018 992.763 2.481.908 496.382 2.978.289
2 2023 1.045.162 2.612.904 522.581 3.135.485
2,5
3 2028 1.097.561 2.743.901 548.780 3.292.682
4 2033 1.149.959 2.874.898 574.980 3.449.878

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-62
5 2038 1.202.358 3.005.895 601.179 3.607.074
Sumber: Hasil Analisa 2018.

Ketersediaan sarana persampahan yang memadai pada lingkungan perumahan dan


permukiman akan mengurangi resiko munculnya kawasan kumuh serta wabah penyakit
yang dibawa oleh vektor penyakit yang hidupnya di sampah seperti lalat. Sarana
persampahan diperlukan pada setiap lingkungan, mulai dari masing-masing rumah tangga,
lingkungan RT, lingkungan RW, Kelurahan, Kecamatan dan skala wilayah ataupun kota.
Jenis sarana persampahan tersebut diantaranya dapat berupa sarana pengangkut sampah
seperti gerobak dan bus kontainer, sarana penampungan sampah seperti bak penampungan
dan tempat penampungan sementara, serta sarana pengolahan sampah.

Tabel 2. 32
Proyeksi Kebutuhan Sarana Persampahan di Kabupaten Lampung Selatan

Jenis Sarana Persampahan (Unit)


∑ Penduduk
No Tahun Gerobak TPS Kecil TPS TPA
(Jiwa) TPA
Sampah (2M3) (6M3) (12-15 M3) Lokal
1 2018 992.763 397 397 33 8 2
2 2023 1.045.162 418 418 35 9 2
3 2028 1.097.561 439 439 37 9 2
4 2033 1.149.959 460 460 38 10 2
5 2038 1.202.358 481 481 40 10 3
Sumber: Hasil Analisa 2018.

2.9.4 Analisa Isu dan Permasalahan


Pada tahapan analisa ini akan diinventarisir beberapa isu yang terkait dengan rencana
pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten
Lampung Selatan. Dengan adanya inventarisasi isu-isu ini diharapkan RP3KP Kabupaten
Lampung Selatan dapat memberikan upaya antisipasi terhadap faktor-faktor eksternal yang
diperkirakan akan mempengaruhi arah pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman. Selain isu-isu pembangunan, juga diperlukan inventarisasi terhadap beberapa
permasalahan yang tentunya memiliki keterkaitan langsung dengan perumahan dan
kawasan permukiman. Permasalahan-permasalahan tersebut didapat dari hasil analisa
terhadap kondisi wilayah khususnya kawasan perumahan dan permukiman. Permasalahan
yang ada nantinya perlu dicarikan atau dirumuskan penanganannya.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-63
ISU
•Pengembangan Kawasan Pendidikan LARAIN dan Kota Baru
•Rencana Pengembangan Kawasan Industri Way Pisang dan Kawasan
Ekonomi Khusus Teluk Nipah
•Pengembangan Bandara Internasional Raden Inten II & Natar Aerocity
•Pengembangan Kawasan Metropolitan Bandar Lampung
•Rencana Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
•Rencana Pembentukan Kabupaten Natar Agung

PERMASALAHAN
•Potensi Rawan Bencana Alam
•Permukiman Kumuh dan Rumah Tidak Layak Huni
•Masih adanya backlog penghunian
•Keterbatasan lahan untuk dibudidayakan
•Alih Fungsi Lahan Kawasan Hutan dan Pertanian Menjadi Permukiman
•Belum optimalnya ketersediaan dan layanan infrastruktur dasar
•Kapasitas Pembiayaan Pemerintah Daerah & Masyarakat
•Keterbatasan Lahan dan legalitas Pengembangan PKP

Contents
BAB II ...................................................................................................................................................... 1
PROFIL DAN ANALISA PKP KABUPATEN .................................................................................................. 1
2.1 GEOGRAFIS DAN ADMINITRASI .............................................................................................. 1
2.2 FISIK LINGKUNGAN ................................................................................................................. 3
2.2.1 Topografi dan Kemiringan .................................................................................................. 4
2.2.2 Klimatologi.......................................................................................................................... 4
2.2.3 Tutupan Lahan .................................................................................................................... 4
2.2.4 Jenis Tanah ......................................................................................................................... 8
2.3 KEPENDUDUKAN .................................................................................................................. 11
2.3.1 Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk ..................................................................... 12
2.3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk ........................................................................................... 17
2.3.3 Komposisi Penduduk ........................................................................................................ 18
2.3.3.1 Berdasarkan jenis kelamin ................................................................................................ 18
2.3.3.2 Struktur umur ................................................................................................................... 20
2.3.3.3 Lapangan usaha ................................................................................................................ 22

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-64
2.3.3.4 Garis kemiskinan dan penduduk miskin ........................................................................... 23
2.4 SARANA WILAYAH ................................................................................................................ 25
2.4.1 Sarana Pendidikan ............................................................................................................ 25
2.4.2 Sarana Kesehatan ............................................................................................................. 27
2.4.3 Sarana Peribadatan .......................................................................................................... 28
2.4.4 Sarana Perdagangan dan Perbankan ................................................................................ 29
2.4.5 Perumahan dan Kawasan Permukiman ............................................................................ 29
2.4.6 Permukiman kumuh ......................................................................................................... 34
2.5 PRASARANA WILAYAH .......................................................................................................... 36
2.5.1 Jaringan Jalan ................................................................................................................... 36
2.5.2 Perhubungan .................................................................................................................... 38
2.5.3 Air Bersih .......................................................................................................................... 39
2.6 PEREKONOMIAN WILAYAH................................................................................................... 40
2.7 PENDANAAN SEKTOR PKP .................................................................................................... 42
2.8 RAWAN BENCANA ................................................................................................................ 42
2.9 ANALISA PENGEMBANGAN WILAYAH .................................................................................. 45
2.9.1 Analisa Fisik Lingkungan ................................................................................................... 45
2.9.1.1 Daya Dukung Lingkungan .................................................................................................... 45
2.9.1.2 Daya Tampung Penduduk .................................................................................................... 50
2.9.2 Analisa Kependudukan ..................................................................................................... 52
2.9.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk .................................................................................................. 52
2.9.2.2 Proyeksi Kepadatan Penduduk ............................................................................................ 54
2.9.3 Analisa Sarana Prasarana ................................................................................................ 56
2.9.3.1 Perumahan dan Kawsan Permukiman ................................................................................. 56
2.9.3.2 Kebutuhan Prasarana .......................................................................................................... 60
2.9.4 Analisa Isu dan Permasalahan .......................................................................................... 63

Tabel 2. 1 Luas Kecamatan pada Kabupaten Lampung Selatan ............................................................. 2


Tabel 2. 2 Jumlah, Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017 .... 13
Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018 ............................................. 13
Tabel 2. 4 Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2010-Tahun 2017 ................................... 17
Tabel 2. 5 Sex Ratio Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017 .......................................... 19
Tabel 2. 6 Struktur Penduduk Berdasarkan Umur ............................................................................... 20
Tabel 2. 7 Lapangan Usaha Penduduk Usia Kerja Tahun 2017 ............................................................ 22
Tabel 2. 8 Jumlah Rumah Tangga Menurut Kesejahteraan Tahun 2017 .............................................. 24
Tabel 2. 9 Jenis dan Sebaran Sarana Pendidikan Tahun 2017 .............................................................. 26
Tabel 2. 10 Jenis dan Sebaran Sarana Kesehatan Tahun 2017 ............................................................ 27

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-65
Tabel 2. 11 Jenis dan Sebaran Sarana Peribadatan Tahun 2017 .......................................................... 28
Tabel 2. 12 Jenis dan Sebaran Sarana Perdagangan dan Bank Tahun 2017 ........................................ 29
Tabel 2. 13 Jumlah Rumah dan RTLH Tahun 2017 ............................................................................... 31
Tabel 2. 14 Nama Perumahan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2018 ....................................... 32
Tabel 2. 15 Kawasan Kumuh di Kabupaten Lampung Selatan ............................................................. 36
Tabel 2. 16 Status dan Panjang Jalan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017 ............................. 37
Tabel 2. 17 Cakupan Akses Air Minum Layak Kabupaten Lampung Selatan ........................................ 39
Tabel 2. 18 PDRB Berdasarkan Atas Harga Konstan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013-2017
(Juta Rupiah) ........................................................................................................................................ 41
Tabel 2. 19 Potensi Bencana Alam di Kabupaten Lampung Selatan .................................................... 43
Tabel 2. 20 Analisis Satuan Kemampuan Lahan Morfologi Kabupaten Lampung Selatan ................... 47
Tabel 2. 21 Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng ..................................... 48
Tabel 2. 22 Analisa Daya Dukung Permukiman Tahun 2038 ................................................................ 50
Tabel 2. 23 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan ................................................. 52
Tabel 2. 24 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Lampung Selatan ........................................... 54
Tabel 2. 25 Jumlah Backlog Penghunian dan Kepemilikan .................................................................. 57
Tabel 2. 26 Kebutuhan Jumlah Rumah dan Lahan Konsep Hunian Berimbang Tahun 2018 ................ 58
Tabel 2. 27 Proyeksi Kebutuhan Lahan Rumah Sampai Tahun 2038 ................................................... 59
Tabel 2. 28 Klasifikasi Jalan di Lingkungan Perumahan ....................................................................... 61
Tabel 2. 29 Analisa Kebutuhan Air Bersih ............................................................................................ 61
Tabel 2. 30 Proyeksi Timbulan Air Limbah ........................................................................................... 62
Tabel 2. 31 Proyeksi Timbulan Sampah di Kabupaten Lampung Selatan ............................................. 62
Tabel 2. 32 Proyeksi Kebutuhan Sarana Persampahan di Kabupaten Lampung Selatan ..................... 63

Peta 2. 1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan ........................................................ 3


Peta 2. 2 Peta Topografi ......................................................................................................................... 5
Peta 2. 3 Peta Kelerengan Lahan ............................................................................................................ 6
Peta 2. 4 Peta Tutupan Lahan ................................................................................................................ 7
Peta 2. 5 Peta Curah Hujan..................................................................................................................... 8
Peta 2. 6 Peta Jenis Tanah .................................................................................................................... 10
Peta 2. 7 Peta Geologi .......................................................................................................................... 11
Peta 2. 8 Peta Jumlah Penduduk .......................................................................................................... 15
Peta 2. 9 Peta Kepadatan Penduduk .................................................................................................... 16
Peta 2. 10 Peta Jumlah dan Kondisi Rumah ......................................................................................... 34
Peta 2. 11 Peta Jaringan Jalan .............................................................................................................. 38
Peta 2. 12 Peta Rawan Bencana ........................................................................................................... 44

Gambar 2. 1 Grafik Struktur Penduduk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017 .............................. 21
Gambar 2. 2 Grafik Persentase Jenis Lapangan Usaha Penduduk Usia Kerja Tahun 2017.................... 22
Gambar 2. 3 Diagram Garis Kemiskinan di Kabupaten Lampung Selatan ............................................. 23
Gambar 2. 4 Diagram Persentase Rumah Tangga Pra Sejahtera Tahun 2017 ...................................... 25
Gambar 2. 5 Diagram Persentase Jumlah Sarana Pendidikan Tahun 2017 .......................................... 26
Gambar 2. 6 Diagram Persentase Status Kepemilikan Rumah ............................................................. 30
Gambar 2. 7 Diagram Persentase Kondisi Jalan Kabupaten ................................................................. 37
Gambar 2. 8 Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Lampung Selatan ...................................... 41
Gambar 2. 9 Proyeksi Kepadatan Penduduk ........................................................................................ 55

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-66
Gambar 2. 10 Grafik Backlog Penghunian 2018 (unit) .......................................................................... 57
Gambar 2. 11 Backlog Kepemilikan 2018 ............................................................................................. 58

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 2-67
BAB III
TINJAUAN KEBIJAKAN

3.1 ARAHAN KEBIJAKAN NASIONAL


Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan dalam UU No 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 –2025 yang kemudian dijabarkan
ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN yang saat
ini telah sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk mempersiapkan proses tinggal landas
menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu dengan
memantapkan pembangunan yang menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan
pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber
daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus meningkat.

Mewujudkan

RPJMN 4 (2020-2025)
masyarakat
Indonesia yang
Memantapkan mandiri, maju,
RPJMN 3 (2015-2019)

pembangunan adail dan


secara makmur melalui
Memantapkan menyeluruh di percepatan
RPJMN 2 (2010-2014)

penataan berbagai bidang pembangunan di


kembali dengan berbagai bidang
Menata kembali Indonesia di menekankan dengan
RPJMN 1 (2005-2009)

dan membangun segala bidang pencapaian daya menekankan


Indonesia di dengan saing kompetitif terbangunnya
segala bidang menekankan perekonomian struktur
yang ditujukan upaya berlandaskan perekonomian
untuk peningkatan keunggulan yang kokoh
menciptakan kualotas SDM sumber daya berlandaskan
Indonesia yang termasuk alam dan sumber keunggulan
aman dan damai, pengembangan daya manusia kompetitif di
yang adil dan kemampuan ilmu berkualitas serta berbagai wilayah
demokratis dan dan teknologi kemampuan yang didukung
yang tingkat serta penguatan IPTEK yang terus oleh SDM
kesejahteraan daya saing meningkat berkualitas dan
meningkat perekonomian berdaya saing

Gambar 3. 1 RPJMN
Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun sebagaimana yang tercantum dalam
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada:

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-1
A. Norma Pembangunan, meliputi: (1) membangunan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteraan,
kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin
melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas
pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan
mengganggu keseimbangan ekosistem.
B. Dimensi Pembangunan:
1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan
karakter menjad salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di
birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.
2. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan,
ketahanan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisatan
dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal
untuk memenuhi kebutuhannya agar tidak tergantung kepada negara lain.
Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk
mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan
potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal.
Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan
modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk
penciptaan nilai tambah.
3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan
kesenjangan baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta
untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa,
wilayah pinggiran, luar jawa dan kawasan timur.
C. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi
kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi,
serta tatakelola dan reformasi birokrasi.
D. Quickwins. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat terwujud
dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi
masyarakat.

3.1.1 Arahan Kebijakan Utama Pembangunan Wilayah Nasional


Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat
pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan
wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-2
Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga
momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.

Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu;


1. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa
(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan
keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan
efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Hal ini dicapai melalui strategi
pengembangan potensi ekonomi wilayah; percepatan pembangunan konektivitas;
peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK; regulasi dan kebijakan; serta peningkatan
iklim investasi dan iklim usaha.

2. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan. Pengembangan


Kawasan Perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya
saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi
ekonomi dan budaya lokal; melalui strategi perwujudan Sistem Perkotaan Nasional
(SPN); percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk
mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni; perwujudan Kota Hijau yang
berketahanan iklim dan bencana; pengembangan kota cerdas yang berdaya saing
dan berbasis teknologi dan budaya lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola
pembangunan perkotaan. Sedangkan arah kebijakan pengembangan perdesaan
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar
Pelayanan Minimum Desa, termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan
kondisi geografisnya; (2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha
ekonomi masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan
SDM, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat
desa termasuk permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi UU Desa
secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi,
supervisi, dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan pendampingan
aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara
berkelanjutan; (6) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-3
transmigrasi; dan (7) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk
kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota.

3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah


peningkatan keterkaitan desa-kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan
antara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional
antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi (1) perwujudan konektivitas
antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau; (2)
perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui
pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan
transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat
dalam peningkatan keterkaitan Kota-Desa.

4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan.


Pengembangan daerah tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan
dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian
masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis,
melalui strategi (1) mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal;
(2) meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat
pertumbuhan; (3) meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan daerah; (4) mempercepat
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (5) memberikan tunjangan khusus
kepada tenaga penyuluh; (6) penguatan regulasi dan pemberian insentif kepada
pihak swasta; (7) melakukan pembinaan terhadap daerah tertinggal; (8) mendukung
pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi; dan (9) mempercepat
pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Adapun arah kebijakan
pengembangan kawasan perbatasan ditujukan dalam upaya mewujudkan kawasan
perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan
aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan dilakukan melalui
pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Hal tersebut akan dicapai melalui
strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi; (2) sumber daya manusia
(SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3) pembangunan konektivitas simpul transportasi
utama; (4) transformasi kelembagaan lintas batas negara; (5) peningkatan kualitas
dan kuantitas, serta standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-4
negara di darat dan laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan.

5. Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana dan


meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui strategi;
internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan terhadap
bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana.

6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah pengembangan


struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang,

7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi Daerah meliputi
peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan
pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.

3.1.2 Agenda Prioritas Nasional


Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang disebut
NAWA CITA, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-5
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2015-2019 akan
diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

Sasaran
Sasaran Sasaran Sasaran
Sasaran Politik,
Pembangunan Pembangunan Pembangunan
Sasaran Makro Dimensi Hukum,
Manusia & Sektor Wilayah &
Pemerataan Pertahanan, &
Masyarakat Unggulan Antarwilayah
Keamanan

Kependudukan Kedaulatam Penurunan


dan KB pangan kesenjangan Politik &
antar demokrasi
Pembangunan kelompok
manusia dan Ketahanan ekonomi
Pendidikan
masyarakat energi
tata kelola &
reformasi
Maritim dan birokrasi
Kesehatan
kelautan peningkatan
Pemerataan
cakupan
pembangunan
pelayanan
Pariwisata & antar wilayah
Kesetaraan dasar penguatan
industri
gender tata kelola
manufaktur
pemerintah
daerah
Pembangunan Pemberdayaan Akses
ekonomi Ketahanan air terhadap
perempuan
makro ekonomi
produktif pertahanan &
Infrastruktur masyarakat
Perlindungan keamanan
dasar dan kurang
anak
konektivtas mampu

Gambar 3. 2 Sasaran utama pembangunan Nasional 2015-2019

3.1.3 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)


Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sustainable
Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang
terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan
untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi.
Tujuan ini dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB
yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun
2030. Tujuan ini merupakan kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan
Milenium yang ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin dari 189 negara sebagai Deklarasi

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-6
Milenium di markas besar PBB pada tahun 2000 dan tidak berlaku lagi sejak akhir 2015.

Agenda pembangunan berkelanjutan yang baru dibuat untuk menjawab tuntutan


kepemimpinan dunia dalam mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim dalam
bentuk aksi nyata. Konsep Tujuan Pembangunan Berkelanjutan lahir pada Konferensi
Pembangunan Berkelanjutan PBB, Rio+20, pada 2012 dengan menetapkan rangkaian target
yang bisa diaplikasikan secara universal serta dapat diukur dalam menyeimbangkan tiga
dimensi pembangunan berkelanjutan; (1) lingkungan, (2) sosial, dan (3) ekonomi.

Agenda 2030 terdiri dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGD) atau Tujuan Global,
yang akan menjadi tuntunan kebijakan dan pendanaan untuk 15 tahun ke depan
(2030). Untuk mengubah tuntutan ini menjadi aksi nyata, para pemimpin dunia bertemu pada
25 September 2015, di Markas PBB di New York untuk memulai Agenda Pembangunan
Berkelanjutan 2030. Tujuan ini diformulasikan sejak 19 Juli 2014 dan diajukan pada Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh Kelompok Kerja Terbuka Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Dalam proposal ini terdapat 17 tujuan dengan 169 capaian yang meliputi
masalah masalah pembangunan yang berkelanjutan. Termasuk didalamnya adalah
pengentasan kemiskinan dan kelaparan, perbaikan kesehatan, dan pendidikan,
pembangunan kota yang lebih berkelanjutan, mengatasi perubahan iklim, serta melindungi
hutan dan laut.

Diantara 17 TPB/SDG’s tersebut, tujuan yang terkait langsung dengan pengembangan


Gambar 3. 3 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
perumahan dan kawasan permukiman adalah tujuan ke-11, yaitu Kota dan Permukiman
yang Berkelanjutan. Implementasi TPB tersebut dituangkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-7
Berkelanjutan. TPB Ke-11 tersebut mengamanatkan pada Tahun 2030, menjamin akses
bagi semua terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau, termasuk penataan
kawasan kumuh, serta akses terhadap pelayanan dasar perkotaan, Pada Tahun 2030
mengurangi dampak lingkungan perkotaan per kapita yang merugikan, termasuk memberi
perhatian khusus pada kualitas udara, termasuk penanganan sampah kota

3.1.4 Kebijakan dan Strategi Sektor Perumahan dan Kawasan Permukiman


Adapun agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan penyediaan
infrastruktur dasar khususnya sektor perumahan dan kawasan permukiman (PKP) adalah
meningkatkan kualitas hidup Indonesia. Bentuk dukungan pemerintah untuk mewujudkan
hak tersebut dilakukan melalui;
1. Meningkatkan dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman dan perumahan;
dan
2. Meningkatnya cakupan pelayanan dan akses permukiman yang layak.
Untuk mencapai sasaran program dilakukan melalui:
a. Pencapaian target 100% pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia
b. Pengentasan permukiman kumuh perkotaan
c. Peningkatan akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100% pada tingkat

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-8
kebutuhan dasar
d. Peningkatan keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan

Adapun kebijakan penyediaan perumahan untuk 5 (lima) tahun yaitu untuk memperluas
akses terhadap tempat tinggal yang layak yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memadai untuk seluruh kelompok masyarakat secara berkeadilan, melalui
pengembangan multi sistem penyediaan perumahan secara utuh dan seimbang. Adapun
strategi untuk penyediaan perumahan adalah:
a. Pembangunan rumah layak huni, yang diantaranya rumah umum tapak layak huni
yang difasilitasi melalui bantuan PSU rumah umum sebanyak 676.950 unit.
b. Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya sebanyak 250.000
unit.
c. Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya sebanyak 1.500.000
unit.
d. Pembangunan rumah khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim dan
perbatasan negara yang dilengkapi PSU pendukung sebanyak 50.000 unit.
e. Pembangunan rumah susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU pendukung
sebanyak 550.000 unit.

Sedangkan strategi yang dilakukan terkait pembiayaan perumahan adalah:


a. Pengembangan regulasi dan kebijkan untuk menciptakan iklim yang kondusif, serta
koordinasi pelaksanaan kebijakan di tingkat pusat dan daerah
b. Peningkatan jumlah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang menghuni
rumah layak melalui fasilitasi bantuan pembiayaan perumahan
c. Peningkatan peran Bank Pemerintah yang lebih besar dalam penyaluran bantuan
pembiayaan perumahan
d. Peningkatan peran perusahaan pembiayaan sekunder perumahan
e. Penyiapan infrastruktur operasionalisasi Tapera atau integrasi tabungan perumahan
rakyat ke dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
f. Penempatan dana jangka panjang pada instrumen keuangan yang mendukung
pembiayaan perumahan
g. Peningkatan peran serta Pemda, dunia usaha, dan kelompok masyarakat dalam
pembiayaan perumahan melalui pemberian bimbingan dan bantuan teknis
peningkatan pembiayaan bagi RT MBR.

Pembangunan
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Rumah Layak
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Huni sebanyak 3-9
676.950 unit
Dalam Road Map pembangunan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang juga
disebutkan beberapa target yang akan dicapai sampai dengan tahun 2045 khususnya untuk
sektor PKP, yaitu:

Keandalan Infrastrukur
Terwujudnya Kota Urban Green Pengembangan Kota
Terhadap Gempa Bumi
Tanpa Kumuh Development Baru Eco City
& Perubahan Iklim

Adaptasi Perubahan Peningkatan Rumah


Pengembangan
Iklim untuk 0% Backlog Vertikal
Compact City dan
Infrastruktur Publik Perumahan
Water Front City (Rusun & Apartement)
Perkotaan

Rumah Bahan Bangunan


Housing System
Bergerak/Terapung/Un Murah yang Dapat Housing Career System
Information
derground Diproduksi Masal

3.2 ARAHAKANGambar 3. 6 Target


KEBIJAKAN Road Map
PROVINSI dalam sektor PKP
LAMPUNG
Arahan pengembangan sektor PKP di Kabupaten Lampung Selatan nantinya akan disarkan
pada arahan kebijakan wilayah Provinsi Lampung khususnya Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Lampung. Beberapa arahan dalam RTRWP Lampung yang nantinya akan
terkait dengan rencana pengembangan sektor PKP diantaranya meliputi arahan kebijakan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-10
rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan rencana kawasan strategis. Arahan-arahan
dalam RTRWP perlu menjadi perhatian penting agar pembangunan sektor PKP dapat
dilakukan sesuai dengan arahan tata ruang serta berprinsip pada pembangunan yang
berkelanjutan.

Beberapa arahan dalam RTRWP Lampung diantaranya adalah penetapan Kecamatan


Bakauheni, Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan Sidomulyo, Kecamatan Natar dan
Kecamatan Jati Agung sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Penetapan PKL nantinya akan
berimplikasi juga pada skala kegiatan yang akan dikembangkan di wilayah tersebut serta
sarana prasarana yang akan dikembangkan, termasuk tingkat kepadatan permukiman
maupun jenis rumah yang diarahkan. Selain rencana pusat kegiatan tersebut, dalam
rencana struktur ruang juga ditetapkan arahan rencana jaringan prasarana yang diantaranya
adalah: pengembangan jaringan jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar rencana jalan
strategis Provinsi pada exit tol Candi Mas – Pringsewu dan exit tol Kalianda – simpang
Raden Intan; pengembangan stasiun intermoda Stasiun Branti – Raden Inten II;
pengembangan terminal Agribisnis di Kawasan Industri Way Pisang.

Adapun arahan rencana pola ruang dalam RTRWP diantaranya adalah; penetatapan
kawasan Hutan Lindung Register 6 Way Buatanm Register 3 Gunung Rajabasa, Register 15
Rawa Selatan Muara Sekampung, hutan lindung Pantai Timur Way Pisang, dan Register 17
Batu Serampok; penetapan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B) seluas 36.052
hektar; penetapan kawasan minapolitan di Kecamatan Ketapang; Kawasan industri Way
Pisang, Katibung dan KAIL II; serta pengembangan kawasan wisata terintegrasi Teluk
Lampung. Selain itu ada beberapa kawasan dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan
yang ditetapkan sebagai kawasan strategis, diantaranya adalah: Kawasan Strategis
Nasional (KSN) Selat Sunda; Kawasan pemerintahan Kota Baru; Kawasan Aeropolitan
Natar, Kawasan pendidikan terpadu Unila – ITERA – UIN (LARAIN); Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Teluk Nipah; Kawasan industri Tanjung Bintang dan Kawasan industri Way
Pisang; dan Kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-11
Struktur Kawasan
Pola Ruang
Ruang Strategis
Bakauheni, Tanjung Bintang, Kawasan Hutan Lindung Register 6 Way Kawasan Strategisn Nasional Selat
Sidomulyo, Natar – Jati Agung Buatan, Register 3 Gunung Rajabasa, Sunda
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Register 15 Rawa Selaan Muara Kawasan Metropolitan Bandar Lampung
Lokal (PKL) Sekampung, HL Pantai Timur Way Kawasan Pemerintahan Kota Baru
Pengembangan jaringan jalan tol Pisang, Register 17 Batu Serampok
Kawasan Aeropolitan Natar
Bakauheni – Terbanggi Besar Kawasan Cagar Alam Kepulauan
Kawasan Pendidikan Terpadu UNILA –
Rencana jalan strategis Provinsi pada Krakatau
ITERA – UIN (LARAIN)
exit tol Candi Mas – Pringsewu dan exit Cagar Budaya Makam Raden Inten II
tol Kalianda – Sp.Raden Intan Kawasan Ekonomu Khusus (KEK) Teluk
Kawasan Hiutan Produksi (HP) Register Nipah
Pengembangan stasiuan intermoda 1 Way Pisang, Register 2 Pematang
Stasiuan Branti – Raden Inten II Kawasan Industri Tanjung Bintang dan
Taman, Register 5 dan Register 35 Way
Kawasan Industri Way Pisang
Pengembangan terminal agribisnis di Ketibung II, dan Register 40 Gedong
Kawasan Industri Way Pisang Wani Kawasan Cagar Alam dan Cagar alam
Laut Kepulauan Krakatau
Peningkatan terminal tipe B Bakauheni Penetapan LP2PB seluas 36.052 Ha
Peningkatan pelabuhan penyeberangan Kawasan Minapolitan di Kecamatan
lokal Canti – Pulau Sebesi – Pulau Ketapang
Sebuku Kawasan industri Way Pisang , Katibung
Pengembangan jalur kereta api Bandar dan KAIL II
Lampung – Bakauheni dan Pengembangan kawasan wisata
perkeratapian khusus Tanjung Bintang – terintergrasi Teluk Lampung
Tarahan – Kotabumu – Baturaja – Pengembangan kawasan permukiman
Tanjung Enim perdesaan
Peningkatan Bandara Raden Inten II
menjadi Pengumpul Sekunder
Pembangunan SPAM Regional Bandar
Lampung – Lampung Selatan –
Pesawaran
Pengembangan TPA regional di
Kecamatan katibung

Gambar 3. 7 Arahan Kebijakan Wilayah Provinsi Lampung

3.3 ARAHAN KEBIJAKAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN


Arahan kebijakan pembangunan Kabupaten Lampung Selatan juga akan menjadi dasar
dalam menentukan arah kebijaka, strategi, dan program RP3KP untuk jangka waktu 20
tahun yang akan datang. Terdapat beberapa arah kebijakan pengembangan wilayah yang
termuat dalam RTRW Kabupaten Lampung Selatan sebagaimana termuat dalam Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Lampung Selatan Nomor 15 Tahun 2012 yang nantinya akan
mempengaruhi kebijakan pengembangan sektor PKP diantaranya adalah terkait penetapan
kawasan lindung, kawasan rawan bencana, kawasan peruntukan permukiman, serta arahan
perwujudan kawasan permukiman.

3.3.1 RTRW Kabupaten Lampung Selatan 2011-2031


3.3.1.1 Tujuan, kebijakan dan strategi
RTRW Kabupaten Lampung Selatan telah menetapkan tujuan, kebijakan dan strategi
penataan ruang untuk jangka waktu 20 tahun mendatang. Adapun tujuan penataan ruang
Kabupaten Lampung Selatan adalah:
“Terwujudnya Ruang Kabupaten Lampung Selatan sebagai Pintu Gerbang Investasi
Provinsi Lampung yang Berbasis Pada Kawasan Pertanian, Perikanan, Pariwisata, serta

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-12
Industri yang terintegrasi dan bersinergi dengan perwujudan Pembangunan yang
Berkelanjutan”

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus
ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan
pembangunan penataan ruang wilayah kabupaten adalah :
(1) pengembangan kawasan budidaya berbasis sumberdaya alam dan pengembangan
agropolitan dengan tetap mempertimbangkan dan mengindahkan kondisi daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
(2) penciptaan peluang investasi pada kegiatan industri;
(3) penguatan fungsi lindung kawasan lindung secara berkesinambungan dan
terintegrasi;
(4) pengembangan kegiatan pariwisata yang berbasis pada potensi wisata alam;
(5) penataan sistem perkotaan dan pusat distribusi yang mampu memacu pertumbuhan
wilayah;
(6) penguatan pelayanan prasarana dan sarana wilayah yang mampu
meningkatkan kondisi investasi dan perekonomian wilayah; dan
(7) peningkatan fungsi kawasan untuk keamanan dan pertahanan Negara.

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan


ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Lampung Selatan adalah:


(1) Strategi pengembangan kawasan budidaya berbasis sumberdaya alam dan
pengembangan agropolitan dengan tetap mempertimbangkan dan mengindahkan
kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi:
a. meningkatkan produktivitas hasil pertanian melalui intensifikasi lahan;
b. mengintegrasikan pengembangan kawasan – kawasan pertanian dengan
mengoptimalkan fungsi kawasan agropolitan;
c. mendorong tumbuhnya sektor – sektor sekunder dan tersier yang terintegrasi
dengan pengembangan kawasan minapolitan;
d. meningkatkan kemampuan pelayanan prasarana dan sarana yang mampu
mendorong investasi pada kegiatan industri;dan
e. menjamin kelancaran aksesibilitas antara kawasan sentra dan pendukungnya

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-13
dengan penyediaan sistem prasarana yang handal mendukung kegiatan pertanian,
dan perikanan.
(2) Strategi penciptaan peluang investasi pada kegiatan industri ,meliputi:
a. meningkatkan kemampuan pelayanan prasarana dan sarana yang mampu
mendorong investasi pada kegiatan industri;
b. mendorong pertumbuhan industri pada koridor jalan lintas pantai timur;
c. mendorong pertumbuhan klaster industri yang berbasis pada sumberdaya lokal;
d. menjamin kelancaran aksesibilitas antara kawasan sentra dan pendukungnya
dengan penyediaan sistem prasarana yang handal;
e. mendorong pertumbuhan industri pada koridor jalan lintas pantai timur;dan
f. mendorong pertumbuhan klaster industri yang berbasis pada sumberdaya lokal.
(3) Strategi penguatan fungsi lindung kawasan lindung secara berkesinambungan dan
terintegrasi, meliputi:
a. mengupayakan tercapainya kelestarian dan keseimbangan lingkungan dengan tetap
mempertimbangkan kebutuhan pembangunan;
b. memantapkan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya untuk melindungi
kawasan di bawahannya, kawasan perlindungan setempat serta melindungi
kawasan yang rawan bencana alam;
c. melindungi daerah resapan air yang berfungsi hidrologis untuk menjamin
ketersediaan sumberdaya air;
d. mengendalikan dan memantau kegiatan budidaya pada kawasan lindung dan
kawasan hutan agar tetap terjaga kelestariannya;dan
e. merehabilitasi kawasan hutan agar dapat berfungsi sebagai mana mestinya dan
mengoptimalkan perlindungan pada kawasan bantaran sungai dan pantai.
(4) Strategi pengembangan kegiatan pariwisata yang berbasis pada potensi wisata alam,
meliputi:
a. mengembangkan aktivitas wisata pada kawasan wisata alam dengan
mengoptimalkan pemanfaatan pantai dan laut;
b. memanfaatkan kawasan suaka alam sebagai obyek wisata minat khusus;
c. menciptakan pusat pertumbuhan jasa sebagai pusat pendukung kegiatan wisata;
d. memfungsikan secara optimal dermaga dan pelabuhan yang ada sebagai
komponen pendukung aktivitas wisata;
e. mendorong kegiatan industri cinderamata dengan basis industri kerajinan dan
rumah tangga; dan
f. menjamin kelancaran akses yang mampu mendukung terbentuknya pergerakan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-14
jalur – jalur wisata.

(5) Strategi penataan sistem perkotaan dan pusat distribusi yang mampu memacu
pertumbuhan wilayah, meliputi:
a. mengembangkan Kota Kalianda sebagai kota Modern untuk memicu pertumbuhan
beberapa kawasan perkotaan lainnya;
b. menjamin kawasan-kawasan fungsional kota yang akan dikembangkan dengan
sarana dan prasarana yang handal;
c. menyiapkan dukungan prasarana dan sarana yang memadai dalam mendorong
tumbuhnya kawasan perkotaan; dan
d. mempersiapkan sistem penyediaan perumahan dan permukiman yang handal guna
mengantisipasi pertumbuhan kawasan perkotaan.
(6) Strategi penguatan pelayanan prasarana dan sarana wilayah yang mampu
meningkatkan kondisi investasi dan perekonomian wilayah, meliputi:
a. mengembangkan sistem transportasi antarmoda yang mampu menghubungkan
sistem transportasi darat, laut, dan udara;
b. mendorong kelancaran lalu lintas pada simpang susun (interchange) jalan tol pada
kawasan dan pusat – pusat produksi;
c. menjamin terciptanya pengelolaan persampahan yang terpadu dan terintegrasi
dengan kawasan Metropolitan Bandar Lampung;
d. menjamin kelancaran akses antar pulau untuk mengurangi disparitas dan
mendukung kegiatan wisata;
e. menjamin ketersediaan air yang dapat mendukung kegiatan pertanian dengan
mengoptimalkan jaringan irigasi yang handal;
f. menjamin ketersediaan sumber daya energi untuk memacu tumbuhnya industri dan
kawasan industri; dan
g. menciptakan sistem pengelolaan limbah terpadu.
(7) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk keamanan dan pertahanan Negara,
meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan pertanahan dan keamanan di Kabupaten;
b. mengembangkan kawasan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertanahan dan keamanan negara untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan pertahanan dan keamanan dengan kawasan budidaya terbangun;

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-15
dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.

3.3.1.2 Rencana struktur ruang


Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat
permukiman baik pusat permukiman perkotaan maupun perdesaan untuk melayani kegiatan
ekonomi, pelayanan pemerintahan dan pelayanan jasa, bagi kawasan permukiman maupun
daerah sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan ditujukan untuk melayani perkembangan berbagai
usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat dalam wilayahnya dan wilayah sekitarnya.

Adapun hirarki fungsi perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Lampung Selatan adalah
sebagai berikut.

Tabel 3. 1 Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Lampung Selatan 2011-
2031
No Kecamatan Hierarki Fungsi Fungsi Utama
1. Kalianda PKW  Pusat Pemerintahan Kabupaten
 Jasa Pendukung Pariwisata
 Perdagangan & Jasa
2. Bakauheni PKWp  Pusat Koleksi & Distribusi
 Pariwisata
3. Tanjung Bintang PKL  Pusat Industri
 PusatPerdagangan dan Jasa
 Koleksi Pertanian dan
perkebunan
4. Sidomulyo PKL  Pertanian
 Perdagangan & Jasa
5. Natar - Jati Agung PKLp  Perdagangan & Jasa
 Pusat Pemerintahan Provinsi
6. Ketapang PKLp  Kawasan Minapolitan
 Pertanian
 Pariwisata
 Industri

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-16
No Kecamatan Hierarki Fungsi Fungsi Utama
7. Katibung PKLp  Pertanian
 Industri
 Perikanan
 Perkebunan
8. Palas PPK  Pertanian
 Permukiman
 Perikanan
8. Candipuro PPK  Pertanian
 Permukiman
 Perkebunan
9. Merbau Mataram PPK  Pertanian
 Teminal Batubara
 Industri
11. Tanjung Sari PPK  Pertanian
 Perkebunan
 Peternakan

12. Way Sulan PPL  Pertanian


 Perkebunan
13. Way Panji PPL  Pertanian
 Peternakan
 Perikanan
14. Penengahan PPL  Pertanian
 Perikanan Budidaya
15 Sragi PPL  Pertanian
 Peternakan
 Perikanan
16 Raja Basa PPL  Pariwisata
 Perkebunan
 Kawasan Lindung
 Energi (PLT Panas Bumi)
Sumber: RTRWK Lampung Selatan 2011-2031

Selain arahan sistem perkotaan, dalam rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lampung
Selatan juga terdapat rencana sistem jaringan prasarana seperti jaringan transportasi darat,
sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, sistem jaringan transportasi

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-17
udara, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan
sumber daya air, sistem jaringan persampahan, sistem jaringan air minum perkotaan, sistem
pengelolaan air limbah, sistem jaringan drainase, dan sistem jaringan evakuasi bencana.

Rencana struktur ruang dan sistem jaringan prasarana yang ditetapkan dalam RTRWK
Lampung Selatan tersebut nantinya akan mempengaruhi arahan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman. Rencana struktur ruang Kabupaten Lampung Selatan juga dapat
dilihat pada peta rencana struktur ruang berikut ini;

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-18
Peta 3. 1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lampung Selatan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-19
3.3.1.3 Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari rencana kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Rencana kawasan lindung yang ditetapkan nantinya akan menjadi
batasan bagi pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Kawasan-kawasan
yang sudah ditetapkan menjadi kawasan lindung harus dijaga keberlangsungannya kendati
kebutuhan lahan untuk perumahan dan kawasan permukiman nantinya akan terus
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Oleh karenanya perlu arahan
strategi dalam pemenuhan kebutuhan lahan perumahan dan kawasan permukiman tanpa
mengganggu atau mengalihfungsikan kawasan-kawasan lindung yang ada. Adapun arahan
rencana kawasan lindung di Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut:

A. Hutan lindung
Hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan adalah seluas 13.786,7
Ha, yang tersebar di beberapa kawasan, yaitu Way Pisang (Pantai Timur), Gunung
Rajabasa, Way Buatan, serta Batu Serampok.

Tabel 3. 2
Luas Hutan Lindung di Kabupaten Lampung Selatan

No Nama Kawasan Register Lindung(ha)


1 Batu Serampok 17 7230*
2 Way Buatan 6 950,40
3 Gunung Rajabasa 3 5.200,50
4 Kawasan Lindung Pantai timur 1 505.8
Sumber: RTRWK Lampung Selatan 2011-2031

B. Kawasan perlindungan setempat


1. Kawasan Sempadan pantai yang meliputi wilayah dataran sepanjang tepian
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondosi fisik pantai minimal 100
meter dari titik pasang tertinggi kearah darat sebagian lokasi. Ketetapan ini
berlaku untuk beberapa kecamatan yang memiliki daerah pantai , ditetapkan
dengan kriteria:
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus)
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam
atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
pantai.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-20
Kawasan sempadan pantai dengan luas kurang lebih 2478 Hektar terdapat di
sepanjang pantai Kabupaten Lampung Selatan yaitu pada Kecamatan Ketapang,
Kalianda, Katibung, Sidomulyo, Rajabasa, Bakauheni dan Sragi.
2. Kawasan sempadan sungai diperuntukkan untuk melindungi sungai dari
aktivitas manusia yang dapat dimungkinkan untuk mengganggu dan merusak
kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan
aliran sungai. Penetapan kawasan sempadan sungai dengan kriteria:
a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5
(lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
dan
c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.

Penetapan kawasan sempadan ini berlaku untuk seluruh kawasan Kabupaten,


terutama beberapa kecamatan yang dilalui DAS Kalianda-Bandar Lampung dan
DAS Sekampung. Kawasan sempadan sungai dengan luas kurang lebih 3649
Hektar tersebar di 17 (tujuh belas) kecamatan.
3. Kawasan Sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan
budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.
Penetapan kawasan lindung ini dilakukan pada Kecamatan Rajabasa,
Kecamatan Penengahan, Kecamatan Candipuro dan Way Panji dengan radius
100 (seratus) meter dari mata air.
4. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kawasan RTH berada di seluruh kawasan perkotaan meliputi:
a. RTH publik berupa taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau
sepanjang jalan, sungai, dan pantai dengan luas kurang lebih 18.561
(delapan belas ribu lima ratus enam puluh satu) hektar atau kurang lebih 21
(dua puluh satu) persen dari seluruh perkotaan;
b. RTH privat berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik
masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan dengan luas kurang lebih 9.722
(sembilan ribu tujuh ratus dua puluh dua) hektar atau kurang lebih 11
(sebelas) persen dari luas seluruh perkotaan.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-21
RTH ini berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung
perkotaan, perlindungan pencemaran dan kerusakan air, tanah, dan udara,
tempat perlindungan plasma nutfah, pengendali tata air serta dapat juga
berfungsi sebagai sarana estetika kota. Kawasan ini ditetapkan tersebar di
seluruh perkotaan, wilayah sungai, pantai dan mata air atau tersebar di 17
(tujuh belas) kecamatan yang terdapat di Kab. Lampung Selatan.

C. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya


Perlindungan terhadap kawasan suaka alam dilakukan untuk melindungi
keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan
plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan
suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah
perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa. Dari beberapa jenis
tersebut, Kabupaten lampung selatan memiliki kawasan cagar alam, kawasan suaka
alam, kawasan taman wisata alam, dan kawasan cagar budaya.

Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Lampung
Selatan terdiri atas:
 Kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut yaitu Kawasan Cagar alam laut
pulau anak Krakatau memiliki luas ± 13.735 Ha terletak di Kecamatan Rajabasa.
 Kawasan suaka alam berada Gunung Rajabasa Kecamatan Rajabasa dengan
luas kurang lebih 5200 Hektar.
 Kawasan taman wisata alam berada di Perairan di sekitar Kepulauan Krakatau
dan Gunung Rajabasa di Kecamatan Rajabasa.
 Kawasan cagar budaya meliputi Menara Siger terdapat di Kecamatan Bakauheni,
Kampung Wisata Tabek Indah terdapat di Kecamatan Natar, Makam Al Habib Ali
terdapat di Kecamatan Ketapang, Makam Ratu Darah Putih terdapat di
Kecamatan Penengahan, Makam Radin Inten terdapat di Kecamatan Penengahan
dan Batu Bertulis terdapat di Kecamatan Palas.

D. Kawasan rawan bencana alam


Kawasan rawan bencana, merupakan kawasan yang berpotensi tinggi mengalami
bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, banjir,
kekeringan, tsunami dan sebagainya. Beberapa kawasan yang rawan terhadap

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-22
bencana tersebut hendaknya dijadikan kawasan lindung dan aktivitas pada kawasan
tersebut dibatasi agar jatuhnya korban akibat bencana alam dapat diminimalisir.

Beberapa jenis bencana yang terdapat di Kabupaten Lampung selatan adalah:


a. kawasan rawan banjir berada di Kecamatan Natar, Kecamatan Way Sulan,
Kecamatan Candipuro, Kecamatan Palas, Kecamatan Sragi, dan Kawasan Way
Panji dengan luas kurang lebih 14.000 Hektar. Terjadinya Bencana Banjir ini
sering merugikan masyarakat terutama petani, mengingat banjir yang terjadi
kerap kali menggenangi sawah. Terjadinya banjir ini dikarenakan terjadinya
deforestasi pada areal tangkapan air, dan juga terjadinya sedimentasi pada
saluran irigasi teknis, sehingga terjadi pendangkalan. Pada Kecamatan Natar,
terjadinya banjir juga diakibatkan karena adanya luapan sungai. Dengan
demikian untuk penanganan masalah banjir, perlu adanya koordinasi lanjut untuk
mengoptimalkan fungsi areal tangkapan DAS way Sekampung dan juga
normalisasi saluran drainase dan irigasi.
b. kawasan rawan tsunami berada di kecamatan Katibung, Kecamatan
Sidomulyo, Kecamatan Kalianda, Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Ketapang
dan Kecamatan Bakauheni dengan luas kurang lebih 1983 Hektar. Bencana ini
cenderung terjadi pada kawasan pesisir dan pulau – pulau kecil. Selain
menetapkan garis sempadan pantai yang, aktivitas pada kawasan ini harus
diminimalisir atau dibatasi. Sebagai upaya antisipasi perlu adanya penyusunan
rencana induk evakuasi bencana tsunami kabupaten, rencana pemasangan early
warning system di daerah pesisir pantai. Pembangunan pemecah ombak pun
setidaknya dapat membantu mengurangi gelombang pasang jika terjadi tsunami.
c. kawasan rawan longsor berada di Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Katibung,
dan Kecamatan Bakauheni.
d. Kawasan rawan bencana Gunung Api Krakatau berada di Kecamatan
Bakauheni, Kecamatan Rajabasa, dan Kecamatan Ketapang.

Pada tabel 2.2 digambarkan potensi bencana di Kabupaten Lampung selatan,


berikut dengan jalur titik evakuasinya. Luas kawasan rawan bencana mencapai ±
9.230 Ha.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-23
Tabel 3. 3 Potensi Rawan Bencana di Kabupaten Lampung Selatan
Kecamatan Bencana Jalur Evakuasi Bencana
Natar Banjir Tidak memerlukan jalur
evakuasi mengingat banjir yang
terjdi tidak berada di daerah
permukiman
Dievakuasi menuju Bukit
Katibung Tsunami
Tarahan
Menuju Kecamatan Candipuro
Way Sulan Banjir Dievakuasi ke sekitar kantor
Kecamatan Candipuro
Dievakuasi menuju sekitar jalan
Sidomulyo Tsunami
lintas Sumatera
Dievakuasi ke sekitar kantor
Candipuro Banjir
Kecamatan Candipuro
Dievakuasi di Sukoharjo
Way Panji Banjir disekitar kantor Kecamatan
Way Panji
Dievakusi menuju kawasan
Kalianda Tsunami perkantor pemerintahan
Kabupaten
Di evakuasi menuju gunung
Rajabasa Tsunami
Rajabasa
Dievakuasi menuju Kantor
Gunung Api Krakatau
Kecamatan Rajabasa
Dievakuasi di sekitar kantor
Palas Banjir
Kecamatan Palas
Dievakusi mengarah ke
Sragi Banjir Bangunrejo di sekitar kantor
Kecamatan Ketapang
Dievakuasi di sekitar menara
Ketapang Tsunami
siger di Kecamatan Bakauheni
Dievakuasi menuju Kantor
Gunung Api Krakatau
Kecamatan Ketapang
Dievakuasi di sekitar menara
Bakauheni Tsunami
siger di Kecamatan Bakauheni
Dievakuasi menuju Kecamatan
Gunung Api Krakatau
Penengahan
Sumber: RTRWK Lampung Selatan 2011-2031

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-24
Peta 3. 2 Peta Rawan Bencana

Jalur evakuasi bencana di Kabupaten Lampung Selatan untuk selanjutnya perlu

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-25
ditetapkan melalui studi mitigasi bencana, sehingga dapat diketahui detail dari upaya
mitigasi jika terjadi bencana.

E. Kawasan lindung lainnya


Kawasan lindung lainnya berupa Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang terdapat di
Pulau Sebesi dengan luas kurang lebih 59 (lima puluh sembilan) hektar terdapat di
Kecamatan Rajabasa.

Selain arahan rencana kawasan lindung, dalam RTRWK Lampung Selatan ditetapkan
penetapan kawasan budidaya yang diantaranya adalah kawasan peruntukan hutan produksi,
hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan
peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata,
kawasan peruntukan permukiman, kawasan water front city, dan kawasan peruntukan
lainnya. Seluruh arahan rencana pola ruang kawasan budidaya tersebut nantinya juga akan
menjadi dasar arahan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten
Lampung Selatan. Pada bagian ini akan diuraikan secara spesifik mengenai arahan
peruntukan kawasan permukiman yang terdapat dalam RTRWK Lampung Selatan.

Arahan kawasan peruntukan permukiman


Berdasarkan data proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2031,
maka dilakukan analisis proyeksi kepadatan dan sebaran atau distribusi penduduk di wilayah
Kabupaten Lampung Selatan. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan diketahui
bahwa distribusi penduduk tertinggi pada tahun 2011 adalah di Kecamatan Natar yaitu
184.778 jiwa/Ha atau sekitar 18% dari total keseluruhan penduduk yang ada di Kabupaten
Lampung Selatan. Sedangkan distribusi penduduk yang terkecil pada tahun 2011 adalah di
Kecamatan Bakauheni 21.343 jiwa atau sekitar 2% dan Way Panji yaitu 21.343 jiwa atau
sekitar 2% dan 17.561 atau sekitar 2% dari total keseluruhan penduduk yang ada di
Kabupaten Lampung Selatan.

Kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan hasil proyeksi


dari tahun 2011 sampai tahun 2031 adalah di Kecamatan Natar yaitu 13 jiwa/Ha kemudian
Tanjung Bintang 13 Jiwa/Ha, sedangkan kecamatan yang terendah adalah di Kecamatan
Tanjung Sari yaitu 3 Jiwa/Ha. Untuk Kecamatan Candipuro dengan luas wilayah 8.490 Ha,
pada tahun 2031 mengalami kenaikan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun dan hampir
menyamai Kecamatan Natar. Kabupaten Lampung Selatan termasuk dalam berkepadatan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-26
sedang.
Kawasan peruntukan pemukiman dengan luas kurang lebih 23.773 (dua puluh tiga ribu tujuh
ratus tujuh puluh tujuh tiga) hektar meliputi:
a. kawasan peruntukan pemukiman perkotaan
Kawasan peruntukan pemukiman perkotaan akan dikembangkan pada pusat
kegiatan wilayah, dan pusat kegiatan lokal, yaitu pada Kecamatan Bakauheni,
Kalianda, Sidomulyo, Jati Agung, Tanjung Bintang, dan Natar.
b. kawasan peruntukan pemukiman pedesaan
Kawasan peruntukan pemukiman pedesaan akan dikembangkan menyebar di
Seluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan.

Kawasan permukiman berkepadatan cukup padat diarahkan di Kecamatan Kalianda, Natar –


Jatiagung, dan Tanjung Bintang sedangkan kawasan permukiman berkepadatan sedang
diarahkan di Kecamatan Sidomulyo dan Bakauheni.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-27
Peta 3. 3 Peta Kawasan Permukiman

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-28
Peta 3. 4 Peta Rencana Pola Ruang

3.3.2 RPJP Kabupaten Lampung Selatan 2005-2025


Visi pembangunan jangka panjang daerah (20 tahun) Kabupaten Lampung Selatan yang

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-29
dituangkan dalam RPJPD Kabupaten Lampung Selatan tahun 2005-2025 adalah sebagai
berikut:
“Mewujudkan Kabupaten Lampung Selatan yang Maju, Mandiri, Adil dan Sejahtera”

Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi
pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila;
2. Mewujudkan masyarakat yang berdaya saing;
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;
4. Mewujudkan Kabupaten Lampung Selatan aman dan damai;
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;
6. Mewujudkan Kabupaten Lampung Selatan asri dan lestari;
7. Mewujudkan Kabupaten Lampung Selatan sebagai wilayah pantai dan pegunungan
yang maju;
8. Mewujudkan Kabupaten Lampung Selatan berperan aktif dalam pergaulan antar
daerah dan nasional.

Sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah yang tertuang di dalam RPJP
Kabupaten Lampung Selatan 2005-2025 adalah sebagai berikut:
1. Terwujudnya masyarakat Kabupaten Lampung Selatan yang berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab;
2. Terwujudnya masyarakat yang berdaya-saing untuk mencapai masyarakat yang
lebih makmur dan sejahtera;
3. Terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan yang demokratis, berlandaskan hukum
dan berkeadilan;
4. Terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan yang aman dan damai;
5. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan;
6. Terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan yang asri dan lestari;
7. Terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan sebagai wilayah pantai dan pegunungan
yang maju;
8. Terwujudnya peran aktif Kabupaten Lampung Selatan dalam pergaulan antar
regional, nasional.

Sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah tersebut di atas akan dicapai dalam

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-30
empat tahap pembangunan daerah, yaitu tahap-1: 2005-2010, tahap-2: 20112015, tahap-3:
2016-2021, tahap-4: 2021-2025.

3.3.3 RPJMD Kabupaten Lampung Selatan 2016-2021


3.3.3.1 Visi RPJMD 2016-2021
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah
kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah
dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Penjang Daerah (RPJPD) dan RPJMN. Visi dan misi kepala daerah
yang dimaksud adalah visi dan misi kepala daerah yang disampaikan pada waktu pemilihan
kepala daerah (pilkada). Visi dan misi kepala daerah tersebut merupakan cerminan dari
kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama
5 (lima) tahun.

Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Lampung Selatan pada saat
ini, telah sampai pada periode pembangunan jangka menengah tahap 3 dari RPJPD
Kabupaten Lampung Selatan 2005-2025, yaitu periode 2016-2021. Sasaran pokok dan arah
kebijakan pembangunan jangka menengah tahap 3 dari RPJP Kabupaten Lampung Selatan
2005-2025 dan RPJMN Tahun 2015-2019 menjadi pedoman utama dalam pembangunan
lima tahun Kabupaten Lampung Selatan periode 2016-2021 yang dijabarkan di dalam
RPJMD Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016-2021.

Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan merupakan penerjemahan dari kondisi
daerah yang ingin dicapai dimasa depan dalam 20 (dua puluh) tahun ke depan (Visi). Visi
jangka panjang daerah tersebut dituangkan dalam RPJPD, dan merupakan visi yang
dirumuskan, dibahas dan disepakati secara bersama-sama oleh seluruh pemangku
kepentingan pembangunan daerah secara partisipatif.

Visi RPJMD Kabupaten Lampung Selatan merupakan cerminan dari kondisi masa depan
Kabupaten Lampung Selatan yang ingin dicapai (desired future) dalam masa 5 (lima) tahun.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa, RPJMD merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program kepala daerah maka Visi RPJMD Kabupaten Lampung Selatan
mencerminkan kondisi Kabupaten Lampung Selatan yang ingin dicapai dalam masa jabatan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-31
Kepala Daerah selama 5 (lima) tahun. Visi kepala daerah Kabupaten Lampung Selatan
terpilih untuk masa jabatan tahun 2016 – 2021 adalah sebagai berikut (telah disesuaikan
dengan kaidah dan prinsip perencanaan pembangunan daerah):
“TERWUJUDNYA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN YANG SEJAHTERA, BERDAYA
SAING, MANDIRI, DAN BERAKHLAK MULIA”

Visi tersebut akan diwujudkan hingga akhir periode jabatan Kepala Daerah dengan
semangat “AYO BANGUN DESA”. Dalam RPJPD Kabupaten Lampung Selatan 2005-2025,
sejahtera berarti terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohani masyarakat. Kebutuhan
jasmani ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat,
kemampuan pendayagunaan segenap sumber daya alam, ketersediaan infrastruktur,
pertumbuhan ekonomi, yang dimanfaatkan dan dikelola secara bijaksana. Kebutuhan rohani
ditunjukkan oleh kondisi masyarakat yang memahami, menyadari dan melaksanakan ajaran
agama masing-masing.

Sejahtera juga mempunyai konotasi whealthy atau prosperous. Masyarakat yang sejahtera
berarti secara ekonomi makmur, dengan pembagian yang lebih adil dan merata. Jumlah
penduduk terkendali (laju pertumbuhan lebih rendah) derajat kesehatan tinggi, angka
harapan hidup tinggi, dan kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat sejahtera terjamin
hak-haknya dan berkesempatan sama untuk meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan,
pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial, serta kebutuhan dasar yang layak.

Daya saing dapat dinilai dengan berbagai macam pendekatan dan indikator yang pada
prinsipnya menunjukkan kemampuan yang lebih unggul secara kuantitas ataupun kualitas
pada skala nasional antar daerah ataupun pada skala internasional antar negara. Daya
saing daerah didefinisikan sebagai kemampuan daerah untuk bersaing di tingkat regional,
nasional, dan bahkan internasional.

Dengan demikian, daya saing merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang dimulai dari
penyusunan kebijakan, sampai dengan implementasi berupa kelembagaan dan tata kelola
dan berupa pembangunan infrastruktur. Muara dari implementasi kebijakan-kebijakan
tersebut adalah tercapainya produktivitas suatu negara/daerah sehingga akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat pada skala perekonomian nasional/daerah. Semakin kompetitif daya
saing sebuah sistem perekonomian, maka pembangunan akan tumbuh lebih cepat.
Kemandirian bukanlah kemandirian dalam keterisolasian. Kemandirian mengenal adanya
kondisi saling ketergantungan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bermasyarakat.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-32
Kemandirian yang demikian adalah paham yang proaktif dan bukan reaktif atau defensif.
Kemandirian merupakan konsep yang dinamis karena mengenali bahwa kehidupan dan
kondisi saling ketergantungan senantiasa berubah, baik konstelasinya, perimbangannya,
maupun nilai-nilai yang mendasari dan mempengaruhinya.

3.3.3.2 Misi RPJMD 2016-2021


Dengan memperhatikan sasaran pokok pembangunan jangka menengah daerah periode
2016-2021, rumusan misi pembangunan daerah untuk mencapai Visi
“TERWUJUDNYA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN YANG SEJAHTERA, BERDAYA
SAING, MANDIRI, DAN BERAKHLAK MULIA”

Untuk mencapai visi tersebut, maka ditetapkan beberapa misi, yaitu:


1. Membangun infrastruktur untuk mempercepat kemajuan desa sesuai dengan tata
ruang wilayah;
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelayanan pendidikan dan
kesehatan yang baik, terjangkai dan proaktif;
3. Membangun perekonomian daerah dengan memperkuat ekonomi berbasis kerakyatan
dan perdesaan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;
4. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai, menjunjung tinggi hukum, demokratis
dan memberdayakan perempuan berlandaskan nilai agama dan budaya;
5. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, efektif dan profesional.

Dari 5 (lima) misi pembangunan tersebut, misi yang berkaitan langsung dengan
pembangunan sektor PKP adalam misi nomor 1, yaitu membangun infrastruktur untuk
mempercepat kemajuan desa sesuai dengan tata ruang wilayah. Oleh karenanya dalam
RPJMD ditetapkan indikator kinerja setiap misi tersebut, adapun indikator kinerja untuk misi
nomor 1 tersebut adalah:
a. Meningkatnya konstruksi jalan Kabupaten dengan permukaan berpenutup aspal
(hotmix)/beton semen pada jaringan jalan Kabupaten;
b. Meningkatnya panjang jalan Desa/Lingkungan dengan kondisi mantap;
c. Tercapainya target panjang jaringan jalan Kabupaten dengan kondisi mantap;
d. Persentase penduduk yang sudah terlayani oleh Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) baik di perkotaan maupun perdesaan;
e. Cakupan penanganan kawasan kumuh, padat dan miskin;
f. Cakupan layanan telekomunikasi dan internet.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-33
Tabel 3. 4 Indikator Kinerja misi 1 Dalam RPJMD 2016-2021

Dalam mencapai misi nomor 1 tersebut juga ditetapkan beberapa sasaran;


1. Tersedianya layanan transportasi yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu,
terpelihara, mencukupi kebutuhan, dan secara terpadu mampu mengkoneksikan
seluruh pelosok daerah;
2. Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman yang layak dan sehat;
3. Terwujudnya daya dukung infrastruktur komunikasi dan informasi yang handal dan
merata; dan
4. Terwujudnya tata ruang wilayah sesuai arahan pemanfaatan ruang wilayah jangka
menengah (lima tahunan).

Dari 4 (empat) sasaran tersebut, maka sasaran nomor 2 merupakan sasaran yang langsung
terkait dengan pembangunan sektor PKP di Kabupaten Lampung Selatan. Upaya pencapain
sasaran tersebut dilakukan dengan stategi peningkatan tata kelola penyelenggaraan dan
pemanfaatan kawasan permukiman dengan arahan kebijakan yaitu pemenuhan
kebutuhan infrastruktur dasar permukiman yang berkualitas, layak dan sehat melalui
pendekatan tanggap kebutuhan dan terpadu dengan sumber daya alam dan lingkungan
hidup. Berikut ini adalah indikator sasaran untuk meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman yang layak dan sehat;

100% penduduk yang 100% tersedianya


Pemerintah informasi
Kabupaten RencanaSelatan
Lampung Tata 100% rumah tangga
terlayanani SPAM cakupan pelayanan
perkotaan
Dinas dan
Perumahan dan
Ruang (RTR) wilayah
Kawasan
melalui
yang menggunakan air
Permukiman
peta analog dan bersih
3-34
PDAM mencapai 15%
perdesaan peta digital terbaru
Gambar 3. 8 Indikator Sasaran untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman

3.4 Visi dan Misi


Dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman di Kabupaten Lampung Selatan membutuhkan sebuah perumusan visi. Visi
yang telah dirumuskan untuk pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman di Kabupaten Lampung Selatan yaitu sebagai berikut:

“Terwujudnya Rumah Layak Huni serta Kawasan Permukiman yang Nyaman dan
Berkelanjutan”

Pada visi yang telah dirumuskan terdapat beberapa kata kunci yang menjadi fokus utama
dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan PKP di Kabupaten Lampung Selatan
yaitu sebagai berikut:
1. Rumah Layak Huni
Rumah layak huni berarti rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan
dan kecukupan luas minimum bangunan serta kesehatan penghuninya. Kriteria untuk
mewujudkan rumah layak huni, yaitu persyaratan bangunan (yang meliputi atap,
plafon, lantai, dinding) yang menjamin kesehatan penghuninya meliuti kecukupan
luas hunian, pencahayaan, penghawaan dan sanitasi.
2. Nyaman
Kata Nyaman yang terdapat dalam visi berarti kebutuhan perumahan yang layak dan
terjangkau dalam lingkungan yang sehat serta aman yang didukung prasarana,
sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan
3. Berkelanjutan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-35
Berkelanjutan merupakan suatu kondisi lingkungan hidup (sumber daya) yang terus
menerus / berlanjut untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi saat ini hingga generasi di masa mendatang.
Untuk mewujudkan visi tersebut maka dibutuhkan beberapa misi yang merupakan
penguraian dari kata kunci yang terdapat dalam visi, yaitu sebagai berikut
1. Mewujudkan rumah layak huni bagi MBR di Kabupaten Lampung Selatan
2. Mewujudkan lingkungan permukiman yang nyaman
3. Mewujudkan perumahan dan kawasan permukiman yang berkelanjutan

Untuk mendukung misi tersebut dibutuhkan strategi pembangunan dan pengembangan


perumahan dan kawasan permukiman yang mampu mengkoordinasikan dan
mengharmoniskan semua sumber daya yang dimiliki Kabupaten Lampung Selatan. Strategi
pembangunan dan pengembangan PKP merupakan perumusan suatu rencana menyeluruh
untuk pengembangan PKP, peningkatan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Lampung
Selatan. Adapun strategi yang telah dirumuskan untuk Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kabupaten Lampung Selatan
terdapat pada tabel 3.5

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 3-36
Tabel 3. 5 Visi, Misi, dan Strategi
VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI
1. Mewujudkan Fasilitasi penyediaan Berkurang dan atau 1. Peningkatan kualitas a. Melaksanakan kegiatan
rumah layak huni rumah layak huni terpenuhinya bangunan rumah bedah rumah
bagi MBR di bagi MBR backlog perumahan bagi MBR
b. Memberikan bantuan
Kabupaten
stimulus untuk peningkatan
Lampung Selatan

c. Menjalin kerjasana dengan


Pemerintah Pusat, Provinsi,
dan Dunia Usaha dalam
Terwujudnya pengentasan RTLH
Rumah Layak
2. Penyediaan rumah a. Melakukan kerjasama
Huni serta
tapak khusus bagi dengan Pemerintah Pusat,
Kawasan
nelayan Provinsi, dan Dunia Usaha
Permukiman
dalam penyediaan rumah
yang Nyaman
khusus
dan
Berkelanjutan b. Menginventarisasi
ketersediaan lahan milik
Pemkab untuk
pembangunan rumah
khusus
c. Memberikan kemudahan
perizinan untuk
pembangunan rumah
khusus

3-37
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
3. Pembangunan rumah a. Melakukan kerjasama
susun sederhana dengan Pemerintah Pusat,
untuk MBR dan Provinsi, dan Dunia Usaha
Aparatur Sipil Negara dalam penyediaan rumah
(ASN) susun
b. Menginventarisasi
ketersediaan lahan milik
Pemkab untuk
pembangunan rumah susun

c. Memberikan kemudahan
perizinan untuk
pembangunan rumah susun

4. Pendataan dan a. Membuat sistem database


updating baseline BNBA berbasis SIG
kebutuhan rumah
b. Melakukan sinkronisasi dan
updating data perumahan

5. Pembangunan rumah a. Memberikan peluang serta


tapak layak huni kemudahan perizinan bagi
serta fasilitasi developer dalam
kepemilikan rumah pembangunan rumah
bagi MBR dan ASN
b. Menginisiasi KPBU dalam
penyediaan rumah bagi ASN
dan MBR

3-38
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
c. Melakukan kerjasama
dengan pihak Perbankan
atau Lembaga Keuangan
untuk fasilitasi pembiayaan
perumahan khususnya bagi
MBR

d. Memfasilitasi pembenntukan
kelompok MBR untuk KPR
2. Mewujudkan Meningkatkan Pengentasan 1. Penyediaan akses a. Melakukan harmonisasi dan
lingkungan kualitas hidup kawasan kumuh di layak terhadap sinkronisasi program dan
permukiman yang masyarakat dan perkotaan dan atau infrastruktur dasar kegiatan pengentasan
nyaman lingkungan sosial di perdesaan kawasan kumuh
kawasan
permukiman b. Meningkatkan kualitas
layanan dan ketersediaan
jaringan jalan, drainase, air
limbah, persampahan, dan
air minum
2. Peningkatan a. Melakukan optimalisasi
kerjasama dan peranan Pokja PKP
kolaborasi antar b. Membangun jejaring
stakeholder dalam kemitraan dan koordinasi
pengentasan secara berkala
kawasan kumuh
c. Memfasilitasi upaya
peningkatan kapasitas SDM
bidang PKP
3. Peningkatan a. Meningkatkan alokasi
kapasitas anggaran daerah untuk
pembiayaan penyelenggaraan sektor
penyelenggaraan PKP

3-39
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
sektor PKP b. Mengupayakan sumber
pembiayaan dari Pemerintah
Pusat, Provinsi, dan Dunia
Usaha

4. Pengaturan, a. Menyusun regulasi daerah


Pembinaan, dan untuk penanganan dan
Pengawasan PKP pengentasan masalah PKP

b. Menyiapkan skema insentif


dan disinsentif
c. Melakukan sosialisasi
kebijakan terkait
penyelenggaraan PKP
d. Melakukan upaya
penegakan hukum
3. Mewujudkan Mendukung Terlaksananya 1. Pemenuhan a. Menyusun materi teknis dan
perumahan dan pembangunan penyelenggaraan dokumen dan Perda tentang RP3KP
kawasan Kabupaten Lampung bidang PKP sesuai regulasi sektor PKP
permukiman yang Selatan yang dengan Rencana b. Menyiapkan NSPK sektor
berkelanjutan berwawasan Tata Ruang dan PKP
lingkungan Mitigasi Bencana c. Melakukan sinkronisasi dan
harmonisasi kebijakan,
strategi, program, dan
kegiatan sektor PKP dengan
rencana tata ruang

3-40
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
2. Pemenuhan a. Menginventarisasi dan
perizinan dan sosialisasi jenis perizinan
persyaratan teknis dan persyaratan teknis
dalam pembangunan pembangunan PKP
PKP b. Melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap
penyelenggaraan PKP

3. Pembangunan a. Melakukan pemetaan


berbasis mitigasi dan kawasan rawan bencana
adaptasi bencana
b. Mengembangkan sistem
biopori
c. Menyiapkan jalur dan sarana
evakuasi bencana

d. Edukasi dan kampanye


mitigasi bencana
Sumber: Hasil Kajian, 2018

3-41
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
Contents
BAB III ........................................................................................................................................ 1
TINJAUAN KEBIJAKAN............................................................................................................. 1
3.1 ARAHAN KEBIJAKAN NASIONAL ............................................................................. 1
3.1.1 Arahan Kebijakan Utama Pembangunan Wilayah Nasional .................................. 2
3.1.2 Agenda Prioritas Nasional ....................................................................................... 5
3.1.3 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ........................................................... 6
3.1.4 Kebijakan dan Strategi Sektor Perumahan dan Kawasan Permukiman ................ 8
3.2 ARAHAKAN KEBIJAKAN PROVINSI LAMPUNG .................................................... 10
3.3 ARAHAN KEBIJAKAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN .................................. 12
3.3.1 RTRW Kabupaten Lampung Selatan 2011-2031 ................................................. 12
3.3.1.1 Tujuan, kebijakan dan strategi .............................................................................. 12
3.3.1.2 Rencana struktur ruang ......................................................................................... 16
3.3.1.3 Rencana Pola Ruang ............................................................................................ 20
3.3.2 RPJP Kabupaten Lampung Selatan 2005-2025 ................................................... 29
3.3.3 RPJMD Kabupaten Lampung Selatan 2016-2021................................................ 31
3.3.3.1 Visi RPJMD 2016-2021 ......................................................................................... 31
3.3.3.2 Misi RPJMD 2016-2021......................................................................................... 33

Tabel 3. 1 Rencana Sistem Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Lampung Selatan 2011-
2031.......................................................................................................................................... 16
Tabel 3. 2 Luas Hutan Lindung di Kabupaten Lampung Selatan .......................................... 20
Tabel 3. 3 Potensi Rawan Bencana di Kabupaten Lampung Selatan .................................... 24
Tabel 3. 4 Indikator Kinerja misi 1 Dalam RPJMD 2016-2021 ............................................... 34
Tabel 3. 5 Visi, Misi, dan Strategi ............................................................................................ 37

Gambar 3. 1 RPJMN .................................................................................................................. 1


Gambar 3. 2 Sasaran utama pembangunan Nasional 2015-2019 ........................................... 6
Gambar 3. 3 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ................................................ 7
Gambar 3. 4 Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-11 .................................... 7
Gambar 3. 5 Strategi Penyediaan Perumahan ......................................................................... 9
Gambar 3. 6 Target Road Map dalam sektor PKP ................................................................. 10
Gambar 3. 7 Arahan Kebijakan Wilayah Provinsi Lampung ................................................... 12
Gambar 3. 8 Indikator Sasaran untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman ...... 35

Peta 3. 1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lampung Selatan................................. 19


Peta 3. 2 Peta Rawan Bencana............................................................................................... 25
Peta 3. 3 Peta Kawasan Permukiman ..................................................................................... 28
Peta 3. 4 Peta Rencana Pola Ruang....................................................................................... 29

3-42
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
3-43
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
BAB 4
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN

4.1 PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PKP

4.1.1 Arahan Lokasi


Rencana pembangunan dan pengembangan sektor perumahan dan kawasan permukiman di
Kabupaten Lampung Selatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni dan
terwujudnya kawasan permukiman yang nyaman serta berkelanjutan. Rencana
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman didasari oleh analisa kebutuhan rumah
serta hasil analisa terhadap kondisi fisik lingkungan Kabupaten Lampung Selatan. Secara
umum rencana pembangunan dan pengembangan sektor PKP juga akan dilakukan
berdasarkan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lampung Selatan.

RTRW Kabupaten Lampung Selatan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah


Kabupaten Lampung Selatan Nomor 5 Tahun 2012 membagi mengalokasikan
pembangunan dan pengembangan PKP sebagai berikut:
a. kawasan peruntukan pemukiman perkotaan
Kawasan peruntukan pemukiman perkotaan akan dikembangkan pada pusat kegiatan
wilayah, dan pusat kegiatan lokal, yaitu pada Kecamatan Bakauheni, Kalianda,
Sidomulyo, Jati Agung, Tanjung Bintang, dan Natar.
b. kawasan peruntukan pemukiman pedesaan
Kawasan peruntukan pemukiman pedesaan akan dikembangkan menyebar di Seluruh
wilayah Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan arahan RTRW tersebut serta hasil proyeksi jumlah dan kepadatan penduduk
Kabupaten Lampung Selatan untuk 20 tahun yang akan datang maka arahan pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman baru harus dilakukan pada kawasan yang memiliki
tingkat kemiringan lereng antara 0 -15%. Pembangunan dan pengembangan PKP pada
kondisi kelerengan lebih dari 15% akan memiliki resiko kebencananaan seperti rawan
longsor serta sulitnya penyediaan prasarana lingkungan khususnya pembangunan jaringan
jalan pada lingkungan hunian maupun permukiman tersebut.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-1
Tabel 4.1
Arahan Kelas Lereng Untuk Pembangunan dan Pengembangan PKP
Kelas Sudut Lereng (%)
Peruntukan Lahan
0–3 3–5 5 – 10 10 – 15 15 – 20 20 – 30 30 – 40 >40
Jalan raya
Parkir
Taman bermain
Perdagangan
Drainase
Permukiman
Trotoar
Bidang resapan
septik
Tangga umum
Rekreasi
Sumber: SNI 03-1733-2004.

Hasil analisa terhadap ketersedian lahan untuk kawasan budidaya menggambarkan bahwa
Kabupaten Lampung Selatan akan mengalami kekurangan lahan karena terbatasnya daya
dukung dan daya dukung lahan di Kabupaten Lampung Selatan. Pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman selain diarahkan pada kawasan yang
tidak masuk dalam negatif list perumahan dan kawasan permukiman Kabupaten Lampung
Selatan. Pembangunan dan pengembangan perumahan serta kawasan permukiman pada
kawasan negatif list akan memiliki resiko serta potensi dampak negatif yang lebih besar.
Pembatasan atau larangan pembangunan kawasan permukiman di luar kawasan negatif list
juga dimaksudkan sebagai salah satu bentuk mitigasi bencana karena secara fisik geografis
Kabupaten Lampung Selatan memiliki potensi bencana alam yang beragam. Adapun wilayah
atau kawasan yang masuk kategori negatif list adalah:
 Kawasan hutan lindung;
 Kawasan hutan produksi;
 Kawasan Cagar Alam;
 Kawasan rawan bencana
 Kawasan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B); dan
 Kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai.

Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan negatif list pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Lampung Selatan juga dapat dilihat
pada gambar peta berikut ini:

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-2
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-3
Dengan keterbatasan kemampuan daya dukung dan daya tampung wilayah Kabupaten
Lampung Selatan maka untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu dibuatkan
arahan kepadatan permukiman. Adapun arahan kepadatan permukiman di Kabupaten
Lampung Selatan secara umum akan dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu permukiman
kepadatan tinggi, permukiman kepadatan sedang dan permukiman kepadatan rendah.
Permukiman berkepadatan tinggi diarahkan dikembangkan pada wilayah utara Kabupaten
Lampung Selatan seperti di Kecamatan Natar, Kecamatan Tanjung Bintang dan Kecamatan
Jati Agung serta di Kecamatan Kalianda yang merupakan pusat ibukota Kabupaten. Pada
permukiman berkepadatan tinggi nantinya juga akan diarahkan pengembangan perumahan
dan permukiman dengan konsep vertikal.

Tabel 4.2
Arahan Kepadatan Permukiman
Proyeksi
Jumlah Kepadatan
Jumlah Rumah Arahan Tingkat
No Kecamatan Penduduk Penduduk
Tahun 2038 Kepadatan Permukiman
(Jiwa) (Jiwa/Km2)
(Unit)
1 Natar 247.137 1.156 61.784 Kepadatan Tinggi
2 Jati Agung 144.219 877 36.055 Kepadatan Tinggi
3 Tanjung Bintang 95.134 733 23.784 Kepadatan Tinggi
4 Tanjung Sari 34.508 334 8.627 Kepadatan Rendah
5 Katibung 84.452 480 21.113 Kepadatan Sedang
6 Merbau Mataram 54.314 477 13.579 Kepadatan Sedang
7 Way Sulan 26.277 565 6.569 Kepadatan Sedang
8 Sidomulyo 58.021 474 14.505 Kepadatan Rendah
9 Candipuro 67.501 797 16.875 Kepadatan Sedang
10 Way Panji 18.679 486 4.670 Kepadatan Rendah
11 Kalianda 108.496 672 27.124 Kepadatan Tinggi
12 Rajabasa 26.434 263 6.609 Kepadatan Rendah
13 Palas 65.962 385 16.491 Kepadatan Rendah
14 Sragi 37.553 458 9.388 Kepadatan Sedang
15 Penengahan 41.213 310 10.303 Kepadatan Rendah
16 Ketapang 60.033 553 15.008 Kepadatan Sedang
17 Bakauheni 32.425 568 8.106 Kepadatan Sedang
JUMLAH 1.202.358 599 300.590 -
Sumber: Hasil Analisa 2018.

Selain memenuhi kriteria lokasi sebagaimana diuraikan tersebut, rencana lokasi


pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman juga harus
memenuhi aspek legalitas tanah serta memiliki kesesuaian dengan rencana tata ruang.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-4
4.1.2 Arahan Penyediaan Rumah
Penyediaan perumahan di Kabupaten Lampung Selatan dilakukan berdasarkan hasil analisa
backlog baik penghunian maupun kepemilikan. Hasil analisa menunjukan bahwa sampai
dengan tahun 2038 Kabupaten Lampung Selatan jumlah backlog penghunian kurang lebih
83.192 unit. Penyediaan perumahan untuk memenuhi backlog penghunian tersebut
dilakukan dengan melakukan pembangunan rumah baru. Rencana penyediaan rumah baru
di Kabupaten Lampung Selatan dilakukan dengan:
1. Pembangunan rumah baru baik oleh masyarakat, pemerintah maupun
pengembang/developer dengan target minimal 4.150 unit setiap tahun yang tersebar
di seluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan;
2. Pembangunan rumah baru dilakukan dengan bentuk rumah tunggal, rumah deret dan
rumah susun;
3. Pembangunan 200 unit rumah khusus bagi masyarakat nelayan di Kecamatan
Kalianda, Kecamatan Bakauheni, Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Ketapang dan
Kecamatan Katibung;
4. Pengembangan konsep hunian berimbang bagi pembangunan rumah komersil;
5. Pembangunan baru rumah harus memenuhi persyaratan teknis diantaranya
keandalan bangunan dan tata bangunan; dan
6. Pembangunan baru rumah yang terkena dampak bencana alam.
Persyaratan keandalan bangunan gedung
Pembangunan rumah baru di Kabupaten Lampung Selatan juga harus memenuhi
persyaratan keandalan bangunan gedung. Pemenuhan persyaratan tersebut dimaksudkan
untuk mewujudkan tersedianya rumah layak huni bagi masyarakat Kabupaten Lampung
Selatan. Ketentuan keandalan bangunan gedung ini diantaranya diatur dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Bangunan Gedung. Adapun
beberapa persyaratan bangunan gedung adalah:
A. Keselamatan
 Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan. Tolak
ukurnya adalah struktur yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan
tersebut sampai dengan kondisi pembebanan maksimum. Hal ini bertujuan agar bila
terjadi keruntuhan, pengguna bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.
 Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam memcegah dan menanggulangi
bahaya kebakaran, melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif.
 Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir,melalui
sistem penangkal petir.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-5
B. Kesehatan
 Persyaratan sistem penghawaan, mengakomodasi kebutuhan sirkulasi dan
pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan,
baik ventilasi alami, dan/atau ventilasi buatan.
 Persyaratan sistem pencahayaan, memenuhi kebutuhan pencahayaan yang harus
disediakan pada bangunan gedung, baik melalui pencahayaan alami maupun buatan,
termasuk pencahayaan darurat.
 Persyaratan sistem sanitasi, harus disediakan di dalam dan di luar bangunan
gedung. Sistem ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air
kotor, air limbah, dan sampah, serta penyaluran air hujan. Sistem sanitasi ini
sebaiknya mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak
membahayakan, serta tidak menggangu lingkungan.
 Persyaratan penggunaan bahan bangunan gedung, harus aman bagi kesehatan
pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.

C. Kenyamanan
 Kenyamanan ruang gerak, diperoleh dari dimensi ruang yang cukup serta tata letak
ruang yang baik dan sesuai fungsi, sehingga memberikan kenyamanan bergerak
dalam ruangan.
 Kenyamanan hubungan antar ruang, berhubungan dengan tata letak ruang dan
sirkulasi antar ruang di dalam bangunan gedung. Desain ruangan yang fungsional
merupakan kunci untuk mendapatkan sirkulasi yang baik, sehingga tercipta pola
aktivitas penghuni yang nyaman.
 Kenyamanan kondisi udara dalam ruang, merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembapan di dalam ruang.
 Kenyamanan pandangan, merupakan suatu kondisi terpenuhinya hak pribadi setiap
orang dalam melaksanakan kegiatannya di dalam bangunan gedung tanpa terganggu
kegiatan bangunan gedung lain di sekitarnya.
 Kenyamanan tingkat getaran dan tingkat kebisingan, merupakan tingkat kenyamanan
yang ditentukan oleh suatu keadaan tidak terganggunya penggunan dan fungsi
bangunan gedung oleh getaran atau kebisingan yang timbul, baik dari dalam
bangunan gedung maupun dari lingkungannya.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-6
D. Kemudahan
Persyaratan kemudahan merupakan kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan
gedung, serta kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemamfaatan bangunan gedung.
Kemudahan tersebut meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

Kualitas Bangunan
Kualitas bangunan adalah kondisi suatu bangunan yang menjamin kesesuaian fungsi
bangunan dengan tujuan, ide atau gagasan awal maupun konsep bangunannya.
Sistem kualitas pada bangunan ditentukan oleh kriteria dan proses desain
Kriteria desain merupakan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dalam proses desain
agar desain yang dihasilkan dapat berkualitas atau dapat merepresentasikan kebutuhan,
tujuan, konsep dan gagasan yang telah ditentukan pada awal proses desain (Barrie,1992).

1. Kriteria Desain Fungsional


Merupakan kriteria yang berhubungan dengan fungsi dari suatu bangunan. Kriteria ini
digambarkan dengan pola kegiatan yang terjadi dalam suatu bangunan sehingga hasil dari
pola kegiatan ini adalah suatu bentuk hubungan ruang-ruang / komponen-komponen yang
dibutuhkan.

2. Kriteria Desain Teknis


Merupakan kriteria yang harus dipenuhi setelah kriteria fungsional dapat diidentifikasi. Yang
dimaksud dengan kriteria desain teknis adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam
merencanakan bangunan berdasarkan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dalam bangunan.
Kriteria desain teknis ini adalah kriteria yang berhubungan dengan aspek kenyamanan dan
keselamatan pengguna bangunan, sehingga erat kaitannya dengan skala, dimensi, aspek
estetis, tata letak dan bentuk bangunan maupun ruang.

Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran, secara fungsional bertujuan untuk menjamin suatu
bangunan agar mampu mendukung beban yang timbul akibat perilaku manusia pada saat
terjadi kebakaran sehingga cukup bagi pengguna bangunan melakukan evakuasi secara
aman, cukup waktu bagi petugas pemadam kebakaran memasuki lokasi untuk
memadamkan api, serta dapat menghindari kerusakan pada harta benda lainnya dalam
bangunan.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-7
Kriteria desain teknis Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran pada bangunan harus
memenuhi Sistem struktur yang stabil pada saat terjadinya kebakaran
Layout bangunan dengan jalur sirkulasi / aksesibilitas yang mudah dicapai dan aman
Sistem pengendalian dan penanggulangan hasil produk kebakaran : api dan asap

4.1.3 Arahan Pembiayaan Perumahan


Arahan pembiayaan perumahan di Kabupaten Lampung Selatan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan backlog kepemilikan yang berjumlah kurang lebih 25.867 unit pada tahun 2018.
Arahan pembiayaan perumahan perlu dilakukan selain untuk memenuhi atau mengatasi
backlog kepemilikan juga untuk memberikan atau memfasilitasi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) untuk memiliki rumah. Permasalahan pembiayaan perumahan di Kabupaten
Lampung Selatan diantaranya adalah kurangnya daya beli masyarakat khususnya pekerja
sektor informal. Sebagaimana dipaparkan dalam Profil Wilayah dan Perumahan pada bab
sebelumnya, sebagian besar masyarakat Kabupaten Lampung Selatan memiliki mata
pencaharian pada sektor non formal. Kondisi matapencaharian atau jenis pekerjaan sektor
informal tersebut menjadikan kelompok MBR menjadi tidak bankable atau sulit untuk
mendapatkan kredit dari lembaga keuangan. Penyediaan rumah layak huni yang terjangkau
bagi MBR menjadi salah satu upaya untuk memfasiltasi kepemilikan rumah. Adapun arahan
pembiayaan perumahan di Kabupaten Lampung Selatan adalah:
1. Melakukan reformulasi kredit kepemilikan rumah (KPR) FLPP bagi MBR agar lebih
berkeadilan terkait besarnya bunga dan lama angsuran sesuai dengan penghasilan
MBR;
2. Bekerjasama dengan pengembangan dan lembaga keuangan untuk program DP 0%
khusus bagi pekerja sektor informal dan Aparatur Sipil Negara (ASN) golongan I dan
golongan II;
3. Bekerjasama dengan Bank Lampung atau lembaga keuangan lainnya untuk program
KPR bagi ASN Kabupaten Lampung Selatan;
4. Memberikan Hak Guna Bangunan (HGB) bagi penghuni rumah susun dan rumah
rumah khusus milik pemerintah yang telah menghuni minimal selama 20 tahun;
5. Menyediakan bantuan penyediaan PSU bagi perumahan bersubsidi untuk menekan
harga jual; dan
6. Membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk menyediakan dan atau
membangunan rumah layak huni dan terjangkau.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-8
Gambar 4.2
Skema Pembiayaan Perumahan

Rencana pembiayaan perumahan juga akan berkaitan dengan usaha peningkatan


kemampuan daya beli masyarakat khususnya MBR. Peningkatan daya beli MBR juga harus
dilakukan melalui upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat baik perkotaan maupun
pedesaan. Penanggulangan kemiskinan menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk
meningkatkan daya beli masyarakat terhadap rumah di Kabupaten Lampung Selatan.
Penanggulangan kemiskinan merupakan bagian yang terintegrasi dengan penyediaan
rumah yang layak huni dan terjangkau yang pada pelasanaannya harus dilakukan oleh
berbagai stakeholder. Beberapa arahan untuk peningkatan kesejahteraan serta
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Lampung Selatan diantaranya adalah:
1. Mempermudah mekanisme perzinan bagi investasi di Kabupaten Lampung Selatan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan untuk membuka lapangan
pekerjaan;
2. Melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pembentukan BumDes
(Badan Usaha Milik Desa) dan pemberian modal usaha melalui Dana Desa;
3. Memperluas dan kemudahan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh lembaga
keuangan dengan bunga rendah;
4. Meningkatkan standar Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Lampung Selatan;
5. Memberikan jaminan pendidikan dasar dan menengah serta jaminan kesehatan
gratis khususnya bagi MBR.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-9
4.2 RENCANA PENYEDIAAN PSU PERMUKIMAN
Keterpaduan penyediaan perumahan harus diiringi dengan penyediaan prasarana sarana
dan utilitas (PSU) lingkungan perumahan dan permukiman. Ketersediaan PSU yang
memadai pada kawasan perumahan dan permukiman juga merupakan upaya untuk
menciptakan lingkungan hunian dan kawasan permukiman yang layak dan nyaman. Selain
itu penyediaan PSU akan sejalan dengan usaha pengentasan serta pencegahan munculnya
kawasan kumuh di Kabupaten Lampung Selatan. Secara umum rencana penyediaan PSU
perumahan dan kawasan permukiman nantinya harus sesuai dengan rencana tata ruang
Kabupaten Lampung Selatan.

4.2.1 Rencana jaringan jalan


Rencana penyediaan jaringan jalan bagi kawasan perumahan dan permukiman akan
mendukung konektifitas antar lingkungan hunian dan kawasan permukiman serta
peningkatan aksesibilitas wilayah. Ketersediaan jaringan jalan yang memadai juga akan
berdampak bagi peningkatan distribusi barang dan jasa sehingga akan berdampak positif
bagi peningkatan perekonomian wilayah. Adapun rencana penyediaan jaringan jalan
diantaranya adalah:
1. Pemeliharaan jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten secara berkala;
2. Peningkatan kualitas perkerasan jaringan jalan khususnya jalan lokal dan lingkungan
yang menghubungkan antar lingkungan hunian dan permukiman;
3. Pembangunan jaringan jalan baru pada lingkungan hunian dan kawasan perumahan
sesuai dengan rencana tata ruang dan kebutuhan masyarakat;

Jalur pejalan kaki/pedestrian


Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan
Kaki di Perkotaan, standar jalur pejalan kaki/pedestrian antara lain:
 Permukaan pedestrian harus stabil dan kuat, dan tekstur relatif rata tetapi tidak licin
 Pedestrian yang mempunyai kemiringan lebih dari 5% dianggap sebagai ramp dan
memiliki persyaratan rancangan khusus
 Lintasan dengan kemiringan 5% dapat dilalui sendiri oleh para pengguna kursi roda,
tetapi kemiringan yang menerus dari 4°-5° harus mempunyai daerah rata yang pendek (5
kaki/1,5 m) setiap kurang lebih 100 kaki/30 m untuk memungkinkan para pengguna kursi
roda berhenti dan beristirahat

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-10
 Penerangan sepanjang pedestrian harus berkisar antara 0,5-5 foot candle, tergantung
pada intensitas pemakaian, bahaya yang ada, serta kebutuhan relatif akan keamanan
 Peletakan drainase harus rata dengan permukaan jalan atau pedestrian dan apabila
mempunyai penutup lubang, maka batang besi sejajar (grill) atau pola yang mempunyai
pelubangan yang lebih besar dari 0,75 inchi/2cm tidak boleh digunakan
 Lebar pedestrian minimum adalah 4 kaki/1,2 m dan 5 kaki 6 inci/1,7 m sebagai lebar
minimum untuk lalu lintas 2 arah yang sederhana

Secara tipologi, ruang pejalan kaki dapat dibagi menjadi 6 tipe sebagai berikut;

Ruang Pejalan Kaki di


Ruang Pejalan Kaki di Ruang Pejalan Kaki di Kawasan
Sisi Jalan (Sidewalk) Sisi Air (Promenadei) Komersial/Perkantoran
(Arcade)

Ruang Pejalan Kaki di


Ruang Pejalan Kaki di Ruang Pejalan Kaki di
Bawah Tanah
RTH (Green Pathway) Atas Tanah (Elevated)
(Underground)

Gambar 4.3
Ilustrasi Rencana Pengembangan Pedestrian Di Kawasan Perkotaan
Kabupaten Lampung Selatan
Gambar
PEDOMAN UMUM PERENCANAAN PEDESTRIAN

Sumber: Hasilruang
Memberikan Rencana,
untuk daerahTahun 2013
istirahat bagi pejalan
kaki yang mengalami kelelahan. Trotoar harus direncanakan untuk memungkinkan
Memungkinkan penyandang cacat fisik, hamil maupun bermacam karakteristik pejalan kaki bergerak secara
manula yang melalui pedestrian secara aman dan aman, bebas dan tidak terintangi melalui lingkungan
nyaman. eksterior yang nyaman.

RTH sebagai
elemen estetis dan pengaman Pengamanan area
trotoar dan sempadan
jalan dari aktivitas
informal melalui
peraturan K-3 yang
tegas dan operasional.

Kemiringan
Permukaan yang tidak
menimbulkan slip.
Kemiringan maksimum 17 %.

Memberikan ruang yang cukup lebar bagi


trotoar :
a. Lalu lintas 1 arah minimal 1 meter.
b. Lalu lintas 2 arah minimal 1,5 meter

IV - 37
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-11
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-12
Standar Teknis Prasarana Ruang Pejalan Kaki

a. Ukuran dan dimensi


Lebar efektif minimum jaringan pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah 60
centimeter ditambah 15 centimeter untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga
kebutuhan total minimal untuk 2 (dua) orang pejalan kaki berpapasan menjadi 150
centimeter. Untuk arcade dan promenade yang berada di daerah pariwisata dan komersial
harus tersedia area untuk window shopping atau fungsi sekunder minimal 2 meter.

Gambar 4.4
Ukuran Desain Ruang Pejalan Kaki

Adapun standar lebar jaringan pejalan kaki diarahkan sesuai dengan lokasi ruang pejalan
kaki sebagai berikut;

 Jalan di daerah perkotaan lebar minimal 4 meter;


 Di wilayah perkantoran utama lebar minimal 3 meter;
 Di wilayah industri pada jalan primer lebar minimal 3 meter, dan pada jalan akses
lebar minimal 2 meter; dan
 Di wilayah permukiman pada jalan primer lebar minimal 2,75, dan pada jalan akses
lebar minimalnya 2 meter.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-13
Ruang pejalan kaki memiliki perbedaan ketinggian baik dengan jalur kendaraan bermotor
ataupun dengan jalur hijau. Perbedaan tinggi maksimal antara ruang pejalan kaki dan jalur
kendaraan bermotor adalah 20 centimeter. Sementara perbedaan ketinggian dengan jalur
hijau 15 centimeter.

b. Jenis material
Jenis material yang digunakan untuk prasarana dan sarana pejalan kaki merupakan bahan
yang dapat menyerap air (tidak licin, tidak menyilaukan, perawatan dan pemeliharaan relatif
murah; dan cepat kering (air tidak menggenang jika hujan turun).

c. Fasilitas difabel
Adapun persyaratan khusus untuk rancangan bagi pejalan kaki difabel adalah sebagai
berikut;

 Jalan tersebut setidaknya memiliki lebar 1.5 meter, dengan tingkat maksimal 5%.
 Pejalan kaki harus mudah mengenal permukaan jalan yang lurus atau jika ada
berbagai perubahan jalan yang curam pada tingkat tertentu.
 Menghindari berbagai bahaya yang berpotensi mengancam keselamatan
penyandang cacat seperti jeruji, lubang, dan lain-lain yang tidak harus ditempatkan di
jalan yang mereka lalui.
 Ketika penyandang cacat menyeberang jalan, tingkat trotoarnya harus disesuaikan
sehingga mereka mudah melaluinya.
 Jika jalan tersebut digunakan oleh orang tuna netra, berbagai perubahan dalam
tekstur trotoar dapat digunakan sebagai tanda-tanda praktis.
 Jalan tersebut tidak boleh memiliki permukaan yang licin.
 Persyaratan lainnya disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.

Pejalan kaki dengan keterbatasan pandangan akan mengandalkan kemampuannya untuk


mendengar dan merasakan ketika berjalan. Isyarat-isyarat dalam lingkungan termasuk suara
lalu lintas, penyangga jalan yang landai, pesan-pesan dan suara-suara merupakan tanda-
tanda bagi pejalan kaki, dan menjadi sumberperingatan-peringatan yang dapat dideteksi.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-14
Untuk mengakomodir kebutuhan tersebut, maka perlu disediakan informasi bagi pejalan kaki
yang memiliki keterbatasan, meliputi: tanda-tanda bagi pejalan kaki,tanda- tanda pejalan kaki
yang dapat diakses, signal suara yang dapat didengar, pesan-pesan verbal, informasi lewat
getaran, dan peringatan-peringatan yang dapat dideteksi. Persyaratan untuk rambu dan
marka agar memperhatikanPeraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

4.2.2 Rencana Jaringan Drainase


Kondisi prasarana saluran drainase di wilayah Kabupaten Lampung Selatan secara umum
masih belum memadai, artinya belum terintegrasi dalam sebuah sistem yang baik, selain
belum tersistem atau terkoneksi dalam sebuah sistem, jaringan drainase di wilayah ini juga
belum memiliki kapasitas yang memadai untuk menampung limpasan air hujan sehingga
menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya genangan saat turun hujan. Rencana
pengembangan jaringan drainase di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari:
 Sistem jaringan drainase yang berfungsi untuk mencegah genangan banjir; dan
 Rencana kebutuhan sistem jaringan drainase yang meliputi rencana jaringan sekunder
dan tersier.

Penyediaan sistem drainase harus disesuaikan dengan kondisi eksisting lahan tempat
sistem tersebut akan dibangun. Macam-macam sistem drainase yang ada antara lain:
 Sistem Drainase Utama, yaitu sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian besar warga masyarakat kota.
 Sistem Drainase Lokal, yaitu sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan
sebagian kecil warga masyarakat lingkungan setempat.
 Sistem Drainase Terpisah, yaitu sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
 Sistem Drainase Gabungan, yaitu sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.

Rencana pengembangan jaringan drainase berdasarkan perhitungan terhadap tiap jenis


kebutuhan saluran jaringan drainase.Pengembangan sistem drainase adalah sebagai
berikut:
1. Perbaikan dan normalisasi jaringan yang telah ada secara berkala. Kegiatan ini
diarahkan pada zona yang memiliki kerawanan banjir dan genangan dengan
mencantumkan lokasinya. Lokasi seringnya terjadi genangan adalah pada

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-15
permukiman dekat Sungai dan jaringan-jaringan jalan yang kondisi drainase jalan
dialih fungsikan menjadi tempat sampah dan drainase kota yang kondisinya sudah
rusak berat.
2. Pembangunan saluran drainase yang baru. Pembangunan ini ditujukan pada
lingkungan yang belum memiliki saluran drainase. Pembangunan jaringan drainase
ini direncanakan pada jaringan jalan lokal primer dan lingkungan Kawasan Perkotaan
Ibukota Kabupaten Lampung Selatan.

Adapun sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah :


1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder dan tersier melalui normalisasi
maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman baik terhadap
genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Dari masing-masing
jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut :
 Jaringan Primer, saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai
 Jaringan Sekunder, saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran
primer (dibangun dengan beton/plesteran semen)
 Jaringan Tersier, mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa
plesteran, pipa dan tanah.
2. Memenuhi kebutuhan dasar/basic need drainase bagi kawasan hunian dan kota.
3. Menunjang kebutuhan pembangunan/development need dalam menunjang terciptanya
skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang sektor unggulan
yang berpedoman pada rencana tata ruang.

4.2.3 Rencana Prasarana dan Sarana Persampahan


Menurut undang-undang RI No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, yang dimaksud
dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat Dan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

Kemudian berdasarkan SNI 19-2454-1991, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri
atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar
tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah
umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon,
kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dan sebagainya.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-16
Hadiwiyoto, 1983, mendefinisikan sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk
menyatakan limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-
perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau
karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada
harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan
terhadap lingkungan hidup.

Undang- undang No. 18 juga menyatakan bahwa sumber sampah adalah asal timbulan
sampah dan penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah.

Menurut Anonim (1986), sumber sampah antara lain :


1. Sampah pasar, tempat-tempat komersil.
Terdiri dari berbagai macam dan jenis sampah seperti sisa sayuran, daun bekas
bungkus, sisa makanan dan sebagainya. Ciri-ciri sampahnya biasanya mempunyai
berbagai macam dan jenis sampah, yang masing-masing volumenya hampir sama.
2. Sampah pabrik atau industri.
Benda-benda sisa atau bekas dari proses industri, atau merupakan ampas dari
pengolahan bahan baku, misalnya pabrik gula tebu akan membuang ampas tebu. Ciri-
cirinya tidak banyak macam dan jenisnya, menonjol jumlahnya pada beberapa jenis
saja. Sampah ini berasal dari keseluruhan kegiatan proses produksi (bahan-bahan kimia
serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik,
kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan
kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
3. Sampah rumah tinggal, kantor, institusi, gedung umum dan lainnya serta pekarangan.
Umumnya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan
rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah kebun/halaman dan lain-lain.
Karakteristiknya hampir sama dengan sampah dari pasar, kecuali ada sampah dari
pengurasan septic tank.
4. Sampah kandang hewan dan pemotongan hewan
Terdiri dari sisa-sisa makanan hewan dan kotorannya, sisa-sisa daging dan tulang-
tulangnya
5. Sampah jalan, lapangan dan pertamanan
Sampah ini terdiri dari pengotoran oleh pemakai jalan, pemakai lapangan dan
pertamanan, pemotong rumput, reruntuhan bunga dan buah.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-17
6. Sampah selokan, riol dan septic tank
Terdiri dari endapan-endapan dan benda-benda yang hanyut sebagai penyebab
tersumbatnya selokan-selokan atau riol. Isi septic tank merupakan lumpur tinja yang
biasanya diambil dan diangkut dengan mobil tangki tinja yang dilengkapi dengan pompa
hisap.

Berdasarkan jenisnya, sampah pada prinsipnya dibagi 3 bagian besar, yaitu :


1. Sampah padat.
2. Sampah cair.
3. Sampah dalam bentuk gas.

Sampah padat pada umumnya dibagi 2 jenis, yaitu :


1. Sampah organik: yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik,
karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dll, (umumnya sampah
organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan,
karton, kain, karet, kulit, sampah halaman).
2. Sampah anorganik: sampah yang bahan kandungan non organik, umumnya sampah
ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng, alumunium,
debu, logam-logam lain (Hadiwiyoto, 1983).

Meningkatnya jumlah penduduk dan aktifitas masyarakat akan berimplikasi pada


meningkatnya jumlah timbulan limbah padat (sampah) baik dari kegiatan rumah tangga
(domestik) maupun non domestik. Hasil analisa menunjukan pada tahun 2018 jumlah
timbulan sampah padat di Kabupaten Lampung Selatan berjumlah kurang lebih 3.607.074
liter/hari atau sekitar 3.607 M3/hari, sedangkan timbulan limbah cair kurang lebih 80.048.186
3.607 M3/tahun. Meningkatnya jumlah sampah tersebut akan menimbulkan masalah
kesehatan lingkungan baik secara mikro mapun makro yang tentunya akan berdampak
munculnya wabah penyakit melaui vektor yang hidup di timbunan sampah. Selain itu dalam
jangka pendek, timbulan sampah akan menimbulkan efek bau yang tidak sedap serta
pemandangan yang tidak baik. Timbulan sampah ini juga bisa berdampak pada
meningkatnya potensi banjir di lingkungan permukiman serta menurunnya kualitas air, baik
air tanah maupun air permukaan. Oleh karena itu pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Lampung Selatan juga harus diiringi
dengan penyediaan prasarana sarana persampahan yang memadai.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-18
Adapun rencana penyediaan prasarana sarana persampahan (sampah padat) adalah
sebagai berikut:
1. Menyediakan sarana pengangkutan sampah skala lingkungan – skala kota seperti
gerobak sampah, truk sampah, kontainer sampah;
2. Menyediakan tempat penampungan sampah sementara skala rumah – skala
kawasan seperti bak sampah, TPS sementara, dan Tempat Pengolahan Akhir (TPA)
sampah;
3. Melakukan pemeliharaan berkala pada sarana pengangkutan dan pengelolaan
sampah;
4. Membentuk sistem organisasi kebersihan lingkungan (SOKLI) di setiap lingkungan
RT;
5. Menyediakan teknologi pengolahan sampah terpadu pada TPST dan TPA khususnya
di lingkungan perkotaan di Kecamatan Natar, Kecamatan Kalianda, Kecamatan
Tanjung Bintang dan Kecamatan Jati Agung;
6. Menerapkan sistem 3R persampahan dan mengembangkan bank sampah di
lingkungan permukiman;
7. Menetapkan kawasan larangan buang sampah seperti di aliran sungai dan dranase;
dan
8. Membentuk produk hukum daerah yang mengatur masalah persampahan.

Sedangkan untuk menangani sampah atau limbah cair baik yang ditimbukan baik dari
kegiatan rumah tangga (domestik) maupun non domestik adalah:
1. Pengembangan sistem pengelolaan limbah cair (IPAL) sistem komunal terpusat
khususnya pada lingkungan perumahan komersil dan kawasan perkotaan Kalianda
dan Natar;
2. Penyediaan Intalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) untuk skala pelayanan
perkotaan dan kawasan;
3. Pengembangan program jambanisasi bagi rumah yang belum memiliki sarana MCK;
dan
4. Mengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk menggunakan sarana
MCK khususnya bagi masyarakat pesisir di Kecamatan Kalianda, Kecamatan
Ketapang, Kecamatan Rajabasa dan Kecamatan Katibung.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-19
4.2.4 Rencana Jaringan Air Bersih dan Air Minum
Pengembangan kawasan perumahan dan kawasan permukiman juga harus memperhatikan
ketersediaan sumber air baik jarak maupun kuantitasnya. Kawasan perumahan dan
permukiman yang jauh dari sumber air atau bahkan tidak memiliki sumber air akan
berdampak pada terbentuknya kawasan rawan air dan kawasan kumuh. Kebutuhan air
bersih Kabupaten Lampung Selatan akan berjumlah kurang lebih 100.060.232 M3/tahun, dan
akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan aktifitasnya.
Adapun arahan rencana jaringan air bersih dan air minum untuk kawasan permukiman
adalah:
1. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) perkotaan, pedesaan, serta
kawasan khusus di seluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan;
2. Menyediakan sumber air umum untuk lingkungan permukiman rawan air;
3. Konservasi air tanah dan air permukaan;
4. Penyehatan PDAM Tirta Jasa;
5. Memberikan peluang bagi badan usaha untuk menyediakan sistem penyediaan air
bersih dan air minum.

4.2.5 Rencana Jaringan Energi dan Kelistrikan


Pertambahan jumlah penduduk dan jumlah bangunan rumah akan berimplikasi pada
meningkatnya jumlah kebutuhan energi khususnya kelistrikan. Kondisi kelistrikan Provinsi
Lampung secara makro saat ini masih terus mengalami defisit listrik sehingga terus
membutuhkan pasokan dan upaya penambahan energi listrik. Secara umum rencana
pengembangan jaringan energi kelistrikan bagi kawasan perumahan dan kawasan
permukiman di Kabupaten Lampung Selatan akan mengikuti Rencana Umum Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) PLN. Arahan rencana penyediaan jaringan energi kelistrikan bagi
kawasan permukiman adalah sebagai berikut:
1. Elektrifikasi 100% bagi kawasan permukiman di Kabupaten Lampung Selatan
termasuk pulau-pulau berpenduduk seperti Pulau Sebesi di Kecamatan Rajabasa;
2. Pemanfaatan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk kebutuhan listrik rumah
tangga seperti pemanfaatan tenaga surya, tenaga air, tenaga angin dan panas bumi;
dan
3. Pembangunan dan peningkatan kapasitas jaringan transmisi dan distribusi
kelistrikan.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-20
4.2.6 Rencana Sarana Wilayah
Penyediaan perumahan dan kawasan permukiman selain harus diiringi dengan penyediaan
prasarana wilayah juga harus diiringi dengan penyediaan sarana wilayah seperti sarana
pendidikan, sarana perdagangan dan jasa, sarana peribadatan, dan ruang terbuka hijau
(RTH). Hasil analisa terhadap tingkat ketersediaan sarana wilayah menunjukan bahwa
ketersediaan sarana wilayah di Kabupaten Lampung Selatan sudah terbilang memadai,
namun demikian bukan berarti dimasa yang akan datang tidak membutuhkan penambahan
sarana baru atau pembangunan baru karena penyediaan sarana wilayah ini nantinya juga
akan terkait dengan demand dari penduduk dalam skala regional. Pengembangan sarana
wilayah di Kabupaten Lampung Selatan juga diarahkan pada peningkatan kualitas layanan
seperti perbaikan kondisi pasar tradisional, peningkatan kualitas pelayanan Puskesmas dan
Rumah Sakit dan lainnya.

Selain penyediaan sarana wilayah, pengembangan perumahan dan kawasan permukiman


juga harus diiringi dengan penyediaan RTH khususnya RTH publik. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, luas kebutuhan minimal RTH bagi
kawasan perkotaan adalah 20% dari luas wilayahnya. Penyediaan RTH juga dimaksudkan
untuk memberikan keseimbangan ekologis serta peningkatan kualitas hidup pada kawasan
permukiman, karena pada prinsipnya RTH selain memeliki fungsi ekologis juga memiliki
fungsi sosial dan ekonomi. Adapun analisa kebutuhan RTH di Kabupaten Lampung Selatan
adalah:

Tabel 4.3
Kebutuhan RTH Berdasarkan jumlah Penduduk
Jumlah Kebutuhan Kenutuhan RTH
Unit
Penduduk Luas Minimal
No Skala RTH Lingkungan Luas
Tahun 2038 Per Unit Unit
(Jiwa) (Ha)
(Jiwa) (M2)
1 Taman RT 250 250 4.809 120,24
2 Taman RW 2500 1250 481 60,12
3 Taman Kelurahan 30000 9000 40 36,07
4 Taman Kecamatan 1.202.358 120000 24000 10 24,05
5 Taman Kota 480000 144000 3 36,07
6 Pemakaman Disesuaikan 1,2 144,28
TOTAL KEBUTUHAN LAHAN RTH (Hektar) 420,83
Sumber: Analisa 2018.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-21
Adapun arahan rencana penyediaan RTH untuk lingkungan hunian dan kawasan
permukiman adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan taman-taman skala lingkungan dan skala perkotaan baik oleh
pemerintah Kabupaten Lampung Selatan maupun oleh Badan Usaha, dan
masyarakat;
2. Pembangunan dan pengembangan Taman Kota di Kecamatan Kalianda, Kecamatan
Natar dan Kecamatan Jati Agung yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka publik;
3. Pemanfaatan kawasan sempadan sungai dan sempadan pantai sebagai RTH dan
ruang terbuka publik;
4. Program Kampung atau Lingkungan Hijau pada setiap lingkungan hunian khususnya
bagi lingkungan perkotaan;
5. Pemeliharaan secara berkala RTH dan ruang terbuka publik eksisting; dan
6. Pengembangan aktifitas masyarakat untuk memanfaatkan RTH.

4.3 RENCANA PENYEDIAAN LAHAN


Secara umum rencana penyediaan lahan bagi permukiman di Kabupaten Lampung Selatan
diarahkan pada wilayah yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Kemiringan lereng tidak lebih dari 15%
2. Curah hujan relatif sedang
3. Bukan merupakan kawasan lindung/hutan
4. Bukan merupakan daerah konservasi
5. Bukan daerah resapan air
6. Dekat dengan sumber mata air

Selain kriteria tersebut diatas, lokasi kawasan perumahan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
 Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara).
 Dapat disediakan air bersih (air minum).
 Memberikan kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya.
 Mempunyai eksesibilitas yang baik.
 Mudah dan aman mencapai tempat kerja.
 Tidak berada di bawah permukaan air laut.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-22
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan
permukiman, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk menanggulangi
masalah yaitu program penataan permukiman yang bertujuan untuk:
 Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam
rangka pemerataan dan kesejahteraan rakyat.
 Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi dan teratur.
 Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional.

Lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur adalah lingkungan yang memenuhi
persyaratan penataan ruang, persyaratan penggunaan lahan, pemilikan hak atas tanah, dan
kelayakan prasarana serta sarana lingkungannya. Sementara itu definisi dari lingkungan
permukiman kumuh adalah lingkungan permukiman yng tidak sesuai dengan tata ruang,
kepadatan bangunan sangat tinggi, kualitas bangunan sangat rendah, prasarana lingkungan
tidak memenuhi syarat dan rawan, yang dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan
masyarakat penghuninya.

Arahan penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman juga
merupakan bagian dari pengembangan konsep landed house (konsep ekstensif), yaitu
setiap rumah mempunyai lahan sendiri. Secara umum konsep landed house iini dapat
diterapkan pada wilayah dengan daya tampung yang masih memadai. Berdasarkan hasil
analisa, daya tampung permukiman Kabupaten Lampung Selatan diperkirakan akan
mengalami defisit, sehingga diperlukan adanya kebijakan untuk alih fungsi kawasan serta
merubah jenis kegiatan antar kawasan budidaya yang nantinya akan disesuaikan dengan
arahan RTRW Kabupaten Lampung Selatan beserta rencana rincinya.

Arahan penyedaan lahan juga dilakukan untuk menunjang penyediaan rumah layak huni
yang terjangkau bagi MBR di Kabupaten Lampung Selatan. Adapun arahan rencana
penyediaan lahan diantaranya adalah:

1. Memberikan sertifikat hak milik (SHM) gratis bagi lahan yang dimiliki MBR melalui
Progam Nasional (Prona) Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL);
2. Perubahan jenis kegiatan pada kawasan budidaya khususnya lahan pertanian dan
perkebunan yang bukan merupakan bagian LP2B menjadi kawasan permukiman;
3. Identifikasi serta inventarisasi lahan milik pemerintah untuk dikembangkan menjadi
lahan rumah susun, rumah khusus, serta rumah bersubsidi untuk MBR;

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-23
4. Mengembangan konsep TOD berdasarkan prinsip perencanaan kota yang
mengedepankan kepadatan ruang yang tinggi (hight density) dan pengembangan mix
used (penggunaan lahan campuran) yang terintegrasi dengan kekuatan sistem
transportasi;
5. Pembelian tanah dan pengembangan sistem land banking (pencadangan tanah).
Sistem pencadangan tanah ini bertujuan untuk;
a. Memberikan jaminan ketersediaan tanah melalui upaya peningkatan daya
guna dan hasil guna tanah, dengan mengutamakan fungsi sosial tanah dalam
konteks pembangunan yang berkelanjutan.
b. Mendukung pengembangan kota baru dan penerapan kebijakan hunian
berimbang.
c. Mengendalikan pengadaan, penguasaan dan pemanfaatan tanah secara adil
dan wajar dalam pelaksanaan pembangunan.
d. Menyediakan tanah siap bangun secara fisik maupunn administrasi.
e. Mengendalikan harga tanah agar tidak terpengaruh dengan mekanisme pasar
yang diakibatkan dari pembangunan sektor properti oleh badan usaha, tidak
terpengaruh dengan spekulasi harga tanah sehingga memiliki harga yang
wajar untuk dibangun rumah bagi MBR dengan harga terjangkau

Adapun arahan penyediaan tanah berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011


tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011
tentang Rumah Susun adalah sebagai berikut:

UU 1/2011 - Pasal 106


UU 20/2011 - Pasal 22
Penyediaan tanah untuk pembangunan
Penyediaan tanah untuk pembangunan rumah
rumah, perumahan dan kawasan permukiman
susun dapat dilakukan melalui;
dapat dilakukan melalui;
•pemberian hak atas tanah terhadap tanah •Pemberian hak atas tanah terhadap tanah
yang langsung dikuasai negara yang langsung dikuasasi negara
•Konsolidasi tanah oleh pemilik tanah •Konsolidasi tanah oleh pemilik tanah
•peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh •peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh
pemilik tanah pemegang hak atas tanah
•pemanfaatan dan pemindatanganan tanah •pemanfaatan barang milik negara atau
barang milik negara atau milik daerah sesuai barang milik daerah berupa tanah
dengan ketentuan peraturan perundang- •pendayagunaan tanah wakaf
undangan •pendayagunaan sebagian tanah negara bekas
•pendayagunaan tanah negara bekas tanah tanah terlantar
terlantar •pengadaan tanah untuk pembangunan bagi
•pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum
kepentingan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-24
Selain pengadaan tanah, untuk pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman juga diperlukan adanya pencadangan tanah. Kegiatan pencadangan tanah
dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanan, pematangan lahan, pemanfaatan
tanah dan pengawasan pengendalian pemanfaatan tanah.

Gambar 4.5
Skema Kegiatan Pencadangan Tanah

indikasi kebutuhan tanah,


Pemeriksanaan kesesuaian potensi tanah,
Perencanaan dengan rencana tata ruang perencanaan pencadangan
tanah

Perolehan tanah dilakukan


Pelaksanaan melalui pengadaan lahan,
pencabutan hak, jual-beli, Penguasaan tanah
Penyediaan Tanah tukar-menukar, atau perolehan
dari tanah-tanah terlantar

PENCADANGAN Penyiapan tanah matang Tersedia kaveling tanah


Pematangan Lahan dan melengkapi PSU matang
TANAH

Pendistribusian tanah
sesuai keperluannya, yaitu
Pendistribusian/ untuk kepentingan Pemanfaatan tanah
Pemanfaatan Tanah umum/sosial atau
kepentingan komersil

Pengawasan dan
Wasdal Pemanfaatan pengendalian pemanfaatan Pemanfaatan tanah sesuai
Tanah tanah sesuai peruntukan
peruntukannya

4.4 RENCANA PENANGANAN DAN PENGENTASAN KAWASAN KUMUH


Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang kurang terpadu, terarah,
terncana dan kurang memperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana dasar seperti air
bersih, sanitasi, sistem pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air hujan akan
cenderung mengalami degradasi kualitas lingkungan yang pada akhirnya menyebabkan
terbentuknya kawasan kumuh. Kawasan kumuh merupakan sebuah kawasan dengan tingkat
kepadatan populasi tinggi yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin. Selain itu kawasan
kumuh juga merupakan kawasan dengan kondisi lingkungan yang buruk, kotor, serta
terbatasnya atau rendahnya pelayanan serta ketersediaan prasarana dasar.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-25
Penyelenggaraan sektor perumahan dan kawasan permukiman salah satunya ditujukan
untuk menciptakan lingkungan serta rumah yang layak. Salah satu permasalahan sektor
perumahan dan kawasan permukiman adalah adanya kawasan-kawasan kumuh yang
sebagian besarnya berada di kawasan perkotaan. Berdasarkan SK Bupati Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2014, kawasan kumuh di Kabupaten Lampung Selatan berada di 2
Kecamatan, yaitu Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Bakauheni dengan total luas
kawasan kumuh kurang lebih 55,63 hektar. Namun demikian berdasarkan hasil pengamatan
lapangan, kawasan kumuh di Kabupaten Lampung Selatan tidak hanya berada di 2
kecamatan tersebut saja. Terdapat kawasan lainnya yang menurut identifikasi awal masuk
dalam kategori kawasan kumuh, seperti di Kecamatan Natar, Kecamatan Tanjung Bintang,
Kecamatan Jati Agung dan Kecamatan Sidomulyo. Oleh karenanya untuk mengentaskan
kawasan kumuh di Kabupaten Lampung Selatan perlu dilakukan identifikasi dan pemetaan
ulang kawasan kumuh berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh


Untuk melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria. Penentuan
kriteria kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek
atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status
(kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan
bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal. Selain itu digunakan
kriteria sebagai kawasan penyangga kota metropolitan seperti kawasan permukiman kumuh
teridentifikasi yang berdekatan atau berbatasan langsung dengan kawasan yang menjadi
bagian dari kota metropolitan.

Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh
digunakan kriteria-kriteria yang dikelompokkan menjadi:
a. Vitalitas non ekonomi
Kriteria vitalitas non ekonomi dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian kawasan
kumuh dengan indikasi terhadap penanganan peremajaan kawasan kumuh yang dapat
memberikan tingkat kelayakan kawasan permukiman tersebut apakah masih layak
sebagai kawasan permukiman atau sudah tidak sesuai lagi. Kriteria ini terdiri atas
variabel;
 Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota .

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-26
 Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu
hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
 Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai mempunyai
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan
dan kepadatan penduduk.

b. Vitalitas ekonomi kawasan


Kriteria Vitalitas Ekonomi dinilai mempunyai kepentingan atas dasar sasaran program
penanganan kawasan permukiman kumuh terutama pada kawasan kumuh sesuai
gerakan city without slum sebagaimana menjadi komitmen dalam Hari Habitat
Internasional. Oleh karenanya kriteria ini akan mempunyai tingkat kepentingan
penanganan kawasan permukiman kumuh dalam kaitannya dengan indikasi
pengelolaan kawasan sehingga peubah penilai untuk kriteria ini meliputi;
 Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota,
apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
 Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor
ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan
kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat
aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau
fungsi lainnya.
 Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan
permukiman kumuh.

c. Status kepemilikan tanah


Kriteria status tanah sebagai mana tertuang dalam Inpres No. 5 tahun 1990 tentang
Peremajan Permukiman Kumuh adalah merupakan hal penting untuk kelancaran dan
kemudahan pengelolaanya. Kemudahan pengurusan masalah status tanah dapat
menjadikan jaminan terhadap ketertarikan investasi dalam suatu kawasan perkotaan.
Perubah penilai dari kriteria ini meliputi:
 Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
 Status sertifikat tanah yang ada.

d. Keadaan praarana dan sarana


Kriteria kondisi prasarana dan sarana yang mempengaruhi suatu kawasan permukiman
menjadi kumuh, paling tidak terdiri atas jalan, dranase, air bersih dan air limbah.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-27
e. Komitmen pemerintah kabupaten
Komitmen pemerintah daerah dinilai mempunyai andil sangat besar untuk
terselenggaranya penanganan kawasan permukiman kumuh. Hal ini mempunyai indikasi
bahwa pemerintah daerah menginginkan adanya keteraturan pembangunan khususnya
kawasan yang ada di daerahnya. Perubah penilai dan kriteria ini akan meliputi;
 Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh
dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya
 Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan
(grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnnya.

f. Prioritas penanganan
Untuk menentukan lokasi prioritas penanganan, selanjutnya digunakan kriteria lokasi
kawasan permukiman kumuh yang diindikasikan memiliki pengaruh terhadap (bagian)
kawasan perkotaan metropolitan sekaligus sebagai kawasan permukiman penyangga.
Kriteria ini akan menghasilkan lokasi kawasan permukiman yang prioritas ditangani
karena letaknya yang berdekatan dengan kawasan perkotaan. Penentuan kriteria ini
menggunakan variabel sebagai berikut;
 Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan pusat kota metropolitan
 Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan kawasan pusat
pertumbuhan bagian kota metropolitan
 Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan kawasan lain (perbatasan)
bagian kota metropolitan
 Kedekatan lokasi kawasan kumuh dengan letak ibukota daerah yang bersangkutan.

Penanganan dan pengentasan kawasan permukiman kumuh sesungguhnya perlu dilakukan


tidak saja di kawasan kumuh perkotaan, tetapi juga perlu dan harus dilakukan juga pada
kawasan kumuh di pedesaan. Letak geografis beberapa wilayah Kabupaten Lampung
Selatan dengan Kota Bandar Lampung menjadikan wilayah-wilayah tersebut masuk dalam
wilayah Metropolitan atau perkotaan Bandar Lampung dan sekitarnya. Oleh karenanya
identifikasi, pemetaan penanganan serta upaya pengentasan kawasan kumuh di wilayah
yang menjadi hinterland Kota Bandar Lampung harus mendapat perhatian, bukan saja di
ibukota Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Pola
penanganan permukiman kumuh yang dapat dilakukan antara lain:

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-28
1. Pencegahan
Pola penanganan pencegahan terdiri atas:
 Pengawasan dan Pengendalian : Kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis
dan pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
 Pemberdayaan Masyarakat : Pelaksanaan melalui pendampingan dan pelayanan
informasi
2. Peningkatan Kualitas
Pola penanganan peningkatan kualitas terdiri atas:
 Pemugaran: Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni

Tabel 4.4
Komponen dan Jenis Kegiatan Pemugaran Untuk Peningkatan Kualitas
Kawasan Kumuh

Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2015

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-29
 Peremajaan: Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi
keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu
menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat

Tabel 4.5
Komponen dan Jenis Kegiatan Peremajaan Untuk Peningkatan Kualitas
Kawasan Kumuh

Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2015

 Pemukiman kembali: Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin


dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan
bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh:
penyediaan Rusunawa)

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-30
Tabel 4.6
Komponen dan Jenis Kegiatan Permukiman Kembali Untuk
Peningkatan Kualitas Kawasan Kumuh

Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2015

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka ada beberapa arahan rencana


penanganan dan pengentasan kawasan kumuh di Kabupaten Lampung Selatan, yaitu:
1. Melakukan pendataan, identifikasi serta pemetaan kawasan kumuh khususnya di
kawasan hinterlan Kota Bandar Lampung, yaitu Kecamatan Natar, Kecamatan
Tanjung Bintang, Kecamatan Jati Agung, dan Kecamatan Katibung;
2. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni sebanyak 12.281 unit yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Lampung Selatan;
3. Penyediaan dan peningkatan kualitas jaringan jalan dan drainase;
4. Penyediaan dan peningkatan kualitas sarana pengangkutan, penampungan dan
pengolahan sampah padat;
5. Penyediaan IPAL terpusat untuk skala lingkungan hunian, khususnya perumahan
serta IPAL skala kawasan;
6. Penyediaan SPAM perpipaan, baik untuk kawasan perkotaan, pedesaan, maupun
kawasan khusus;
7. Penyuluhan mengenai kesehatan lingkungan untuk masyarakat kawasan kumuh;
8. Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pelatihan kewirausahaan, pinjaman
modal usaha tanpa bunga serta pembentukan kelompok usaha masyarakat;

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-31
9. Penyediaan lapangan kerja serta peningkatan upah minimum regional Kabupaten
Lampung Selatan;
10. Menerapkan pola kemitraan dan kolaborasi kelembagaan untuk pengentasan
kawasan kumuh dan penanganan masalah perumahan dan kawasan permukiman;
11. Penataan, pengendalian, serta penertiban permukiman di kawasan terlarang seperti
di kawasan sempadan sungai, sempadan pantai, dan sempadan rel kereta api;
12. Penyediaan rumah susun untuk MBR khususnya pada kawasan padat penduduk
serta rumah khusus bagi nelayan di kawasan pesisir;
13. Memastikan semua pembangunan rumah, perumahan, dan kawasan permukiman
sesuai dengan RTRW dan RDTR melalui mekanisme perizinan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 4-32
BAB 5
INDIKASI PROGRAM

5.1 INDIKASI PROGRAM


Indikasi program pembangunan merupakan penjabaran kebijaksanaan dan rencana
pengembangan tata ruang yang telah ditetapkan ke dalam program-program pembangunan.
Dalam bagian ini akan diidentifikasi program lima tahunan dalam kurun waktu duapuluh
tahun untuk mewujudkan RP3KP Kabupaten Lampung Selatan. Program-program berikut
pada dasarnya masih bersifat indikatif yang diharapkan dapat memberikan indikasi bagi
penyusunan program pembangunan sektoral serta pembangunan pada wilayah yang
diprioritaskan pengembangannya; baik dalam jangka lima tahun pertama, kedua, ketiga
maupun pada lima tahun keempat.

Dalam pelaksanaan pembangunan perlu dilakukan pengelompokan dalam sektor/subsektor


pembangunan dan dalam tahapan tahapan yang disesuaikan dengan tahapan
pembangunan lima tahun pemerintah daerah dan nasional. Ada 2 (dua) hal yang menjadi
dasar dalam penyusunan indikasi program pembangunan tersebut, yaitu :
 Rencana wilayah merupakan rencana jangka panjang;
 Rencana wilayah mencakup seluruh sektor/subsektor pembangunan;

Dalam menentukan prioritas program program pembangunan Kota Bandar Lampung harus
dilandasi oleh beberapa pertimbangan, seperti :
a. Pemenuhan Kebutuhan
Alokasi sarana dan prasarana wilayah pada setiap tahapan didasarkan pada peningkatan
jumlah penduduknya, tentunya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pada setiap
tahapan.
b. Keterpaduan
Seluruh program pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus
terintegrasi baik secara sektoral maupun tata ruang sehingga memberikan manfaat yang
optimal.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 5-1
c. Efek Ganda
Setiap sektor/subsektor pembangunan yang dilaksanakan pada setiap tahapan harus
mampu merangsang pembangunan pada tahap berikutnya atau pada lokasi lokasi
lainnya.
d. Pemecahan Masalah
Program pembangunan yang dilakukan pada setiap tahapan harus dapat menyelesaikan
persoalan yang dihadapi pada waktu itu.
e. Kesesuaian Dengan Rencana Yang Telah Ada
Apabila suatu program pembangunan telah ditetapkan untuk dilaksanakan berdasarkan
rencana yang telah disetujui, maka rencana tersebut dijadikan pedoman bagi Pemerintah
Daerah, sehingga program programnya perlu diprioritaskan.

Indikasi sumber pendanaan terdiri atas dana pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman Kabupaten Lampung Selatan bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi
swasta, dan/atau kerja sama pendanaan.

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 5-2
Tabel 5.1
Indikasi Program

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman 5-3
TABEL 5.1
INDIKASI PROGRAM RP3KP KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2018 - 2038

WAKTU & TAHAPAN PELAKSANAAN


NO INDIKASI PROGRAM TUJUAN/SASARAN Periode I LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA
Periode II Periode III Periode IV
1 2 3 4 5
A PERENCANAAN PKP
Bertambahnya kepastian hukum
1 Penyusunan dan legalisasi Perda RP3KP penyelenggaraan PKP & Terbitnya Perda X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Kab Dinas PKP Biro Hukum, DPRD
tentang RP3KP
Dinas PKP Kabupaten Lampung Selatan
2 Pembuatan SIG dan Database PKP memiliki sistem database yang handal dan X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Kab Dinas PKP
akurat serta dapat diakes publik
Updating dan pemelihraan SIG dan Databes Tersedianya sistem database yang
3 X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Kab Dinas PKP
PKP berkelanjutan dan up to date
Terselenggaranya pembangunan dan
APBN, APBD Prov, APBD
4 Penyusunan dan sosialisasi NSPK PKP pengembangan PKP sesuai dengan kriteria, X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Kementerian PUPR dan Dinas PKP
Kab
standar teknis
B PENYEDIAAN PERUMAHAN
Terbangunnya 200 unit rumah khusus nelayan
Pembangunan 200 Unit Rumah Khusus untuk Kalianda, Rajabasa, Bakauheni, APBN, APBD Prov, APBD
5 yang layak huni serta terpenuhinya backlog X X X X X X X X Kementerian PUPR, Dinas PKP
Nelayan Katibung dan Ketapang Kab
penghunian
Terbangunannya Rumah Susun Sederhana APBN, APBD Prov, APBD
6 Pembangunan Rumah Susun Sederhana X X X X X X X X Natar, Tanjung Bintang, Kalianda Kementerian PUPR, Dinas PKP
layak huni dan terjangkau untuk MBR dan ASN Kab
Tersedianya rumah layak huni dan terjangkau Dunia Usaha,
7 Pembangunan rumah baru X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Developer, Masyarakat
4.150 unit setiap tahun Masyarakat
Pembangunan rumah terkena dampak Terbangunnya rumah layak huni baru bagi APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas PKP,
8 X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan
bencana masyarakat terkena bencana Kab Dunia Usaha
Dinas PKP, Dinas Penanaman
Kemudahan dan percepatan pemberian IMB Percepatan izin pembangunan rumah
9 X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Kab Modal/Pelayanan Terpadu Satu
rumah khususnya rumah untuk MBR
Pintu (PTSP)
Kalianda, Rajabasa, Bakauheni Dinas PKP, Dinas Penanaman
Pemberian IMB Gratis untuk Rumah Khusus
10 Penyediaan Rusus dan Rusun yang terjangkau X X X X X X X X Ketapang, Natar dan Tanjung APBD Kab Modal/Pelayanan Terpadu Satu
dan Rumah Susun
Bintang Pintu (PTSP)
C PEMBIAYAAN PERUMAHAN
Terpenuhinya backlog kepemilikan berjumlah APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas PKP,
11 Fasilitasi program DP 0% KPR untuk MBR X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan
31.571 unit Kab Perbankan, LKNB
Fasilitasi program Tabungan Perumahan
MBR dapat memperoleh KPR dengan harga APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas PKP,
12 Rakyat, Subsidi Bantuang Uang Muka dan X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan
terjangkau Kab Perbankan, LKNB
BP2BT
Fasilitasi KPR melalui Bank Lampung untuk ASN dapat memperoleh KPR dengan harga
13 X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Prov, APBD Kab Dinas PKP, Bank Lampung
ASN Gol I dan Gol II terjangkau
Tersediaanya PSU perumahan MBR yang layak
APBN, APBD Prov, APBD
14 Pembangunan PSU perumahan subsidi dan handal serta harga rumah yang X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Kementerian PUPR, Dinas PKP
Kab
terjangkau
D PENYEDIAAN PSU
Peningkatan kualitas dan pemeliharaan Terkoneksinya seluruh lingkungan hunian dan
15 X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Kab Dinas PUPR
jaringan jalan Kabupaten kawasan permukiman.
Tersedianya jaringan drainase sesuai Natar, Jati Agung, Tanjung
Peningkatan kualitas dan pemeliharaan APBN, APBD Prov, APBD
16 ketentuan teknis dan berkurangnya potensi X X X X X X Bintang, Kalianda, Bakauheni, Kementerian PUPR, Dinas PUPR
jaringan drainase Kab
banjir kawasan permukiman Sidomulyo
Natar, Jati Agung, Tanjung
Pembangunan Tempat Pengelolaan Sampat Berkurangnya volume sampah serta APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas Cipta
17 X X X X X X Bintang, Kalianda, Bakauheni,
Terpadu (TPST) termanfaatkannya sampah Kab Karya & PSDA, Dinas PKP
Sidomulyo
WAKTU & TAHAPAN PELAKSANAAN
NO INDIKASI PROGRAM TUJUAN/SASARAN Periode I LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA
Periode II Periode III Periode IV
1 2 3 4 5
Tersedianya sarana pengangkut sampah skala APBN, APBD Prov, APBD
Kementerian PUPR, Kementerian
18 Penyediaan sarana pengangkut sampah RT, lingkungan dan kawasan yang memadai X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Kab, Dunia Usaha,
LH, Dinas PKP
dan tercukupi Masyarakat
Natar, Jati Agung, Tanjung APBN, APBD Prov, APBD
Tersedianya IPLT pada lingkungan perumahan
19 Pembuatan IPLT Komunal X X X X X X X Bintang, Kalianda, Bakauheni, Kab, Dunia Usaha, Kementerian PUPR, Dinas PKP
dan terjaganya kualitas air
Sidomulyo Masyarakat
Tersedianya MCK dan terpeliharanya kualitas APBN, APBD Prov, APBD
20 Pembangunan sarana MCK (On Site System) X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Dinas PKP dan Dinas Kesehatan
lingkungan Kab, & Dunia Usaha

Tersedia dan terpenuhinya kebutuhan air APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas Cipta
21 Penyediaan sarana air bersih X X X X X Seluruh Kecamatan
bersih Kab Dunia Usaha Karya & PSDA, Dinas PKP
Kalianda, Natar, Jati Agung,
Tersedia dan terpenuhinya kebutuhan air APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas Cipta
22 Peningkatan layanan SPAM perkotaan X X X X X X X X Tanjung Bintang, Sidomulyo, dan
minum Kab Karya & PSDA, Dinas PKP
Bakauheni
elektrifikasi 100% Kabupaten Lampung
23 Peningkatan kapasitas dan pelayanan listrik X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBN PT.PLN
Selatan
PT.PLN, PT.Indonesia Power,
Pengembangan dan pemanfaatan Energi Baru APBN, APBD Prov, APBD
24 Tersedia energi listri bersumber dari EBT X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Kementerian ESDM, Dinas ESDM,
Terbarukan (EBT) Kab Dunia Usaha
Masyarakat, Dunia Usaha

Peningkatan kualitas dan layanan sarana Tersedianya dan meningkatnya kualitas APBN, APBD Prov, APBD
25 X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Seluruh Sektor
wilayah layanan sarana wilayah Kab Dunia Usaha

Tersedianya RTH publik dengan luas minimal APBN, APBD Prov, APBD Kementerian PUPR, Dinas PKP,
26 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan
420,83 Hektar Kab Dunia Usaha Dinas Cipta Karya & PSDA, Dinas LH
E PENYEDIAAN LAHAN
Pemberian SHM Gratis melalui Program
Terfasilitasinya legalitas kepemilikan tanah
27 Nasional (Prona) Pendataan Tanah Sistematis X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBN BPN
khususnya bagi MBR
Lengkap (PTSL)
Pembelian tanah dan pengembangan sistem tersedianya tanah pemerintah untuk
28 X X X X X X X X
Land Banking kepentingan umum dan pembangunan PKP
Kabupaten Lampung Selatan APBN, APBD Dinas PKP, BPKAD
Identifikasi dan pembuatan database tanah
29 Tersedianya database pertanahan X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Dinas PKP, BPKAD
milik pemerintah
F PENGENTASAN KAWASAN KUMUH
Sinkronisasi dan harmonisasi Tidak adanya tumpang tindih program dan
31 program/kegiatan pengentasan kawasan kegiatan penanganan kawasan kumuh serta X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Kab Dinas PKP, Bappeda
kumuh optimalnya alokasi dana pembangunan

Natar, Jati Agung, Tanjung


Identifikasi dan pemetaan kawasan kumuh adanya database kawasan kumuh serta Up
32 X X X X X Bintang, Katibung, Sidomulyo, APBN, APBD Kementerian PUPR, Dinas PKP
baru dating SK Bupati Kawasan Kumuh
Bakauheni, dan Kalianda
Penyediaan dan peningkatan kualitas APBN, APBD, Dunia
33 Tersedianya PSU yang cukup dan berkualitas X X X X X X X X Dinas PUPR, Dinas PKP, PLN
Prasarana, Sarana dan Utilitas Kabupaten Lampung Selatan Usaha
Natar, Jati Agung, Tanjung APBD Kab, Dunia Usaha,
Terbentuknya pola hidup dan lingkungan Dinas PKP, Dinas Kesehatan Dunia
34 Kampanye publik kesehatan lingkungan X X X X X Bintang, Kalianda, Bakauheni, Masyarakat Perguruan
sehat Usaha, Perguruan Tinggi, NGO
Sidomulyo Tinggi
Dinas Sosial, Dinas Koperasi &
Penanggulangan kemiskinan perkotaan dan Berkurangnya penduduk dan rumah tangga APBN, APBD Prov, APBN UKM, Dinas Perdagangan &
36 X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan
pedesaan miskin Kab, Dunia Usaha Peridustrian, Dinas Pemberdayaan
Masyarakat & Desa
WAKTU & TAHAPAN PELAKSANAAN
NO INDIKASI PROGRAM TUJUAN/SASARAN Periode I LOKASI SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA
Periode II Periode III Periode IV
1 2 3 4 5
G KELEMBAGAAN DAN TATA RUANG
Terwujudnya Pokja PKP yang mapan,
Fasilitasi Kegiatan Pokja PKP dan Jejaring
37 terselenggaranya kegiatan Pokja dan X X X X X X X X
Kemitraan PKP
terbentuknya jaringan kemitraan Kabupaten Lampung Selatan APBD Dinas PKP, Bappeda
Terselenggaranya pelayanan sektor PKP
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian Dinas PKP, Dinas PUPR, Dinas PTSP,
38 sesuai dengan ketentuan peraturan X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Kab
penyelenggaraan sektor PKP Satpol PP, Asosiasi Perumahan
perundang-undangan
Natar, Jati Agung, Tanjung APBN, APBD Prov, APBD
39 Penyusunan Perda RDTR Kawasan Perkotaan Tersedianya Perda RDTR X X X X X Kementerian ATR/BPN, Dinas PUPR
Bintang, Kalianda Kab
Sosialisasi kebijakan PKP dan Tata Ruang Tersosialisasi regulasi terkait
40 X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan APBD Kab Dinas PKP, Dinas PUPR, Satpol PP
Wilayah penyelenggaraan sektor PKP
H MITIGASI BENCANA
adanya sistem biopori pada kawasan
APBD Prov, APBD Kab, BPBD, Dinas PKP, Developer, Dunia
41 Pengembangan sistem biopori perumahan dan permukiman dan X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan
APBDes, Dunia Usaha Usaha, Masyarakat
berkurangnya potensi banjir dan kekeringan

tersedianya jalur dan sarana evakuasi Kalianda, Rajabasa, Ketapang, dan APBN, APBD Prov, APBD BPBD, Dinas Kelautan & Perikanan,
42 Penyediaan jalur dan sarana evakuasi bencana X X X X X
bencana Bakauheni Kab, Dunia Usaha Dinas PKP
adanya sistem peringatan dini bencana APBN, APBD Prov, APBD Kementerian KKP, Dinas Kelautan &
43 Pemasangan early warning system Tsunami X X X X X Kalianda, Rajabasa dan Bakauheni
tsunami dan letusan gunung berapi Kab Perikanan, BPPD
Terbentuk pola hidup yang sadar dan tanggap APBD Prov, APBD Kab,
44 Edukasi dan kampanye mitigasi bencana X X X X X X X X Kabupaten Lampung Selatan Dinas Pendidikan, Dinas PKP, BPPD
bencana APBDes, Dunia Usaha

Anda mungkin juga menyukai