IPBA - KEL.4 - Perbaruan - GEMPA BUMI, TSUNAMI, TANAH LONGSOR, GEMPA RUNTUHAN

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

GEMPA BUMI, TSUNAMI, TANAH

LONGSOR DAN GEMPA RUNTUHAN

Tugas
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa

Dosen Pengampu:.
1. Dr. Khumaedi, M.Si
2. Dr. Suharto Linuwih, M.Si

oleh:
1. Indah Beti Lestari (0402519013)
2. Ninda Yera Setyo N (0402519034)

PROGRAM PASCASARJANA
S2-PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI IPA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Gempa
Bumi, Tsunami, Tanah Longsor dan Gempa Runtuhan”. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi mata kuliah Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa di Universitas Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada Yth :
1. Dr. Khumaedi, M.Si dan Dr. Suharto Linuwih, M.Si selaku Dosen Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa.
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.
3. Rekan-rekan satu rombel yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang.

Semarang, 5 Oktober 2020

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan dipermukaan bumi yang disebabkan oleh
gelombang-gelombang seismik dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Gempa bumi
yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau
hantaman meteor di laut dapat menyebabkan tsunami. Gerakan vertikal pada kerak bumi,
dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran
energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan
terjadinya tsunami.
Sedangkan gempa bumi yang disebabkan karena lereng gunung ataupun bukit yang
runtuh akibat tidak bisa menahan beban atau kemiringan yang terlalu tajam disebut gempa
bumi runtuhan. Gempa bumi runtuhan umumnya terjadi daerah pertambangan, kemudian di
daerah pegunungan kapur, lereng gunung atau pantai berdinding curam maupun di daerah
goa. Selain itu, gempa bumi juga dapat menyebabkan perpindahan material pembentuk lereng
berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material, bergerak ke bawah atau keluar lereng
yang dinamakan tanah longsor. Secara geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi
dimana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.

1.2 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diajukan permasalahan yaitu :
1. bagaimana konsep gempa bumi,
2. bagaimana konsep tsunami,
3. bagaimana konsep gempa runtuhan dan
4. bagaimana konsep tanah longsor.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah:
1. menguasai konsep gempa bumi,
2. menguasai konsep tsunami,
3. menguasai konsep gempa runtuhan dan
4. menguasai konsep tanah longsor.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gempa Bumi


Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan dipermukaan bumi yang disebabkan oleh
gelombang-gelombang seismik dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Pusat atau
sumber gempa bumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum. Daerah di permukaan
bumi ataupun di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi merambat disebut
episentrum. Gempa bumi dapat diklasifikasikan menurut kedalaman hiposentrum, kekuatan
gelombang atau getaran gempanya dan faktor penyebabnya.
2.1.1 Klasifikasi Gempa Bumi Menurut Kedalaman Hiposentrum
1. Gempa Bumi Dalam
Gempa bumi adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di
bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
Tempat yang pernah mengalami adalah dibawah laut jawa, laut sulawesi,dan laut
flores
2. Gempa Bumi Menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60
km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya
menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa. Tempat yang pernah
terkena antara lain : Sepanjang pulau sumatera bagian barat, pulau jawa bagian
selatan, sepanjang teluk tomini, laut maluku, dan kep. Nusa Tenggara.
3. Gempa Bumi Dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60
km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang
besar. Tempat yang pernah terkena antara lain : Pulau bali, pulau flores, yogyakarta,
dan jawa tengah.
2.1.2 Klasifikasi Gempa Bumi Menurut Gelombang/Getaran Gempa
1. Gempa Akibat Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang/getaran yang
merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. getaran ini berasal
dari hiposentrum.
2. Gempa Akibat Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang
merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang, yakni
4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
3. Gempa Akibat Gelombang Panjang
Gelombang panjang adalah gelombang yang merambat melalui permukaan bumi
dengan kecepatan 3-4 km/detik. Gelombang ini berasal dari episentrum dan
gelombang inilah yang banyak menimbulkan kerusakan di permukaan bumi.
2.1.3 Klasifikasi Gempa Bumi Menurut Faktor Penyebabnya
1. Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng
lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil
hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau
bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh
bagian bumi.Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi
karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan
dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan
dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik)
menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area
dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan
tersebut bergerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama
lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi
tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus
dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik
yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (Geologi), kerangka teoritis
tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjadi kerangka menjelaskan fenomena
gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan
bataspertemuan lempeng tektonik . contoh gempa tektonik ialah terjadi di
Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dinihari,
2. Gempa Bumi Vulkanik
Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas gunung api
atau letusan gunung api. pada saat dapur magma bergejolaik, ada energi yang
mendesak lapisan bumi. Energi yang mendesak lapusan bumi ada yang mampu
mengangkat lapis dan bumi sampai ke permukaan di sertai getaran. Gunung api yang
akan meletus biasanya mengakibatkan gempa bumi.
3. Gempa Bumi Runtuhan
Gempa bumi runtuhan(terban) adalah gempa bumi yang di sebabkan runtuhnya atap
gua atau terowongan tambang di bawah tanah. Jika batuan pada atap rongga atau pada
dinding rongga mengalami pelapukan, maka rongga dapat runtuh karna tidak mampu
lagi menahan beban di atas rongga. runtuhnya gua dan terowongan yang besar bisa
mengakibatkan getaran yang kuat. Alat untuk mengukur gempa bumi adalah
seismograf. seismograf ada 2 jenis: seismogaf vertikal dan seismograf horizontal
untuk mengukur gempa bumi di butuhkan satu seismograf vertikal dan dua
seismograf horizontal.

2.2 Tsunami
Tsunami ( berasal dari Bahasa Jepang: Tsu = pelabuhan, Nami = gelombang, secara
harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) yang artinya adalah perpindahan badan air atau
gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan impulsif. Gangguan impulsif tersebut
terjadi akibat adanya perubahan bentuk dasar laut yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba(Pond and Pickard, 1983) atau dalam arah
horizontal (Tanioka and Satake, 1995).
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat
di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman
meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut
dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar
30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman
air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan
tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai
penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami
penyebab tsunami. Geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami
sebagai “gelombang laut seismik”.
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang
badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas
gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai
tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan.
Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre
(PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini.
Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning
System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia. Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa
megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam.
Penyebab Tsunami
1. Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa bumi, longsor
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi
bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus,
misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana
gelombang terjadi, yang kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila
tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan
energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai
pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan
masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah
lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian
pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor
atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan
meter.
2. Penyebab terjadinya tsunami
Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Faktor penyebab
terjadinya tsunami itu adalah:
a. Gempa bumi yang berpusat dibawah laut, Meskipun demikian tidak semua gempa
bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi dibawah laut yang
dapat menyebabkan terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai
berikut :
• Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
• Gempa yang mengakibatkan lempeng menuju ke pusat bumi
• Lempeng tektonik yang berada di laut yang menuju ke pusat bumi
• Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
• Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR
• Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atauturun).
b. Letusan gunung berapi, letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa
vulkanik. Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya
Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa
Tenggara Barat pada tanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang
melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada
di wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
c. Longsor bawah laut, longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara
lempeng samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung
laut dan pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama
tsunamic submarine landslide.
d. Hambatan meteor laut, jatuhnya meteor yang berukuran besar di laut juga merupakan
penyebab terjadinya tsunami.
3. Rambatan Tsunami
Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda, tergantung pada kedalaman
laut. Di laut dalam, kecepatan rambat tsunami mencapai 500 – 1000km per jam atau
setara dengan kecepatan pesawat terbang namun ketinggiangelombangnya hanya sekitar
1 meter.Ketika gelombang tsunami ini sudah mendekati pantai, kecepatan rambatnya
hanya sekitar 30 km per jam, namun ketinggian gelombangnya bisa mencapai puluhan
meter. Ini sebabnya banyak orang yang sedang berlayar di laut dalam tak menyadari
adanya tsunami. Mereka baru mengetahui tsunami telah terjadi ketikatiba di daratan dan
menyaksikan kehancuran mengerikan yang disebabkan olehtsunami.
4. Tanda-tanda akan terjadi Tsunami
Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :
• Air laut yang surut secara tiba-tiba.
• Bau asin yang sangat menyengat.
• Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangatkeras.

2.3 GEMPA RUNTUHAN


Gempa bumi runtuhan diakibatkan oleh runtuhan batuan di daerah kapur karena
adanya stalaktit yang jatuh dalam gua kapur. Runtuhan didaerah tambang. Gempa bumi
runtuhan juga bisa disebabkan karena lereng gunung ataupun bukit yang runtuh akibat tidak
bisa menahan beban atau kemiringan yang terlalu tajam. Gempa bumi runtuhan umumnya
terjadi daerah pertambangan, kemudian di daerah pegunungan kapur, lereng gunung atau
pantai berdinding curam maupun di daerah goa. Gempa bumi runtuhan ini jarang terjadi
karena memang tidak selalu tempat- tempat tersebut mengalami longsor. Meskipun jarang
terjadi, namun ada baiknya kita selalu berjaga- jaga terlebih bagi masyarakat yang berada di
sekitar kawasan- kawasan yang telah disebutkan di atas dan ketika memasuki musim
penghujan yang berpotensi rawan longsor. Gempa bumi ini adalah yang paling kecil kekuatan
gempa. Kekuatan gempa berkisar antara 2-3 SR.
Gempa bumi runtuhan merupakan gempa bumi yang jarang terjadi. Namun meski
demikian pernah juga terjadi gempa runtuhan terbesar di dunia dab tercatat sebagai gempa
terbesar kedua sepanjang sejarah kehidupan di Bumi. Gempa ini kebetulan sekali terjadi di
Indonesia, tepatnay di Sumatera Utara. Gempa ini tercatat sebagai gempa terkuat kedua
setelah yang memusnahkan populasi dinoasurus di Bumi. Gempa runtuhan ini terjadi sekitar
450.000 tahun yang lalu. Gempa ini terjadi dengan kekuatan antara 7-9 MSR (Mega Skala
Richter).

Gambar 1. Runtuhan Tebing menyebabkan gempa kecil


2.3.1 Karakteristik Gempa Runtuhan
1. Umumnya getarannya hanya bersifat lokal
Karakteristik dari gempa bumi runtuhan yang pertama adalah memiliki
jangkauan yang kecil. Maksudnya adalah bahwa gempa runtuhan ini hanya akan
dirasakan oleh orang- orang yang berada di sekitar lokasi terjadinya gempa saja.
Orang- orang yang berada di radius beberapa kilometer dari pusat terjadinya gempa
kemungkinan tidak aka merasakan gempa ini karena gempa ini hanya memiliki
jangkauan yang kecil. Maka dari itulah dikatakan bahwa gempa bumi runtuhan ini
bersifat lokal, tidak seperti gempa bumi lainnya yang menjangkau hingga antar
provinsi, yaitu gempa bumi tektonik yang terjadi akibat aktivitas- aktivitas lempeng
bumi.
2. Memiliki kekuatan kecil hingga sedang
Gempa bumi runtuhan juga memiliki ciri khusus yaitu kekuatannya yang tidak
terlalu besar. Tidak seperti gempa bumi tektonik yang kekuatanna terkadang melebihi
6 Skala Richter, gempa bumi runtuhan sifatnya lebih lemah. Getaran yang
ditimbulkan gempa bumi runtuhan disesuaikan dengan objek yang mengalami
runtuhan. Semakin besar objek yang mengalami runtuhan maka getaran yang
dtimbulkan oleh gempa bumi ini juga semakin besar. Misalnya adalah gempa bumi
yang dihasilkan karena runtuhnya atap goa akan berbeda dengan gempa yang
ditimbulkan akibat longsornya gunung.
3. Di daerah tertentu
Tidak semua wilayah berpotensi terkena gempa bumi runtuhan. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya bahwa gempa bumi runtuhan umumnya terjadi di
daerah- daerah sekitar tambang, gua, pegunungan kapur, lereng gunung maupun
pantai yang bertebing curam. Sehingga gempa bumi runtuhan berpotensi terjadi di
daerah- daerah tersebut.

2.4 Tanah Longsor


Tanah longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Secara
geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Definisi di atas dapat menunjukkan bahwa
massa yang bergerak dapat berupa massa tanah, massa batuan ataupun percampuran antara
keduanya. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong
dan faktor Pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi
material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut.
2.4.1 Penyebab Tanah Longsor
Banyak faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng yang megakibatkan terjadinya
longsoran. Faktor - faktor tersebut semacam kondisi-kondisi geologi dan hidrografi,
topografi, iklim dan perubahan cuaca. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya
pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong
dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Terdapat
beberapa faktor penyebab tanah longsor, diantaranya yaitu:
1. Jenis Tanah
Jenis tanah juga mempengaruhi penyebab terjadinya longsor. Tanah yang
mempunyai tekstur renggang, lembut yang sering disebut tanah lempung atau tanah
liat dapat menyebabkan longsoran. Apa lagi ditambahan pada saat musin penghujan
kemungkinan longsor akan lebih besar pada tanah jenis ini. Hal ini dikarenakan
ketebalan tanah tidak lebih dari 2,5 m dengan sudut lereng 22 derajat. Selain itu
kontur tanah ini mudah pecah jika udara terlalu panas dan menjadi lembek jika
terkena air yang mengakibatkan rentan pergerakan tanah.
2. Curah Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu
mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan
merekahnya tanah permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang
retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal
musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air
akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan
lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air
akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
3. Kemiringan Lereng
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang
terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kemiringan
lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama
dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin
curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan, dengan itu
memperbesar energi angkut air.
4. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia
terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian,
dan permukiman. Permukiman yang menutupi lereng dapat mempengaruhi
penstabilan yang negatif maupun positif. Sehingga tanaman yang disekitarnya tidak
dapat menopang air dan meningkatkan kohesi tanah, atau sebaliknya dapat
memperlebar keretakan dalam permukaan baruan dan meningkatkan peresatan.
Penggunaan lahan seperti persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di
lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir
tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah
terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi
di daerah longsoran lama.
5. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,getaran
mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah,
badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
6. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi
hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220ᵒ mudah terjadi longsoran dan penurunan
tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
7. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan
pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan
yang arahnya ke arah lembah.
8. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
9. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
2.4.2 Jenis-Jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsor translasi, longsor rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batuan, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsor translasi dan rotasi
paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan
korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk merata atau menggelombang landai. Kedalaman bidang gelincir pada
longsoran jenis translasi lebih dangkal daripada kedalaman bidang gelincir longsoran
rotasi.
Gambar 2. Longsoran Translasi

2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung. Seringkali dijumpai tanda-tanda awal gerakan berupa retakan
berbentuk lengkung tapal kuda pada bagian permukaan lereng yang mulai bergerak.
Material yang bergerak secara translasi dapat berupa blok (rock block slide).
Longsoran yang bergerak secara rotasi melalui bidang gelincir lengkung disebut
nendatan (slump). Nendatan umumnya terjadi pada lereng yang tersusun oleh material
yang relatif homogen.

Gambar 3. Longsoran Rotasi


3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsor ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
Gambar 4. Pergerakan Blok
4. Runtuhan Batuan
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya memiliki ciri yaitu sedikit atau tanpa
disertai terjadinya pergeseran antara massa yang runtuh dengan massa yang tidak
runtuh. Runtuhnya massa batuan umumnya dengan cara jatuh bebas, meloncat atau
menggelinding tanpa melalui bidang gelincir. Penyebab terjadinya runtuhan adalah
adanya bidang-bidang diskontinyu seperti retakanretakan pada batuan.

Gambar 5. Runtuhan Batuan


5. Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenal.
Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah miring.
Gambar 6. Rayapan Tanah
6. Aliran Bahan Rombakan
Aliran pada bahan rombakan dapat dibedakan menjadi aliran bahan rombakan
(debris), aliran tanah (earth flow) apabila massa yang bergerak didominasi oleh
material tanah berukuran butir halus (butir lempung) dan aliran lumpur (mud flow)
apabila massa yang bergerak jenuh air. Jenis lain dari aliran ini adalah aliran kering
yang biasa terjadi pada endapan pasir (dry flow). Kecepatan tanah longsor ini
bergantung kecepatan pada kemiringan lereng,voume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan
meter jauhnya.

Gambar 7. Aliran Bahan Rombakan.


Variasi Tipe Longsoran pada jenis gerakan dan jenis material

Hubungan antara Jenis Tanah/Batuan terhadap Gerakan Longsoran


2.4.2 Bagian-Bagian Longsor
Di Indonesia, longsoran dengan bidang gelincir melengkung banyak terjadi, terutama
pada lereng dengan tanah lempung atau lempung pasiran. Untuk itu perlu adanya pemahaman
istilah teknis tentang bagian-bagian pada geometri suatu longsoran. Pemahaman tentang
bagian-bagian geometri longsoran ini diperlukan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan longsoran. Bagianbagian tersebut ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Bagian-Bagian Longsoran

Nama Definisi
Mahkota longsoran Daerah yang tidak bergerak dan berdekatan dengan bagian tertinggi
dari tebing atau gawit utama longsoran.
Tebing atau gawir utama Permukaan lereng yang curam pada tanah yang tidak terganggu dan
longsoran terletak pada bagian atas dari longsoran
Puncak Longsoran Titik tertinggi terletak di antara kontak material yang bergerak atau
pindah dengan tebing atau gawir utama longsoran
Kepala Longsoran Bagian atas dari longsoran sepanjang kontak antara material yang
bergerak atau pindah dan tebing atau gawir utama longsoran
Tebing atau gawir minor Permukaan yang curam pada material yang bergerak atau pindah
yang dihasilkan oleh pergerakan ikutan dari material longsoran
Tubuh Utama Bagian longsoran yang terletak pada material yang bergerak yang
merupakan tampalan antara bidang gelincir, tebing utama longsoran
dan jari bidang gelincir
Kaki Longsoran Bagian dari longsoran yang bergerak mulai dari jari bidang gelincir
dan bertampalan dengan permukaan tanah asli
Ujung Longsoran Titik pada jari kaki longsoran yang letaknya paling jauh dari puncak
longsoran
Jari Kaki Longsoran Bagian paling bawah longsoran yang biasanya berbentuk lengkung,
berasal dari material longsoran yang bergerak dan letaknya paling
jauh dari tebing utama
Bidang Gelincir Bidang kedap air yang menjadi landasan bergeraknya massa tanah
Jari dari bidang gelincir Tampalan antara bagian bawah dari bidang gelincir longsoran dengan
permukaan tanah asli
Permukaan Pemisah Bagian dari permukaan tanah asli yang bertampalan dengan kaki
longsoran
Material yang bergerak Material yang bergerak dari posisi asli yang digerakkan oleh
longsoran yang dibentuk oleh massa yang tertekan dan akumulasi
massa
Daerah yang tertekan Daerah dari longsoran yang terdapat di dalam material yang bergerak
dan terletak di bawah permukaan tanah asli
Zona akumulasi Daerah dari longsoran yang terdapat di dalam material yang bergerak
dan terletak di atas permukaan tanah asli
Penekanan Volume yang dibentuk oleh tebing utama longsoran, massa yang
tertekan dan permukaan asli
Massa yang tertekan Volume dari material yang bergerak bertampalan dengan bidang
gelincir tetapi berada di bawah permukaan tanah asli
Akumulasi Volume dari material yang bergerak dan terletak di atas permukaan
tanah asli
Sayap Material yang tidak mengalami pergerakan yang berdekatan dengan
sisi samping bidang gelincir
Permukaan tanah yang asli Permukaan lereng sebelum terjadi longsoran

2.4.3 Pergerakan Longsoran


Pergerakan longsoran dapat diketahui dari kecepatan pergerakannya yang merupakan
pergerakan massa tanah/batuan secara gravitasi yang dipicu oleh bertambahnya beban
termasuk air, berkurangnya kekuatan geser penahan beban karena pengaruh naiknya tegangan
air pori, perubahan morfologi dan lingkungan, geologi stuktur yang berkembang dan faktor
adanya magnitude percepatan akibat ke-gempa-an. Pergerakan longsoran dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu pergerakan lambat, pergerakan sedang dan pergerakan cepat.
1. Percepatan Pergerakan
Beberapa jenis pergerakan dapat diidentifikasi melalui kadar air dan kecepatan
pergerakan seperti ditunjukkan pada Gambar 8.

a. Pergerakan Lambat
Pergerakan lambat terjadi selama 0.3 m tiap 5 tahun atau 1.5 m/tahun serta meliputi
rangkak/rayapan dan solifluction. Rangkak adalah pergerakan terus menerus pada kondisi
tegangan konstan, sedangkan solifluction adalah pergerakan debris karena faktor geologi
dan pengaruh lingskungan termasuk air dan aktifitas manusia. Dilapangan identifikasi
adanya pergerakan lambat ditandai dengan mulainya adanya retakan-retakan tanah
dipermukaan serta miringnya tiang-tiang dan pohon-pohon.
• Aliran tanah lambat (Creep Flow)
Pergerakan aliran tanah yang mengalami penjenuhan dan mulai menunjukkan adanya
tendensi rekahan yang lama-kelamaan setelah rekahan terisi air maka mulai bergerak dan
disebut longsoran aliran tanah lambat (creep) seperti diperlihatkan pada Gambar 8.

Gambar 9. Longsoran Aliran Tanah Lambat (Creep Flow)


• Aliran Tanah (Flow demafrost) di Daerah Pegunungan
Longsoran aliran tanah karena mengalami keruntuhan dibagian rongga pada lapisan
stratifikasinya digolongkan sebagai longsoran demafrost dan umumnya terjadi didaerah
pegunungan dan pantai.

Gambar 10. Aliran Tanah (Flow Demafrost)


b. Pergerakan Sedang
Pergerakan sedang terjadi selama 1.5 m/tahun atau 0.3 m/menit dan mencakup
beberapa pergerakan sebagai berikut:
• Aliran tanah/lumpur (earth flows)
Aliran tanah/lumpur yang diindikasikan sebagai pergerakan lambat dapat dideteksi
dengan mudah. Hal ini biasanya terjadi pada tanah yang kadar airnya terus bertambah.
Penambahan kadar air yang terus menerus ini menyebabkan terjadinya aliran lumpur
(mud flow). Longsoran aliran tanah ini dapat dikelompokkan menjadi: Longsoran
tanah yang sifatnya menyebar , Longsoran Aliran berupa aliran debris, Longsoran
Rotasi; longsoran yang bidang longsornya merupakan bentuk rotasi serta dapat berupa
rotasi berjenjang/ Multiple Rotational (Gambar49), Longsoran Translas; longsoran
yang bergerak sepanjang lereng dan material yang mengalami longsor berupa bahan
rombakan dan tanah yang mempunyai bentuk bidang longsor translasi.
• Runtuhan debris (debris slide)
1. Longsoran Lahar
Runtuhan debris juga dapat digolongkan sebagai pergerakan lambat selama
material ynag bergerak tak terkonsolidasi terlebih dahulu atau relatif kering. Material
runtuhan debris biasanya lebih besar dibandingkan denganmaterial aliran
tanah/lumpur. Debris merupakan kumpulan massa tanah, atau tanah tercampur
fragmen batuan, yang berpindah di sepanjang permukaan datar yang miring. Runtuhan
debris terjadi secara progresif dan dapat berkembang menjadi “rock avalanche” atau
aliran yang tiba-tiba meluncur cepat.

2. Longsoran Tanah (earth flow)


Runtuhan ini sering terjadi pada tanah colluvial atau residual yang terletak di atas
permukaan batuan dasar yang miring. Mula-mula terjadi rekahan (tersier crack) yang
kemudian bertambah lebar dan akhirnya 1 blok atau lebih tanah/batuan akan meluncur
kebawah. Runtuhan akan terus terjadi hingga mencapai “upper slope” (lereng atas).
c. Pergerakan Cepat
Pergerakan cepat terjadi selama > 0.3 m/menit serta terdiri dari debris avalanche dan
rock falls.
1. Debris avalanche
Debris avalanche adalah tipe perpindahan tanah/batuan yang sangat cepat yang
diawali dengan hancuran di sepanjang permukaan runtuhan. Penyebab utamanya
adalah rembesan air tanah yang besar, curah hujan tinggi, gempa bumi atau rayapan
yang berkembang sedikit demi sedikit dari suatu perlapisan batuan. Umumnya
keruntuhan terjadi tanpa didahului oleh tanda-tanda serta tidak terduga terjadinya dan
dampak kerusakan yang ditimbulkannya pada daerah permukiman sangat parah.
Umumnya debris avalanche terjadi pada tanah residual di daerah pegunungan yang
berlereng curam. Proses terjadinya aliran debris sama dengan terjadinya debris
avalanche. Perbedaan terletak pada jumlah kadar air materialnya. Pada aliran debris,
kadar air materialnya cukup besar sehingga membawa debris mengalir seperti cairan
kental (slurry). Penyebab utama terjadinya aliran debris adalah curah hujan tinggi dan
erosi permukaan yang bear. Aliran debris umumnya terjadi pada tebing-tebing sungai
curam (steep gullies).

2. Jatuh bebas batuan (rock falls) dan penjungkiran (toppling rocks)


Jatuh bebas batuan mengakibatkan terbentuknya akumulasi batuan pada dasar
lereng yang disebut juga longsoran talus dan longsoran jungkiran batuan.
2.4.4 Gejala Umum Tanah Longsor
• Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
• Biasanya terjadi setelah hujan.
• Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
• Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
2.4.5 Dampak Bencana Longsor Bagi Kehidupan dan Lingkungan
Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya tanah longsor baik dampak
terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan maupun dampak terhadap keseimbangan
lingkungan.
1. Dampak Longsor terhadap Kehidupan
Adapun dampakyang ditimbulkan dengan terjadinya tanah longsor terhadap
kehidupan adalah sebagai berikut:
a. Banyak menelan korban jiwa
b. Terjadinya kerusakan infrastruktur publik seperti jalan, jembatan, dll
c. Kerusakan bangunan perkantoran dan perumahan penduduk
d. Menghambat proses aktivitas manusia dan merugikan baik masyarakat yang
terdapat disekitar bencana maupun pemerintahan.
2. Dampak Longsor terhadap Lingkungan
a. Terjadinya kerusakan lahan
b. Hilangnya vegetasi penutupan lahan
c. Terganggunya keseimbangan ekosistem
d. Cadangan air bawah berkurang
e. Menutup lahan produktif
2.4.6 Upaya Meminimalisir Bencana Longsor
Adapun upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Membuat terasering pada sawah(sengkedan)
2. Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam
tanah melalui retakan
3. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
4. Janagan menebang pohon di lereng
5. Jangan membangun rumah di bawah tebing
6. Jangan mendirikan pemukiman di tepi lereng yang terjal
7. Janganmemotong tebing menjadi tegak
8. Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi
2.4.7 Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor
1. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di
suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan
wilayah agar terhindar dari bencana
2. Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan
dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan
wilayah.
3. Pemeriksaan Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana,
sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
4. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
5. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan
6. poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat
dan aparat pemerintah.
7. Pemeriksaan bencana longsor
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab 2, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan dipermukaan bumi yang disebabkan oleh
gelombang-gelombang seismik dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Pusat
atau sumber gempa bumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum. Daerah
di permukaan bumi ataupun di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi
merambat disebut episentrum. Gempa bumi dapat diklasifikasikan menurut
kedalaman hiposentrum, kekuatan gelombang atau getaran gempanya dan faktor
penyebabnya.
2. Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa bumi, longsor
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat
mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya
aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang
mengakibatkan terjadinya tsunami.
3. Gempa bumi runtuhan disebabkan karena lereng gunung ataupun bukit yang runtuh
akibat tidak bisa menahan beban atau kemiringan yang terlalu tajam. Gempa bumi
runtuhan umumnya terjadi daerah pertambangan, kemudian di daerah pegunungan
kapur, lereng gunung atau pantai berdinding curam maupun di daerah goa. Gempa
bumi runtuhan ini jarang terjadi karena memang tidak selalu tempat- tempat tersebut
mengalami longsor.
4. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan
dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pekerjaan Umum. 2018. Modul 1 - Pengertian Lereng dan Longsoran. Jakarta: Badan
Penerbit Departemen Pekerjaan Umum Indonesia.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 1983. Manual Penyelidikan Geoteknik untuk Perencanaan
Fondasi Jembatan. Jakarta: Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai