18 (Bu Azizah)
Tujuan pokok hukum menciptakan tatanan masyarakat
, n Menciptakan ketertiban dan keseimbangan.
Teori: Etis, Utilitis, Campuran.
1. Teori Etis: Hukum semata-mata bertujuan memberi keadilan. Isi hukum ditentukan oleh
keyakinan etis tentang yang adil dan yang tidak adil.
2. Teori Utilitis (Eudaemonistis): Hukum ingin menjamin kebahagiaan terbesar bagi manusia
dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya. Dalam teori ini, Tujuan hukum adalah manfaat
dalam menghasilkan kesenangan yang terbesar bagi jumlah orang yang terbanyak. (Jeremy
Bentang)
3. Teori Campuran: Dalam teori ini, tujuan hukum:
a. Mochtar Kusumaatmadja Ketertiban, tercapainya keadilan yang berbeda-beda/
Isi dan ukurannya menurut masyarakat dan jamannya.
b. Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto Kedamaian hidup antarpribadi
(Ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi).
c. Apeldoorn Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
d. Subekti Hukum mengabdi pada tujuan negara yaitu mendatangkan kemakmuran
dan kebahagiaan para rakyatnya. Dengan menyelenggarakan keadilan ketertiban.
Hukum tidak identik dengan keadilan. Perturan tidak selalu memberikan keadilan.
Misal. Motor dan mobil sama-sama bayar pajak. Mobil boleh naik tol sedangkan motor tidak.
Hal ini dilakukan demi ketertiban lalu lintas.
Asas Hukum.
(Bellefroid) Asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang
oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum.
(Van Eikema Hommes) Asas hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan
hukum positif.
(The Liang Gie) Asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum tanpa
menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaannya, yang diterapkan pada serangkaian
perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu.
(P. Scholten) Asas hukum adalah kecenderungan2 yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita
pada hukum, merupakan sifat umum dengan segala keterbataasannya sebagai pembawaan yang
umum itu, tetapi yang tidak boleh tidak harus ada.
UTS:
1. Buku Perihal Kaidah Hukum
2. Buku Disiplin Hukum
3. Buku Sendi-sendi ilmu hukum
BELI KUHP (Beli 2, yang panjang buat uts ga dicoret2, sama yang Mulyatno buat belajar dicoret2) KUHPER
KUHD
Kaidah abstrak/umum
(Perundang2an. Misal UU no 12 th
2011)
Kaidah Individual/konkret
AZAZ
Interiori tidak boleh menentang posteriori
Lex specialis derogat legi generali adalah asas penafsiran hukumyang menyatakan bahwa
hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex
generalis).Contohnya, dalam pasal 18 UUD 1945, gubernur, bupati, dan wali kota harus dipilih
secara demokratis. Aturan ini bersifat umum (lex generalis). Pasal yang sama juga menghormati
pemerintahan daerah yang bersifat khusus (lex specialis), sehingga keistimewaan daerah yang
gubernurnya tidak dipilih secara demokratis seperti Daerah Istimewa Yogyakarta tetap
dipertahankan.
Di akar pohon hukum terdapat Sejarah Hukum, Perbandingan Hukum, Filsafat Hukum, Sosiologi
Hukum, Antropologi Hukum, dan Psikologi Hukum. Semua merupakan ilmu tentang kenyataan,
kecuali filsafat.
Batang pohon hukum disebut sebagai dogmatik hukum. Berisikan mengenai ilmu tentang kaidah dan
pengertian.
Dari batang ke cabang, terdapat disiplin pengarah untuk mengarahkan yaitu politik hukum.
Politik hukum menentukan suatu pilihan mengenai tujuan dan cara yang hendak dipakai untuk
mencapai tujuan hukum dalam masyarakat. (Satjipto Rahardjo).
(Ibu Fully) politik hukum bukan politik praktis. Politik hukum melatarbelakangi undang2 dan
hukum. Memiliki tujuan konkret misalnya untuk 5 tahun kedepan dengan kiblat program nasional.
“Kepentingan politik bukanah kepentingan hukum.” Contoh: Pada zaman Orba ada GBHN, PELITA,
REPELITA. Pada zaman sekarang Nawa Cita.
Batang yang terbagi dua cabang besar itu adalah disiplin cabang (hukum positif), ada Hukum Privat
dan Hukum Publik. Dalam Hukum Privat ada Hukum Perdata dan Hukum Dagang. Dalam Hukum Publik
ada Hukum Pidana, Administrasi Negara, Tata Negara, Internasional. Masing-masing cabang ini
memiliki dua cabang lagi yaitu segi materiil (isi, dipelajari di buku) dan segi formil (cara, dilihat di
pelaksanaan peradilan).
Kaidah-Kaidah Hukum
1. Kaidah Agama : datang dari Tuhan lewat Kitab Suci
2. Kaidah Kesusilaan : Datang dari dalam diri dan masyarakat.
Mengeni apa yang dianggap baik atau tidak oleh manusia. Beda2 di setiap wilayah,
sehingga belum tentu juga haknya terpenuhi didalam kaidah kesusilaan. Contoh: Di US
kuliah boleh pake hotpants, manggil nama ortu pake nama, di Indo bisa2 dikenakan
sanksi.
3. Kaidah Sopan Santun : Datang dari masyarakat
4. Kaidah Hukum : Datang dari kekuasaan yang sah.
Kaidah hukum dianggap PENTING karena melindungi (bukan memenuhi) hak dan
kewajiban. “Hak adalah kepentingan, tetapi kepentingan belum tentu hak.” Contoh:
Dosen berkewajiban nilai ujian mahasiswa. Mahasiswa berhak dinilai oleh dosen. Hak.
Tapi dosen memberi nilai A. Kepentingan.
Penjelasan: Mahasiswa punya kepentignan dapet A tapi gak terlindungi, jadi bukan hak.
Hak adalah kepentingan yang terlindungi.
Konkret:
Dihasilkan dari lembaga peradilan atau hakim, dan yang berwenang untuk membuat surat
keputusan misal mentri presiden rektor. Ditujukan hanya untuk individu tertentu sehingga tidak berlaku
secara umum. Yang boleh membuat kaidah konkret itu hanya hakim dan surat keputusan (SK). Contoh.
Dalam sebuah PT, dilakukan RUPS sebagai yang paling tinggi dan menghasilkan kebijakan2 perusahaan,
yang mengusahakan berjalannya kebijakan ini adalah direksi.
Regeling: Mengatur. Digunakan untuk menyebut hasil kegiatan peraturan yang menghasilkan peraturan.
“Peraturan” Hukum Abstrak
Beschikking: Menetapkan. Digunakan untuk menyebut hasil kegiatan penetapan atau pengambilan
keputusan administratif. “Keputusan” “Ketetapan” Hukum Konkret
Beschikking tidak sama dengan Hukum Konkret karena ada penetapan yang objeknya seseorang, ada juga
yang objeknya suatu kumpulan.
Tugas Hukum:
- Keadilan Proporsional :
- Keadilan Distributif :
Essensialia Kaidah Hukum: Pada kaidah hukum fakultatif, hal memaksa bukanlah essensalianya. Juga pada
kaidah hukum imperatif yang mengikat, hal memaksa tidak bisa menjadi essensialianya. Sifat memaksa
dari kaedah hukum tidak esensiil, namun sifat membatasi atau mematoki dari kaedah hukum adalah
esensiil.
Ada hukum atau peraturan yang sifatnya multitafsir atau pasal karet karena berbicara mengenai
kebermanfaatan, pengertian dari peraturan terseut diserahkan kepada masyarakat agar terjadi
kebermanfaatan bagi masing-masing masyarakat. Jika terjadi konflik, diputuskan oleh hakim.
Pembuatan Hukum
4 Landasan: (hal 123 buku Mengenal Hukum)
1. Aspek Yuridis:
Bila dihubungkan dengan Stufenbouw Hans Kelsen, membicarakan bagaimana suatu peraturan
berlaku berdasarkan peraturan yang lebih tinggi. (azaz hukum: Lex posteriori de..., Lex interiori
de..., Lex specialis de...) Klo ada UU yang bertentangan dengan atasnya, UU tsb secara yuridis tdk
berlaku.
2. Aspek Sosiologis:
Membicarakan kepentingan yang sedang diatur, menghilangkan konflik yang ada. Penting karena
hukum harus dapat diterima oleh masyarakat.
3. Aspek Filosofis:
“Butir2 dalam pancasila”
Butir 1 setiap orang dijamin haknya dalam memilih dan melaksanakan ibadahnya masing2
Butir 2 Adil: misal dengan adanya pemerataan pendikan, Beradab itu untuk membuat manusia
jadi beradab.
Butir 3 Pasal 30 bela negara,
Butir 4 Badan Legislatif: lembaga perwakilan, demokrasi langsung. Eksekutif juga merupakan
wakil rakyat, ga cuma DPR doang.
Butir 5
Landasan mengenai filosofis dan sosiologis harsud imasukan ke dalam dasar “menimbang”
Penyimpangan Hukum
Ada karena
Keberlakuan kaidah hukum, penyimpangan hukum,
SOAL UTS dari kuliah pertama sampai sekarang, ga keluar dari buku referensi.