Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan

wanita. Setiap proses biologis dari fungsi keibuan dan reproduksi, yaitu

sejak turunnya bibit dalam rahim ibu sampai saat kelahiran bayi senantiasa

dipengaruhi (distimulir atau justru dihambat) oleh pengaruh-pengaruh

psikis tertentu. Reaksi psikis terhadap kehamilan sangat bervariasi

sifatnya, artinya dari masing-masing wanita ketika hamil mempunyai

perasaan yang berbeda-beda dan reaksi yang muncul pun berbeda ada

kehawatiran, ketakutan atau kebahagiaan. Faktor yang datang itu bisa dari

ibu hamil itu sendiri, suami, rumah tangga dan lingkungan sekitarnya,

pengaruh yang lebih luas bisa pada adat istiadat, tradisi, dan kebudayaan,

dari kehamilan hingga kelak melahirkan saling keterkaitan baik fisik

maupun psikis (Kartono: 2007).

Gangguan emosional dapat dialami oleh wanita pasca persalinan

dengan angka kejadian yang bervariasi. Periode postpartum mempunyai

kedudukan yang kuat sebagai faktor risiko perkembangan dari gangguan

mood yang serius. Terdapat tiga bentuk perubahan psikologis pada masa

postpartum meliputi Pascapartum Blues (Maternitas Blues atau Baby

Blues), Depresi Pascapartum dan Psikosa Postpartum. (Yusari, dan

1
2

Risneni: 2016). Gangguan emosional yang paling sering dijumpai pada

hampir setiap ibu baru melahirkan adalah Baby Blues Syndrome.

Wanita pada pasca persalinan perlu melakukan penyesuaian diri

dalam melakukan aktivitas dan peran barunya sebagai seorang ibu di

minggu minggu pertama atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan.

wanita yang telah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan baik dapat

melewati gangguan psikologis ini, tetapi sebagian lain yang tidak berhasil

melakukan penyesuaian diri ini akan mengalamigangguan-gangguan

psikologis, inilah yang dinamakan Baby Blues Syndrome (Mansur: 2009).

Baby Blues Syndrome merupakan sindrom gangguan mood ringan

yang sering tidak dipedulikan oleh ibu pascsa melahirkan, keluarganya

atau petugas kesehatan yang pada akhirnya Baby Blues Syndrome dapat

berkembang menjadi depresi bahkan psikosis yang dapat berdampak buruk

yaitu ibu mengalami masalah hubungan perkawaninan bahkan dengan

keluarganya dan tumbuh kembang anaknya. Gejala Baby Blues Syndrome

menurut Mansyur (2009) meliputi menangis, perubahan perasaan, cemas,

khawatir megenai sang bayi, kesepian, penurunan gairah seksual

Baby Blues Syndrome ditandai dengan reaksi depresi atau sedih,

menangis, mudah tersinggung, cemas, perasaan labil, cenderung

menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, gangguan napsu makan (Marni

dalam Lina Wahyu, 2016). Gejala-gejala ini mulai muncul setelah

persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara

beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau
3

bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih

berat

Beberapa gejaka Baby Blues Syndrome menurut Ambarwati dan

Diah (2008:91) meliputi sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur, nafsu

makan hilang, perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol, terlalu

cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi, tidak menyukai atau

takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan tentang bayi, sedikit atau

tidak ada perhatian terhadap penampian pribadi, gejala fisik seperti banyak

wanita sulit bernafas atau perasaan bedebar.

Bahiyatun 2009 (Krisdiana: 2013) Menyatakan bahwa Postpartum

Blues atau yang sering disebut Baby Blues Syndrome merupakan periode

emosional stress yang terjadi pada 80% ibu setelah melahirkan. Kejadian

Postpartum Blues di Indonesia yaitu 50% - 70% dan hal ini dapat berlanjut

menjadi Postpartum Depression dengan jumlah bervariasi dari 5% hingga

lebih dari 25% setelah ibu melahirkan. (Bobak: 2005 dalam Lisna: 2015)

Reaksi dari Baby Blues Syndrome dapat terjadi setiap waktu

setelah melahirkan, tetapi seringkali tampak dalam minggu pertama

setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan

menyerang dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan

(Lina: 2016). Pendapat lain juga menyatakan Postpartum Blues merupakan

fenomena yang terjadi pada hari-hari pertama postpartum, dengan puncak

gejalanya terjadi di hari ke tiga sampai lima dengan durasi jam sampai

beberapa hari. (Lisna dkk: 2015)


4

Gejala yang dirasakan masing – masing ibu berbeda. Gejala Baby

Blues ditandai dengan reaksi depresi atau sedih, menangis, mudah

tersinggung, cemas, perasaan yang labil, cenderung menyalahkan diri

sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. (Lina: 2016). Suryati

dalam penelitianya menyatakan jika ibu-ibu dengan Baby Blues Syndrome

setelah melahirkan akan mengalami emosi yang berlebihan dan merasa

sangat sedih serta diiringi tangisan tanpa alasan yang jelas. Sebagian ibu

merasa cemas dan khawatir serta tegang setelah melahirkan. Sebagian ibu

juga merasa tidak enak, tidak nyaman, sakit, nyeri di mana-mana, dan

tidak ada obat yang dapat menolongnya atau menyembuhkannya. Hampir

semua ibu- ibu ini merasa sangat capek, lesu ataupun malas pada hampir

setiap waktu setelah melahirkan. Selain itu juga sering ditemui para ibu-

ibu ini mengalami sulit untuk tidur, bahkan ada yang tidak bisa tidur sama

sekali

Baby Blues Syndrome merupakan fenomena gunung es yang sulit

dideteksi karena masyarakat masih menganggap gangguan psikologis

merupakan hal yang wajar sebagai naluri ibu dan sikap protektif terhadap

bayinya. Hampir sebagian besar ibu tidak mengetahui jika mereka

mengalami Baby Blues Syndrome. Dalam dekade terakhir ini, banyak

peneliti memberikan perhatian khusus pada gejala psikologis yang

menyertai seorang wanita pasca melahirkan. Berbagai studi mengenai

Baby Blues Syndrome diluar negeri melaporkan angka kejadian yang


5

cukup tinggi dan sangat bervariasi yang kemungkinan disebabkan karena

adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

Berdasarkan masalah yang sering terjadi, kami akan mengulas

intervensi yang bisa dijadikan sebagai referensi untuk meningkatkan

pengetahuan dan menjadi referensi baru dalam memberikan intervensi

untuk dapat diaplikasikan kepada penderita Baby Blues. Melalui Kajian

Literatur ini kami ingin menginvestigasi intervensi yang efektif dalam

mencegah Baby Blues.

B. Rumusan Masalah

Dalam uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah Kajian

Literatur ini adalah “Intervensi Pada Klien Post Partum Dengan Baby

Blues”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Intervensi apa saja yang dilakukan pada klien

post partum dengan Baby Blues

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

wawasan tentang pentingnya melibatkan keluarga sebagai support

system untuk mencegah terjadinya baby blues.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

E. Pengertian Baby Blues

Baby Blues Syndrome sudah dikenal sejak lama. Savage pada

tahun 1875 telah menulis referensi di literatur kedokteran mengenai

suatu keadaan disforia (perasaan tidak nyaman) ringan pasca-

persalinan yang disebut sebagai “milk fever” karena gejala disforia

tersebut muncul bersamaan dengan laktasi.Stroke adalah istilah yang

digunakan untuk menggambarkan perubahan neurologis yang

disebabkan adanya gangguan suplai darah ke bagian otak. Stroke

menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis

yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat

menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler

(Hidayati, 2015)

Dewasa ini, Baby Blues Syndrome atau sering juga disebut

Maternity Blues atau Post-partum Blues dimengerti sebagai suatu

sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu

pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti :

reaksi depresi/ sedih/ disforia, menangis , mudah tersinggung, cemas,

labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur

dan gangguan nafsu makan.


7

Yusari dan Risneni (2016) berpendapat terdapat tiga bentuk

perubahan psikologis pada masa postpartum yaitu meliputi

Pascapartum Blues (Maternitas Blues atau Baby Blues), Depresi

Pascapartum dan Psikosa Postpartum. Baby Blues Syndrome ini

dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang paling ringan

dari tiga perubahan psikologis pasca melahirkan oleh sebab itu sering

tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksana

sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang

menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan

perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan

kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang

lebih berat yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam

masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan

anaknya.

Baby Blues Syndrome merupakan salah satu bentuk gangguan

perasaan akibat penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul hari

pertama sampai hari ke empat belas setelah proses persalinan, dengan

gejala memuncak pada hari ke lima (Diah: 2015). Baby Blues

Syndrome merupakan perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya

karena perubahan perasaan yang di alami ibu saat hamil sehingga sulit

untuk menerima kehadiran bayinya (Ambarwati, dkk: 2010). Ummu

Syfa Jauza (2009:96) menyebutkan bahwa gangguan emosi ringan

seperti ketakutan melihat bayi sampai menangis sendiri tanpa sebab,


8

yang biasa terjadi dalam kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah

ibu melahirkan dikenal dengan istilah Baby Blues Syndrome

Pada hari-hari dan pekan-pekan pertama sesudah melahirkan anak,

70 sampai 80 persen di antara semua wanita mengalami suatu tingkat

perubahan emosional yang dapat sebutan “Baby Blues Syndrome”

(kesedihan sesudah melahirkan). Ini disebabkan oleh perpaduan antara

kelelahan, kegelisahan, dan perubahan pada tingkat hormone dalam

tubuh

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian Baby Blues Syndrome adalah suatu gangguan ringan

kestabilan emosi ibu akibat penyesuaian terhadap kelahiran bayi yang

bisa berlangsung dalam durasi jam dan hari paska melahirkan selama

kurang lebih dua minggu dengan puncak di hari ke 3 sampai hari ke 5.

F. Gejala Baby Blues Syndrome

Baby Blues Syndrome merupakan sindrom gangguan mood ringan

yang sering tidak dipedulikan oleh ibu pascsa melahirkan, keluarganya

atau petugas kesehatan yang pada akhirnya Baby Blues Syndrome

dapat berkembang menjadi depresi bahkan psikosis yang dapat

berdampak buruk yaitu ibu mengalami masalah hubungan

perkawaninan bahkan dengan keluarganya dan tumbuh kembang

anaknya. Gejala Baby Blues Syndrome menurut Mansyur (2009)

meliputi menangis, perubahan perasaan, cemas, khawatir megenai sang

bayi, kesepian, penurunan gairah seksual.


9

Baby Blues Syndrome ditandai dengan reaksi depresi atau sedih,

menangis, mudah tersinggung, cemas, perasaan labil, cenderung

menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, gangguan napsu makan

(Marni dalam Lina Wahyu, 2016). Gejala-gejala ini mulai muncul

setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu

antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa

minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi

keadaan yang lebih berat.

Pendapat lain menjelaskan tentang bentuk Baby Blue Syndrome

(Marmi: 2012):

1. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan

menangis tanpa sebab

2. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran

3. Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja

4. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga

5. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu

memperhatikan dan kuatir terhadap bayinya

6. Tidak percaya diri karena adanya perubahan bentuk tubuh

pasca melahirkan.

7. Sulit beristirahat dengan tenang bisa juga tidur lebih lama

8. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan

9. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya


10

G. Faktor Penyebab Baby Blues Syndrome

Kemampuan seseorang untuk melewati masa kehamilan dan

keberanian seseorang untuk melewati proses melahirkan akan berbeda

satu sama lain. Pengalaman melahirkan sebelumnya juga

memungkinkan seseorang untuk lebih berani atau bahkan akan

membuat seseorang akan merasa khawatir bila seseorang tersebut

memiliki pengalaman yang buruk dalam pengalamanya di masa lalu.

Banyak dikalangan kita atau pun dunia kesehatan menilai jika

hormon yang menyebabkan ibu mengalami Baby Blues Syndrome.

Pada saat kehamilan berlangsung maka ibu hamil akan banyak

mengalami perubahan besar baik fisik maupun non fisik termasuk di

dalamnya perubahan hormon. Begitu juga pasca melahirkan,

perubahan tubuh dan hormon kembali terjadi lagi. Penurunan secara

drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya

yang di produksi oleh kelenjar tiroid juga akan menyebabkan ibu

sering mengalami rasa lelah, depresi dan penurunan mood.

Banyak orang yang menganggap depresi adalah sesuatu yang

sepele dan bisa hilang dengan sendirinya, padahal pada dasarnya

depresi merupakan bentuk suatu penyakit yang lebih dari sekadar

perubahan emosi sementara. Depresi bukanlah kondisi yang bisa

diubah dengan cepat atau secara langsung. Depresi adalah suatu

kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi

seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-


11

harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi Mayor.

Beberapa gejala Gangguan Depresi mayor adalah perasaan sedih, rasa

lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat

dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi

juga merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri.

Hamizann (2015) menyatakan Baby Blues Syndrome ini dapat

dialami oleh Ibu yang melahirkan baik secara normal maupun secara

cesar. Hanya saja Ibu dengan operasi cesar peluangnya lebih besar

untuk terkena Baby Blues Syndrome. Hal ini disebabkan oleh karena

kondisi pemulihan pasca partus cesar yang lebih lama sehingga

menimbulkan Ibu merasa tidak berdaya untuk langsung merawat bayi

yang baru dilahirkannya.

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Lisna (2016) menyatakan

berdasarkan persalinan mayoritas responden hamper setengahnya

persalinan secara cesar yaitu 11 responden atau 27,5% mengalami

Baby Blues Syndrome.

Selain faktor ibu, faktor bayi juga dapat memberikan andil dalam

sindrom ini. Mengurus bayi yang baru lahir (newborn) merupakan

sebuah tantangan yang berat. Waktu bayi baru lahir, perasaan yang ada

adalah senang dan bahagia tak terkira. Namun ekstra sabar. Kadang

ibu membayangkan bayi barunya akan tidur sepanjang malam, namun

yang terjadi adalah sebaliknya. Bayi sering terbangun di tengah malam

dan menangis karena lapar, haus, atau BAB/BAK. Tentu saja hal ini
12

akan menjadi tugas berat bagi ibbu untuk menenangkan bayinya di

tengah malam. Bagi sebagian bayi, ada yang terbangun tidak hanya

semalam atau dua malam saja, bahkan sampai dua atau tiga pekan ke

depan masih juga demikian. Butuh kesabaran agar bias menidurkanya

kembali. Hal ini tentu saja kurang baik bagi ibu dan bayinya

Menurut Atus (2008), Munculnya Baby Blues Syndrome

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Dukungan social

Perhatian dari lingkungan terdekat seperti suami dan keluarga

dapat berpengaruh. Dukungan berupa perhatian, komunikasi

dan hubungan emosional yang hangat sangat penting. Dengan

adanya dukungan keluarga maka sang ibu pun akan lebih

memiliki rasa sayang terhadap anaknya. Karena kasih sayang

ibu terhadap anak akan berpengaruh terhadap perkembangan

anak ke depan terutama perkembangan sosial anak.

Kemampuan berperilaku sosial juga perlu dimiliki setiap

individu sejak masa usia dininya, karena dapat di jadikan

pondasi bagi perkembangan kemampuan anak dalam

berinteraksi dengan lingkungan secara lebih luas (Mutmainah,

2012). Selain itu dorongan moral dari teman-teman yang sudah

pernah bersalin juga dapat membantu

2. Keadaan dan kualitas bayi


13

Kondisi bayi dapat menyebabkan munculnya Baby Blues

Syndrome misalnya jenis kelamin bayi yang tidak sesuai

harapan, bayi dengan cacat bawaan ataupun kesehatan bayi

yang kurang baik.

3. Komplikasi kelahiran

Proses persalinan juga dapat mempengaruhi munculnya Baby

Blues Syndrome misalnya proses persalinan yang sulit,

pendarahan, pecah ketuban dan bayi dengan posisi tidak

normal. Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim, dkk (2012)

dalam Lisna, dkk (2005) menyampaikan sebagian besar Baby

Blues Syndrome terdapat pada jenis persalinan sesar yaitu

sebanyak 14 responden (46,7%), sedangkan pada persalinan

normal hannya satu responden(2,2%).

4. Persiapan untuk persalinan dan menjadi ibu

Kehamilan yang tidak diharapkan seperti hamil di luar nikah,

kehamilan akibat perkosaan, kehamilan yang tidak terencana

sehingga wanita tersebut belum siap untuk menjadi ibu. Paritas

juga mempengaruhi terjadinya Baby Blues Syndrome,

dikarenakan pada ibu yang baru pertama kali melahirkan akan

meningkatkan stressor lebih tinggi dibandingkan yang sudah

melahirkan lebih dari satu kali. Lisna, dkk (2005) melakukan

penelitianyang menjelaskan jika Baby Blues Syndrome terjadi

pada Ibu yang sudah memiliki riwayat melahrikan sebelumnya


14

yaitu dengan presentasi 25%. Hasill yang berbeda didapatkan

dari penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2014) dalam Lisna,

dkk (2005) yang menjelaskan jika Baby Blues Syndrome

terjadi pada Ibu yang baru pertama kali melahirkan dengan

angka 36,6%.

5. Faktor psikososial

Faktor psikososial seperti umur, latar belakang sosial, ekonomi,

tingkat pendidikan dan respon ketahanan terhadap stresor juga

dapat mempengaruhi Baby Blues Syndrome. Pitt menyatakan

bahwa depresi pasca persalinan merupakan gangguan spesifik

yang dibedakan dari gangguan depresi klasik. Beliau

menyebutkan dengan depresi yang lebih merupakan respons

terhadap stres non spesifik dibandingkan dengan perubahan

yang bersifat biologik yaitu perubahan hormonal yang

menyertai kelahiran anak (Sari, 2009).

Menurut Alwi (2005) dalam Lisna (2015) Pengetahuan

berhubungan dengan dimana secara umum seorang yang

bekerja maka pengetahuan akan tinggi karena banyak

mendapatkan informasi penting yang dapat menunjang

pengetahuanya.

6. Pendidikan

Pendidikan juga sangat mempengaruhi terjadinya Baby Blues

Syndrome, karena semakin tinggi tingkat pendidikan nya resiko


15

untuk terkena Baby Blue Syndrome semakin rendah.

Dikarenakan pola pikir, pembawaan diri dan cara menyikapi

sebuah masalah lebih baik dibandingkan yang berpendidikan

lebih rendah. Selain tingkat pendidikan pada ibu hamil,

pendidikan kesehatan juga sangat dibutuhkan untuk menunjang

penurunan resiko terjadinya Baby Blues Syndrome.

7. Riwayat depresi

Riwayat depresi atau problem emosional lain sebelum

persalinan dengan riwayat problem emosional menjadi faktor

yang sangat rentan untuk mengalami Baby Blues Syndrome.

8. Hormonal

Perubahan kadar hormon progresteron yang menurun disertai

peningkatan hormon estrogen, prolaktin dan kortisol yang

drastis dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu.

9. Budaya

Pengaruh budaya sangat kuat menentukan muncul atau

tidaknya Baby Blues Syndrome. Di Eropa kecenderungan Baby

Blues Syndrome lebih tinggi bila dibandingkan di Asia, karena

budaya timur yang lebih dapat menerima atau berkompromi

dengan situasi yang sulit daripada budaya barat.

H. Dampak Baby Blues Syndrome

Sekilas Baby Blues Syndrome memang tidak berbahaya, tapi

kondisi ini efeknya sangat nyata pada perkembangan anak karena


16

biasanya ibu yang mengalami Baby Blues Syndrome tidak dapat

merawat anaknya dengan baik, jadi secara otomatis ia juga tidak bisa

memberikan kebutuhan yang seharusnya diterima anaknya, baik itu

dari segi perhatian maupun nutrisi yang masuk tubuhnya. Kebersihan

dan perkembangan terganggu, ibu tidak bersemangat menyusui

bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya tidak

seperti bayi-bayi yang ibunya sehat.

Baby Blues Syndrome diestimasikan menimpa 50 persen wanita

dan dapat menimpa wanita yang belum siap menjadi ibu. Meskipun

Baby Blues Syndrome hanya bersifat sementara, yakni selama dua

minggu pertama setelah melahirkan dikhawatirkan juga Baby Blues

Syndrome dapat berkembang menjadi Post Partum Depression (PPD)

atau depresi paska melahirkan dengan gejala yang lebih berat, yaitu

adanya penolakan ibu terhadap kenyataan seperti merindukan masa

lajang yang tidak memerdulikan si kecil, hingga membayangkan ingin

menyakiti si kecil sampai berniat untuk bunuh diri.

Bedasarkan pemaparan dari Depkes RI (2001) Baby Blues

Syndrome dapat berpengaruh terhadap ibu pasca melahirkan dan juga

terhadap bayi. Dampak yang ditunjukan oleh ibu pasca melahirkan

yang mengalami Baby Blues Syndrome antara lain adanya gangguan

aktifitas, gangguan hubungan sosial, adanya resikomenggunakan zaat

berbahaya dan adanya gangguan psikotik yang lebih berat, serta

kemungkinan adanya tindakan bunuh diri. Sedangkan dampak Baby


17

Blues Syndrome terhadap bayi meliputi adanya gangguan menangis

dalam jangka waktu yang tidak biasa, gangguan tidur dan

kemungkinan adanya tindakan bunuh diri.

I. Kerangka Konsep

Ibu pasca melahirkan sangat besar kemungkinan mengalami Baby

Blues Syndrome. Ibu yan melahirkan secara operasi akan merasa

bingung dan sedih terutama jika operasi tersebut dilakukan karena

keadaan darurat. Hal itu akan mudah menjadikan ibu depresi karena

banyak pikiran, ketakuta, sedih dan rasa cemas yang berlebihan. Selain

itu, ibu yang pertama kali melahirkan juga mudah akan mengalami

Baby Blues Syndrome. Ibu yang belum memiliki pengalaman akan

merasa kebingunan ketika akan merawat anaknya. Ibu akan merasa

gugup dalam menangani anaknya yang baru. Selain itu kurangnya

pengalaman menajdikan ibu dapat ikut menangis ketika melihat

anaknya yang menagis tidak berhanti-henti

Persiapan pada ibu dalam menghadapi kelahiran sangat dibutuhkan

sehingga seorang ibu harus mengatahui apa saja gejala, faktor

penyebab dan akibtnya jika mengalami Baby Blues Syndrome. Hal ini

akan mengurangi kejadian Baby Blues Syndrome pada ibu. Seseorang

yang sudah mengetahu faktor penyebab maka dapat menyiasati

kejadian tersebut sehingga dapat terhindar dari kejadian Baby Blues

Syndrome
18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pencarian Literatur

Penelitian kepustakaan atau literature reveiw merupakan penelitian yang

mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan atau temuan yang

terdapat di dalam literature berorientasi akademik, serta merumuskan kontribusi

teoritis dan metodologinya untuk topik tertentu (Syaodih, 2009).

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yaitu merangkai

penelitian yang berkenan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau

penelitian yang obyek penelitiannya digali melalui beragam informasi

kepustakaan (Buku, Jurnal Ilmiah, dan Dokumen).

Penelusuran artikel publikasi International untuk penelitian ini dilakukan

pada National Center for Biotechnology Information (NCBI) dan PubMed

sedangkan untuk artikel publikasi nasional dilakukan pada GARUDA dengan

menggunakan kata kunci yang dipilih, yakni : Baby Blues dan Ibu Hamil. Pada

pencarian internasional digunakan kata-kata bantu seperti penulisan yang efektif

dengan melakukan penelusuran berdasarkan advanced search dengan penambah

notasi AND/OR atau menambah simbol +. Misalnya mengetik Baby Blues AND

Pregnant Women.

Literature review ini menggunakan literatur terbitan tahun 2011 sampai

dengan 2020 yang dapat diakses fulltext dalam format pdf dan scholarly. Kriteria
19

jurnal yang direview adalah artikel jurnal penelitian berbahasa Indonesia dan

Inggris.

B. Pengumpulan Literatur

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan

tetapi data tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. (University Library, 2020).

Dalam tahap proses pengumpulan data dilakukan dengan alat pencarian

database dan melalui tahapan pencarian literatur. Untuk proses pengumpulan data

itu sendiri dilakukan menggunakan metode PRISMA (Preferre Reporting Items

for Systematic Review and Meta-Analysis). Berikut merupakan tabel PRISMA

dalam penelitian ini :


20

Bagan 1. Metode Preffere Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-
Analyses.

-Artikel Internasional yang teridentifikasi melalui pencarian berdasarkan database yang


Identificatio
sesuai :
n Pubmed (n=82)
-Artikel nasional yang teridentifikasi melalui pencarian berdasarkan database yang sesuai :
Garuda (n=20)

Jumlah artikel yang tersisa setelah Jumlah artikel yang tersisa setelah proses
proses identifikasi sesuai dengan identifikasi tidak sesuai dengan kriteria
kriteria
- Internasional
Screening- Internasional Pubmed (n=75)
Pubmed (n=7) - Nasional
- Nasional Garuda (n=10)
Garuda (n=10)
Dengan alasan : Masa Publikasi jurnal dalam
rentan 2012-2020 dan Tipe jurnal bukan jenis
penelitian primer, hanya abstract/Non Full
Text.

Jumlah artikel yang tersisa setelah Jumlah artikel yang tersisa setelah proses
proses eligibilitas sesuai kriteria : identifikasi tidak sesuai dengan kriteria
Eligibility
- Internasional - Internasional
Pubmed (n=3) Pubmed (n=4)
- Nasional - Nasional
Garuda (n=4) Garuda (n=7)

Dengan alasan : Jurnal berbayar, tidak


tersedia Full Text, tidak masuk ke dalam tema
Laporan Kasus.

Jumlah artikel yang tersisa setelah


proses eligibilitas sesuai kriteria :
Included
- Internasional
Pubmed (n=3)
- Nasional
Garuda (n=4)
21

C. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis data

yang telah terkumpul untuk menigkatkan pemahaman penelitian tentang kasus

yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain. Pada metode

analisis ini menggunakan 4 jurnal internasional dan 6 jurnal nasional. Jurnal yang

sudah dikumpulkan tersebut kemudian dibandingkan dan dipelajari mulai dari

abstrak sampai isi dan penutup. Metode analisis data yang digunakan adalah

dengan menggunakan Literature review matrix yaitu dengan menggabungkan

berbagai jurnal internasional maupun nasional yang bersifat relevan, mutakhir,

dan memadai. Pengkajian yang dilakukan diantaranya adalah:

1. Analisa masing-masing jurnal

2. Pertanyaan penting untuk mengkritisi jurnal, diantaranya :

a. Apakah judul artikel sudah sesuai/tepat dan jelas?

b. Apakah isi abstrak tergambarkan dengan spesifik? representatif dengan

isi jurnal dan dibuat dengan format yang benar?

c. Apakah tujuan penelitian/jurnal dipaparkan dengan jelas?

d. Apakah teknik pengambilan sempel dipaparkan dengan jelas?

e. Apakah alat ukur yang digunakan sudah diuji terlebih dahulu?

f. Apakah pembahasan terhadap hasil dan sumber yang dikutip penulis

sudah relevan?

g. Apakah kesimpulan jelas, singkat dan padat serta merefleksikan

temuan/hasil penelitian?
22

3. Teknik literatur review yang dilakukan adalah :

a. Mencari kesamaannya (compare)

b. Mancari ketidaksamaannya (contrast)

c. Memberikan pandangan (critize)

d. Membentuk ulasan (synthesize)

e. Meringkas (summarize)

4. Tujuan literatur review adalah :

a. Membentuk sebuah kerangka teoritis untuk topik/bidang penelitian

b. Menentukan studi, model, studi kasus yang mendukung topik

c. Menunjukkan kesinambungan dengan penelitian terdahulu dan

bagaimana kaitannya dengan penelitian saat ini

d. Mengintegrasikan dan menyimpulkan hal-hal yang diketahui dalam area

penelitian tersebut.

e. Mempelajari dari orang lain dan menstimulasi ide-ide baru

5. Langkah – Langkah literature review adalah :

a. Membaca tulisan – tulisan ilmiah tersebut

b. Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca

c. Menganalisis isi kemudian dikelompokkan menjadi substansi dan dicari

kesamaan dan perbedaannya dari jurnal yang dipilih

d. Membuat ringkasan publikasi – publikasi tersebut

e. Menggabungkan menjadi satu cerita ilmiah yang lengkap mengenai suatu

permasalahan
23

6. Membuat resensi matriks. Resensi matriks terdiri dari kolom-kolom yang

memuat data tentang jurnal. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan

penulis berdasarkan kajian literatur diantaranya adalah :

a. Nama penulis, judul dan tahun penelitian yang terdapat pada setiap

literatur.

b. Tujuan penelitian yang terdapat pada setiap literatur.

c. Metode penelitian yang digunakan dalam setiap literatur.

d. Hasil penelitian pada setiap literatur.

7. Tabel Matriks

Tabel matriks membantu menganalisis dan mensintesis sumber utama untuk

mengatur sumber dan mengintegrasikannya ke dalam interpretasi.

Tabel 3.1 Kerangka Tabel Review Matrix

Nama Peneliti, Tahun Tujuan Metode Hasil


Judul Jurnal Penelitian
24

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil pencarian
B. Matriks Tabel
No Judul,Author, Tahun, T Sampel Metode Intervensi Hasil
1 The effect of massage 200 Sampel Quasy experiment 1. Dilakukan 1. roporsi responden
therapy with efflurage massage efflerauge tertinggi adalah
tehnniques as a Baby blues. Multipara (60%) dan
prevention babyblush 2. Pengaruh Primipara (40%). Hal
prevention on mother massage efferauge ini menunjukkan
postparum terhadap kejadian bahwa paritas
Desi sarli, F. N. sari baby blues. responden lebih
3. Tindakan banyak Multipara
dilakukan dibandingkan
babyblues Primipara. 

2. Proporsi pendidikan
responden tertinggi
adalah berpendidikan
SLTA 40% dan
berpendidikan SD
terendah 13,3%.
Sedangkan yang
berpendidikan SLTP
sebesar 26,7% dan PT
sebesar 20%. Hal ini
menunjukkan bahwa
rata-rata pendidikan
responden
berpendidikan SMA.

3. menunjukkan hasil
positif acara baby
blues sebelum
dilakukan Effleurage
massage 46,7%,
sedangkan
25

menunjukkan bahwa
responden tidak
mengalami baby blues
(negatif) sebelum
dilakukan effleurage
massage yaitu sebesar
53,3%. 

Berdasarkan hasil
analisis, terdapat
pengaruh pijat ibu-
bayi terhadap
perlekatan terikat pada
kelompok perlakuan,
The Effect of Mother- dan terdapat
Baby Massage perbedaan hasil
Bounding Attachment Intervensi yang perlekatan skor terikat
diberikan adalah antara kelompok
Anis Nikmatul Quasy- Pijat Bayi oleh perlakuan dan
2 32 Sampel
Hikmah, Galuh Experimental Ibunya dengan kelompok kontrol.
Pradian Yanuaringsih rata-rata 2 minggu Sentuhan orang tua
berturut-turut merupakan hal
2020 mendasar bagi
East Java perkembangan
komunikasi yang
mengarah pada cinta
timbal balik. Pijat bayi
akan memberikan
manfaat lebih bagi ibu
dan bayi
3 INTERVENSI 50 sample Quasy Pemberian terapi Hasil Terapi relaksasi
UNTUK Eksperiment relaksasi musik. music yang diberikan
MENGURANGI penelitian ini melalui audio berhasil
DEPRESI adalah 50 ibu dalam menurunkan
POSTPARTUM postpartum yang stres ibu dan skor
Tetti Solehati, Aat memenuhi kriteria kecemasan. Hasil
Sriati, Cecep Eli inklusi dan setuju penelitian menemukan
Kosasih. 2020 menjadi peserta. bahwa ada
26

Hegarmanah, Kec. Teknik relaksasi pengurangan


Jatinangor. yang diberikan signifikan yang
melalui audio diamati pada stres ibu
berdurasi 30 menit, dan skor kecemasan
dikembangkan di (p≤0,05) dan
bawah bimbingan peningkatan produksi
terapis yoga. susu (p≤0.05) pada
Teknik relaksasi kelompok eksperimen
dimainkan dibandingkan dengan
menggunakan kelompok kontrol.
laptop di ruang Dalam penelitian ini,
yang cukup teknik relaksasi yang
terisolasi di dipadukan yoga
bangsal pascanatal terbukti efektif dalam
antara pukul mengurangi stres dan
06:00-06: 30 kecemasan ibu
malam. Dan ibu postpartum dari
postpartum kelompok eksperimen.
mengikuti instruksi Hal ini terjadi karena
dalam kelompok musik disinyalir
kecil dalam posisi memengaruhi sistem
duduk di kursi di limbik diotak, dimana
bawah pengawasan stimulus suara musik
peneliti selama 10 di sistem limbik
hari berturut-turut. tersebut akan
memanggil memori
atau kenangan yang
mendalam bagi
seseorang sehingga
mengakibatkan
terjadinya perubahan
mood pada orang yang
mendengarkan musik
tersebut.
4 EFEKTIVITAS 32 sampel Quasi tim peneliti Hasil penelitian
KONSELING Eksperiment melakukan menunjukkan
TERHADAP POST konseling kepada bahwa sebagian
27

PARTUM BLUES klien selama besar responden


PADA IBU klien dirawat memerlukan
PRIMIPARA inap di bantuan dari tenaga
Rotua Lenawati Puskesmas medis untuk
Tindaon1 , Elis Helvetia Medan masalah yang
Anggeria2 dan diobservasi dihadapi pada
kembali saat ibu postpartum blues.
kunjungan ulang Adapun yang
ke puskesmas menjadi kesimpulan
terhadap hasil
penelitian ini
adalah: Hasil
penelitian melalui
kuesioner EPDS
postpartum blues
ibu primipara
diperoleh p-value
0,000 Maka dapat
disimpulkan bahwa
ada efektivitas
Konseling terhadap
Postpartum Blues
pada ibu primipara
5 Pengaruh 20 Sampel Quasy experiment Memberikan Pada bagian test
Psikoedukasi edukasi dengan statistik dengan uji
cara menanamkan
Terhadap Tingkat paired T-test diperoleh
fikiran positif,
Postpartum Blues Ibu curhat kepada nilai signifikan p
Primipara Berusia orang lain, percaya value = 0,001 artinya
diri, memanjakan
Remaja nilai p value < 0,05.
diri sendiri,
refreshing, cukup Hal ini merupakan
tidur dan menjaga bahwa hipotesis Ho
bayi bergantiin
ditolak dan H1
pada malam hari.
Dan menganjurkan diterima, secara
ibu untuk statistik ada perbedaan
28

bermakna antara
tingkat postpartum
blues sebelum dan
setelah
intervensi.berdasarkan
tabel 2 didapatkan
bahwa tabel distribusi
frekuensi dari 20
orang responden yang
telah diberikan
mengungkapkan intervensi
apa yang dirasakan
oleh ibu pada psikoedukasi yaitu
orang terdekat skor postpartum blues
seperti suami dan 10 paling banyak
keluarga.
terjadi penurunan pada
Psikoedukasi
diberikan selama 5 orang responden
15 menit kemudia dengan presentase
di evaluasi melalui
25% dengan nilai
kuesioer EPDS.
mean 10,50 dan SD
1,701. Dari hasil
estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa
95% rata-rata skor
postpartum blues
setelah diberikan
intervensi
psikoedukasi berada
pada rentang 9,70-
11,30
6. Penurunan Gejala 2 sample kualitatif Menerikan Berdasarkan hasil
baby blues intervensi peneliti, bahwa
musik klasik sebelum
memalui terapi
mozart. Musik
musik klasik klasik mozrt dilakukan terapi
memiliki musik klasik
mozart pada ibu
kuunggulam Mozart pada
post partum
akan kemurnian Ny. L nilai EPDS
dan 10. Setelah
29

kesederhanaan, diberikan terapi


bunyi yag di
munculkan musik klasik
merupakan mozart pada Ny. L
irama, melody, nilai EPDS.
dan frekuensi- menurun menjadi
frekuensi 9, pada hari ke-2
tinggi. Setelah setelah
diberikan terpi diberikan terapi
musik klasik musik klasik
mozart selama Mozart pada
3 hari berturut-
turut engan Ny. L nilai EPDS
durasi 30 menit menurun menjadi
setiap hatinya 7, pada
kemudain
hari ketiga setelah
responden di
diberikan terapi
berikan
musik
kuisioner
FPDS. klasik Mozart nilai
EPDS Ny. L
menurun

menjadi 5, nilai 5
yang berarti Ny. L
sudah

tidak
dikategorikan
baby blues (Nilai
baby

blues 8-12).

Pada Ny. E nilai


EPDS sebelum
diberikan

terapi musik klasik


Mozart adalah 12,
Setelah
30

diberikan terapi
musik klasik
Mozart pada

Ny. E nilai EPDS


berubah menjadi
11, pada

hari ke-2 setelah


diberikan terapi
musik klasik

Mozart nilai EPDS


menurun menjadi
10, pada

hari ketiga setelah


diberikan terapi
musik

klasik Mozart nilai


EPDS menurun
menjadi 7,

nilai 7 yang berarti


Ny. E sudah tidak

dikategorikan
baby blues
( Nilaibaby blues
8-

12).
31

B. pembahasan

Setelah dilakukan dan picarian jurnal ditemukan 6 jurnal yang paling


relevan terhadap baby blues jurnal pertama adalah The effect of massage
therapy with efflurage tehnniques as a prevention babyblush prevention on
mother postparum jurnal ini memberikan intervensi massasge efflurage pada
baby blues dengan hasil
roporsi responden tertinggi adalah Multipara (60%) dan Primipara (40%). Hal
ini menunjukkan bahwa paritas responden lebih banyak Multipara
dibandingkan Primipara. 
Proporsi pendidikan responden tertinggi adalah berpendidikan SLTA 40%
dan berpendidikan SD terendah 13,3%. Sedangkan yang berpendidikan SLTP
sebesar 26,7% dan PT sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
pendidikan responden berpendidikan SMA.
menunjukkan hasil positif acara baby blues sebelum dilakukan Effleurage
massage 46,7%, sedangkan menunjukkan bahwa responden tidak mengalami
baby blues (negatif) sebelum dilakukan effleurage massage yaitu sebesar
53,3%. 
Pada jurnal kedua berjudul The Effect of Mother-Baby Massage Bounding
Attachment dengan jumal 32 sampel dan menggunakan intervensi yang
diberikan adalah Pijat Bayi oleh Ibunya dengan rata-rata 2 minggu berturut-
turut dengan hasil seperti berikut. Berdasarkan hasil analisis, terdapat pengaruh
pijat ibu-bayi terhadap perlekatan terikat pada kelompok perlakuan, dan
terdapat perbedaan hasil perlekatan skor terikat antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Sentuhan orang tua merupakan hal mendasar bagi
perkembangan komunikasi yang mengarah pada cinta timbal balik. Pijat bayi
akan memberikan manfaat lebih bagi ibu dan bayi
Pada jurnal ketiga yang berjudul intervensi untuk mengurangi depresi
postpartum dengan jumlah sampel 50 sampel dengan intervensi Pemberian
terapi relaksasi musik. penelitian ini adalah 50 ibu postpartum yang memenuhi
kriteria inklusi dan setuju menjadi peserta. Teknik relaksasi yang diberikan
melalui audio berdurasi 30 menit, dikembangkan di bawah bimbingan terapis
32

Pada jurnal keempat yang berjudul efektivitas konseling terhadap postpartum


blues pada ibu primpara dengan pemberia intervensi sebagai berikut tim peneliti
melakukan konseling kepada klien selama klien dirawat inap di Puskesmas
Helvetia Medan dan diobservasi kembali saat ibu kunjungan ulang ke puskesmas
dan didapatkan hasil dari intervensinya bahwa sebagian besar responden
memerlukan bantuan dari tenaga medis untuk masalah yang dihadapi pada
postpartum blues.
yoga. Teknik relaksasi dimainkan menggunakan laptop di ruang yang cukup
terisolasi di bangsal pascanatal antara pukul 06:00-06: 30 malam. Dan ibu
postpartum mengikuti instruksi dalam kelompok kecil dalam posisi duduk di
kursi di bawah pengawasan peneliti selama 10 hari berturut-turut. Dengan
digunakan inervensi tersebut maka didapatkan hasil Terapi relaksasi music
yang diberikan melalui audio berhasil dalam menurunkan stres ibu dan skor
kecemasan. Hasil penelitian menemukan bahwa ada pengurangan signifikan
yang diamati pada stres ibu dan skor kecemasan (p≤0,05) dan peningkatan
produksi susu (p≤0.05) pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, teknik relaksasi yang dipadukan yoga
terbukti efektif dalam mengurangi stres dan kecemasan ibu postpartum dari
kelompok eksperimen. Hal ini terjadi karena musik disinyalir memengaruhi
sistem limbik diotak, dimana stimulus suara musik di sistem limbik tersebut
akan memanggil memori atau kenangan yang mendalam bagi seseorang
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan mood pada orang yang
mendengarkan musik tersebut.
Adapun yang menjadi kesimpulan terhadap hasil penelitian ini adalah:
Hasil penelitian melalui kuesioner EPDS postpartum blues ibu primipara
diperoleh p-value 0,000 Maka dapat disimpulkan bahwa ada efektivitas
Konseling terhadap Postpartum Blues pada ibu primipara
Pada jurnal ke lima yang berjudul pengaruh psikoedukasi terhadap tingkat
postpartum blues ibu primipara berusia remaja dengan intervensi Memberikan
edukasi dengan cara menanamkan fikiran positif, curhat kepada orang lain,
percaya diri, memanjakan diri sendiri, refreshing, cukup tidur dan menjaga
bayi bergantiin pada malam hari. Dan menganjurkan ibu untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan oleh ibu pada orang terdekat seperti suami
dan keluarga. Psikoedukasi diberikan selama 15 menit kemudia di evaluasi
33

melalui kuesioer EPDS. Dan di dapatkan hasil sebagai berikut Pada bagian test
statistik dengan uji paired T-test diperoleh nilai signifikan p value = 0,001
artinya nilai p value < 0,05. Hal ini merupakan bahwa hipotesis Ho ditolak dan
H1 diterima, secara statistik ada perbedaan bermakna antara tingkat postpartum
blues sebelum dan setelah intervensi. berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa
tabel distribusi frekuensi dari 20 orang responden yang telah diberikan
intervensi psikoedukasi yaitu skor postpartum blues 10 paling banyak terjadi
penurunan pada 5 orang responden dengan presentase 25% dengan nilai mean
10,50 dan SD 1,701. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
rata-rata skor postpartum blues setelah diberikan intervensi psikoedukasi
berada pada rentang 9,70-11,30.
Pada jurnal ke enam dengan judul Penurunan Gejala baby blues memalui
terapi musik klasik mozart pada ibu post partum memberikan intervensi musik
klasik mozart. Musik klasik mozrt memiliki kuunggulam akan kemurnian dan
kesederhanaan, bunyi yag di munculkan merupakan irama, melody, dan
frekuensi-frekuensi tinggi. Setelah diberikan terpi musik klasik mozart selama
3 hari berturut-turut engan durasi 30 menit setiap hatinya kemudain responden
di berikan kuisioner FPDS. Dan hasilnya sebagai berikut bahwa sebelum

dilakukan terapi musik klasik Mozart pada Ny. L nilai EPDS 10. Setelah
diberikan terapi

musik klasik mozart pada Ny. L nilai EPDS. menurun menjadi 9, pada hari ke-
2 setelah diberikan terapi musik klasik Mozart pada Ny. L nilai EPDS menurun
menjadi 7, pada hari ketiga setelah diberikan terapi musik klasik Mozart nilai
EPDS Ny. L menurun menjadi 5, nilai 5 yang berarti Ny. L sudah tidak
dikategorikan baby blues (Nilai baby

blues 8-12). Pada Ny. E nilai EPDS sebelum diberikan terapi musik klasik
Mozart adalah 12, Setelah diberikan terapi musik klasik Mozart pada Ny. E
nilai EPDS berubah menjadi 11, pada hari ke-2 setelah diberikan terapi musik
klasik Mozart nilai EPDS menurun menjadi 10, pada hari ketiga setelah
diberikan terapi musik klasik Mozart nilai EPDS menurun menjadi 7, nilai 7
yang berarti Ny. E sudah tidak dikategorikan baby blues ( Nilaibaby blues 8-
12).

Dari hasil ke 6 jurnal diatas yang telah dibaca oleh kelompok ke enam
intvernsi diatas bisa dijadikannya acuan intervensi pada kelahiran baby blues
sebagai intervensi kepada klien.

Anda mungkin juga menyukai