IPBA - KEL.4 - Perbaruan - GEMPA BUMI, TSUNAMI, TANAH LONGSOR, GEMPA RUNTUHAN
IPBA - KEL.4 - Perbaruan - GEMPA BUMI, TSUNAMI, TANAH LONGSOR, GEMPA RUNTUHAN
IPBA - KEL.4 - Perbaruan - GEMPA BUMI, TSUNAMI, TANAH LONGSOR, GEMPA RUNTUHAN
Tugas
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Dosen Pengampu:.
1. Dr. Khumaedi, M.Si
2. Dr. Suharto Linuwih, M.Si
oleh:
1. Indah Beti Lestari (0402519013)
2. Ninda Yera Setyo N (0402519034)
PROGRAM PASCASARJANA
S2-PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI IPA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Gempa
Bumi, Tsunami, Tanah Longsor dan Gempa Runtuhan”. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi mata kuliah Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa di Universitas Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada Yth :
1. Dr. Khumaedi, M.Si dan Dr. Suharto Linuwih, M.Si selaku Dosen Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa.
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.
3. Rekan-rekan satu rombel yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah:
1. menguasai konsep gempa bumi,
2. menguasai konsep tsunami,
3. menguasai konsep gempa runtuhan dan
4. menguasai konsep tanah longsor.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Tsunami
Tsunami ( berasal dari Bahasa Jepang: Tsu = pelabuhan, Nami = gelombang, secara
harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) yang artinya adalah perpindahan badan air atau
gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan impulsif. Gangguan impulsif tersebut
terjadi akibat adanya perubahan bentuk dasar laut yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba(Pond and Pickard, 1983) atau dalam arah
horizontal (Tanioka and Satake, 1995).
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat
di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman
meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut
dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar
30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman
air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan
tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai
penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami
penyebab tsunami. Geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami
sebagai “gelombang laut seismik”.
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang
badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas
gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai
tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan.
Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre
(PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini.
Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning
System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia. Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa
megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam.
Penyebab Tsunami
1. Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa bumi, longsor
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi
bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus,
misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana
gelombang terjadi, yang kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila
tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan
energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai
pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan
masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah
lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian
pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor
atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan
meter.
2. Penyebab terjadinya tsunami
Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Faktor penyebab
terjadinya tsunami itu adalah:
a. Gempa bumi yang berpusat dibawah laut, Meskipun demikian tidak semua gempa
bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi dibawah laut yang
dapat menyebabkan terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai
berikut :
• Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
• Gempa yang mengakibatkan lempeng menuju ke pusat bumi
• Lempeng tektonik yang berada di laut yang menuju ke pusat bumi
• Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
• Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR
• Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atauturun).
b. Letusan gunung berapi, letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa
vulkanik. Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya
Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa
Tenggara Barat pada tanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang
melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada
di wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
c. Longsor bawah laut, longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara
lempeng samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung
laut dan pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama
tsunamic submarine landslide.
d. Hambatan meteor laut, jatuhnya meteor yang berukuran besar di laut juga merupakan
penyebab terjadinya tsunami.
3. Rambatan Tsunami
Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada kedalaman
laut. Di laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 – 1000km per jam atau
setara dengan kecepatan pesawat terbang namun ketinggiangelombangnya hanya sekitar
1 meter.Ketika gelombang tsunami ini sudah mendekati pantai, kecepatan rambatnya
hanya sekitar 30 km per jam, namun ketinggian gelombangnya bisa mencapai puluhan
meter. Ini sebabnya banyak orang yang sedang berlayar di laut dalam tak menyadari
adanya tsunami. Mereka baru mengetahui tsunami telah terjadi ketikatiba di daratan dan
menyaksikan kehancuran mengerikan yang disebabkan olehtsunami.
4. Tanda-tanda akan terjadi Tsunami
Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :
• Air laut yang surut secara tiba-tiba.
• Bau asin yang sangat menyengat.
• Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangatkeras.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung. Seringkali dijumpai tanda-tanda awal gerakan berupa retakan
berbentuk lengkung tapal kuda pada bagian permukaan lereng yang mulai bergerak.
Material yang bergerak secara translasi dapat berupa blok (rock block slide).
Longsoran yang bergerak secara rotasi melalui bidang gelincir lengkung disebut
nendatan (slump). Nendatan umumnya terjadi pada lereng yang tersusun oleh material
yang relatif homogen.
Nama Definisi
Mahkota longsoran Daerah yang tidak bergerak dan berdekatan dengan bagian tertinggi
dari tebing atau gawit utama longsoran.
Tebing atau gawir utama Permukaan lereng yang curam pada tanah yang tidak terganggu dan
longsoran terletak pada bagian atas dari longsoran
Puncak Longsoran Titik tertinggi terletak di antara kontak material yang bergerak atau
pindah dengan tebing atau gawir utama longsoran
Kepala Longsoran Bagian atas dari longsoran sepanjang kontak antara material yang
bergerak atau pindah dan tebing atau gawir utama longsoran
Tebing atau gawir minor Permukaan yang curam pada material yang bergerak atau pindah
yang dihasilkan oleh pergerakan ikutan dari material longsoran
Tubuh Utama Bagian longsoran yang terletak pada material yang bergerak yang
merupakan tampalan antara bidang gelincir, tebing utama longsoran
dan jari bidang gelincir
Kaki Longsoran Bagian dari longsoran yang bergerak mulai dari jari bidang gelincir
dan bertampalan dengan permukaan tanah asli
Ujung Longsoran Titik pada jari kaki longsoran yang letaknya paling jauh dari puncak
longsoran
Jari Kaki Longsoran Bagian paling bawah longsoran yang biasanya berbentuk lengkung,
berasal dari material longsoran yang bergerak dan letaknya paling
jauh dari tebing utama
Bidang Gelincir Bidang kedap air yang menjadi landasan bergeraknya massa tanah
Jari dari bidang gelincir Tampalan antara bagian bawah dari bidang gelincir longsoran dengan
permukaan tanah asli
Permukaan Pemisah Bagian dari permukaan tanah asli yang bertampalan dengan kaki
longsoran
Material yang bergerak Material yang bergerak dari posisi asli yang digerakkan oleh
longsoran yang dibentuk oleh massa yang tertekan dan akumulasi
massa
Daerah yang tertekan Daerah dari longsoran yang terdapat di dalam material yang bergerak
dan terletak di bawah permukaan tanah asli
Zona akumulasi Daerah dari longsoran yang terdapat di dalam material yang bergerak
dan terletak di atas permukaan tanah asli
Penekanan Volume yang dibentuk oleh tebing utama longsoran, massa yang
tertekan dan permukaan asli
Massa yang tertekan Volume dari material yang bergerak bertampalan dengan bidang
gelincir tetapi berada di bawah permukaan tanah asli
Akumulasi Volume dari material yang bergerak dan terletak di atas permukaan
tanah asli
Sayap Material yang tidak mengalami pergerakan yang berdekatan dengan
sisi samping bidang gelincir
Permukaan tanah yang asli Permukaan lereng sebelum terjadi longsoran
a. Pergerakan Lambat
Pergerakan lambat terjadi selama 0.3 m tiap 5 tahun atau 1.5 m/tahun serta meliputi
rangkak/rayapan dan solifluction. Rangkak adalah pergerakan terus menerus pada kondisi
tegangan konstan, sedangkan solifluction adalah pergerakan debris karena faktor geologi
dan pengaruh lingskungan termasuk air dan aktifitas manusia. Dilapangan identifikasi
adanya pergerakan lambat ditandai dengan mulainya adanya retakan-retakan tanah
dipermukaan serta miringnya tiang-tiang dan pohon-pohon.
• Aliran tanah lambat (Creep Flow)
Pergerakan aliran tanah yang mengalami penjenuhan dan mulai menunjukkan adanya
tendensi rekahan yang lama-kelamaan setelah rekahan terisi air maka mulai bergerak dan
disebut longsoran aliran tanah lambat (creep) seperti diperlihatkan pada Gambar 8.
3.1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab 2, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan dipermukaan bumi yang disebabkan oleh
gelombang-gelombang seismik dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Pusat
atau sumber gempa bumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum. Daerah
di permukaan bumi ataupun di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi
merambat disebut episentrum. Gempa bumi dapat diklasifikasikan menurut
kedalaman hiposentrum, kekuatan gelombang atau getaran gempanya dan faktor
penyebabnya.
2. Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa bumi, longsor
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat
mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya
aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang
mengakibatkan terjadinya tsunami.
3. Gempa bumi runtuhan disebabkan karena lereng gunung ataupun bukit yang runtuh
akibat tidak bisa menahan beban atau kemiringan yang terlalu tajam. Gempa bumi
runtuhan umumnya terjadi daerah pertambangan, kemudian di daerah pegunungan
kapur, lereng gunung atau pantai berdinding curam maupun di daerah goa. Gempa
bumi runtuhan ini jarang terjadi karena memang tidak selalu tempat- tempat tersebut
mengalami longsor.
4. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan
dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pekerjaan Umum. 2018. Modul 1 - Pengertian Lereng dan Longsoran. Jakarta: Badan
Penerbit Departemen Pekerjaan Umum Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1983. Manual Penyelidikan Geoteknik untuk Perencanaan
Fondasi Jembatan. Jakarta: Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum Indonesia.