Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Modernitas muhammadiyah lahir sebagai respon atas sejarah,
pukan spontanitas. Ketika rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan
kebodohan semasa rezim kolonial, muhammadiyah lahir dengan
banyak respon; pendidikan modern dan mengembangkan spirit PKO
(Pertolongan Kesengsaraan Oemoem) ketika massyarakat teklena
dalam tradisional dan pencampuradukan ajaran agama,
muhammadiyah memberikan wacana dan spirit baru, tajdid dan
purifikasi.
Muhammadiyah sebagai gerakan islam merumuskan gerakan
pembaharuannya dalam bentuk purifikasi dan dinamisasi. Purifikasi
didasarkan pada sumsi bahwa kemunduran umat islam terjadi karena
umat islam tidak mengembangkan aqidah islam yang benar, sehingga
harus dilakukan purifikasi dalam bidang aqidah-ibadah dengan teori
“segala sesuatu dalam ibadah madlah dilaksanakan bila ada perintah
dalam Al-Qur’an dan Hadist” sedangkan dinamisasi dilakukan dalam
bidang muamalah, dengan melakukan gerakan modernisasi sesuai
dengan teori “segala sesuatu boleh dikerjakan selama tak ada
larangan dala Al-qur’an dan Hadist”.
Muhammadiyah dalam gerakan pembaharuannya di lakukan
bersamaan antara gerakan purifikasi dengan gerakan muamalah.
Purifikasi dalam bidang aqidah yang dilakukan oleh muhammadiyah
adalah aqidah yang memiliki keterkaitan dengan aspek sosial
kemasyarakatan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Tajdid menurut faham Muhammadiyah?
2. Apa saja model-model Tajdid dalam Muhammadiyah?
3. Apa gerakan Tajdid pada 100 tahun kedua?
1.3 TUJUAN
1. Mampu menjelaskan pengertian tajdid

1
2. Mampu menjelaskan model tajrid dan tajdid Muhammadiyah
3. Mampu menjelaskan gerakan tajdid pada 100 tahun kedua
1.4 MANFAAT
Adapun yang manfaat dari makalah ini yaitu memberikan
penjelasan kepada mahasiswa mengenai tajdid, model tajdid
Muhammadiyah, dan gerakan tajdid pada 100 tahun kedua

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 TAJDID MENURUT FAHAM MUHAMMADIYAH


Tajdid berarti pembaharuan, Peningkatan, dan pengembangan.
Dalam arti Pemurnian, tajdid mengatur sebagai pemelihara ajaran Islam
yang berazas pada al-Quran dan sebagai sunnah maqbullah. Dalam arti
meningkatkan pengembangan dan modernisasi tajdidukung sebagai
penafsiran pengamalan. Untuk melaksanakan tajdid diperlukan
aktualisasi akal pikiran cerdas dan akal budi yang bersih yang dijiwai
ajaran Islam. (Tajdid merupakan suatu proses pembaharuan dalam
umat Islam untuk menuju pada suatu kondisi yang lebih baik.
Muhammadiyah dalam memaknai tajdid mengandung dua pengertian,
yaitu pemurnian (purifikasi), dan pemberian (dinamisasi). Tajdid dalam
pandangan Muhammadiyah yang ingin purifikasi adalah "Tandhif al-
Aqidah ", yaitu purifikasi terhadap aqidah Islamiyah. Dalam arti aqidah
Islam harus menghapus betul dari segenap rowasyia asy-syrik" yaitu
elemen-elemen syirik. Langkah-langkah dakwah dan tajdid
Muhammadiyah yang dimaksud dalam kepeloporan mendirikan sekolah
Islam modern, pelayanan kesehatan, penyantunan anak-anak yatim,
gerakan, bantuan, dan mendobrak hubungan. yangjumud (statistik,
beku dengan ijtihad Karena itu dalam masyarakat umum
Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan perlawanan (tajdid),
bahkan tajdid sudah melekat dalam Muhammadiyah. Karena
kepeloporan dalam kaitannya itu maka Muhammadiyah juga dikenal
sebagai gerakan reformisme atau modernisme Islam (Nashir, 2006n:
xxii- xxiv).
Dalam bentuk pembaharuan, Muhammadiyah memaknai tajdid
dengan pembaharuan Islam yang membangun, mengembangkan,
memperbaharui potensi sumber daya manusia dalam hal ilmu
pengetahuan dan teknologi umat Islam. Memperbarui pembaruan Islam
yang terkait organisasi, Muhammadiyah untuk mengirim pesan Al
Quran yang terkandung dalam QS. 3 : 104, Karena itu, lakukanlah

3
dakwah harus melalui 'waltakum minkum ummatan. Pengertian
ummah adalah kelompok, komunitas atau organisasi. Jadi berdakwah
di era global seperti sekarang tidak bisa dilakukan perseorangan tetapi
sudah harus bersistem dan membuat organisasi dengan dilengkapi
manajemen modern.
Muhammadiyah sebagai organisasi yang melibatkan diri sebagai
gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid yang
bersumber pada Al-Quran dan sebagai Sunnah Shahihah. Sementara
Salah satu dari enam program prioritas Muhammadiyah periode yang
lalu adalah pengembangan tajdid di bidang tarjih dan tajdid intensif
dengan diperkuatkan kembali rumusan-rumusan teologis seperti tauhid
sosial, serta kerja-kerja teknis seperti dakwah jamaah, dengan tetap
memperhatikan apa saja yang ada dan menggerakkan.
Sejak awal berdirinya muhammadiyah menempatkan diri sebagai
salah satu gerakan untuk menyebarluaskan agama Islam yang
diterbitkan dalam Al Quran dan sebagai sunnah sekaligus menyimpan
berbagai amalan yang secara jelas menyimpang dari ajaran Islam baik
yang berbentuk khurafat, syirik maupun bid'ah melalui gerakan
dakwah. Sifat tajdid yang dikenalkan muhammadiyah sebenarnya tidak
Aarya sebatas upaya memurnikan ajaran Islam, dipindahkanjuga
termasuk dalam pembahasannya mengenai pembaharuan tata cara
pertemuan agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam yang menggunakan dakwah
dan tajdid sistem kerja yang mampu bergerak dan tetap berpegang
teguh pada prinsip-prinsip Islam yang diperlukan oleh Al-Qur an dan
Sunnah Shahihah (maqbulah) .bukan semata-mata untuk nemurnia
belaka, tetapi sekaligus demi menjawab dan memandu kehidupan di
tengah perkembangan zaman. Dengan demikian karakter gerakan
Muhammadiyah itu dakwah dan tajdid yang uga mengandung dimensi
pemurnian (tandhif al-aqidah al-islamiyyah) sekaligus memutar (tajdid
fial-islam). Bukan hanya-mata dakwah, tetapi juga hanya. Bukan
hanya-mata saja, tetapi juga dakwah. Bukan semata-mata pemurnian,

4
tetapi juga mendukung Bukan semata-mata pemurnian, tetapi juga
pemurnian. Pemurnian berart "pengotentikan". Kembali pada Islam
yang benar-benar murni atau aslihkan agama Al-Qur an dan Sunnah
Nabi yang Shahihah (maqbullah), dengan mengembangkan ijtihad
sesuai dengan manhaj Tarjih.
Ketika Muhammadiyah bergabung, para tokohnya termasuk KH
Ahmad Dahlan belum mengembangkan program-program konfigurasi
dan mencari tahu apa yang akan dibahas. Yang terjadi mereka
melakukan pembahasan Islam yang praktis dan pragmatis, dengan cara
yang baik dan benar sesuai dengan pemulihan Rasulullah. Pada masa
awal itu keputusan sikap yang reaktif dalam menyelesaikan masalah
yang diselesaikan mulai terlihat, dalam hal ini terlihat adanya
pembetulan arah kiblat dalam pelaksanaan sholat. Jargon yang diusung
pada saat itu adalah Kembali ke Al-Qur'an dan sebagai sunnah.
Pada permulaan abad ke XX umat Islam Indonesia menyaksikan
pergantian gerakan pembaharuan pemahaman dan pembahasan tentang
Islam yang mendukung perwujudan salah satu rantal dari pembaharuan
gerakan yang telah dimulai sejak Ibnu Taimiyah di Siria, diteruskan
Muhammad bin Abdul Wahab di Arab Saudi kemudian Jamaluddin al
Afghani bersama muridnya Muhammad Abduh di Mesir. Munculnya
gerakan pembaharuan memahami agama yang merupakan fenomena
yang menghasilkan proses islamisasi yang terus berlangsung. Yaitu
suatu proses, di mana sejumlah besar orang Islam memandang agama
yang ada, termasuk pada diri mereka sendiri sebagai sesuatu yang
belum memuaskan. Karenanya sebagai langkah perbaikan yang
dilakukan untuk menyelesaikan Islam, dan selanjutnya sesuai dengan
apa yang mereka anggap benar-benar.

2.2 MODEL-MODEL TAJDID DALAM MUHAMMADIYAH


Model-model Tajdid dalam Muhammadiyah dibagi ke dalam tiga
bidang, yaitu bidang religius, pendidikan dan kemasyarakatan Model
tajdid pembaharuan Muhammadiyah dapat digunakan secara mudah

5
1. Bidang Keagamaan
Pembaruan dalam bidang agama adalah penemuan kembali
ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu.
Masalah lingkungan dan dasar mungkin kurang jelas dan tertutup
oleh kebiasaan atau tantangan tambahan lain.
Di atas telah disetujui bahwa yang meminta pembaharuan
dalam bidang keagamaan adalah memurnikan kembali atau
menyetujui untuk keasliannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
agama baik yang diminta akidah atau ibadah harus sesuai dengan
yang diminta, yaitu yang diperintahkan dalam al Quran dan
dituntunkan oleh Nabi Muhammad melalui sunah-sunahnya.
Al-Quran dan sebagai Sunnah maqbullah merupakan
landasan bagi Muhammadiyah untuk melakukan pembaharuan
Islam. Pembaruan teologi yang dilakukan Muhammadiyah
memuat: dimensi kemasyarakatan, mentransfer Islam tetap
ditengah-tengah masyarakat, dapat memiliki kontribusi yang sangat
positif dalam memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan.
Islam berdasar Islam yang berkemajuan, namun memiliki
sosiologis yang memiliki hubungan dengan masyarakat Islam dan
masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbukaan yang
meningkat. Muhammadiyah berorientasi pada kemajuan dalam
bantuannya, yang mengarahkan umat Islam untuk beragama dan
membawa rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditinjau dari
sumber yang ada Al Quran dan sebagai Sunnah magbullah
tetapijugamenjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia
dari serba ketertinggalan dalam ilmu, iman dan amal menuju Islam
berkemajuan.
Dalam masalah akidah, Muhammadiyah berusaha
mengangkat akidah Islam yang murni, bersih dari kemahiran,
bid'ah dan churafat tanpa mengubah prinsip yang sesuai dengan
ajaran Islam. Sementara dalam ibadah, Muhammadiyah berusaha

6
untuk meningkatkan ibadah yang dikeluarkan yang dituntunkan
oleh Rasulullah tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
Dengan kembali ke ajaran dasar ini yang populernya disebut
dengan kembali ke Al Quran dan as-Sunnah Muhammadiyah
memulihkan segala macam tambahan yang datang kemudian dalam
agama. Memang di Indonesia keadaan ini terasa sekali karena
agama yang terlihat adalah serapan dari berbagai yang tidak
memiliki budaya yang ada. Usaha Muhammadiyah untuk
memurnikan keyakinan umat Islam Indonesia mengenalkan
penelaahan kembali dan mengubah drastis jika diperlukan terhadap
penafsiran yang benar terhadap al Qur'an dan al hadits. Usaha
pemurnian ini adalah sebagai berikut
1. Penentuan arah kiblat dalam sholat, sebagai kebalikan dari
kebiasaaan sebelumnya, yang mengahadap tepat ke arah Barat.
2. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan
permulaan dan akhir bulan puasa (hisab) sebagai kebalikan
dari pemantauan perjalanan bulan oleh petugas agama.
3. Menyelenggarakan shalat bersama di lapangan terbuka pada
hari raya Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti seperti
sholat yang ditambahkan dalam jumlah jamaah yang lebih
kecil, yang dislaksanakan di masjid
4. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan kurban pada harí
rava tersebut di atas, oleh panitia khusus, mewakili
masyarakat Islam lokal, yang dapat dibandingkan sebelumnya
dengan memberikan hak istimewa dalam penelitian ini pada
pegawai atau netugas agama (penghulu, naib, kaum, modin
danlain sebagainya).
5. Penyampaian khutbah dalam bahasa Indonesia, sebagai ganti
dari penyampaian khutbah dalam bahasa Arab.
6. Menyederhanakan upacara dan ibadah dalam upacara
kelahiran, hitanan, perkawinan dan pemakaman, dengan
menghilangkan hal-hal yang menentang politheistis.

7
7. Penyederhanaan makam. (Kuburan) yang semula
diperuntukkan
8. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam-makam orang
suci berlebihan (wali).
9. Membersihkan anggapan dari berkah yang bersifat ghaib, yang
dimiliki oleh para kyai tertentu, dan pengaruh pemujaan
terhadap mereka.
10. Penggunaan kerudung untuk wanita dan pemisahan pria-wanita
dalam pertemuan yang bersifat keagamaan.
2. Bidang pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan, Muhammadiyah mempelopori
dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi lebih
nyata. Bagi Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebar luaskan
Islam, pendidikan punya arti penting. Karena melalui bidang inilah
pemahaman tentang Islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari
generasi ke generasi.
Dari segi cita-cita ingin membentuk manusia muslim yang
baik budi, alim dalam agama, luas dalam pandangan dan paham
masalah ilmu keduniaan, dan mendukung perjuangan untuk
kemajuan masyarakatnya. Terkait teknik meminjamkan lebih
banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan disetujui.
Dengan mengambil tidak-diragukan yang baik dari sistem
pendidikan Barat dan sistem pendidikan tradisional, Muhammadiyah
berhasil membangun sistem pendidikan itu sendiri. Seperti sekolah
model Barat tetapi dimasukkan pelajaran agama di sekolah, sekolah
agama dengan pelajaran umum Bermacam-macam sekolah kejuruan
dan lain-lain.Sedangkan dalam cara penyelenggaraanya, proses
belajar-mengajar itu tidak dilaksanakan di masjid dan langgar, tetapi
di gedung yang khusus yang Dilengkapi dengan meja kursi dan
papan tulis tidak lagi duduk di lantai.
Selain memperbarui di lembaga pendidikan formal.
Muhammadiyah pun telah memperbarui pendidikan tradisional non

8
formal yaitu pengajian. Semula pengajian dilakukan di mana orang
tua atau guru privat mengajar anak-anak kecil membaca al Quran
dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian
disistematisasikan ke dalam bentuk juga isi / tema pengajian yang
ditujukan pada kehidupan sehari-hari umat Islam.
Begitu pula Muhammadiyah telah mencapai bidang
bimbingan dan pembahasan agama dalam masalah-masalah yang
dibutuhkan dan mungkin pribadi. di kota-kota besar, konsultasi
keluarga sakinah oleh 'Aisyiyah sebagai wanitanya Muhammadiyah.
Dengan mengadakan pengajian dan nasehat yang bersifat pribadi
yang dapat diajukan tentang Islam yang membahas seluruh aspek
manusia.
3. Bidang Sosial Kemasyarakatan
Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan
dengan mendirikan rumah sakit, poliklinik, panti asuhan, rumah
singgah, bagian jompo, pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),
posyandu lansia, bantuan amal, dan juga setiap orang dapat
dilakukan pada setiap orang.
Usaha pembaharuan dalam bidang sosial Kemasyarakatan
ditandai dengan didirikannya Pertolongan Kesengsaraan oemoem
(PKO) pada tahun 1923) Ide di balik pembaharuan dalam bidang ini
karena barnryak di antara orang-orang Islam yang memerlukan
kesengsaraan dan hal ini diperlukan bagi para pengunjung.
Perhatian pada orang lain dan merupakan teman sesama muslim
tidak hanya tentang hal itu terima kasih pada teman tetapijuga
perwujudan tuntunan agama yang jelas untuk beramar ma'ruf dan
juga sebagai perwujudan sosial dari semangat beragama Hal ini
merupkan gerakan sosial dengan ilham keagamaan. Contohnya
dalam surah Al-Ma'un 107: 1-7.
Pesan yang terkandung dalam surat al Maun adalah ajaran
tolong menolong sebagai bentuk dari amal shaleh yang dapat
memunculkan solidaritas yang berujung pada mahabbah atau saling

9
memuji yang dimulai dari ta'aruf, yaitu saling mengenal yang
dimulai dengan tafahum, yaitu saling memahami, dari pengertian ini
menghasilkan tadhamun atau saling mendukung. Tadhamun akan
menciptakan taráhum dan akhirnya terbentuklah suasana ta'awun
atau saling menolong di antara masyarakat. Ajaran ini direalisasikan
oleh Muhammadiyah melalui lembaga pendidikan, rumah sakit,
panti asuhan, dan juga melalui cara mengumpulkan dan
mengumpulkan zakat bagi yang berhak (badan amil). Pembaruan
sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh Muhammadiyah
merupakan salah satu wujud dari ketaatan beragama dalam dimensi
sosialnya untuk tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat difahami, bahwa tajdid
dalam Muhammadiyah mengalami perubahan yang sangat berarti.
Tajdid dalam Muhammadiyah  pada tataran praktis dan gerakan aksi
yang mengarah pada pemurnian akidah dan ibadah, sebagai reaksi
terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh umat Islam.
Model model Tajdid dalam Muhammadiyah digolongkan
dalam tiga bidang diantaranya (a) bidang keagarmaan
yaitu Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan
kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena
waktu lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar-
dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasan dan pemikiran
tambahan lain. (b) bidang pendidikan yaitu Muhammadiyah
mempelopori dan meyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan
inovasi yang lebih nyata dimana bidang pendidikan dipandang sangat
penting dalam penyebaran ajaran agama islam. (c) bidang sosial
masyarakat Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan
dengan mendirikan rumah sakit, piklinik, panti auhan, rumah singgah,
panti jompo, Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu
lansia yang dikelola melalui amal usahanya dan bukan secara
individual sebagai mana dilakukan orang pada umumnya.
3.2 SARAN
Tajdid atau pembaharuan dalam Islam khususnya dalam
Muhammadiyah memang perlu terus dilakukan oleh kader–kader
Muhammadiyah. Hal ini untuk melindungi ajaran–ajaran agama yang
semakin hari luntur oleh fenomena modern yang berkembang di
masyarakat. Pola kehidupan masyarakat modern yang memiliki
budaya baru yang lebih bebas cenderung melupakan ajaran – ajaran
agama yang  sebenarnya.

11
12

Anda mungkin juga menyukai