Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN MARTHA E ROGERS

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan

Disusun Oleh:

DESI N. KRISNADI 201FK05001


FAUZIAH SRIE HAZMI 201FK05010
MELANI SITI ANDRIANI 201FK05008
NENENG SITI SARIPAH 201FK05019
NURUL LIAWATI 201FK05017

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya

maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TEORI

KEPERAWATAN MARTHA E ROGERS” tepat pada waktunya. Dalam

penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan

kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat

penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah

ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan

makalah berikutnya.

Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandung, 12 November 2020

Kelompok 2

DAFTAR ISI

2
Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI ..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................5

1.1 Latar Belakang............................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................6

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................8

2.1 Biografi Martha E. Rogers..........................................................................8

2.2 Konsep Teori Martha E. Rogers ................................................................8

2.3 Asumsi Teori Martha E. Rogers.................................................................9

2.4 Asumsi Utama Konsep Sentral dari Model Konseptual

Martha E. Rogers........................................................................................11

2.5 Prinsip Homeodinamika.............................................................................12

2.6 Kegunaan Prinsip Rogers dalam Proses Keperawatan...............................13

2.7 Kelemahan Rogers Tentang Homeodinamik..............................................16

2.8 Menggunakan Prinsip-prinsip Roger sebagai Pendekatan

Aplikatif dalam Pemberian Asuhan Keperawatan......................................16

2.9 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan

Riset Keperawatan......................................................................................18

2.10 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan

Pendidikan Keperawatan..........................................................................18

3
2.11 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers

dengan Praktik Keperawatan....................................................................18

2.12 Bagan Ilustrasi Dinamisme Proses Keperawatan Martha E. Rogers........19

2.13 Deskripsi Kasus Dalam Penerapan Teori Keperawatan

Martha E. Rogers......................................................................................19

BAB III PENUTUP ........................................................................................23

3.1 Kesimpulan...............................................................................................23

3.2 Saran.........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24

BAB I

PENDAHULUAN

4
1.1.  Latar Belakang

Teori-teori keperawatan berpengaruh secara signifikan dalam


memperbaiki praktek keperawatan, melalui riset keperawatan, dan praktik
keperawatan memberikan fenomena yang perlu dilakukan riset untuk dapat
memperkokoh teori keperawatan. Teori-teori keperawatan yang disusun secara
jelas meningkatkan pemahaman terhadap fenomena keperawatan yang ada dan
mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek keperawatan itu sendiri.

Teori keperawatan berkembang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari


perkembangan pemikiran dan ide-ide yang dituangkan ahli keperawatan
berdasarkan filosofi, paradigma, serta latar belakang pendidikan dan kehidupan
para ahli tersebut, sehingga masing-masing teori mempunyai perbedaan asumsi
terhadap praktek keperawatan. Akan tetapi pada dasarnya semua teori
keperawatan yang ada mempunyai apresiasi yang sama yaitu terhadap proses
pemberian asuhan keperawatan, dimana klien diberikan kesempatan dan ruang
untuk dapat berkembang secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya selama rentang kehidupan.

Penerapan teori keperawatan dalam praktek layanan keperawatan


memberikan dasar kerja dan memberikan kerangka kerja perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan. Teori keperawatan sekarang ini sedang
berkembang pesat untuk menjadi sebuah sain keperawatan mulai dari teori pada
ranah filosofi, grand theory, middle range theory maupun practice theory, dalam
makalah ini akan dibahas tentang grand theory

Menurut McEwen & Wills (2006) yang termasuk dalam grand


theory adalah Myra E. Levine: The Conservation Model, Martha E.
Roger: Unitary of Human Being, Dorothea E. Orem: Self Care Deficit Theory of
Nursing, Imogene King: Interacting System Framework and Middle Range
Theory of Goal Attainment, Betty Neuman: System Model, Sister Calista
Roy: Adaptation Model, Dorothy E. Johnson: Behavior Syastem Model, Anne
Boykin & Savina O.S.: Nursing as Caring : A Model for Transforming Practice,

5
Salah satu teori keperawatan yang dapat di terapkan oleh perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien adalah teori dari Martha E. Rogers
tentang “Unitary Human Beings”. Menurut Roger dalam teorinya berpendapat
bahwa manusia merupakan individu yang holistik, saling memberikan timbal
balik dengan individu yang lain dan lingkungan disekitarnya. Rogers, memandang
keempat konsep dalam paradigma keperawatan yang terdiri dari manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan merupakan satu kesatuan yang utuh dan
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Perawat sebagai pemberi layanan
keperawatan seyogyanya mampu memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif, disesuaikan dengan situasi dan kondisi individu yang dirawat
maupun lingkungan yang mempengaruhi individu tersebut.

Perawat harus mempunyai landasan teori keperawatan yang memadai agar


dapat memilih dan menerapkan teori yang tepat dan sesuai dengan kondisi
lingkungan di Instansi pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka
kelompok akan menganalisa dan membahas teori Rogers dan penerapannya agar
perawat dapat menggunakan suatu kerangka kerja dalam asuhan keperawatan
kepada pasien berdasarkan teori ini, Oleh karena itu Teori Martha E. Rogers serta
penerapannya di lapangan sangat diperlukan dibahas dan disajikan, sehingga pada
akhirnya perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pada suatu teori
keperawatan.

1.2  Rumusan masalah

Rumusan masalah penulisan dalam makalah ini yaitu membahas tentang


aplikasi model teori keperawatan “Martha Elizabeth Roger”.

1.3.Tujuan

6
1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisa dan membahas teori Rogers dan penerapannya agar perawat


dapat menggunakan suatu kerangka kerja dalam asuhan keperawatan kepada
pasien berdasarkan teori ini,

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan makalah adalah:

a.    Menganalisa teori model konseptual keperawatan Martha E. Roger


” The Unitary Human Being ”.

b.    Membahas asumsi theorists terhadap konsep-konsep sentral disiplin ilmu


keperawatan.

c.    Memaparkan hubungan konsep Rogers sesuai masa dan orientasi theorist.

d.   Menggunakan teori Rogers sebagai pendekatan aplikatif dalam asuhan


keperawatan.

BAB II

7
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Biografi Martha E. Rogers

Martha E. Rogers dilahirkan pada tanggal 12 Mei tahun 1914 di Dalas


Texas, tertua dari 4 bersaudara pasangan Bruce Taylor Rogers dan Lucy
Mulholland tajam rogers. Dia menerima gelar diploma keperawatan dari
sekolah rumah sakit Knoxville pada tahun 1936. Pada tahun 1937 ia
menerima gelarB.S. dari george peabody perguruantinggidi nashville, tennessee.
(Tomey & Alligood, 1998). Setelah aktif sebagai perawat kesehatan dia
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sampai mendapatkan gelar doktor dari
universitas Johns Hopkins di Baltimore. Menduduki posisi staf dalam
keperawatan kesehatan masyarakat, serta membentuk pelayanan perawat pertama
di Arizona, kemudian ia pindah ke perguruan tinggi sebagai dosen tamu dan
bergabung dengan asosiasi penelitian selama 21 tahun. Rogers adalah Profesor
dan Kepala Divisi Perawat Pendidikan di Universitas New York sampai tahun
1954, disini Roger focus mengajar, memformulasi dan mengelaborasi teorinya.
Dia meninggal pada 13 Maret 1994, pada umur 79. (Hector, 1989 dalam McEwen
& Wills, 2011).

2.2.  Konsep Teori Martha E. Rogers

Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam
semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan
mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu
keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan
manusia secara langsung. (Tomey & Alligood, 1998).

Keperawatan adalah ilmu humanisti/humanitarian yang menggambarkan


dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam
perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip - prinsip
dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu
kemanusiaan yang mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan
perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari

8
prinsip - prinsip kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan merupakan
kegiatan yang bersumber pada ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual,
dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu
yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi.
(McEwen & Wills, 2011)

2.3.  Asumsi teori Martha E. Rogers

Rogers dalam McEwen & Wills, 2011, mengemukakan beberapa asumsi


yang terdiri dari lima bagian, yaitu :

2.3.1. Unifield whole is greater and different than the sum of part.

Manusia adalah system yang utuh yaitu merupakan keseluruhan dari


proses yang utuh dari dirinya dan antara satu dan lainnya berbeda di beberapa
bagian dan merupakan penjumlahan dari bagian-bagiannya..

2.3.2. Mutual exchange of matter and energy.

Manusia dan lingkungan selalu berubah secara kontinyu termasuk energi


keduanya. Individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan material satu
sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai faktor eksternal
pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari semua hal.

2.3.3. Unidirectionality: life process does not reverse nor repeat.

Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan saling
bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya
seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti yang diharapkan
semula.

2.3.4. Pattern and organization identify the human field.

Pola dan organisasi mengidentifikasi perilaku pada individu merupakan


suatu bentuk kesatuan yang inovatif

2.3.5. Human beings have abstraction, imagery, language, and thought, sensation


and emotion.

9
Manusia mempunyai ciri kemampuan berfikir abstrak, membayangkan,
bertutur bahasa, sensasi dan emosi. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya
manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya
dunia.

Lima asumsi diatas, definisi, dan Prinsip-prinsip hemodinamik merupakan


inti teori Martha E. Rogers yang merupakan bagian dari Building Blocks,
yang terdiri dari: (Tomey & Alligood, 1998).

a.    Energy Fields (Bidang Energi)

Bidang Energi merupakan satuan dasar kehidupan dan non kehidupan,


seperti energi manusia dan energi lingkungan. Bangunan ini bersifat tak terbatas
terdiri dari mahluk hidup dan lingkungannya. Kedua komponen ini tidak dapat
dikurangi, manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya.

b.    Universe of Open System (Sistem terbuka).

Konsep ini menganggap bahwa bangunan energi bersifat tak terbatas dan
terbuka, menyatu antara satu dengan yang lainnya.

c.    Pattern (Pola)

Sifat pola berubah secara kontinyu dan inovatif, unik dan menyatu dengan
bangunan lingkungannya sendiri. Pola yang konstan dan tidak berubah bisa
menjadi suatu indikasi sakit atau penyakit.

d.   Pandimensionality (Empat kedimensian)

Manusia yang utuh merupakan ”Empat sumber dimensi energi yang


diidentifikasi oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik yang menunjukkan
kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya” Empat
kedimensian didefinisikan sebagai domain non linier tanpa atribut, atau mengenai
ruang tanpa batas.

10
2.4.  Asumsi Utama Konsep Sentral dari Model Konseptual Martha E.
Rogers

Rogers meletakan sekumpulan asumsi-asumsi dasar yang menggambarkan


proses kehidupan manusia. Asumsi-asumsi yang merupakan kunci utama Martha
E. Rogers terhadap empat konsep sentral adalah sebagai berikut :

2.4.1. Keperawatan

Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human


Being, yaitu manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain
yang mempelajari manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan
keperawatan sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan
seni. Keperawatan adalah ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk
menghibur agar dapat menjaga dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit,
dan merawat serta merehabilitasi seseorang yang sakit dan cacat. Praktek
professional keperawatan bersifat kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani orang,
hal tersebut berakar dalam keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan
perasaan mahkluk. (Rogers,1992 dalam Meleis 2007).

2.4.2. Kesehatan

Istilah kesehatan digunakan sebagai terminologi nilai yang ditentukan oleh


budaya atau individu. Kesehatan dan penyakit merupakan manifestasi pola dan
diangap menunjukkan pola perilaku yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers
memandang konsep sehat-sakit sebagai suatu ekspresi dari interaksi manusia
dengan lingkungannya dalam proses yang mendasar (Fitzpatrick dan Whall,
1986).

2.4.3. Lingkungan,

Lingkungan sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat direduksi


yang diidentifikasi dengan pola dan manifestasi karakteristik yang spesifik.
Lingkungan mencakup segala sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh
bangunan manusia. (Meleis 2007)

11
2.4.4. Manusia

Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan
karakter yang berbeda-beda. Proses kehidupan manusia dinamis selalu
berinteraksi dengan lingkungan, saling mempengaruhi dan dipengaruhi atau
sebagai system terbuka. Rogers juga mengkonsepkan manusia sebagai unit yang
mampu berpartisipasi secara kreatif dalam perubahan. (Meleis, 2007).

2.5 Prinsip Homeodinamika


Menurut Martha E. Roger ilmu tentang keperawatan berhubungan
langsung dengan proses kehidupan manusia dan bertujuan untuk menjelaskan dan
memperkirakan kealamiahan dan hubungannya dengan perkembangan. Untuk
memperkuat teorinya Martha E. Rogers mengkombinasikan konsep manusia
seutuhnya dengan prinsip homeodinamik yang kemudian di kemukakannya.
Prinsip –prinsip hemodinamik terdiri dari tiga hal dari 3 pemisahan prinsip, yaitu
integral, resonansi dan helicy (Roger (1970,1988, 1992))., yaitu :

1. Integral
Prinsip pertama adalah integral. Badan manusia dan lingkungannya tidak dapat
dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi pembaharuan
interaksi antara badan manusia dan lingkungannya. Keduanya saling berinteraksi
yang konstan dan saling bertukar dimana pembentukan keduanya ditempatkan
dalam waktu yang sama. Maka, integral adalah kelanjutan proses interaksi
antara manusia dan lingkungan.
2. Resonansi
Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam antara
manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran adalah pola manusia dan bidang
lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari gelombang yang lebih
tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih pendek dari frekuensi yang
lebih tinggi. Proses kehidupan dalam badan manusia adalah simfoni dari ritme
yang bergerak dalam frekuensi tertentu. Pengalaman manusia di lingkungannya

12
seperti segaris kompleks kesatuan gelombang resonansi mereka dengan dunia
istirahat.
3. Helicy
Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung pada
manusia- lingkungan. Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem terbuka
dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan antara
manusia dan bidang lingkungan. Pertukaran ini juga mengalami pembaharuan.
Jika, pertukaran tidak dapat diprediksi. Akhirnya, pertukaran langsung menuju
peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan polanya tidak dapat di
prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.
Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan kesatuan
bidang lingkungan hidup manusia. Arah perubahan yang terjadi antara manusia
dan lingkungan terhadap peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan ritme
yang tidak tepat diulang. Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah cara
melihat manusia dalam keutuhan mereka. Perubahan dalam proses kehidupan
manusia yang tidak dapat kembali, nonrepeatable, berirama, dan menyajikan
keragaman pola tumbuh.
2.6    Kegunaan Prinsip Rogers dalam Proses Keperawatan

Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada


umat manusia, prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk
memprediksi sifat dan arah perkembangan individu sebagai respon terhadap
masalah kesehatan. Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan
meningkatkan dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk
memperkuat hubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan
pola dari bidang manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan
(Rogers, 1992). Tujuan ini akan tercermin dalam proses keperawatan.
Untuk berhasil menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan
pertimbangan perawat dan melibatkan perawat dan klien dalam proses
keperawatan. Jika sesuatu atau seseorang di luar individu adalah bagian dari
lingkungan, maka perawat akan menjadi bagian dari lingkungan
klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi, serta bersedia maju dalam proses

13
keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992),
mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal
dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien,
bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh
perawat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek,
satu masalah, atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan.

Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan
lingkungan dikumpulkan. Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat
pengumpulan data, informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu
pemisahan diri atau bagian lainnya. Namun, untuk melaksanakan pedoman,
analisis data harus dalam keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin
dicapai dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan mendapat respon dari data
yang ada.

Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya


akan mencerminkan prinsip resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan
dipengaruhi oleh prinsip helicy.

Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa


pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa
tanggapan klien merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-waktu.
Akibatnya, pola yang diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah,
mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu. Bukan
berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat semua, tetapi menggunakan mereka
sebagai referensi akan membantu memberikan perawat dengan melihat klien
seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu dan pola pertukaran
bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian keperawatan
adalah penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan penilaian yang hanya
berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi sehat dan
sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit.
Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan
penyakitnya.

14
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang
kemandirian. Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua dalam
proses keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik. Irama,
pola, keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat dengan
jelas. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran bagian-
bagian tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan manusia-
lingkungan (Roger, 1970). Meskipun tidak sempurna, diagnosa keperawatan
berdasarkan pola kesehatan fungsional Gordon memiliki potensi yang lebih besar
kegunaannya dengan kerangka Roger karena cenderung mencerminkan
pandangan yang lebih tentang keutuhan individu. Mengingat bersifat statis dan
kehilangan tradisi sepanjang diagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem
abstrak dinamis bahkan mungkin tidak tepat (Smith, 1988).

Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat


memberikan asuhan keperawatan. Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan
implementasi dalam lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa
perubahan yang satu ini akan terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena
integrasi individu dengan lingkungan, masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan
dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu, masalah ini tidak bisa ditangani
dengan efektif dengan cara yang umumnya diterima secara umum, transisi,
tindakan penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi dan
kreatifitas.

Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk


mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena
proses kehidupan manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa
mengembalikan individu ke tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat
membantu individu bergerak maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam
eksistensi.

Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan


perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau
memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan

15
partisipasi dan aktif dari klien dalam asuhan keperawatannya. Kesehatan tidak
hanya tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan keseimbangan,
melainkan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan
keragaman dalam individu

2.7 Kelemahan Rogers tentang homeodinamik

Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan


universal, ada keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal. Banyak
orang mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya. Meskipun
asumsi dasar yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap
abstrak. Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyediakan
pemahaman yang jelas. Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta membawa
keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang
mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986). Definisi operasional
diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk
pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-konsep yang terlibat
(Hardy, 1974).

Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup


akan menilai manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut,
kemampuan menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah hampir
tidak mungkin. Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan atau
menguji sistem yang membuat kesuksesan mengimplementasikan kesulitan
keperawatan. Dengan demikian, penggunaan prinsip-prinsip homeodynamics di
dalamnya adalah totalitas terbatas. (George, Julia B.1995:241)

2.8.  Menggunakan prinsip-prinsip Roger sebagai pendekatan aplikatif


dalam pemberian asuhan Keperawatan

Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada
umat manusia, prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk
memprediksi sifat dan arah perkembangan individu sebagai respon terhadap
masalah kesehatan. Keberhasilan menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik

16
memerlukan pertimbangan perawat dalam melibatkan klien pada proses
keperawatan. (Alligood, 2006).

Dalam tahap pengkajian keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien
dan lingkungan dikumpulkan. Pertanyaan tahap pertama mencerminkan prinsip
Integrasi, seri berikutnya akan mencerminkan prinsip resonancy, dan tahap akhir
dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip helicy. Untuk mencerminkan pola
gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa pertanyaan untuk prinsip helicy
sebagai pertimbangan.

Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang


kemandirian. Kesimpulan ini merupakan diagnosis keperawatan, langkah kedua
dalam proses keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik.
Irama, pola, keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat
dengan jelas. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran
bagian-bagian tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan
manusia-lingkungan (Roger, 1970 dalam Meleis, 2007).

Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk


mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena
proses kehidupan manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa
mengembalikan individu ke tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat
membantu individu bergerak maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam
eksistensi. Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan
perbedaan individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau
memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk melakukan ini membutuhkan
partisipasi aktif dari klien, kesehatan tidak dapat tercapai dengan mempromosikan
homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu. (Christensen,1995)

Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam
semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan
mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh,

17
sehingga pengkajian didasarkan pada lima asumsi dasar dan prinsip-prinsip
hemodinamik Rogers dan yang merupakan bagian dari Building Blocks.

2.9 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset


Keperawatan

Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara


langsung memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan.
Model konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan
tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi
keperawatan. Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep
Martha E Rogers akan menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang
seperti apakah sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam
konsepnya Martha E Roger menunjukkan bahwa kebutuhan kritis dalam
keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan dalam aktifitas penelitian
keperawatan.

2.10 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Pendidikan


Keperawatan

Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali


program undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini
adalah di lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu
keperawatan. Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan
bahwa keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang
tubuh pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh
pendidikan dalam keperawatan.

2.11 Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik


Keperawatan

Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari


konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan.
Malinski (1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan,

18
yang kesemuanya berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E
Rogers.

1) Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien

2) Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar

3) Penyesuaian terhadap pola

4) Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam


proses penyembuhan.

5) Menunjukkan suatu perubahan yang positif

6) Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan

7) Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.

2.12 Bagan Ilustrasi Dinamisme Proses Keperawatan Martha E. Rogers

Untuk menggambarkan dinamisme proses dalam keperawatan, Rogers


membuat ilustrasi dalam bentuk bagan sebagai berikut :

a) Manusia Lingkungan
b) Sehat Secara terus menerus berhubungan dengan individu
c) Sejahtera Melakukan pertukaran energi dengan individu
d) Profesi memberikan pelayanan kepada semua orang, memaksimalkan
potensi kesehatan dalam interaksi antara manusia dengan lingkungan
e) Konsep diambil dari studi dan observasi manusia yang memberikan dasar
untuk model konseptual.

2.13 Deskripsi Kasus Dalam Penerapan Teori Keperawatan Martha E.


Rogers

Teori Martha E. Rogers tidak memberikan teori yang spesifik dalam aplikasinya
dalam proses keperawatan, akan tetapi dengan mengadaptasikan prinsip
hemodinamik, maka perawat dapat menuangkan dasar-dasar pemikiran Martha E.
Rogers ke dalam tahap demi tahap proses keperawatan. Untuk lebih dapat

19
memudahkan pemahaman dapat kita lihat contoh kasus keperawatan yang
kemudian di dalam asuhan keperawatannya menggunakan konsep dasar
hemodinamik Martha E. Rogers.

Contoh Kasus:
Tn. M. Berusia 35 tahun adalah seorang karyawan sebuah perusahaan swasta yang
bergerak dibidang jasa. Posisi yang ditempati Tn. M adalah sekretaris di
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Tn. M. Terbiasa bekerja di ruang ber AC
dengan kondisi lingkungan yang tenang, bersih dan menyenangkan. Dua hari yang
lalu Tn. M mengalami kecelakaan di sebuah jalan pertokoan, ketika itu Tn. M.
Sedang istirahat dan  keluar dari kantor untuk membeli makanan, Tn. M. Yang
hendak menyebrang tiba-tiba tertabrak sebuah sepeda motor yang mengakibatkan
Tn. M mengalami fraktur Femur yang membuatnya harus di rawat di RS.
Dalam kasus tersebut, aplikasi teori keperawatan Martha E. Rogers dalam
mengatasi masalah kesehatan yang dialami Tn. M adalah menggunakan konsep-
konsep prinsip hemodinamik (integrity, resonansi, dan helicy).
Komponen dalam proses keperawatan :

Pengkajian keperawatan
Tn. M merupakan seorang pegawai swasta yang menempati posisi manajer di
sebuah perusahaan, klien mempunyai riwayat pendidikan seorang Sarjana. Tn. M
merupakan tulang punggung keluarga yang saat mengalami fraktur femur karena
kecelakaan lalu lintas, sehingga klien harus dilakukan operasi. Klien merasa
sangat khawatir akibat sakit yang dideritanya karena mengharus klien harus di
operasi sehingga harus di rawat lebih lama di rumah sakit dan tidak dapat
melakasanakan tugas kantornya sebagai seorang sekertaris di perusaan itu. Saat ini
Tn. M merasa tidak berguna karena tidak dapat manafkahi keluarganya dengan
maksimal, klien tampak berdiam diri ketika didatangi oleh perawat,  dan tidak
mau makan.

Pengkajian integrasi

20
Tn M merasakan adanya perasaan kurang nyaman berada di rumah sakit karena
klien mengalami adanya keterbatasan dalam melakukan aktifitas, kebutuhannya
dipenuhi orang lain. selain itu,  klien juga merasa takut dengan tindakan-tindakan
medis yang baru pertama ia rasakan.

Pengkajian  resonansi
Tn M Klien mengalami kecelakaan lalu lintas (ditabrak). Pasien di bawa ke
rumah sakit dengan tungkai kanan tidak dapat digerakkan, klien mengalami patah
tulang femur 1/3 tengah dextra segmental terbuka kemudian mendapat
pertolongan dengan tindakan operasi. Sehingga klien tidak melakukan aktifitas
seperti biasa. Klien  merasa tidak berguna saat ini.

Pengkajian Helicy
Tn M adalah seorang karyawan sebuah perarusaan swasta dan menajabat sebagai
sekertaris,  klien  bekerja di ruang ber AC dengan kondisi lingkungan yang
tenang, bersih dan menyenangkan. Klien baru pertama kali masuk rumah sakit,
sehingga klien merasa tidak nyaman dengan kondisi dirumah sakit karena sangat
berbeda dengan lingkurang di rumahnya dan tempat ia bekerja. Saat ini pasien
merasa dengan operasi yang dilakukan Dia tidak bisa beraktivitas lagi.

Komponen Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman lingkungan berhubungan dengan kurang
pengendalian lingkungan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
3. Kecemasan berhubungan dengan adanya hospitalisasi
4. Stress akibat perpindahan berhubungan dengan pindah dari lingkungan ke
lingkungan yang lain

Komponen Rencana dan Implementasi

21
Implementasi ditekankan pada tiga faktor yakni: Resonanci, Helicy, dan Integrity
dengan cara mengurangi kecemasan, meningkatkan koping dan bimbingan
antisipasi.

Integrasi:
Memberikan lingkungan yang nyaman bagi klien
membantu  klien untuk memahami bahwa perbedaan tidak dapat dihilangkan
Memodifikasi lingkungan untuk mengurangi perbedaan yang ditemukan
Resonansi:
Memberikan health education tentang kecemasan yang dialaminya

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam
semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan
mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu
keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan
manusia secara langsung.

Menurut Roger dalam teorinya berpendapat bahwa manusia merupakan


individu yang holistik, saling memberikan timbal balik dengan individu yang lain
dan lingkungan disekitarnya. Rogers, memandang keempat konsep dalam
paradigma keperawatan yang terdiri dari manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya.

Perawat harus mempunyai landasan teori keperawatan yang memadai agar


dapat memilih dan menerapkan teori yang tepat dan sesuai dengan kondisi
lingkungan di Instansi pelayanan kesehatan.

3.2 Saran

Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari


setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu
membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu
sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan budaya.Daftar
pustaka

23
DAFTAR PUSTAKA

http://galih-priambodo.blogspot.com/2013/02/teori-keperawatan-martha-
elizabeth-roger_7058.html

ahmaniarjasan.blogspot.com/2017/02/makalah-teori-keperawatan-
roger.html#:~:text=Rogers%20menekankan%20bahwa%20keperawatan
%20adalah,konsep%20pemahaman%20manusia%20%2F%20individu
%20seutuhnya.

Perry & Potter. 2005. Fundamental of Nursing, Concept, Process, and Practice:
Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai