Pembicaraan ini didengar oleh sahabat Rasulullah, Abu Dahda. Kemudian Abu Dahda membeli
semua kebun kurma si munafik. Abu Dahda berkata kepada Rasulullah, “Yaa Rasulullah, aku
beli kebun in dan aku kasih semua untukmu lalu apakah aku bisa mendapatkan satu pohon kurma
yang ada di surga tadi yang engkau janjikan yaa Rasulullah?” (hiks baper)
“Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya. iya kamu dapat pohon kurma di surga. Bahkan tidak satu
pohon, tapi banyak”, jawab Rasulullah.
Semua pohon kurma yang sudah menjadi hak milik Rasulullah ini kemudian diberikan ke semua
tetangga orang munafik yang miskin tadi.
Setelah kejadian ini, turunlah surah Al-Lail
“Rezeki itu bukan tentang apa yang kita punya, tapi rezeki itu apa yang kita nikmati.
Rezeki itu bukan kepemilikan, tapi kenikmatan”
---Waktunya breakdown per ayat--
Di surah Al-Lail ada 3 huruf qosam yaitu wau. Muqsam bih ayat 1 (malam), ayat 2(siang), ayat 3
(penciptaan laki-laki dan perempuan). Muqsam ‘alaih ada di ayat 4. Setiap ayat pasti relate dan
ada alurnya. Anyway surah Al-lail couple dengan surah As-syams.
Di bagian As-syams yang dimention adalah siang dulu baru malam. Tapi di surah Al-lail di flip
yaitu malam dulu baru siang. Sekilas ada perkataan yang hampir sama tapi beda, cek QS. As-
Syams: 4 dan QS Al-Lail:1. Kenapa yaaa?
Back to Surah Al-Lail
AYAT 1
- Wau disini adalah huruf qosam artinya “demi”
- Laili adalah muqsam bih (objek yang digunakan untuk bersumpah). Mengapa tidak Laila
atau lailu? Sebab di depannya ada huruf jarr yaitu wau, oleh karena itu kata selanjutnya
harus jarr juga (majrur) atau kasrah.
Laili sekilas memiliki arti “malam”. Allaah tidak mungkin bersumpah dengan sesuatu
melainkan sesuatu itu adalah mulia dan penuh keberkahan. Di Al-quran ada 6 surah yang
menyebutkan Allaah bersumpah demi malam yaitu Al-Insyiqaq, At Takwir, Al Fajr,As
syams, Al lail, Ad duha. Dengan demikian, malam adalah salah satu waktu yang
powerful.
laili yang dimaksud adalah “awal malam”
Di tafsir imam ats tsa’alabi, waktu-waktu malam dibagi menjadi:
1. Asy Sysafaqo : saat bercampurnya sinar matahari dengan gelapnya malam (senja)
2. Al Ghosyiq : saat bulan telihat dengan jelas
3. Al ‘Atamah : kegelapan, kesuraman, mulai gelap, mulai isya’
4. As sadafah
5. Az Zalaqoh
6. Al Buhroh
7. As Saharoh : waktu sahur
8. Al Fajr : fajar
9. Ash Shobah : subuh
Tapi Allaah ngga melakukan itu, Allaah senantiasa hadirkan cahaya, sinar matahari setiap
pagi. Manusia susah sekali mensyukuri hal-hal yang kita pandanng itu hal biasa, seolah-
seolah kita anggap itu hak kita, misal melihat & mendengar, kita menganggap itu adalah
hak manusia bukan hadiah dari Allaah, sehingga kita susah sekali mensyukurinya.
- Idza
Dalam grammar ada yang disebut huruf syarth (jumlah syarthiyah), dalam Bahasa inggris
conditional sentence. Huruf syarth ada:
1. Idza = untuk menunjukkan sesuatu yang diyakini dan sering terjadi
2. In = sesuatu yang diragukan dan jarang terjadi
Allaah pakai idza karena malam adalah sesuatu yang pasti dan sering terjadi.
Kalau di QS Ibrahim: 7, Allaah pakai in, “la-in syakartum la-aziidannakum”, artinya
manusia itu jarang banget yang namanya bersyukur.
- Yagsya
Secara Bahasa berasa dari kata ghosiya (yang datang lalu menutupi/menyelimuti).
Ghosiya juga ayat tentang kiamat sebab semua akses akan tertutup.
Jika kita lihat pada terjemahan, ada kata (cahaya siang), itu adalah terjemahan tafsir
bukan terjemahan Bahasa. Sehingga secara tata Bahasa, terjemahan ayat 1 akan berbunyi
Menurut segi tata Bahasa, kalimat ayat 1 ini seperti kalimat yang tidak sempurna. “Demi
malam apabila menutupi”, nanti akan timbul pertanyaan “menutupi apa?”
Ayat 1 menggunakan qosam untuk get attention + dari artinya juga membuat penasaran.
Maka saat orang Arab dengar Rasulullah membaca Surah Al-lail, baru baca ayat pertama
saja mereka penasaran, dengan begitu membuat mereka ingin mendengarkan surah ini
sampai akhir. Ibaratnya seperti marketing ada teknik penulisan (copywriting) dan ada
algoritma atau pola-pola tertentu yang membuat pembacanya tertarik menyelesaikan
bacaannya sampai akhir.
Dalam Bahasa Arab ada pelajaran tentang nahwu, shorof, dan balaghah. Nah kalau
seseorang sudah belajar sampai tingkat balaghah, biasanya memahami Al-quran sudah
pakai hati. Di balaghah ada 2 istilah yaitu isnad khobariyah dan isnad insya’iyah.
Mudahnya isnad khobariyah adalah kalimat yang kita bisa tau itu benar atau salah,
misalnya Alhamdulillah = segala puji bagi Allaah (Benar) maka masuk ke dalam isnad
khobariyah. Tapi Alhamdulillah juga bisa termasuk dalam isnad insya’iyah, misalnya
pada percakapan berikut.
“Selamat ya lamaran kamu diterima”
“Alhamdulillaah” (ini kan lebih nyes di hati daripada otak, maka masuk isnad insya’iyah)
Sebab bukan sebagai informasi benar atau salah tapi kalimat ekspresi.
Nah ayat al-quran juga demikian, ada yang bikin kita mikir banget, ada yang bikin kita
tersentuh banget.
Jadi para penerjemah tafsir menerjemahkan ayat 1 menjadi “Demi malam apabila
menutupi (cahaya siang)” dari surah As-syams (istilahnya munasabah). Sebenarnya
Allaah ngga mention cahaya siang secara langsung. Kalau Allaah ngga mention sesuatu
secara khusus, maka kalimat itu menjadi general (umum), jadi bisa banget malam
menutupi apa saja yang ada di bumi.
AYAT 2
- Tajalli
Di film ayat-ayat cinta 1 saat fahri dan aisyah nazhor, fahri terpesona seperti melihat
berlian saat cadar aisyah di buka. Nah itu yang namanya tajalli, seperti tabir yang terbuka
lalu ada kemilau indah seperti berlian.
Jadi ayat 2 ini: “demi siang apabila terang benderang, kilau kemilau, menyingkap
gelapnya malam.”
Alhamdulillaah kita di takdirkan hidup di daerah katulistiwa yang seharusnya pembagian
lama waktu siang dan malam sama. Tapi kalau kita perhatikan cahaya matahari lebig
banyak kita rasakan daripada langit malam. Jam setengah 5 fajar – jam setengah 6 senja.
Al-lail ditafsirkan oleh beberapa ulama sebagai kegelapan, kedhaliman orang-orang kafir,
dan Nahar (siang hari) ditafsirkan sebagai al-quran, petunjuk, cahaya yang akan
menghapus kegelapan.
“Hidup orang tanpa Al-quran itu seperti malam yang menutupi kesemuanya”
AYAT 3
- Maa
Punya 2 opsi: ma mawsul (kata sambung: yang) atau ma masdariyah
Kalau ma mawsul yang di highlight itu penciptanya (Allah), betapa Allaah yang
menciptakan laki-laki dan perempuan. Kalau ma masdariyah fungsinya sesuatu yang
semestinya dianggap kata benda tapi kita tulis sebagai kata kerja (misal: ciptaan menjadi
mencipta). Jadi ma masdariyah fokus ke penciptaannya, betapa menakjubkannya ciptaan
Allaah.
Allaah ngga mention rijal dan nisa’ (pria dan wanita) tetapi dzakara dan untsa (laki-laki
dan perempuan). Jadi tidak berbicara manusia saja tapi juga hewan, tumbahan, dan segala
yang berpasangan.
- Dzakara (laki-laki)
Asal kata dari dzikir artinya mengingat, menjaga sesuatu yang pernah ada, menghadirkan
sesuatu ke dalam hati juga lisan. Buat laki-laki, kamu itu seharusnya punya sifat dzikir,
lelaki itu seharusnya dialah yang selalu mengingatkan, menjaga sesuatu yang pernah
dimiliki, menjaga janji, menjaga rasa di dalam hati.
- Untsa (perempuan)
Orang Arab menyandarkan sesuatu yang lemah itu dengan perempuan. Ada ungkapan
penyair Arab juga mengatakan “misal DIA dihukumi sebagai seorang laki-laki, tapi kalau
laki-laki itu gendut, maka dia dianggap perempuan”. Jadi secara ngga langsung orang
Arab dahulu mengungkapkan bahwa perempuan itu gendut. Tapi terkadang orang Arab
menggunakan ungkapan ini untuk hewan bukan manusia.
Cek Ulang
Ayat 1 : malam ada BULAN (bulan gendernya laki-laki – mudzakkar)
Ayat 2 : siang ada MATAHARI (gendernya perempuan – muannats)
Ayat 3 : ada LAKI-LAKI dan PEREMPUAN
Teruntuk para laki-laki belajarlah dari bulan, ada waktu dimana bulan itu tidak mendapatkan
cahaya matahari sebabia terhalang dari bumi. Namun apa yang dilakukan oleh bulan? Ia lebih
memilih tenggelam dalam kegelapan daripada menerima cahaya dari selain matahari. Istilahnya
bulan itu mengajarkan kesetiaan.
AYAT 4
Ayat 4 adalah jawabul qosam/muqsam ‘alaih. Jadi ayat 4 adalah punchlinenya dan ayat 1-3
seperti intro.
- Inna (sesungguhnya)
- Sa’yakum
Dari kata sa’i (usaha yang sungguh-sungguh seperti usaha Siti Hajar saat mencari air
untuk Ismail yang kemudian untuk mengingatnya dimasukkan ke dalam rundown ibadah
haji. Setiap manusia di dunia pasti punya usaha baik orang yang berusaha taat ataupun
orang yang berusaha maksiat. Setiap usaha manusia itu beraneka ragam (Lasyatta).
Beraneka ragam/berbeda-beda dalam Bahasa araba bisa Syatta atau mukhtalif, bedanya
adalah:
*mukhtalif adalah perbedaan yang tidak bisa disatukan (minyak dan air)
*syatta adalah sesuatu yang awalnya bersatu kemudian pecah dan akhirnya jadi berbeda
(misal piring pecah, pecahannya beda-beda kan)
Rangkaian ayat 1 – 4
Ayat ke 4 Allah jelasin usaha manusia yang bermacam-macam, tapi dari sekian banyak usaha
manusia itu bisa dikelompokkan menjadi amal baik dan buruk. Amal yang nuruk itu seperti ayat
1 (malam yang menyelimuti) dan amal yang baik seperti ayat 2 (seperti cahaya matahari yang
penuh manfaat). Sebagaimana laki-laki dan perempuan mereka bisa menghasilkan keturunan
yang baik atau yang buruk.
Allah jelasin usaha kita beda, pekerjaan, imu, keahlian, bidang berbeda, manusia unik gak ada
yang sama. Tapi kita harus ingat perbedaan itu berasal dari lasyatta, sesuatu hal yang sama,
perbedaan yang bisa disatukan. Akhir-akhir ini di negeri kita seolah-olah perbedaan kita semakin
tajam. Orang sering melihat dari sudut pandang perbedaan daripada sudut pandang kesamaan.
Jadi selalu ingatlah lasyatta bahwa kita berasal dari diri yang satu.
“Jadikan perbedaan sebagai sebuah harmoni dan jangan jadikan perbedaan sebagai sebuah
alasan untuk berpisah dan bercerai berai”