Anda di halaman 1dari 16

--------------------------------------------------------------------

📝 Transkrip Audio Durus Bina


📝 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin
📝 Dars 1 Pendahuluan

--------------------------------------------------------------------

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Alhamdulillah washsholaatu wa salaamu 'alaa


rosuulillaah 'amma ba'du.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah ‫سبحانه وتعالى‬yang


senantiasa memberikan nikmat dan karunianya
sehingga kita masih dapat terus belajar dan belajar
dalam rangka memperdalam ilmu agama.

Pada pelajaran yang pertama ini in syaa' Allah kita akan


membahas tentang pengantar ilmu nahwu dimana kita
akan mengetahui apa itu ilmu nahwu dan mempelajari
di dalam ilmu nahwu.

Para peserta program BISA yang dirahmati Allah ,‫سبحانه وتعالى‬


ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu yang penting
dalam mempelajari bahasa arab karena dengan ilmu ini
kita dapat mengetahui bagaimana cara menyusun
kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa arab yang
baku. Dengan ilmu nahwu ini kita bisa menyusun
kalimat dengan benar.

Apabila sebelumnya pada ilmu sharaf kita telah belajar


bagaimana cara merubah suatu kata dari satu bentuk
ke bentuk yang lain, maka pada ilmu nahwu ini kita
akan mempelajari bagaimana cara menyusun kata-kata
menjadi sebuah kalimat yang sempurna, baik sempurna
susunannya atau sempurna maknanya. Karena bahasa
arab memiliki struktur kalimat yang agak berbeda
dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu penting bagi
kita, apabila kita ingin memahami kalimat-kalimat
bahasa arab, apabila kita ingin memahami ayat-ayat
Alqur'an, hadits-hadits Rasul dan kitab para ulama,
maka kita harus terlebih dahulu memahami ilmu
nahwu ini.

Untuk memudahkan gambaran apa yang dipelajari


pada ilmu nahwu maka kita bisa memperhatikan
adanya perbedaan harokat di dalam Alqur'an.

Pernahkah kita berfikir, kenapa kata atau lafazh Allah


‫سبحانه وتعالى‬Jalla Jalaaluh di dalam Alqur'an memiliki harokat

yang berbeda-beda? Terkadang lafazh Allah berharokat


dhommah, kemudian terkadang kasroh dan terkadang
juga fathah.

Misalkan dalam lafazh basmalah

‫بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَﻦِ الرَّحِيم‬

(bismillaahir rahmaanir rahiim)


Di situ lafazh Allah kita baca dengan kasroh.

Kemudian pada ayat kursi (Albaqoroh 255)

... ۚ ُ‫اللّٰـهُ لَﺂ ﺇِلٰهَ ﺇِلَّا ﻫُﻮَ الْحَىُّ الْﻘَيُّﻮم‬


Kita membaca Allaaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul
qoyyuum, lafazh Allah (Allaahu laa), kita baca dengan
harokat dhommah.

Kemudian di kesempatan lain, masih di surat


Albaqoroh, kita membaca

َ‫ﺇِﻥَّ اللَّهَ ﻣَﻊَ الﺼَّابِرِﻳﻦ‬

innalaaha ma'ash shoobiriin (Albaqoroh 155), lafazh


Alah di kalimat ini kita baca dengan harokat fathah.

Kemudian contoh lain misal lafazh alhamdu, terkadang


kita menemukan lafazh alhamdu ini berharokat
dhommah, kadang dia fathah dan kadang kasroh,
contohnya dalam Alfatihah, kita membacanya

‫ﭐلۡحَمۡﺪُ لِلَّهِ رَﺏِّ ﭐلۡعَ ٰـلَمِيﻦ‬

alhamdulillaahi robbil 'aalamiin, alhamdu dengan


dhommah.
Kemudian di kesempatan lain bila kita sering
mendengar khutbatul haajjah bagi para penceramah
atau khatib, itu memulai khutbahnya dengan

ِ‫ﺇِﻥَّ الْحَمْﺪَ لِلَّه‬

innal hamda lillaah, kata alhamda di sini berharokat


fathah.

Kemudian dalam kesempatan lain kita juga


menemukannya berharokat kasroh seperti dalam kitab
matan Albayquni, disitu dikatakan

‫أ َ ْبﺪَأ ُ بِ ْال َح ْم ِﺪ‬

abdau bilhamdi (saya memulai dengan memuji Allah),


abdau bilhamdi itu berharokat kasroh.

Apakah perbedaan harokat ini tidak memiliki aturan


baku? Artinya kita bisa secara bebas memberi harokat
dhommah, fathah, kasroh. Atau adakah kaidah yang
mengatur perubahan harokat ini?
Jawabannya na'am, kaidah pemberian harokat ini
dibahas di ilmu nahwu. Karena di dalam bahasa arab,
perbedaan harokat akan membawa pada perbedaan
makna yang sangat signifikan, artinya bisa jadi pelaku
menjadi korban dan korban menjadi pelaku. Contohnya
misalkan contoh kalimat "dhoroba zaydun bakron"

‫ﺏ زَ ْﻳﺪٌ بَ ْك ًرا‬
َ ‫ض َر‬
َ

Kalau kalimatnya seperti ini maka maknanya adalah


"Zaid telah memukul Bakr".

Akan tetapi kalau kalimatnya

‫ﺏ بَ ْك ٌر زَ ْﻳﺪًا‬
َ ‫ض َر‬
َ

dhoroba bakrun zaydan (kita balik, tadi dhoroba zaydun


bakron), maka maknanya adalah "Bakr telah memukul
Zaid".

Ini contoh penggunaan harokat dalam bahasa arab


dimana harokat ini menjadi penting karena dia menjadi
tanda bagi suatu kedudukan dalam bahasa arab,
artinya ada harokat-harokat tertentu yang memang
dikhusukan untuk pelaku dan ada harokat-harokat
tertentu yang memang dikhusukan untuk korban atau
objek.

Ini contoh penggunaan ilmu nahwu. Artinya di dalam


ilmu nahwu kita akan membahas bagaimana cara
memberi harokat yang benar dalam bahasa arab.
Karena memang ilmu nahwu ini, seperti yang sudah
saya jelaskan tadi, mempelajari cara bagaimana kita
menyusun kalimat yang benar sesuai kaidah bahasa
arab. Jadi kita mempelajari bagaimana cara menyusun
kalimat yang benar dalam bahasa arab.

Setidaknya ada 2 hal yang dipelajari dalam ilmu nahwu


;
1. Bagaimana kita menyusun kata-kata dalam kalimat
tersebut, artinya mana yang lebih didahulukan antara
kata kerja dengan subjek, kata kerja dengan pelaku,
kemudian antara objek atau antara korban dengan
pelaku, ini dipelajari di ilmu nahwu.
--> kita mempelajari letak suatu kata dalam suatu
kalimat

2. Kondisi akhir dari setiap kata.


Jadi dalam ilmu nahwu kita juga mempelajari
bagaimana kondisi terakhir dari suatu kata yang ada
dalam suatu kalimat, apakah dia dibaca dhommah
seperti tadi Zaydun, ataukah fathah Zaydan atau
Zaydin.

Ini 2 hal yang dibahas dalam ilmu nahwu.

Saya ulangi,
Hal pertama yang dibahas dalam ilmu nahwu adalah
bagaimana kita menyusun kata dalam suatu kalimat,
mana yang lebih didahulukan antara kata kerja dengan
subjek ataukah subjek didahulukan daripada kata kerja.
Kemudian mana yang didahulukan antara subjek
dengan objek (antara pelaku denga korban). Ini
dipelajari dalam ilmu nahwu.
Kemudian yang kedua, kita juga mempelajari kondisi
atau keadaan akhir dari setiap kata yang ada di dalam
kalimat, apakah dia dibaca dhommah, kasroh, fathah
atau sukun.

Jadi ini 2 hal yang kita pelajari dalam ilmu nahwu


karena dalam membentuk kalimat bahasa arab ada
kaidah-kaidah yang harus kita perhatikan. Dan in syaa'
Allah ketika kita telah menghafal kaidah-kaidah ini dan
kita telah memahami kaidah-kaidah ini kita akan
mudah dalam membuat kalimat bahasa arab.

Ini cakupan ilmu nahwu, yaitu kita bisa mengetahui


bagaimana cara menyusun kalimat yang benar dalam
bahasa arab, dan ini cukup untuk pemula. Artinya
dengan hanya mempelajari ilmu nahwu dan ilmu
sharaf, in syaa' Allah ini cukup untuk kita dalam
memahami ayat-ayat Alqur'an kemudian dalam
memahami hadits-hadits Rasulullah ‫صلّى هللا عليه و سلّم‬dan juga
memahami kitab-kitab para ulama.
Akan tetapi apabila kita merasa tidak puas dengan ilmu
bahasa yang tidak hanya mempelajari yang benar saja
tetapi ingin juga mempelajari keindahan sastra arab
maka kita bisa mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya.
Artinya kalau kita tidak cukup dengan hanya sesuai
dengan kaidah saja tapi kita ingin mempelajari
keindahan bahasa arab, sebagaimana yang tercermin
dalam Alqur'an, banyak bahasa-bahasa yang tidak bisa
dijelaskan dengan ilmu nahwu karena cakupan ilmu
nahwu hanya sebatas mempelajari kaidah penyusunan
kalimat sesuai dengan kaidah bahasa arab yang formal
atau yang baku. Akan tetapi apabila kita ingin
mempelajari nilai sastranya kemudian keindahan
bahasanya, baik dari sisi susunannya, pemilihan
katanya dan kemudian dari sisi maknanya, maka
banyak ilmu lain yang bisa kita pelajari di antaranya ;
# ilmu balaghoh (yakni ilmu tentang keindahan
bahasa), kemudian,
# ilmu ma'ani (yakni ilmu tentang bagaimana kita
memahami teks sesuai dengan konteks) dan,
# ilmu arudh (yaitu ilmu tentang kaidah-kaidah syair
bahasa arab).
Diluar 3 cabang ilmu bahasa ini sebetulnya masih
banyak sekali cabang-cabang ilmu bahasa yang bisa kita
pelajari. Akan tetapi bagi para pemula dengan hanya
mencukupkan ilmu nahwu dan ilmu sharaf, ini in syaa'
Allah cukup untuk sekedar memahami makna yang
terkandung dalam Alqur'an atau dalam hadits
Rasulullah ‫صلّى هللا عليه و سلّم‬atau dalam kitab para ulama.

Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita


bersemangat dalam mempelajari ilmu nahwu ini karena
bagaimana kita bisa memahami Alqur'an apabila kita
tidak memahami bahasanya. Bagaimana kita bisa
menyelami lautan hikmah dalam hadits-hadits
Rasulullah ‫صلّى هللا عليه و سلّم‬apabila kita tidak memahami
bahasanya.

Apalagi Allah ‫سبحانه وتعالى‬ berfirman di dalam surat Yusuf ayat


2

َ‫ﺇِنَّا أَنْﺰَلْﻨَاﻩُ ﻗُرْﺁنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْﻘِلُﻮﻥ‬


"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya berupa
Alqur'an dengan bahasa arab agar kamu
memahaminya".

Ini merupakan isyarat dari Allah bahwasanya


‫سبحانه وتعالى‬

bahasa arab ini mudah.

Kemudian Allah ‫سبحانه وتعالى‬juga berfirman "bilisaanin


'arobiyyin mubin"
ٍ‫بِلِسَاﻥٍ عَرَبِﻲٍّ ﻣُبِيﻦ‬

"Dengan bahasa Arab yang jelas". (Asysyuaro 195)


ٌ
Dan memang apabila nanti kita pelajari ilmu nahwu ini
kita akan mengetahui bahwasanya bahasa arab ini
merupakan bahasa yang sangat baik, artinya sangat
menutup celah-celah ambiguitas, sangat menutup
celah-celah kalimat yang tidak bisa dipahami atau
kalimat yang memiliki beberapa makna yang berbeda
karena memang salah satu kelebihan bahasa arab
memiliki kekayaan kosakata artinya setiap kata itu
mengandung makna yang spesifik bahkan untuk 1 hal
yang sama. Seperti misalkan nama-nama binatang
banyak yang dibedakan antara yang jantan dengan
yang betina, maka tidak hanya itu, terkadang juga
dibedakan kalau usianya 1 tahun namanya apa, yang 2
tahun namanya apa.

Jadi ini salah satu kelebihan bahasa arab, merupakan


bahasa yang sangat jelas yang betul-betul menutup
kemungkinan kita dalam salah memahami teks, karena
memang bahasanya memiliki kekayaan kosakata yang
sangat tinggi. Itu memang salah satu kelebihan bahasa
arab dibanding dengan bahasa yang lainnya, apalagi
bahasa indonesia.

Jadi Allah ‫سبحانه وتعالى‬telah menjelaskan bahwasanya bahasa


arab ini adalah "bilisaanin 'arabiyyin mubiin" (dengan
bahasa arab yang jelas).

Kemudian Allah juga berfirman :


‫سبحانه وتعالى‬

‫ﻗُرْﺁنًا عَرَبِيًّا ﻏَيْرَ ﺫِﻱ عِﻮَﺝٍ لَعَلَّﻬُمْ ﻳَﺘَّﻘُﻮﻥ‬


"Alqur'an dalam bahasa arab yang tidak ada
kebengkokan di dalamnya supaya mereka bertakwa".
(AzZumaar 28)

Ini merupakan jaminan dari Allah ‫سبحانه وتعالى‬bahwasanya


Alqur'an yang dalam bahasa arab ini tidak ada
kesalahan atau kekeliruan di dalamnya.

Kemudian banyak sekali motivasi-motivasi yang


diberikan oleh para ulama sejak zaman Nabi hingga
sekarang, yang mana mereka mendorong kita untuk
terus mempelajari bahasa arab. Seperti apa yang
dikatakan 'Umar bin Khattab ,‫رضﻲ ّّللا عﻨه‬beliau berkata :

‫تَعَلَّمُﻮا اْلعَرَبِيَّةَ ﻓَﺈِنَّﻬاَ ﻣِﻦْ ﺩِﻳْﻨِكُم‬

"Pelajarilah bahasa arab karena bahasa arab adalah


bagian dari agama kalian".

Kemudian Imam Asy syafi'i juga berkata :

‫َﻣ ْﻦ ت َبَح ََّر ﻓِﻲ الﻨَّحْ ِﻮى ال ْﻬﺘَﺪَى اِ َلى ُك ِّل ْالعُلُ ْﻮ ِم‬
"Orang-orang yang memahami ilmu nahwu maka dia
akan dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu
Islam".

Karena memang ilmu bahasa arab merupakan kunci,


kunci yang dengannya kita bisa membuka gudang
perbendaharaan ilmu islam. Atau ilmu nahwu ini
bagaikan bahtera yang bisa kita gunakan dalam rangka
mengarungi luasnya samudera ilmu islam.

Oleh karena itu, marilah kita berdo'a kepada Allah ‫سبحانه‬


‫وتعالى‬agar kita dimudahkan dalam mempelajari bahasa

arab agar kita bisa memahami agama kita ini, agar kita
bisa memahami agama islam dengan baik.

Baik, barangkali ini yang bisa saya sampaikan pada


pembahasan yang pertama ini atau pengantar ini.
Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat pada kita
semua, khususnya ana pribadi.

َ‫سُبْحَانَﻚَ اللَّﻬُمَّ وَبِحَمْﺪِﻙَ أَﺷْﻬَﺪُ أَﻥْ ﻻَ ﺇِلَهَ ﺇِﻻَّ أَنْﺖَ أَسْﺘَﻐْﻔِرُﻙَ وَأَتُﻮﺏُ ﺇِلَيْﻚ‬
(Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa
ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa atuubu ilaik)

Anda mungkin juga menyukai