Anda di halaman 1dari 9

PENEMUAN HUKUM (RECHTSVINDING)

DAN PENCIPTAAN HUKUM (RECHTSSCHEPP ING)


OLEH HAKIM UNTUK MEWUJUDKAN KEADILAN

Siti Malikhatun Badriyah


Oosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, JI. Imam Bardjo, SH No. 1 Semarang

Abstract

At present, the judge should have high creativity and progressive minded, so it really enforce the law in
accordance with the values a a that develop within the society. In judging and decision making, judges must
conduct rechtsvinding, so that decisions can actually bring about justice for the coveted society. In Jaw
enforcement judges should adhere to the principle that the law is for man, not man for the law, so it should
really pay attention to the dynamics of society. Judges no longer a la Bouche de la loi (funnel legislation), but
also conduct rechtsvinding of rechtsschepping even if the decision followed the other judges in decision
making. Thus, the judge should have as a vigilante or a mujtahid (one who fought jihad), which can reveal
the hidden force of law, so the law becomes sharp and can solve problems in society.

Keyword: legal finding, the rule of judge

Abstrak

Pada saat ini hakim harus memiliki kreatifitas yang tinggi dan pikiran yang progresif sehingga penegakan
hukum sesuai dengan nilai-nilai yang dibangun dalam masyarakat. Dalam mengadili dan pembuatan
putusan hakim harus melakukan penemuan hukum sehingga keputusannya melahirkan keadilan yang
sebenarnya dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam penegakan hukum hakim harus memegang prinsip
bahwa hukum untuk manusia dan manusia bukan untuk hukum. 0/eh karena itu harus ada perhatian
terhadap dinamika sosial. Hakim tidak lagi berfungsi sebagai corong undang-undang tetapi juga harus
melakukan penemuan hukum yang akan diikuti oleh hakim-hakim lain dalam pembuatan keputusan. Oleh
karena itu hakim harus bersikap sebagai mujtahid (orang yang berjihad) sehingga kekuatan hukum yang
tersembunyi menjadi terungkap.

Kata kunci : penemuan hukum, peran hakim

Indonesia sebagai salah satu negara di dunia, tatanan masyarakat dalam keadaan seimbang
memiliki masyarakat yang heterogen (pluralistik). (equilibrium), karena keadaan tatanan masyarakat
Heterogenitas ini tentu berpengaruh terhadap yang seimbang menciptakan suasana tertib, damai
kehidupan manusia, karena setiap manusia dan aman, yang merupakan jaminan kelangsungan
mempunyai kepentingan yang kemungkinan terdapat hidupnya. Oleh karena itu keseimbangan tatanan
persamaan antara satu dengan yang lain, namun masyarakat yang terganggu harus dipulihkan dalam
seringkali terdapat pula perbedaan, sehingga tidak keadaan semula (restitutio in integrum)1. Untuk
jarang terjadi konflik yang tidak dapat dihindari. melindungi kepentingan manusia dalam masyarakat,
Gangguar1 kepentingan atau konflik harus dicegah diperlukan kaidah soslal', salah satunya adalah
atau tidak dibiarkan berlangsung terus, karena akan kaidah hukum.
mengganggu keseimbangan tatanan dalam Fungsi kaidah hukum pada hakikatnya adalah
masyarakat. Manusia akan selalu berusaha agar untuk melindungi kepentingan manusia.3 Kaidah
1. Sudfkno Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Liberty, him. 4
2. Kaldah sosidl pada hakikatnya merupakan perumusan suatu pandangan mengenal perilaku atau sikap yang seyogyanya dilalwkan atau yang seyogyanya bdak
dilakukan, yang dilarang dljalankan atau yang dlanjurkan untukdijalankan.

384
Siti Malikhatun B., Penemuan Hukum Dan Penciptaan Hukum 0/eh Hakim

hukum bertugas mengusahakan keseimbangan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya, ... dan
tatanan di dalam masyarakat dan kepastian hukum hukum itu tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan
agar tujuannya tercapai, yaitu ketertiban masyarakat'. untuk sesuatu yang lebih luas, yaitu ... untuk harga diri
Agar kepentingan manusia terlindungi, maka hukum manusia, kebaha~iaan, kesejahteraan, dan
harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat kemuliaan rnanusia". Dengan demikian hukumlah
berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat yang harus diabdikan pada manusia, bukan manusia
terjadi juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini yang harus mengabdi pada hukum, dan tidak pada
hukum yang telah dilanggar itu harus ditegakkan. tempatnya mengorbankan manusia demi
Melalui penegakan hukum inilah, hukum menjadi kepentingan hukum (ilmu hukum maupun praktik
kenyataan. Penegakan hukum5 merupakan sokoguru kehidupan berhukum, dengan alasan keterbatasan
(tiang utama) yang memperkokoh fundamen yang hukum dalam menghadirkan keadilan sebagaimana
menunjang kesejahteraan hidup masyarakat, dalam yang sering dikemukakan oleh kaum positivis dengan
berbagai aspek kehidupan. Menurut Soerjono konsepsi kebenaran formal dan proseduralnya. 11
Soekanto,' Inti dari proses penegakan hukum (yang Dalam penegakan hukum, haklm" mempunyai
baik) adalah penerapan yang serasi dari nilai-nilai dan peran sentral, baik hakim Pengadilan Negeri,
kaidah-kaidah, yang kemudian terwujud dalam Pengadilan Tinggi, Mahkamah Agung, maupun
perilaku. Pola perilaku tersebut tidak terbatas pada Mahkamah Konstitusi. Dalam penyelenggaraan
warga masyarakat saja, akan tetapi mencakup juga peradilan, hakim melakukan penerapan hukum yang
golongan •pattern setting group· yang dapat diartikan abstrak sifatnya pada peristiwa yang konkrit. Karena
sebagai golongan penegak hukum dalam arti sempit. beraneka ragamnya kegiatan kehidupan masyarakat
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang dan cepatnya perkembangan dan perubahannya,
harus diperhatikan, yaitu: kepastian hukum maka tidak mungkin tercakup dalam satu peraturan
(rechtssicherheit), kemanfaatan (zweckmassigkeit), perundang-undangan dengan tuntas dan jelas. Oleh
dan keadilan (gerechtigkeit)1. Ketiga unsur tersebut karenanya sudah wajar kalau tidak ada peraturan
oleh Gustav Radbruch' dikatakan sebagai penopang perundang-undangan yang dapat mencakup
cita hukum (idee des Rechts). Cita hukum ini akan keseluruhan kegiatan kehidupan manusia, sehingga
membimbing manusia dalam kehidupannya tidak ada peraturan perundang-undangan yang
berhukum. Ketiga nilai dasar tersebut harus ada lengkap selengkap-lengkapnya dan jelas sejelas-
secara seimbang, namun seringkali ketiga nilai dasar jelasnya. Karena hukumnya tidak lengkap dan tidak
tersebut tidak selalu berada dalam hubungan yang jelas, maka harus dicari dan diketemukan. Terlebih
harmonis satu sama lain, melainkan berhadapan, lagi mengingat ada kemungkinan suatu perkara yang
bertentangan, ketegangan (spannungsverhaltnis) dihadapkan pada hakim belum ada peraturan
satu sama lain. Dalam hal terjadi pertentangan hukumnya, atau peraturan hukumnya ada tetapi tidak
demikian, yang mestinya diutamakan adalah jelas, seharusnya hakim dapat melakukan penemuan
keadilan. hukum, bahkan sekaligus juga pembentukan hukum.
Berkenaan dengan hal tersebut, Satjipto Rahardjo Sejarah mencatat perubahan yang signifikan dari
menawarkan suatu konsep Hukum Progresif yang aliran legisme menuju aliran rechtsvinding. Di
bertolak dari dua komponen yang menjadi basis Belanda perubahan yang revolusioner terjadi melalui
dalam hukum, yaitu peraturan dan perilaku (rules and putusan Hogeraad Belanda tanggal 31 Januari 1919
behavior). Di sini, hukum ditempatkan seba~ai aspek yang dikenal dengan Revolusi Januari. Melalui
perilaku, namun juga sekaligus peraturan. Hukum putusannya, Hogeraad Belanda menyatakan bahwa

3. Ibid him. 11
4. Ibid.him. 11. Uhatjuga dalam Soejono 0. Penega~an dafam SistemPettahanan Sipil, PT Karya Nusantara Cabang Bandung, 1978, him. 17, Fungsi hukumsebagai
sarana pengendalian masyarakat dan sebagaisarana untuk mendoroog perkembangan masyarakat ke a rah yang lebih maju.
5. SoejoooO.loc.OI
6. Soerjono Soekanto, dan MustafaAbdu tah, Sosiologi Hukum dalarn Masyarakat. Jakarta, CV Rajawali, him. 40
7. SudiknoMertokusumo, Mr.A Pillo 1993. Bal>-bab TentangPenemuanHukum, PTCitraAditya Baldi hlm.3
8 Lihat Gustav Radbruch, dalam Sa~1ptoRahardJO. 2006, HukumdalamJagadKetertiban, Cetakan I, Jakarta, UK! Press, him. 135
9. Sa~1ptoRahardJ0, 2008, "Membedah Hukum Progresif. Penerbit Buku Kompas. Jakarta, hlmaman 265
10. Ibid, hlmaman 188
11. Ibid., hlmaman 187
12. Hakim adalah pejabat yang mem1mp,n persldangan. la yang memutuskan hukuman bagi pihak yang drtuntul Hakim harus dihormati di ruang pengadilan dan
pelarggaran akan him iru dapat menyebabllan hultuman. Hakim biasanya meogenakan baju berwama hitam. Kekuasaannya befbeda-beda di berbagai negara, lihat
hit?' catuy. Multiply com' Enaknya Ja<f Hakim di Indonesia

385
MMH. Jilk! 40 No. 3 Juli 2011

yang dimaksud perbuatan melawan hukum dalam UUD 1945 hasil amandemen MPR. Hasil amandemen
Pasal 1365 KUH Perdata, bukan perbuatan yang tersebut telah mengubah struktur kekuasaan
hanya melawan Undang-undang (hukum tertulis), kehakiman. karena di samping Mahkamah Agung
melainkan termasuk perbuatan yang melanggar juga terdapat lembaga kekausaan kehakiman yang
hukum tidak tertulis. Adanya tafsiran yang luas dari baru, yaitu Mahkamah Kontitusi.
Pasal 1365 oleh hakim terhadap Pasal 1365 KUH Dalam penegakan hukum. terdapat tiga nilai
Perdata merupakan suatu keberanian yang luar biasa dasar yang menjadi landasan, yaitu. kepastian
di bidang hukum, sebab pada masalah-masalah hukum, keadilan dan kemanfaatan". Namun
sebelumnya hakim tidak berani memutuskan seperti demikian, seringkali sulit untuk mewujudkan ketiga-
itu. Dalam hal ini temyata sudah dipergunakan tiganya secara seimbang. Dalam hal demikian. maka
tafsiran yang luas, sehingga dapat dikatakan bahwa seharusnya yang diutamakan adalah keadilan tanpa
putusan tanggal 31 Januari 1919 dianggap suatu mengesampingkan kepastian dan kemanfaatan.
tindakan revolusi di bidang hukum dan kehaklrnan." Dalam praktik penegakan hukum di Indonesia
Keberanian untuk melakukan lompatan di bidang masih banyak masyarakat yang tidak puas, bahkan
hukum kini disebut Rule Breaking. sudah tidak percaya lagi dengan penegakan hukum
yang dilakukan oleh para penegak hukum, yang
Arti Pentingnya Penemuan Hukum oleh Hakim kadang menimbulkan sikap anarkhis, main hakim
dalam Peradilan sendiri. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak
Keberadaan lembaga peradilan dalam negara terpenuhinya nilai keadilan, terutama keadilan
modern seperti Indonesia merupakan suatu masyarakat (social justice). Hakim belum sungguh-
keniscayaan. Penegakan hukum dan keadilan sungguh menggali nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
merupakan salah satu fungsi kedaulatan suatu yang hidup dalam masyarakat dengan alasan terikat
negara. Dalam bukunya Territory The Claiming of dengan aturan hukum formal yang sebenamya kaku
Space, David Storey menegaskan tentang peran dan bahkan dalam beberapa hal justru melenceng.
fungsi negara, yaitu: (1) Mengatur perekonomian Menegakkan hukum, tidak sekaligus menciptakan
negara. (2) Menyediakan kebutuhan dan kepentingan keadilan. Derrida mengatakan bahwa
publik terutama kesehatan dan transportasi. (3) ·rhe question of justice is not a matter of universal
Menyediakan perangkat hukum dan menegakkan definition, but is rather the following question: How
keadilan bagi rakyatnya. (4) Membela dan menjaga can we, in our particular time in place, work toward
territorial wilayahnya negara dan keamanan justice•. Bahkan dikatakan oleh Derrida •the
rakyatnya dari ancaman pihak luar. Salah satu tiang meaning of justice is elucided through a contrast
penyangga tegaknya kedaulatan negara adalah with law. In this sense law is the opposite of
adanya pengadilan berdaulat. Enlitas pengadilan justice 14•
sejatinya merupakan lembaga yang bertugas
mencerahkan dan memberi arah perjalanan Pandangan Leon Petrazycki tentang keadilan
peradaban bangsa. 1' dapat dimaknai sebagai pandangan yang berbeda
Kekuasaan kehakiman dalam praktik, dengan kebanyakan orang yang mengatakan bahwa
diselenggarakan oleh badan peradilan negara. keadilan itu adalah abstrak. Menurut Petrazycki,
Adapun tugas pokok badan peradilan adalah keadilan adalah sebuah fenomena yang konkret
memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan yang dapat ditangkap melalui penelitian intuisi kita. la
perkara-perkara yang diajukan oleh masyarakat mengatakan:
pencari keadilan. Ketentuan mengenai kekuasaan • The doctrin herein developed concerning law in
kehakiman ini, di Indonesia secara konstitusional general and intuitive law in particular comprises all
diatur dalam Bab IX, Pasal 24, 24A.2 248, 24C dan 25 the premises neede to solve the problem of the

13. R. Soeroso, Penganta,I/mu Hukum, Jakarta, SmarGrafika, 1996, hlm.257


14. Lihat David S1orey dalamArtidjoAlkost.ar, Reformasi Sistem Peradilan DalamPenegakan Hukumdi Indonesia, http://www.legalltas.orgf27 Junl 2007
15. Keadilan merupakan salah satu tujuan dari seliap sistem hukum, bahkan merupakan ~n dari seliap sistem hukum, bahkan merupakan tujuan terpentlng. Masih
ada tujuan hokum yang lain yang jug a selalu menjadi tumpuan hokum, yaitu kepastian hokum, kemanfaatan, dan ketertiban. Di samping tujuan hokum, keadilan dapat
juga dilihat sebagaisuatu nilai (vwe). Bagi suatu kehidupan manusia yang baik, ada empat nJlai yang merupakan foodasi pentingnya, yaitu kead!aan, kebeoaran,
hokum.moral LihatBambangSutiyoso, 2007, MelodePenemuanHukum, UpayaMewujudl<anHukumyangPastidan Berl<eadilan, UII Press, Yogyakarta, him. 12
16. Lihat DelTida dalam Roger Cotterrel, Sociological Perspective on Law, Dartmouth Pubishing Company and Ashgate Pubfishing Company, England, 2001, hlm.433.
Keadilan merupakan condition sine qua non teroiptanya ketertiban dan merupakan syarat u1ama ber1angsungnya kehidupan masyarakal Keadilan menjaga supaya
tidak terjadl ketimpangan sehingga ten:ipta keseimbangan antara hakdan kewajiban, adanya keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan sosial

386
Siti Malikhatun B., Penemuan Hukum Dan Penciptaan Hukum 0/eh Hakim

nacure of justice: actually, justice is notihing but keadilan bagi masyarakat, karena pada prinsipnya
intuitive law in our sense. As a real phenomenon hukum adalah untuk manusia, bukan sebaliknya
justice is a phychic phenomenon, knowledge of manusia untuk hukum. Dengan demikian ketika
which can be aquired through self-observation masyarakat berubah, maka hakim dalam penegakan
and the joint memoa?" hukum juga harus mengikuti perkembangan yang
Uraian yang dikemukakan oleh Petrazycki terjadi dalam dinamika kehidupan masyarakat.
semakin menegaskan bahwa sebenamya keadilan Pengadilan bukanlah institusi hukum yang steril, yang
bukan sesuatu yang abstrak, yang hanya berada hanya berurusan dengan pengongkretan undang-
pada dunia nilai-nilai saja tanpa perwujudan konkret. undang, melainkan memiliki jangkauan yang lebih
Dengan demikian, sebenamya nilai keadilan ada luas. Pengadilan sudah menjadi institusi sosial yang
dalam kehidupan masyarakat, bukan sesuatu yang peka terhadap dinamika perkembangan masyarakat.
abstrak (tidak membumi). Nilai keadilan semestinya Pengadilan sarat dengan pikiran keadilan, pembelaan
menjadi landasan bagi para penegak hukum di rakyat dan nasib bangsanya. Ternyata pengadilan
Indonesia, termasuk hakim dalam memberikan juga berhati nurani (concience of the court). Hakim
putusan. sebagai penegak hukum di pengadilan harus benar-
Menurut Satjipto Raherdio", sekarang mestinya benar memperhatikan dinamika masyakat. Hakim
hukum diproyeksikan terhadap gagasan dan berhati nurani dalam memutus perkara, sehingga
pemahaman yang baru, yaitu menukik sampai pada benar-benar bisa memberikan keadilan bagi
kedalaman makna hukum. Pertama, para penegak masyarakat.
hukum, dimana pun posisi mereka, mengidentifikasi Untuk dapat memenuhi harapan para pencari
diri mereka sebagai kaum vigilantes, orang-orang keadilan seorang hakim harus senantiasa mengikuti
yang berjihad dalam hukum. Mereka tidak hanya perkembangan yang ada dalam masyarakat, karena
membaca undang-undang tetapi diresapi dengan tugas yang diembannya dalam peradilan harus dapat
semangat untuk meluapkan keluar makna undang- memberikan rasa keadilan masyarakat. Hakim harus
undang yang ingin menyejahterakan rakyat. Dengan melakukan penemuan hukum untuk dapat
demikian diperlukan predisposisi progresif dari para menerapkan dalam peristiwa konkrit yang diajukan
penegak hukum. Kedua. kesadaran dan keyakinan kepadanya.
bahwa hukum menginginkan yang baik terjadi pada Dalam penemuan hukum ini sumber-sumber
rakyat dan masyarakat. Hukum bukan semata-mata penemuan hukum yang dapat digunakan sesuai
sederetan kata-kata dan kalimat, tetapi merupakan dengan hierarki/tingkatannya menurut Sudikno
pesan (message) yang membutuhkan realisasi. Mertokusumo20 antara lain adalah: 1) Undang-
Selanjutnya, Satjipto Rahardjo19 mengemukakan undang; 2)Hukum kebiasaan; 3)Yurisprudensi;
bahwa para penegak hukum yang berjihad untuk 4)Perjanjian internasional (tractaatltreaty); 5)Doktrin;
memunculkan kekuatan hukum akan senantiasa 6) Perilaku; 7) Kepentingan manusia.
memeras dan mendorong kata-kata dari teks hukum Dengan demikian hakim harus mempunyai
sampai ke titik paling jauh (ultimate) sehingga kemampuan dan kreativitas untuk dapat
kekuatan hukum keluar dari persembunyiannya. menyelesaikan dan memutus perkara dengan
Pengadilan tidak lagi semata-mata menjadi tempat mencari dan menemukan hukum dalam kasus yang
untuk menerapkan undang-undang, melainkan tidak ada peraturan hukumnya atau peraturan
menjadi tempat untuk menguji undang-undang. hukumnya ada tetapi tidak jelas. Hakim harus mampu
Hakim bukan lagi /es bouches, qui prononcent Jes melakukan penemuan hukum untuk dapat memutus
paroles de la Joi (mulut yang mengucapkan kata-kata perkara sehingga terwujud keadilan yang
undang-undang), melainkan seorang vigilante atau didambakan masyarakat. Di sini hakim lebih leluasa
mujtahid. serta luwes untuk menyelesaikan perkara, karena
Dalam hal hakim memutus perkara dengan tidak hanya menyampaikan bunyi undang-undang,
menggali nilai-nilai yang ada dalam kehidupan tetapi dapat melakukan penemuan hukum dari
masyarakat, maka akan lebih dapat memberikan rasa berbagai sumber penemuan hukum dan juga dapat

17 Leon Petrazyclu, Law and Motafdy. Harvard University Press, Chambfidge Massachussetts, 1955, him. 241
18 Sa~1pto Raharlf)O,2009, Op. Qt him. 55
19. Ibid, him. 56
20. SudiknoMertokusumo, 1996 b, him. 48-54

387
MMH. Ji/id 40 No. 3 Juli 2011

melakukan penciptaan hukum, karena sebenamya memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam
hukum itu ada di dalam masyarakat. Di mana ada masyarakat.
mayarakat, di situ tentu ada hukum (ubi societas ibi Dalam menjalankan tugas untuk mengadili suatu
ius), tinggal bagaimana kita menggali, sehingga perkara ada kemungkinan bahwa tidak ada peraturan
dalam penegakan hukum benar-benar dapat hukum, atau peraturan hukumnya tidak jelas, atau
memenuhi rasa keadilan masyarakat. Apabila hakim terjadi kekosongan hukum. Dalam hal demikian,
melakukan penemuan hukum berbasis nilai keadilan maka hakim harus berusaha mencari dan
dalam memutus perkara, dan kemudian putusan menemukan hukumnya untuk menyelesaikan kasus
hakim menjadi hukum, maka akan tercipta hukum tersebut. Oleh karena itu Hakim sangat berperan
yang benar-benar sesuai dengan nilai-nilai keadilan dalam penemuan hukum, mengingat perubahan dan
yang ada dalam masyarakat. perkembangan masyarakat yang tentunya sulit diikuti
dengan perkembangan peraturan peundang-
Peran Hakim dalam Penemuan Hukum undangan secara cepat.
(rechtsvinding) dan Penciptaan Hukum Menurut Scholten23 Penemuan hukum
(rechtsscepping) (rechtsvinding} berbeda dengan penerapan hukum
Pada dasarnya apa yang dilakukan oleh hakim di (rechtstoepassing), karena di sini ditemukan sesuatu
persidangan adalah mengkonstatasi peristiwa yang baru. Penemuan hukum dapat dilakukan baik
konkrit, yang sekaligus berarti merumuskan perisliwa melalui penafsiran, atau analogi, maupun
konkrit, mengkualifikasi peristiwa konkrit yang berarti penghalusan hukum (rechtsvervijning}. Penegakan
menetapkan peristiwa hukumnya dari peristiwa hukum tidak hanya dilakukan dengan logika
konkrit, dan mengkonstitusi atau memberi hukum penerapan hukum yang mengandalkan penggunaan
atau hukumannya. Semua itu pada dasarnya sama logika (een hanteren van logische figuren}, melainkan
dengan kegiatan seorang sarjana hukum yang melibatkan penilaian, memasuki ranah pemberian
dihadapkan pada suatu konflik atau kasus dan harus makna. Melalui silogisme dan kesimpulan logis, tidak
memecahkannya, yaitu meliputi:" akan ditemukan sesuatu yang baru, seperti yang
1. legal problem identification; dikehendaki oleh penemuan hukum. Jika hakim
2. legal problem solving; memutus suatu kasus berdasarkan hak dan
3. decision making. kewajiban yang sudah ada (preexisting right and
Dalam menjalankan tugasnya di persidangan obligation} maka hakim tidak lebih dan lidak kurang
tersebut Hakim harus senantiasa mengikuti hanya sebagai robot. Karena hakim bukan robot.
perkembangan nilai-nilai yang ada di dalam tetapi manusia maka hakim dapat membuat peraturan
masyarakat, supaya dapat memberikan putusan yang baru. Jadi bukan hanya badan legislatif dan eksekutif
sesuai dengan rasa keadilan masyarakat. Dalam hal yang membuat hukum, tetapi jug a bad an yudikatif.
ini Hakim harus mengadili menu rut hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo24, penemuan
Menurut Bernard L. Tanya," keadilan mestinya hukum adalah proses pembentukan hukum oleh
merupakan unsur konstitutif dalam hukum, namun hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang
ada kalanya, faktual, suatu aturan lidak memiliki diberi tugas melaksanakan hukum terhadap
muatan keadilan, atau tidak selalu memiliki muatan peristiwa-peristiwa konkrit. Lebih konkrit lagi dapat
keadilan. Meskipun hukum dan keadilan merupakan dikatakan bahwa penemuan hukum adalah
dwitunggal yang tidak terpisahkan. namun dapat saja konkretisasi, kristalisasi atau individualisasi peraturan
terjadi suatu peraturan tidak mengandung keadilan hukum atau das sol/en, yang bersifat umum dengan
apapun. Oleh karena itu seorang Hakim Indonesia mengingat peristiwa konkrit atau das sein. Peristiwa
tidak hanya menegakkan hukum per se, tetapi juga konkrit itu harus dihubungkan dengan peraturan
menegakkan keadilan. Seorang Hakim harus hukumnya agar dapat tercakup oleh peraturan hukum
berusaha sedemikian rupa sehingga jarak dan itu. Sebaliknya peraturan hukumnya harus
diskrepansi antara hukum dan keadilan diminimalisir. disesuaikan dengan peristiwa konkritnya agar dapat
Caranya adalah dengan menggali, mengikuli, dan diterapkan.
21. SudiknoMel1okusumo.1996b,hlm. 74
22. Bernard L Tanya, 2000, Hukum, pofitik, dan KKN, Srikandi, Surabaya, him. 13
23. lihat Scholten, dalam Anton Freddy Susanto, 2005, Semiotika Hukum dan demokrasi, Teks Menuju ProgresMtas Makna, PT Refika Aditama, Bandung. Lihat juga
Charles Himawan, 2003, HukumSebagaiPangfima,Jakarta, Penemt Buku Kompas, him. 24.
24 SudiknoMertokusumo, 1996b, Op.at. him. 75

388
Siti Malikhatun B., PenemuanHukum Dan Penciptaan Hukum 0/eh Hakim

Ada perbedaan mendasar antara pikiran analitis AhmadAli26 adalah sebagai berikut:
dan realitas atau sosiologis, seperti diwakili oleh 1. Fungsi social engineering (rekayasa sosial) dari
analytical jurisprudence dan legal realism. Yang hukum maupun putusan hakim, pada setiap
pertama selalu melihat ke dalam bingkai peraturan masyarakat (kecuali masyarakat totaliter)
dan tidak keluar dari lingkaran itu (in het kader van de ditentukan dan dibatasi oleh kebutuhan untuk
wet). Berdasarkan pikiran hukum yang demikian itu, menyeimbangkan antara stabilitas hukum dan
maka penafsiran hukum menjadi hal yang ditabukan. kepastian terhadap perkembangan hukum
Tidak ada dan tidak boleh ada penafsiran, yang ada sebagai alat evolusi sosial.
ialah penerapan hukum, undang-undang. Penafsiran 2. Kebebasan pengadilan yang merupakan hal
itu ada di tangan badan legislatif, oleh karena dalam esensial dalam masyarakat demokratis,
pembuatan hukum sudah termasuk di situ pembatasan lebih lanjut diadakan jika pengadilan
penafsirannya. Di sini kepastian sangat diunggulkan, menjadi penerjemah-penerjemah yang tertinggi
bahkan sampai titik mutlak dan kepastian itu diperoleh dari konstitusi. Kecenderungan yang menyolok di
dengan membaca undang-undang. Di pihak lain, tahun-tahun akhir ini tidak dapat dicampuri
pikiran realis, sosiologis dan bebas, berpendapat dengan kebijakan modern badan legislatif melalui
bahwa hukum itu merupakan kerangka yang abstrak, penafsiran konstitusi yang kaku dan tidak terlalu
sedang peristiwa yang dihadapkan padanya adalah obyektif, kata-kata yang bermakna luas dari teks-
unik. Kalau orang berpegangan pada kata-kata teks konstitusi sering melahirkan rintangan-
undang-undang, maka sifat unik dari perkara tersebut rintangan yang tak teratasi.
akan hilang dan dikesampingkan. Oleh karena itu, 3. Dalam sistem-sistem hukum, di tangan organ
setiap pembuatan keputusan hukum adalah aktivitas politiklah terletak pengawasan yang tertinggi
yang kreatif, demi melayani keunikan tersebut. terhadap kebijakan badan legislatif sehingga
Hukum progresif dan penafsiran progresif fungsi hakim menjadi relatiflebih mudah.
berpegangan pada paradigma "Hukum untuk Dalam fungsi tambahan dari badan pengadilan itu
manusia", sedang analytical jurisprudence mengikuti sebagai penafsir peraturan-peraturan politik dan
paradigma "Manusia untuk Hokum'. Manusia di sini sebagai wasit dari tindakan-tindakan yang
merupakan simbol bagi kenyataan dan dinamika bersifat administratif, maka tu gas hakim di sini
kehidupan. Hukum itu memandu dan melayani pada hakikatnya menyerahkan kebijakan pada
masyarakat. Dengan demikian diperlukan organ-organ yang dipilih dari demokrasi dan
keseimbangan antara 'statika' dan 'dinamika', antara membuat penafsiran kebijakan yang sejenis itu
'peraturan', dan 'jalan yang terbuka'. Hukum, dengan sangat baik. lni berarti penafsiran yang
- pengadilan tidak dipersepsikan sebagai robot, tetapi terbatas dari pemeriksaan-pemeriksaan sejenis
sebagai lembaga yang secara kreatif memandu dan itu, seperti pelanggaran keadilan alami, hal-hal
melayani masyarakat. Tugas tersebut bisa yang tidak masuk akal ultra virus dan sebagainya.
dilaksanakan, apabila hukum diberi kebebasan untuk 4. Dalam menafsirkan preseden dan undang-
memberi penafsiran. Menafsirkan di sini adalah undang, fungsi pengadilan dapat dan harus lebih
bagian dari memandu dan melayani. Alam pikiran positif dan konstruktif.
hukum tersebut pada dasarnya menerima penafsiran Penafsiran undang-undang yang dilakukan
hukum sebagai jembatan antara undang-undang dengan sangat baik, dan bersifat membantu
yang statis, kaku dengan masa kini dan masa depan. kebijakan hukum, dan bukan malah sebaliknya
Hukum akan dicari dan dipercaya masyarakat. menghalang-halanginya, dikuasai oleh prinsip-
manakala ia mampu menJalankan tugas memandu p ri ns i p yang sama yang menunjukkan
dan melayani masyarakat. 5 pengekangan-pengekangan pengadilan dalam
Berkaitan dengan peran Hakim, pada dasarnya menyatakan tidak sahnya undang-undang atau
peran utama hakim adalah dalam persidangan, tindakan-tindakan pemerintah. Perkembangan
karena menjadi penentu penyelesaian kasus yang hukum melalui penafsiran preseden yang
dihadapinya melalui putusan hakim. Penggunaan dilakukan dengan luwes akan sangat dibantu jika
putusan hakim sebagai a tool of social engineering Mahkamah Agung tidak terlalu terikat pada
menurut Roscoe Pound, sebagaimana diringkas oleh preseden, seperti yang baru-baru ini disarankan
25. Anton Freddy Susanto, Op.Cit, him 12-13

389 '
MMH, Ji/id 40 No 3 Juli 2011

oleh Lord Wright. memperlakukan hukum seperti pekerjaan matematis,


5. Semakin lebih banyaknya penggunaan hukum yang memproses undang-undang seperti memproses
sebagai alat pengendalian sosial serta kebijakan angka-angka secara logis (hanteren van logische
dalam masyarakat modern, secara bertahap figuren) sudah lewat. Pekerjaan hukum itu lebih dari
mengurangi bidang "hukumnya pakar hukum", sekedar silogisme. Putusan hukum tidak dibuat
dan, dengan demikian, fungsi kreatif dari hakim semata-mata menurut jalur logika, melinkan
dalam sistem-sistem hukum kebiasaan, namun melompat (In de bes/issing zit altijd ten slotte een
hal itu menjdikan perkembangan hukum oleh sprang). Scholten mengajukan gagasan "logische
pengadilan yang kreatif dalam fungsi expansiekracht van het recht ( kekuatan hukum untuk
tambahannya menafsirkan undang-undang dan mengembangkan diri). Menurutnya, hukum bukan
pembatasan-pembatasan tindakan-tindakan merupakan bangunan logis yang tertutup (/ogische
administratif oleh pengadilan pengadilan geslotenheid ), ada kekuatan yang tersembunyi
bertambah penting. dalam hukum.
Menurut Satjipto Rahardjo30 gagasan hukum
Yang lebih tegas menekankan penggunaan progresif, yang dikembangkan sejak 2002 merupakan
hukum maupun putusan hakim sebagai a tool of social lahan pesemaian yang bagus bagi pengembangan
engineering adalah Mochtar Kusumaatmadja. kekuatan yang tersimpan dalam hukum. Hukum
Mochtar Kusumaatmadja ingin mendayagunakan progresif menolak cara berhukum yang
hukum nasional yang modern sebagai sarana untuk menyebabkan hilangnya dinamika hukum. Hukum
mengubah dan merekayasa kehidupan masyarakaf. menjadi stastis dan stagnan manakala kita tidak
Menurut Mochtar Kusumaatmadja2a, pandangan yang berusaha menyiangi dan menyingkirkan hambatan-
kolot tentang hukum yang menitikberatkan pada hambatan yang menyebabkan hukum menjadi
pemeliharaan ketertiban dalam arti statis, dan stagnan. Salah satu hal yang akan terhambat adalah
menekankan sifat konservatif dari hukum, tidak munculnya kekuatan yang sebenarnya ada
menganggap bahwa hukum tidak dapat memainkan secara inheren dalam hukum. Kekuatan yang
suatu peranan yang berarti dalam proses tersimpan itu menjadi tidak muncul karena para
pembaharuan. Ucapan bahwa dengan ahli hukum penegak hukum sendiri yang menyebabkannya.
orang tidak dapat membuat revolusi menggambarkan Penghambatnya adalah cara berhukum yang hanya
anggapan demikian. Anggapan tadi tidak benar dan mengeja teks undang-undang. Tidak muncul atau
dibantah oleh pengalaman antara lain di Amerika dimunculkannya kekuatan yang ada di dalam hukum
Serikat. terutama setelah New Deal mulai tahun yang seharusnya mampu atau tajam menjadi tumpul
tigapuluhan dapat dilihat penggunaan hukum sebagai dan tidak mampu menyelesaiakan persoalan yang
alat untuk mewujudkan perubahan-perubahan di dihadapinya. Pekerjaan hukum lebih dari hanya logis-
bidang sosial. Di negara tersebutlah timbul istilah /aw rasional, melainkan sesuatu yang menuntut
as a tool of social engineering (R. Pound). Peranan kreativitas dari para pelakunya. Di sinilah pekerjaan
hukum dalam bentuk keputusan-keputusan memunculkan kekuatan hukum memperoleh
Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam tempatnya.
mewujudkan persamaan hak bagi warga yang berkulit Hakim di samping dapat melakukan penemuan
hitam merupakan contoh yang sangat mengesankan hukum, juga dimungkinkan membentuk hukum,
dari peranan progresif yang dapat dimainkan oleh kalau hasil penemuan hukumnya itu kemudian
hukum dalam masyarakat. lntinya tetap ketertiban. merupakan yurisprudensi tetap yang diikuti oleh para
Selama perubahan yang dikehendaki dalam hakim dan merupakan pedoman bagi masyarakat,
masyarakat hendak dilakukan dengan cara yang yaitu putusan yang mengandung asas-asas hukum
tertib, selama itu masih ada tempat bagi peranan yang dirumuskan dalam peristiwa konkrit, tetapi
hukum. memperoleh kekuatan berlaku umum. Jadi satu
Sehubungan dengan hal ini, Paul Scholten", putusan dapat sekaligus mengandung dua unsur,
menyebutkan bahwa masa keemasan hakim yaitu di satu pihak putusan merupakan penyelesaiana

26. AhmadAI, op.cit, hlm.206


27. SoetandyoWkJnjosoebroto ·, 2002, ·Hukum. Paradigma, Metodedan D,namika Masalahnya·. Jakarta, ELSAM. him. 365
28. Ahmad Ali, op.cit, him. '207
29. Uhat Paul Scholtendalam Sa~lpto Rahardjo, 2009, op.c,t. him. 57
30. Loe. Cit.

390
Siti Malikhatun B., Penemuan Hukum Dan Penciptaan Hukum 0/eh Hakim

atau pemecahan suatu peristiwa konkrit dan di pihak menggali, sehingga dalam penegakan hukum benar-
lain merupakan peraturan hukum untuk waktu benar dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat.
mendatang 31 Apabila hakim melakukan penemuan hukum berbasis
Dalam hal demikian Hakim telah melakukan nilai keadilan dalam memutus perkara, dan kemudian
penemuan hukum, dan sekaligus melakukan putusan hakim menjadi hukum, maka akan tercipta
pembentukan hukum. Menurut Sudikno hukum yang benar-benar sesuai dengan nilai-nilai
Mertokusumo32, istilah penciptaan hukum keadilan yang ada dalam masyarakat.
(rechtsschepping) kurang tepat, karena memberi Dalam penegakan hukum seharusnya hakim
kesan bahwa hukumnya itu sama sekali tidak ada, berpegang teguh pada prinsip bahwa hukum adalah
kemudian diciptakan, dari tidak ada menjadi ada. untuk manusia, bukan manusia untuk hukum. Oleh
Hukum bukanlah selalu berupa baik tertulis maupun karena itu, hakim harus senantiasa mengedepankan
tidak, tetapi dapat juga berupa perilaku atau peristiwa. nilai keadilan dalam masyarakat, sehingga harus
Di dalam perilaku itulah harus diketemukan atau digali selalu mengfkuti dinamika perubahan yang ada dalam
kaidah atau hukumnya. Dalam Pasal 5 ayat (1) UU masyarakat.
Nomor 48 Tahun 2009 ten tang Kekuasaan kehakiman
disebutkan bahwa Hakim dan hakim konstitusi wajib Simpulan
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum Pada masa masa sekarang, seharusnya hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. tidak hanya menyesuaikan diri dengan perubahan
Dengan demikian istilah penemuan hukum masyarakat, tetapi lebih jauh lagi bagaimana hukum
(rechtsvinding) yang tepat. menjadi faktor penggerak ke arah perubahan
Apabila suatu kaidah atau ketentuan dalam suatu masyarakat (law is a tool of social engineering).
putusan kemudian diikuti secara konstan atau tetap Karena demikian pesatnya perkembangan
oleh para hakim dalam putusannya dan dapat masyarakat, maka peratyuran perundang-undangan
dianggap menjadi bagian dari keyakinan hukum tidak mungkin mencakup semua peristiwa selengkap-
umum, maka dapat dikatakan bahwa terhadap lengkapnya dan sejelas-jelasnya, sehingga perlu
masalah hukum tersebut telah terbentuk adanya penemuan hukum. Dalam peradilan, Hakim di
yurisprudensi tetap. Diputusulangnya kaidah hukum samping dapat melakukan penemuan hukum, juga
dalam suatu putusan oleh suatu yurisprudensi tetap dimungkinkan membentuk hukum, kalau hasil
akan memperkuat wibawa kaidah hukum tersebut. penemuan hukumnya itu kemudian merupakan
Sebagai contoh yurisprudensi tetap adalah Putusan yurisprudensi tetap yang diikuti oleh para hakim dan
HR 31 Januari 1919, mengenai Perbuatan Melawan merupakan pedoman bagi masyarakat, yaitu putusan
Hukum, sebagaimana telah dikemukakan pada yang mengandung asas-asas hukum yang
bagian Pendahuluan tulisan ini. dirumuskan dalam peristiwa konkrit, tetapi
Dengan demikian hakim harus mempunyai memperoleh kekuatan berlaku umum. Jadi satu
kemampuan dan kreativitas untuk dapat putusan dapat sekaligus mengandung dua unsur,
menyelesaikan dan memutus perkara dengan yaitu di satu pihak putusan merupakan penyelesaiana
mencari dan menemukan hukum dalam kasus yang atau pemecahan suatu peristiwa konkrit dan di pihak
tidak ada peraturan hukumnya atau pewraturannya lain merupakan peraturan hukum untuk waktu
ada tetapi kurang jelas. Hakim harus mampu mendatang. Pada masa sekarang, hakim harus
melakukan penemuan hukum untuk dapat memutus mempunyai kreativitas yang tinggi dan berpikir
perkara sehingga terwujud keadilan yang progresif, sehingga benar-benar menegakkan hukum
didambakan masyarakat. Di sini hakim lebih leluasa sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam
serta luwes untuk menyelesaikan perkara, karena masyarakat. Hakim bukan lagi Jes bouches, qui
tidak hanya menyampaikan bunyi undang-undang (/a prononcent /es paroles de la Joi (mulut yang
bouche de la /01), tetapi dapat melakukan penemuan mengucapkan kata-kata undang-undang), melainkan
hukum dari berbagai sumber penemuan hukum, seorang vigilante atau mujtahid (orang yang berjihad),
karena sebenarnya hukum itu ada di dalam sehingga kekuatan hukum yang tersembunyi menjadi
masyarakat. Di mana ada mayarakat. di situ tentu ada terungkap. Dengan demikian hukum menjadi tajam
hukum (ubi societas. ibi ius), tinggal bagaimana kita dan dapat menyelesaikan permasalahan di dalam

31. Sud1kno Mertokusumo, 1996b, Op. Cit. him. 37


32. Ibid, him. 37

391
MMH, JI/id 40 No. 3 Juli 2011

masyarakat. Dalam penegakan hukum seharusnya ..................... , 2005, Hukum Adat Dal am Negara
hakim berpegang teguh pada prinsip bahwa hukum Kesatuan Republik Indonesia (Perspektif
adalah untuk manusia, bukan manusia untuk hukum. Sosiologi Hukum). Makalah disampaikan
Oleh karena itu, hakim harus senantiasa pada Lokakarya Hukum Adat
mengedepankan nilai keadilan dalam masyarakat, diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi,
sehingga harus selalu mengikuti dinamika perubahan 4-6 juni 2005
yang ada dalam masyarakat. ................. , 1993, Pendekatan dan Pengkajian
Sosiologis Terhadap Hukum, Makalah
Daftar Pustaka Seminar, Pebruari 1993.
Soejono, 0., 1978, Penegakan dalam Sistem
Buku Pertahanan Sipil, PT Karya Nusantara
Ali, Achmad, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Cabang Bandung.
Kajian Filosofis dan Sosio/ogis), Toko Sutiyoso, Bambang 2007-, Metode Penemuan
GunungAgung, Jakarta. Hukum, Upaya Mewujudkan Hukum yang
Alkostar, Artidjo, Reformasi Sistem Peradi/an Dalam Pasti dan Berkeadilan, UII Press,
Penegakan Hukum di Indonesia, Yogyakarta.
http://www.legalitas.org/27 Juni 2007 Susanto, Anthon Freddy-, 2005, ·semiotika Hukum
Black, Donald-, 1976, The Behaviour of Law, dari Dekonstruksi Teks Menuju Progresivitas
Academic Press, New York,. Makna, PT RefikaAditama, Bandung.
Capra, Fritjoff-, 2007, The Turning Point, Penerjemah Tamanaha, Brian Z.-, 2006, A General Jurisprudence
M. Toyyibi, Cetakan ke-7, Jejak, Yogyakarta of Law and Society, Oxford University Press,
Fritjoff Capra, 2007, The Turning Point, New York.
Penerjemah M. Toyyibi, Cetakan ke-7, Jejak, Tanya, Bernard L.-, 2006, Hukum, Politik, dan KKN,
Yogyakarta. Srikandi, Surabaya.
Cotterrel, Roger-, 2001, Sociological Perspective on Teitel, Ruti G.-. 2004, Keadilan Transisional Sebuah
Law, Dartmouth Publishing Company and Tinjauan komprehansif, Terjemahan dari
Ashgate Publishing Company, England. Transftional Justice, ELSAM, Jakarta,
Hart, H.L.A-, 1981, The Concept of Law, Oxford, Wignjosoebroto, Soetandyo-, 2002, "Hukum,
lnggris: Oxford University Press. Paradigma, Metode dan Dinamika
Himawan, Charles-, 2003,-Hukum Sebagai Masalahnya", ELSAM, Jakarta.
Panglima~, Penerbit Buku Kompas, Jakarta. http/ catuy. Multiply com/ Enaknya Jadi Hakim di
Muladi, 2006, Pancasila Sebagai Margin of Indonesia
Appreciation Dalam Hukum yang Hidup di Alkostar, Artidjo-, Reformasi Sistem Peradilan Dalam
Indonesia dalam: Menggagas Hukum Penegakan Hukum di Indonesia,
Progresif Indonesia, Penyunting Ahmad http://www.legalitas.org/27 Juni 2007
Gunawan dan Mu'ammar Ramadhan,
Pustaka Pelajar-lAIN Walisongo dan PDIH Peraturan Perundang-undangan
Undip, Jogjakarta Undang-Undang Dasar 1945
Petrazycki, teon-, 1955, Law and Morality, Harvard Kitab Undang-undang Peradilan Umum
University Press, Chambridge Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Massachussetts. Kekuasan Kehakiman
Satjipto Rahardjo, 2008, "Membedah Hukum Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang
Progresir, Penerbit Buku Kompas, Jakarta Mahkamah Agung
............................. , 2006, Hukum dalam Jagad Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang
Ketertiban, Cetakan I, UKI Press, Jakarta Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1985
................................. , 2009, Lapisan-lapisan dalam Tentang MahkamahAgung
Studi Hukum, Cetakan Pertama, Bayumedia
Publishing, hal. 55

392

Anda mungkin juga menyukai