SKENARIO 3
“Wisatawan Asing Terkena Demam’’
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
Skenario 3
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan demam sejak
1 minggu yang lalu. Demam dirasakan setiap 2 hari sekali. Pasien merupakan wisatawan asing
yang sedang berlibur ke daerah timur Indonesia. Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien
didiagnosa terkena penyakit malaria. Keluarga pasien menyesalkan hal ini karena sebelum
berangkat berlibur tidak berkonsultasi dengan dokter travel medicine di Negara asal sehingga
tidak melakukan pengkajian risiko terkait perjalan.
STEP 1
1. dokter travel medicine : cabang kedokteran yang berhubungan dengan pencegahan dan
pengelolaan masalah Kesehatan pelancong international. Yang mempelajari persiapan
Kesehatan dan penatalaksanaan masalah Kesehatan orang yang berpergian.
2. malaria : penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasite plasmodium ditularkan
oleh gigitan nyamuk terinfeksi.
3. demam : peningkatan suhu tubuh di batas normal disebabkan oleh perubahan set point
termperatur peningkatan produksi kalor maupun penurunan eliminasi kalor didalam
tubuh.
4. diagnose : merupakan penentuan sifat suatu kasus penyakit.
STEP 2
STEP 3
1. pasien didiagnosa malaria. Dilihat dari pola demamnya tergantung pada siklus
plasmodiumnya. Bergantung pda siklus hidupnya. Di kasus gejala demam setiap 48 jam
atau 2 hari. Demam quotidian : ditandai dengan paroksisme (yang secara sering dalam
waktu yang singkat) demam yang terjadi dalam (siklus 24 jam). Khas pada malaria
Plasmodium falcifarium
b) Demam tertiana : memiliki gejala demam yang terjadi setiap 48 jam atau dua hari
sekali, khas pada malaria vivax. Dalam istilah, tertiana berarti kejadian hari pertama
kemudian 48 jam kemudian adalah hari ketiga.
c) Demam quartan : memiliki gejala demam yang terjadi pada periodisitas siklus
setiap 72 jam, khas pada malaria kuartana (Plasmodium malariae).
2. Merupakan bidang dari kedokteran mempelajari Kesehatan juga penatalaksanaan
terhadap orang berpergian. Terdapat beberapa jasa pelayanan tm . klinik dokter umum di
tempat praktek sehari hari terdapat dr umum . kemudian klinik rumah sakit terdapat travel
klinik lebih lengkap karena ada lab. Dan ada fasilitas kegawat daruratan. Ketiga travel
klinik swasta diselenggarakan badan swasta. Untuk lokasi tidak di rumah sakit biasanya
dekat biro perjalanan. Praktek kedokteran wisata bereda dengan konvensional . wisata
lebih promotive dan preventif untuk konvensonal lebih kuratif.
3. kedokteran wisata atau travel medicine adalah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari
persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatanorang yang bepergian.
Bidang ilmu ini baru saja berkembang dalam tiga dekadeterakhir sebagai respons
terhadap peningkatan arus perjalanan internasional diseluruh dunia. Pelayanan
kedokteran wisata diberikan di travel clinic yangumumnya berada di negara-negara maju
untuk memenuhi kebutuhan warga merekayang akan bepergian ke negara-negara
berkembang. Jika praktek dokter biasanya ditujukan untuk kuratif, maka praktek
kedokteran wisata lebih banyak pada aspe promotif dan preventif. Untuk promosi
Kesehatan dan pencegahan penyakit . pasien akan di edukasi terlebih dahulu sebelum ke
daerah yang dituju kemudian untuk memberikan nasihat ke daerah tujuannya dapat
memberikan obat dapat diberikan selama perjalanan.
4. Pengkajian risiko : bidang ilmu baru berkembang. Ada beberapa level . zona aman hanya
pencegan biasa kemudian zona kuning diperlukan adanya pencegahan lebih banyak dan
spesifik selanjutnya zona merah hindari perjalanan yang tidak terlalu penting.
5. Sebagai klinisi : memberikan edukasi sebelum perjalanan, membekali pengetahuan untuk
melindungi dirinya dari potensiap health risk tidak hanya vaksinasi juga dapat
memberikan post travel medicine care kemudian mempertimbangkan perjalanan tersebut
dapat menanyakan negara, cuaca, jenis perjalanan , lama tinggal dan daerah tujuan. Perlu
menguasai pengkajian risiko , cara perjalanan dan dapat dibedakan bedasarkan usia.
Membuat strategi mengurangi risiko dan modifikasi ketiga mengetahui Langkah
Langkah. Ketrampilan komunikasi diperlukan cara komunikasi yang berbeda lebih
membantu diskusi agar dapat mencegah. Dapat memahami elemen penting penyebab
penyakit tidak hanya focus pada vaksinasi .
6. Rincian perjalanan, pertimbangan khusus, Riwayat Kesehatan, obat obatan sedang
dipakai, kebutuhan imunisasi. Epidemiologi penyakit , beberapa kejadian khusus bencana
alam, medical treatment pada daerah yang dituju missal berpetualang perlu medical
khusus. Negara daerah tujuan, lama tinggal , maksud tujuan dating kedaerah yang dituju.
7. Konsultasi , imunisasi , penatalaksanaan setelah perjalanan. Konsutasi dahulu jika ke
negara berkembang. Harus dilakukan 4 sampai 8 minggu sbelum hari h melakukan
konsultasi. konsultasi pra-perjalanan; imunisasi; bekal profilaksis, stand-by treatment,
dan medical kit; konsultasi dan penatalaksanaan penyakit pascaperjalanan. Imunisasi
Sebagian besar nasihat perjalanan akan dilanjutkan dengan penjelasan penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Namun, imunisasi hanya salah satu dari beberapa
strategi preventif dalam kedokteran wisata. Ada dua jenis imunisasi yang terkait dengan
perjalanan, yaitu imunisasi wajib dan imunisasi yang dianjurkan. Konsultasi Pra-
Perjalanan Informasi yang aktual dan akurat sangat penting dalam kedokteran wisata
sehingga rekomendasi yang diberikan bukan didasarkan pada opini tetapi evidence-based.
Nasihat perjalanan diberikan dalam bentuk konsultasi dan edukasi mengenai risiko
kesehatan yang mungkin dapat dialami klien selama bepergian, baik sewaktu di
perjalanan maupun setelah tiba di tempat tujuan. Profilaksis, stand-by treatment dan
medical kit Sesuai daerah tujuan klien, tenaga kesehatan dapat memberikan terapi
profilaksis, yaitu untuk malaria, jika daerah tujuan klien adalah daerah endemik malaria.
Jika klien akan menetap dalam waktu lama di daerah terpencil, ia dapat pula diberikan
bekal stand-by treatment, yaitu obat malaria yang dapat diminum jika timbul gejala,
sebelum dapat mencapai klinik terdekat.
8. Trias malaria. Gejala klasik yaitu terjadinya “Trias malaria” secara berurutan: Periode
dingin (15-60 menit), mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut
dan pada saat menggigil seluruh badan bergetar, diikuti dengan naiknya suhu.Periode
panas, penderita muka merah, nadi cepat, dan suhu badan tetap tinggi beberapa
jam.Periode berkeringat, penderita berkeringat banyak dan temperatur menurun, dan
penderita merasa sehat. Pemeriksaan darah rutin , radiologi, rdt.
STEP 4
Travel medicine
STEP 5
REFLEKSI DIRI
Alhamdulilah pada pertemuan PBL di Skenario 3 ini berjalan dengan lancar,. Saya berharap
pada pertemuan kedua nanti dapat lebih aktif lagi dalam berdisukusi sehingga akan
tercapainya sasaran belajar yang sudah ditentukan.
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
Berdasarkan data dari Badan Dunia WTO (World Tourism Organization) pada tahun
2006 (4) jumlah wisatawan mencapai lebih dari 840 juta wisatawan Internasional. Sebagian
besar (410 Juta) bertujuan liburan dan rekreeasi, 131 juta (16%) untuk tujuan bisnis, dan 225
juta (27%) wisata untuk tujuan lain, diantaranya naik haji, berobat dan mengunjungi keluarga
atau teman. Sebanyak 8% tujuan perjalanan tidak disebutkan. Pada tahun 2020 menurut
WTO wisata manca Negara diperkirakan akan mencapai +1.6 miliar, dimana1.2 miliar adalah
perjalanan intraregional, 378 juta adalah perjalanan jarak jauh. (5) Menurut WTO dari 846
juta kedatangan wisatawan manca Negara tahun 2006, 45% wisata dengan memakai pesawat
terbang dan 7% dengan kapal laut. Hasil penelitian studi epidemiologi menunjukkan bahwa
dari 100.000 orang yang bepergian ke negara berkembang selama +1 bulan, 5000 harus
istirahat di tempat tidur, 50.00 orang mengalami gagguan kesehatan, 300 orang harus
dirawat, 50 orang harus dievakuasi melalui udara dan 1 orang meninggal dunia.
Dari data yang ada, setidaknya terdapat 600 juta wisata di seluruh dunia, namun hanya
sebagian kecil saja (8%) yang mempersiapkan diri dengan baik dengan melakukan konsultasi
sebelum memulai perjalanan wisata. Kondisi tersebut merupakan tantangan Kedokteran
wisata kedepannya, sehingga kedokteran wisata benar-benar dapat memberi manfaat pada
wisatawan dalam hal pencegahan penyakit dan menurunkan risko perjalanan.2
Dalam pelayanan dokter wisata, orang yang dating umumnya adalah orang sehat yang
membutuhkan informasi dan tidak menganggap dirinya sebgai pasien, meskipun mungkin
saja status nya dapat berubah menjadi pasien setelah pulang dari perjalanan.4
Bepergian ke tujuan lebih banyak lebih dari 2.500 hingga 3.500 m di atas
permukaan laut (misalnya, Cusco, Machu Picchu, Peru; La Paz, Bolivia; Lhasa,
Tibet; base camp Everest di Nepal) membawa risiko penyakit ketinggian, yang,
jika tidak dikelola dengan tepat, dapat berkembang menjadi ataksia, koma, dan
bahkan kematian.4
Penurunan resiko juga dapat dilakukan dengan cara imunisasi/vaksinasi sesuai dengan
rekomendasi dari tenaga kesehatan. Berikut vaksinasi yang diberikan pada pelancong:4
Falvo (2011) telah menulis secara rinci tentang anjuran kepada wisatawan tentang
kemungkinan atau potensi masalah kesehatan yang dihadapi wisatawan selama
bepergian, seperti dijabarkan dibawah ini.3
• Kecelakaan
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab terbanyak masalah kesehatan
wisatawan. Semua jenis kendaraan bermotor berpotensi menjadi sumber
kecelakaan. Kebiasaan mengemudi mungkin berbeda dengan di negara asalnya.
Jika wisatawan tidak nyaman atau familiar dengan jenis kendaraan (transmisi
standard, sepeda motor, sepeda, dan sebagainya) dia mempunyai risiko dalam
mengendarai kendaraan.3
• Ketinggian
Ketinggian di atas 10.000 kaki mungkin menyebabkan acute mountain
sickness (AMS) yang ditandai dengan pusing nyeri kepala, lelah, menggigil, dan
atau muntah Kelainan yang lebih berat ditandai oleh sesak nafas (edema par
akibat kelingan atau letargi berat (edema otak akibat ketinggian). Penyesuaian
(aklimatisasi) ketinggian pertu dilakukan sebelum melakukan aktivitas berat.
Merokok dan penggunaan alkohol hendaknya dikurangi Asetazolamid dapat
digunakan untuk mencegah AMS istirahat dan aklimatisasi lebih lanjut diperlukan
untuk gejala yang ringan. Jika timbul gejala berat seperti perubahan status mental,
maka wisatawan harus diturunkan segera.3
• Terpapar Hewan
Wisatawan yang terpapar binatang dapat berisiko untuk terserang rables
atau penyakit zoonosis yang lain Rabies merupakan penyakit endemik di negara
sedang berkembang.3
• Pengobatan
Perhatikan interaksi semua obat-obatan yang dibawa dan sering digunakan
wisatawan Antasid dan obat antidiare sering menggangu penyerapan obat.3
• Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual lebih sering dan tampaknya lebih resisten
terhadap antibiotik di banyak negara dari pada di Amerika Serikat. Dianjurkan
menggunakan kondom jika melakukan hubungan seksual dengan pasangan baru
selama wisata.3
• Terpapar Sinar Matahari
Di negara tropis, di ketinggian, dan di atas salju dan air, paparan sinar
matahari mungkin lebih banyak dari yang diperkirakan Wisatawan hendaknya
menggunakan pelindung sinar matahari berspektrum luas (SPF paling kecil 30
dengan proteksi UVA dan UVB) dan menggunakan topi lebar dan kacamata
Tetrasiklin dan siprofloksasin yang sering dianjurkan untuk diare pada wisatawan
atau pencegahan malaria, dapat menyebabkan ruam terinduksi sinar matahari.3
• Berenang
Tempat berenang (kecuali kolam terklorinasi) mungkin terkontaminasi
mikroba dari selokan atau limpahan tanah. Wistawan perlu menanyakan tentang
schistosomiasis di tempat tersebut, dan jika meragukan sumber airnya maka
sebalknya cepat mengeringkan badan. Gunakan alas kaki jika tidak yakin keadaan
permukaan tanah.3
• Vaksinasi
Wisatawan harus mengetahui kebutuhan akan vaksinasi demam kuning di
negara yang akan dikunjungi, termasuk yang akan disinggahi selama
penerbangan. Hukum kesehatan internasional mengizinkan tidak melakukan
vakšinasi jika ada surat dokter yang menyatakan kontraindikasi untuk vaksin.
Sterilitas, keampuhan, atau kandungan vaksin tidak dapat digaransi di beberapa
negara dan proteksi mungkin tidak sepenuhnya untuk paling sedikit 10 hari
setelah inokulasi.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, Alwi A, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke-6. Jilid III. Jakarta:
Interna Publishing; 2017.
2. Wirawan Ady I.M. Kesehatan Pariwisata: Aspek Kesehatan Masyarakat Di Daerah Tujuan
Wisata. Universitas Udayana. Vol. 3 (1). Juni 2016.
3. Pakasi, Levina S. Pelayanan Kedokteran Wisata. Cermin Dunia Kedokteran. 2006. 152 1-9.
4. Brian AW, Boraston S, Botten D, dkk. Travel Medicine: What’s involved ? When to refer ?.
Canadian Family Physician. Vol. 60. December 2014.
5. Zuckerman JN. Travel Medicine. University College Medical School London. Vol. 325.
August 2002.
6. Angelo KM. Kozarsky PE, Ryan ET, dkk. What Proportion of International Travellers
Acquire a Travel-Related Ilness? A review of the Literature. J. Travel Med. Vol. 24 (5).
September 2017.