Anda di halaman 1dari 26

REFLEKSI KASUS (DOPS)

“Laki-laki Usia 50 tahun dengan Keluhan pada Buah Zakar yang


Membesar”

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Diajukan Kepada
Pembimbing: dr. Bondan Prasetyo, Sp.B

Disusun Oleh
Agal Bima Santoso
H2A014048

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

Laporan kasus ini telah dipresentasikan dan disetujui oleh dokter


pembimbing dari:
Nama : Agal Bima Santoso
NIM : H2A014048
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Muhammadiyah Semarang
Judul : Laki-laki Usia 50 tahun dengan Keluhan pada Buah Zakar yang
Membesar
Pembimbing : dr. Bondan Prasetyo, Sp.B

Semarang, Maret 2019


Dokter Pembimbing

dr. Bondan Prasetyo, Sp.B


BAB I
PENDAHULUAN
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya)
pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus
dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika
vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis
terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis
mungkin kecil atau mungkin besar sekali. Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan
patologik seperti radang atau tumor testis. Hidrokel dapat dikosongkan dengan
pungsi, tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi, sebagian besar dinding
dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di funikulus spermatikus yang
berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas
dan bersifat diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih.
Jarang sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat dihilangkan
dengan tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila
demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan
rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek
yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama salah
hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali.
Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; “kantong” hernia ini tidak dapat
dimasuki usus atau omentum.Hidrokel sering ditemukan pada bayi baru lahir.
Hidrokel terjadi akibat adanya kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis
dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran
yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum
membengkak. Secara normal, hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam
waktu beberapa bulan setelah bayi lahir.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. A
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Kendal
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMP
Status : Menikah
Nomor Rekam Medis : 5246xx
Tanggal Masuk RS : 24 Februari 2019
Ruang Perawatan : Bangsal Alamanda
Jaminan Kesehatan : BPJS

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11 Maret
2019 di Bangsal Alamanda RSUD Tugurejo Semarang, dan didapatkan hasil:
Keluhan Utama : Buah Zakar yang membesar
Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. A usia 50 tahun datang ke RSUD Tugurejo pada tanggal 24 Februari
2019 datang dengan keluhan buah pelirnya membesar, besarnya sebesar kepala
bayi. Pertama mucul sekitar 1 bulan yang lalu, yang semakin lama semakin
membesar. Pasien mengeluhkan sedikit nyeri. Pada saat digunakan untuk
istirahat, duduk, dan berbaring keluhan tidak berkurang. Keluhan lain seperti
demam tidak ada. Pasien mengeluhkan kedua kakinya bengkak, merasa lemas

5
dan sesak nafas. Pasien memiliki riwayat operasi hernia inguinal 2 bulan yang
lalu di RSUD Kendal.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat penyakit yang sama : disangkal
 Riwayat hipertensi : diakui
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat operasi : operasi hernia inguinal kiri 2 bulan yang lalu
di RS Tugurejo
Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat penyakit yang sama : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat diabetes mellitus : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
 Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol.
 Mempunyai riwayat merokok, namun sudah berhenti
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Maret 2019 WIB di
Bangsal Anggrek RSUD Tugurejo Semarang, dan didapatkan hasil:
1. Keadaan Umum : Cukup
2. Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 160/100 mmHg
b. Frek. Nadi : 84 x/menit
c. Frek. Nafas : 20 x/menit
d. Suhu : 36,5 ºC

6
4. Status Gizi
a. Berat badan : 85 kg
b. Tinggi badan : 160 cm
c. IMT : 33,2 kg/m2
d. Kesan Gizi : Obesitas
5. Status Generalisata
a. Kepala
Mesocephal, jejas (-), nyeri tekan (-).
b. Mata
Konjungtiva anemis (+/+), pupil bulat isokor, diameter pupil miosis
±3mm/3mm, refleks pupil direk & indirek (+/+).
c. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-), bleeding (-/-), jejas (-/-).
d. Telinga
Deformitas (-/-), sekret (-/-), bleeding (-/-), jejas (-/-).
e. Mulut
Sianosis (-/-), sekret (-/-), bleeding (-/-), jejas (-/-).
f. Leher
Simetris, pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening (-), jejas
(-/-).
g. Thorax
1) Paru-paru
Anterior Posterior
Inspeksi Gerakan dada simetris, Gerakan dada simetris,
Palpasi Gerakan dada simetris, ICS Gerakan dada simetris, ICS
tidak melebar/ menyempit, tidak melebar/ menyempit,
nyeri tekan (-), krepitasi (-) nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Ronkhi kasar (+/+) Ronkhi kasar (+/+)
2) Jantung

7
a) Inspeksi
Ictus cordis tidak tampak.
b) Palpasi
Ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial linea
midklavicula sinistra.
c) Perkusi, batas:
 Atas : ICS II linea parasternal sinistra
 Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra
 Kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
 Kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial
Mid clavikula sinistra
d) Auskultasi
Suara jantung I dan II reguler, suara tambahan (-).
h. Abdomen
1) Inspeksi : datar, jejas (-)
2) Auskultasi : Bising usus (+) normal
3) Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.
4) Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
i. Ekstremitas :
Superior Inferior
Jejas -/- -/-
Deformitas -/- -/-
Edema -/- +/+
Nyeri -/- -/-
Capillary refill time <2 detik/<2 detik <2 detik/<2 detik
Akral hangat -/- -/-
Sensibilitas +/+ +/+
Gerak aktif Bebas/ Bebas Bebas/bebas
Gerak pasif Bebas/ Bebas Bebas/bebas

8
6. Status lokalis
Genitalia
Inspeksi :
Penis :, eritema (-), edema (-), ulkus (-), massa (-)
Scrotum : ukuran sebesar kepala bayi eritema (-), edema (+) pembesaran
pada bagian skrotum sinsistra, ulkus (-), massa (-)
Palpasi :
Penis : nyeri (-), nodul (-), epispadia (-), hipospadia (-)
Scrotum : nyeri (+), edema (+), ulkus (-), massa (-)
Testis : berjumlah 2, simetris
Epididimis : nyeri (-), massa (-)
Corda Spermatika : nyeri (-), massa (-)
Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran

9
Gambar 1. Kondisi Pasien

D. DIAGNOSIS SEMENTARA
Hidrokel Testis
Diagnosa Banding : Hematokel,
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Transluminasi (+)
2. USG Scrotum Bilateral 27 Februari 2019

Gambar 2. Hasil USG skrotum


Kesan USG : Hidrocele testis kiri massif
Hidrocle testis kanan minimal

10
Orchitis dupleks
3. USG Abdomen
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 27 Februari 2019
Kesan : Hepatomegali non spesifik
Kista pada pole media ginjal kiri
Struktur kandung empedu, pankreas, limpa, ginjal dan VU baik.
Tak tampak metastasis
4. X-Foto Thorax PA
Kesan : Cardiomegali (LV), Bronchopneumonia, Effusi Pleura Kanan
5. Hematologi Lengkap
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 12 Februari 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 7,01 10^3/ul 3.6 – 11
Eritrosit L 3,04 10^6/ul 3.8 – 5.2
Hemoglobin L 8,7 g/dl 11.7 – 15.5
Hematokrit L 27 % 35 – 47
MCV 88,8 Fl 80 – 100
MCH 28,6 Pg 26 – 34
MCHC 32,2 g/dl 32 – 36
Trombosit 224 10^3/ul 150 – 440
RDW H 15,1 % 11.5 – 14.5
PLCR 31,6 4
Eosinofil
0.27 10^3/ul 0.045 – 0.44
absolute
Basofil absolute 0.01 10^3/ul 0 – 0.2
Neutrofil
4,88 10^3/ul 1.8 – 8
absolute
Limfosit
1,33 10^3/ul 0.9 – 5.2
absolute
Monosit
0,52 10^3/ul 0.16 – 1
absolute
Eosinofil 3,9 % 2–4
Basofil 0,1 % 0–1
Neutrofil 69,6 % 50 – 70
Limfosit L 19 % 25 – 40
Monosit 7,4 % 2– 8

11
6. Kimia Klinik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Glukosa Sewaktu H 134 mg/dL < 125
Ureum H 157 mg/dL 10-50
Kreatinin H 7,8 Mg.dL 0,7-1,1
Kalium 4,22 mg/dL 10.0 – 30.0
Natrium 141,3 mg/dL 0.60 – 0.90

Albumin L 2,9 g/dl 3.2 – 5.2

F. RESUME
Tn. A usia 50 tahun datang ke RSUD Tugurejo pada tanggal 24
Februari 2019 datang dengan keluhan buah pelirnya membesar, besarnya
sebesar kepala bayi. Pertama mucul sekitar 1 bulan yang lalu, yang semakin
lama semakin membesar. Pasien mengeluhkan sedikit nyeri untuk istirahat,
duduk, dan berbaring keluhan tidak berkurang. Pasien mengeluhkan kedua
kakinya bengkak, merasa lemas dan sesak. Pasien memiliki riwayat operasi
hernia inguinal 2 bulan yang lalu Di RSUD Kendal. Jaminan pegobatan
menggunakan BPJS.
Pada pemeriksaan vital sign didapat tekanan 160/100 mmhg, RR 20
x/menit, nadi 85 x/menit, suhu 36,4° C, BB 85 kg, TB 160 cm. Kesan gizi
Obesitas. Pada pemeriksaan genitalia tampak odem pada skrotum kiri, besar
skrotum sebesar kepala bayi, warna kulit sama dengan sekitar, nyeri tekan
palpasi (-), testis simetris.
Dari pemeriksaan darah lengkap didapatkan anemia, azotemia,
hypoalbuminemia .
G. ASSESMENT
Diagnosis Kerja : Hidrokel Testis Sinistra
Diagnosa Sekunder : CKD, Anemia

12
H. INNITIAL PLAN
1. Terapi
Farmakologi :
 Infus RL 20 tpm
 Amlodipin 1x80mg
 Tranfusi PRC
Non Farmakologi
 Nasal kanul O2 2-3 liter/menit
 Konsul dokter spesialis bedah  Hidrocelektomi
 Konsul dokter spesialis penyakit dalam  CKD
2. Monitoring
 Keadaan Umum
 Tanda-tanda vital
3. Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang:
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit yang
dialami pasien
- Menjelaskan kemungkinan perlunya tindakan operasi
I. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Dubia ad bonam
b. Quo ad sanam : Dubia ad bonam
c. Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Testis

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada
orang dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid. Kedua

13
buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar
tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan
parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis
memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk
mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil

Gambar 2. Anatomi testis

Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap
lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel
spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel
Leydig. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa.
Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel
Leydig atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon
testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan
dan mengalami pematangan atau maturasi di epididimis, setelah mature (dewasa) sel-
sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens

14
disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan
cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat
menbentuk cairan semen atau mani.

Vaskularisasi
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal
sebagai varikokel.

B. Definisi Hidrokel

Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara


lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.

C. Etiologi

Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum
ke prosesus vaginalis atau belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada bayi laki-laki hidrokel dapat
terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu ,testis turun dari
rongga perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang
mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut.

15
Gambar 4. Processus vaginalis yang belum menutup sempurna

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi
cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi,
atau trauma pada testis atau epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan
produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena
di dalam funikulus spermatikus.

D. Klasifikasi Hidrokel

1. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis


a. Hidrokel Testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.

b. Hidrokel Funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah cranial
dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar
kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap
sepanjang hari.

16
Gambar 5. Hidrokel non komunikans

c. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.

17
Gambar 6. Hidrokel komunikans

E. Patofisiologi

Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis yang


masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran mikroskopis
dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian cairan dari rongga
peritoneum dapat masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga
peritoneum. Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong yang
mencapai scrotum.
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Cairan yang seharusnya seimbangan
antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada
penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan
terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut.Akibat dari tekanan yang terus-
menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus

18
spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh
darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus, juga
dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada undensensus
testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya
tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis.
Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling
berhubungan sepanjang processus vaginalis peritonei. Hidrokel akan tampak lebih
besar dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong
sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya
setelah anak tidur semalaman.

Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairan di
kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma pada
testis atau epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam rongga
tunika vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi dalam
sistem limfati.

F. Diagnosa

1. Anamnesis
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong
skortum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan besar di
daerah skortum. Benjolan atau massa kistik yang lunak dan kecil pada pagi hari dan
membesar serta tegang pada malam hari. Tergantung pada jenis dari hidrokel
biasanya benjolan tersebut berubah ukuran atau volume sesuai waktu tertentu.

Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya dapat
berubah-ubah yang bertambah besar pada saat anak menangis. Pada riwayat penyakit

19
dahulu, hidrokel testis biasa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi
atau riwayat trauma pada testis.

Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi Skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi pada
skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak tergantung
pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus. Palpasi hidrokel seperti
balon yang berisi air. Bila jumlah cairan minimum, testis relatif mudah diraba.
Sedangkan bila cairan minimum, testis relatif mudah diraba. Juga penting dilakukan
palpasi korda spermatikus di atas insersi tunika vaginalis. Pembengkakan kistik
karena hernia atau hidrokel serta padat karena tumor. Normalnya korda spermatikus
tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya dengan hernia skrotalis yang
kadang-kadang transiluminasinya juga positif. Pada Auskultasi dilakukan untuk
mengetahui adanya bising usus untuk menyingkirkan adanya hernia.

Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa hidrokel


dengan cahaya di dalam ruang gelap. Sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran
skrotum.Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia, penebalan tunika vaginalis dan testis
normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah
menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel. Hidrokel
berisi cairan jernih, straw-colored dan mentransiluminasi (meneruskan) berkas
cahaya.

20
Gambar 7. Pemeriksaan transiliminasi pada hidrokel

Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis.Jika hidrokel muncul


antar 18 – 35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa kistik yang terpisah dan berada di
pool atas testis dicurigai spermatokel. Pada aspirasi akan didapatkan cairan kuning
dari massa skortum. Berbeda dengan spermatokel, akan didapatkan cairan berwarna
putih, opalescent dan mengandung spermatozoa.

3. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan


membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel), vena
abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.

G. Diagnosa Banding

Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang


hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu
diagnosis banding hidrokel, diantaranya :

1. Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran
darah balik vena spermatika interna.

a. Gambaran klinis
1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa
tahun menikah
2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.
3. Terasa berat pada testis
b. Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava).
Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam
kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin,
konsistensi elastis.
2. Torsi Testis

21
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi
gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan
aliran darah daripada testis.
a. Gambaran Klinis
1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.
2. Sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
b. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi
Testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus
spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi
dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat.
Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus.
3. Spermatokel
Adalah benjolan kistik yang berasal dari epididimis dan berisi sperma.

Anamnesa : Benjolan kecil, tidak nyeri Pemeriksaan fisik : teraba masa kistik Mobile
Lokasi di cranial dari testis Transiluminasi (+) Aspirasi : cairan encer, keruh
keputihan.

4. Hematokel
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh
trauma. Gambaran klinik : benjolan pada testis

Pemeriksaan Fisik : Masa kistik, transiluminasi (-)

5. Hernia Inguinalis Lateral


a. Gambaran klinis : Benjolan di daerah inguinal/skrotal yang hilang timbul.
Timbul saat mengedan, batuk, atau menangis, dan hilang bila pasien tidur.
b. Pemeriksaan fisik Terdapat benjolan di lipat paha/ skrotum pada bayi saat
menangis dan bila pasien diminta untuk mengedan. Benjolan menghilang
atau dapat dimasukkan kembali ke rongga abdomen. Transiluminasi (-)

22
6. Tumor Testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.

a. Anamnesa : Keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri. Terasa


berat pada kantong skrotum.
b. Pemeriksaan Fisik: Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri
pada palpasi. Transiluminasi (-)
H. Terapi
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru
dilakukan jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman
atau jika hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke
testis.
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1
tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan
sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar
perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan
sebuah jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan
besar hidrokel akan berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan
aspirasi, bisa disuntikkan zat sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat
atau urea untuk menyumbat/menutup lubang di kantung skrotum sehingga
cairan tidak akan tertimbun kembali. Hidrokel yang berhubungan dengan
hernia inguinalis harus diatasi dengan pembedahan sesegera mungkin.
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh
sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu
dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :
1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
2. Indikasi kosmetik

23
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel
bisa dilakukan anestesi umum ataupun regional (spinal).

Hidrokelektomi

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali


hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukanherniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan
scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
Winkelman atau plikasi kantonghidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus
dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus
yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya menghilang
sebelum umur 1 tahun.
Teknik Operasi
Secara singkat tehnik dari hidrokelektomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dengan pembiusan regional atau umum.
b. Posisi pasien terlentang (supinasi).
c. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
d. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
e. Insisi kulit pada raphe pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis
demi lapis sampai tampak tunika vaginalis.
Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel, bila hidrokelnya
besar sekali dilakukan aspirasi isi kantong terlebih dahulu.
f. Insisi bagian yang paling menonjol dari hidrokel
kemudian dilakukan:
 Teknik Jaboulay : tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi dan bila
diperlukan diplikasi dengan benang chromic cat gut.

24
 Teknik Lord : tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi
dengan benang chromic cat gut.
g. Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan benang chromic cat gut.
Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi.
I. Komplikasi
1. Kompresi pada peredaran darah testis
2. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis
sehingga menimbulkan atrofi testis.
3. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi.
4. Sekunder Infeksi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo, Basuki B., Dasar-Dasar Urologi, edisi kedua, Fakultas Kedokteran


Universitas Brawijaya, Malang, 2003 : 140-145, 186
2. Mantu, F.N., Hidrokel, Bedah Anak, Jakarta, EGC, 1993 : 33-35
3. Smith, Donald R., General Urology, 7th edition, Maruten Asian Edition, 1969.
Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC,
1997

4. http://emedicine.medscape.com/article/777386-print
5. http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print
6. http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview

26

Anda mungkin juga menyukai