com/info/contoh-naskah-drama-singkat/
Deskripsi Karakter:
Tomi : Tampan, paling keren, baik hati, jago basket, tidak pandai dalam mata pelajaran
Dialog / Percakapan
Waktu tepat menunjukkan pukul 7 di pagi hari, bangku di dalam ruang kelas sudah dipenuhi
oleh siswa siswi kelas 6 yang sedang melaksanakan ujian dengan khidmat. Diantara seluruh
siswa, ada 2 deretan bangku yang bersebelahan samping kiri-kanan, serta depan-belakang,
duduklah di sana empat orang siswa siswi, yakni Pepeb, Tomi, Tina, dan Majun. Tina duduk di
depan Pepeb, sedangkan di bangku seberang kanan Pepeb duduklah si Tomi di belakang Majun.
Mereka terlihat tengah serius untuk mengerjakan soal yang dianggap paling sulit dan rumit,
yakni Matematika. Tina terlihat mengembangkan senyum karena Ia merasa bisa mengerjakan
Tina: (mengerjakan soal nomor 1 sampai 3 dengan cepat dengan cara berpikir kilat tanda
menguasai semuanya) Nah, aku tau jawaban ini! Aha! Ini rumusnya yang kupelajari kemarin,
nih.
Majun: (menggaruk kepalanya dengan ujung pensil hingga tidak terasa bahwa ujungnya
patah). Aduh, gimana ini ya! Kok sulit amat, mana gak mirip sama latihan soal yang kucontek
dari si Tina kemarin! ( Si Majun kemudian menolehkan kepalanya sedikit kearah si Tina, ia
berusaha melirik jawaban si Tina dengan menyipitkan mata agar tidak ketahuan menyontek).
Saat Majun mengangkat lehernya untuk melihat lembar jawaban ujian milik Tina dengan jelas,
tiba-tiba..
Tina: (Kresek! Ia langsung menoleh ke kanan, dan melihat si Madun dengan tatapan sinis).
(Kemudian Tina bergumam pelan dengan mulutnya untuk mengancam si Madun tanpa suara).
Madun: Dasar pelit, Kau! (berbisik pelan kemudian menoleh kearah si Pepeb yang duduk di
belakang Tina)
Pepeb terlihat sangat serius mengerjakan soal, meskipun di kelas Ia belum pernah mendapatkan
juara 1 hingga 3 besar, tetapi masih termasuk dalam juara 5 besar di kelas. Karena Pepeb
tergolong sebagai murid yang rajin, maka Majun berusaha menyontek lembar jawaban ujiannya
juga.
Pepeb: (sedang serius menghitung jawaban soal nomor 10, Ia tidak menghiraukan apapun dan
Majun: Wah, kesempatan nih! Mumpung Pak Guru lagi ke WC, sip sip! (Ia menegakkan badan
dan kepala serta berusaha mencari posisi tepat untuk bisa melihat seluruh lembar jawaban si
Pepeb) Yes, berhasil! (Majun berhasil mendapatkan jawaban soal nomor 5 kemudian
Waktu bergerak cepat, jam ujian hampir habis, Madun masih baru mengisi hingga 6 soal dari
15 soal matematika yang modelnya belum pernah ditemui di berbagai sesi sebelumnya. Ia pun
masih sibuk menengok ke kiri dan ke kanan tanpa henti. Ia memiliki target untuk bisa bertahan
minimal di peringkat 2. Ia sebenarnya pandai dan cerdas tapi ia malas belajar, sedangkan saat
ujian berlangsung Ia selalu berhasil mencontek jawaban murid yang dianggapnya paling pintar.
Ia melakukannya sejak duduk di kelas 4 SD, dan kelakuannya pun berhasil menjadikannya
murid dengan peringkat bertahan di juara 2. Hal itu karena teman sebangkunya sangat pintar
dan bisa diandalkan selama ini. Namun, saat berada di kelas 6 teman sebangkunya meninggal
karena kecelakaan, kemudian sekarang tempat duduknya bersama si Tomi yang disarankan oleh
Pak Guru. Majun tau kalua Tomi tidak terlalu pintar dalam mata pelajaran, karena ia ahli di
bidang olahraga.
Kini saat ujian sedang berlangsung, tempat duduk selama ujian harus dipisah, dan tiap orang
diharuskan menduduki satu bangku sendirian. Majun menjadi semakin kesulitan apalagi teman
sebangkunya yang duduk di bangku belakang tidak bisa diandalkan. Namun, Majun juga sadar
bahwa waktu hampir habis, Ia pun semakin bingung dan gelisah, karena tidak bisa menjawab
satu soal pun dengan kemampuannya sendiri semua yang diisinya berdasarkan jawaban milik
temannya.
Saat Majun berhasil mencontek lembar jawaban Pepeb, ia sangat senang. Sementara itu Pepeb
Tina: (Tiba-tiba Tina menolehkan kepalanya ke belakang pada Pepeb, lalu berbisik) Sssttt! Peb,
Peb! Awas lembar jawabanmu dicontek sama si Majun tuh, jangan dibiarin dong!”
Pepeb: (sedikit kaget dan spontan melihat ke arah si Majun, sementara si Majun segera
memalingkan muka darinya. Tapi si Pepeb masih terlihat bengong karena bingung tentang apa
Tingkah laku Pepeb yang diam saja sambal sedikit melongo membuat Pak Guru curiga dan
menegurnya.
Pak Guru: Pepeb! Kamu kenapa sedang bengong? Jawabannya sudah terisi semua? (Sambil
pak, sudah, pak! (seluruh kelas pun makin terkejut karena Pepeb satu-satunya murid yang telah
selesai mengerjakan soal ujian yang dianggap paling susah. Demikan juga dengan Majun, Ia
justru semakin kebingunan dan tidak menyangka bahwa Pepeb selesai begitu cepat.
Pepeb: (berdiri sambil membawa lembar jawaban ujian beserta soal ke depan di meja guru,
kemudian Ia mengambil tas merah mudanya di samping meja guru. Ia memasukkan pensil
beserta penghapusnya ke dalam tas, lalu sekaligus berpamitan untuk pulang kepada Pak Guru)
Majun: Waduh gimana ini! (Majun gelagapan sambal menoleh ke samping dan ke belakang.
Kemudian dilihatnya lembar jawaban Tomi terbuka lebar dan bisa dilihatnya) Kenapa harus
Tomi, sih. Kalo gini aku nggak bisa masuk peringkat tiga besar, nih. (Ia kembali menghadap ke
bangkunya sendiri, karena masih ragu untuk menyontek si Tomi. Jawaban Majun yang masih
kosong berjumlah 9 nomor, berkali-kali dipandangnya lembar jawaban itu sambil memegang
Tina: Duluan ya, Jun! (Ia tersenyum sambil berdiri membawa soal beserta lembar jawabannya,
Tomi: Yeah, hampir selesai, sip dah! (Ia sangat bersemangat melingkari lembar jawaban yang
Majun mendengar gumaman si Tomi, kemudian tanpa berpikir panjang lagi Ia mencuri
Majun: (sibuk melingkari jawaban dengan cepat karena waktu tinggal 5 menit lagi) Syukurlah,
hampir penuh! (gumam si Majun, kemudian Ia mengarang jawaban dua nomor terakhir karena
Hari pembagian nilai ujian pun tiba, semua murid tidak sabar untuk melihat hasil perjuangan
mereka untuk ujian ini. Sementara si Majun justru memasang muka murung dan pasrah, Ia
merasa bahwa ujian kali ini benar-benar kacau, tidak hanya di satu mata pelajaran saja, tetapi
hampir di semua mata pelajaran. Ia ingin segera pulang ke rumah tanpa mengetahui hasil
ujiannya.
Beberapa saat kemudian Pak Guru memanggil nama masing-masing murid beserta nilai yang
Pak Guru: Tina Setiowati, mendapatkan nilai 85 (diiringi tepuk tangan meriah), Tomi Stianto
Kurniawan 80 (tepuk tangan semakin meriah karena Tomi jarang mendapatkan nilai di atas
batas minimal kelulusan), Pepeb Puspita Prapti 95 (makin meriah, wajah si Pepeb pun sangat
Majun Mauri (pak guru diam sejenak) 50, (kemudian suasana kelas menjadi hening seketika)
Pak Guru: Majun! Kamu kenapa? Kok bisa nilaimu jadi anjlok begini?
Majun: Tidak tahu, Pak (Dalam hati si Majun sangat menyesali perbuatannya dan berjanji