Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

( PIPETASI DAN QUALITY CONTROL )

Disusun Oleh

Firda Fitriani (11161027)

Fitri Wulansari (11161028)

M. Yoga Ginanjar (11161037)

Nadhifah A.N (11161042)

Riska Julianti (11161047)

Rosi Helen (11161049)

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

TAHUN 2019/2020

A. ORGANISASI KERJA
Manager : Nadhifah A.N (11161042)

Bagian Persiapan : Riska Julianti (11161047)

Bagian Perbekalan : Fitri Wulansari (11161028)

Bagian Pelaksana Kerja : Firda Fitriani (11161027)

M. Yoga Ginanjar (11161037)

Rosi Helen (11161049)

B. TUJUAN
1. Dapat mengetahui cara menggunakan pipet yang baik dan benar
2. Dapat membandingkan yang lebih akurat antara menggunakan mikro pipet dan pipet ukur
3. Dapat menentukan konsentrasi dengan menggunakan spektrofotometri
4. Dapat menentukan nilai SD dan membandingkan antara menggunakan mikro pipet dengan
pipet ukur.

C. PRINSIP

Berdasarkan keakuratan antara mikro pipet dan pipet ukur dengan menentukan konsentrasi
dari setiap sampel dengan pengukuran menggunakan Spektrofotometri UV-Vis berdasarkan pada
hukum lambert beer, yang menyatakan bahwa besaran serapan sebanding dengan konsentrasi
dari larutan uji yang kemudian ditentukan nilai SD dan membandingkannya.

D. TEORI DASAR
Pipet adalah alat yang digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan/cairan dalam jumlah
tertentu dari suatu wadah/tempat ke wadah lain. Pipet yang banyak digunakan di Laboratorium
klinik adalah mikropipet yang dikenal dengan nama Clinipet (pipet piston)

Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu wadah
(biasanya beaker glass) kedalam tabung reaksi untuk pengenceran atau penetapan kadar,
biasanya bersama – sama dengan pengisi pipet ( pipette fillers ). Ada dua jenis pipet utama,
yaitu pipet gelas dan pipet piston. (Cairins, 2009).
1. Pipet Gelas / Pipet Volume

( Gambar 1 : Pipet Volume )

Pipet volume atau pipet gondok adalah salah satu alat ukur kuantitatif dengan tingkat
ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang panjang ramping pada petunjuk volume
dan hanya ada satu ukuran volume. Pipet volume  biasanya digunakan untuk meimndahkan
larutan baku primer atau sample pada  proses titrasi (Gholib, 2007).Pemindahan cairan dapat
dilakukan secara manual dengan disedot menggunakan piller. Cara pemakaian menggunakan
piller:
1. Pasangkan piller pada ujung pipet volume, keluarkan udara pada piller sampai dengan
menekan katup piller bagian atas.
2. Masukkan piper volume ke dalam wadah berisi cairan sampai ujung pipet tercelup sedot
cairan sampai melebihi batas ukur dengan menekan katup piller bagian tengah (antara
piller dan pipet).
3. Lap bagian luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah adanya cairan yang nempel di
dinding luar ikut turun pada saat proses pemindahan.
4. Turunkan cairan sampai miniskus tepat pada batas ukur, dengan menekan katup piller
bagian samping.
5. Pindahkan cairan pada wadah lain dengan menekan katup samping piller dan atur posisi
pipet volume tegak lurus dan ujung pipet ditempelkan pada wadah, proses ini untuk
mencegah cairan keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang nempel pada
dinding dalam pipet dan tidak ikut keluar (Hamdani, 2013)
2. Pipet Piston / Mikropipet

( Gambar 2 : Mikropipet )

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya
kurng dari 1000 mikroliter. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet
yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara mikropipet sampai
20 miropipet, atau yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed
volume pipette 1mL) misalnya mikropipet 5 mikroliter (Gholib, 2007). Dalam penggunaannya,
mikropipet memerlukan tip. Cara penggunaan pipet piston adalah sebagai berikut :

1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan


lancarnya mikropipet
2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke dalam
lagi.
4. Masukkan tip ke dalam cairan.
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka
cairan akan masuk ke tip.
6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal
mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
3. Pipet ukur (measuring pipette)
( Gambar 3 : Pipet Ukur )
Untuk memindahkan larutan dengan berbagai ukuran dengan menggunakan bantuan alat
hisap (1-50 ml).

Spektrofotometer UV-Vis Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup
untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spectra ultraviolet dan spectra tampak
dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energy yang paling rendah disebut dengan
keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler
dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi eksitasi (Gholib, 2007).

Standar Deviasi Untuk mengukur resiko dari usul investasi digunakan standar deviasi, nilai
bobot, dan koefesien variasi semakin tinggi tingkat resiko investasi. Dalam memilih investasi
diambil tingkat koefesien variasi yang rendah atau tingkat resiko investasi yang rendah walaupun
metode nilai sekarang masih menunjukkan tingkat positif yang tinggi (Nafarin, 2007). Akurasi
pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif. Akurasi didefinisikan sebagai
beda atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai sebenarnya.
Dalam eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan suatu nilai
standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan
dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat diekspresikan dalam  bentuk plus-
minus atau presentasi dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik. Semua alat
ukur dapat diklasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang berbeda-beda, tergantung pada
akurasinya. Sedang akurasi dari sebuah sistem tergantung pada akurasi Individual elemen
pengindra primer, elemen skunder dan alat manipulasi yang lain
E. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT

No. Nama Alat Jumlah


1. Spektrofotometer 1 buah
2. Pipet Piston (Clinipette)
- 100 l 1 buah
- 200 l 1 buah

- 300 l 1 buah

3. Pipet Gelas
- 100 l 1 buah
- 200 l 1 buah

- 300 l 1 buah

4. Alat-Alat Gelas lain


- Labu Ukur 100ml 1 buah
- Beaker Gelas 2 buah
- Tabung Reaksi 20 buah
- Batang Pengaduk 1 buah
5. Rak tabung Reaksi 2 buah

2. BAHAN

No. Nama Bahan Jumlah


1. KMnO4 50 mg
2. Aquadest qs

F. PROSEDUR

A. Prosedur Pipetasi
1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan
lancarnya mikropipet.
2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke
dalam lagi.
4.  Masukkan tip ke dalam cairan yang akan dipipet.
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob
maka cairan akan masuk ke tip.
6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal
mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip

Cat: Tehnik pemipetan dan ketelitian sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan
didapat. Untuk pemipetan sample yang sangat kecil (< 50 u ) maka sisa sample yang
menempel sedikit saja, akan sangat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan.

B. Pipetasi dan QC
1. Buat larutan KMnO4 kadar 50 ppm dengan menimbang 0.005 gram KMnO4
dilarutkan dengan 100 ml aquadest = > sebagai larutan baku. Ukur Absorban nya
pada panjang gelombang (λ) 546.
2. Dari Larutan Baku, buat larutan KMnO4 kadar 30 ppm dengan mengencerkan 600
u larutan Baku ditambah 400 u aquadest. ( Kel. 1 )
3. Dari Larutan Baku, buat larutan KMnO4 kadar 25 ppm dengan mengencerkan 500
u larutan Baku ditambah 500 u aquadest. ( Kel. 2 )
4. Dari Larutan Baku, buat larutan KMnO4 kadar 20 ppm dengan mengencerkan 400
u larutan Baku ditambah 600 u aquadest. ( Kel. 3 )
5. Buatkan pula larutan KMnO4 kadar 10 ppm dengan mengencerkan 200 u larutan
Baku ditambah 800 u aquadest. ( Kel. 4)
6. Buat masing masing 10 tabung untuk setiap larutan yang diencerkan.
7. Ukur masing masing larutan dan catat Absorban nya.
8. Hitung masing masing larutan dengan menggunakan Larutan Baku sebagai
standard.
9. Hitung mean ( nilai rata rata ) dari setiap konsentrasi dengan rumus X = Σx / n
Keterangan : X = nilai rata rata
Σ = jumlah
X = nilai tiap pengamatan
N = Jumlah pengamatan

10. Hitung SD ( Standard Deviasi )/ penyimpangan dari tiap pengukuran dengan rumus
SD= Akar Σ (X -x )2
n–1
11. Hitung KV ( Koefisien Variasi ) dari tiap pemgukuran dengan rumus
KV = SD.100
X

12. Dari data yang diperoleh dibuat grafik pemantapan ketelitian dengan
ditentukannya batas peringatan (x + 2SD) dan batas kontrolnya (x + 3SD).
G. DATA PENGAMATAN
a. Larutan Baku KMnO4 50 ppm Sebanyak 100 ml
50 ppm = 50 mg per 1000 ml =5 mg per 100 ml

b. Pengenceran menjadi 30 ppm sebanyak 1 ml


V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 50 ppm = 1000 ɥl x 30 ppm
1000 ɥl x 30 ppm
V1 =
50 ppm
V1 = 600 ɥl

c. Perhitungan Hasil Perlakuan Pipetasi


Absorbansi standar 50 ppm = 0,1525
|spl|
C= x C std
|std|

Grafik Westgard
H. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pengujian sampel dengan membandingkan
ketelitian penggunaan pipet piston (clinipette) dan pipet gelas (pipet volume) dan
melakukan pengukuran konsentrasi sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian mana yang lebih baik
antara pipet piston dan pipet gelas, mana yang akan berpengaruh pada pengukuran
spektrofotometer pada saat pengukuran konsentrasi sampel.
Sampel yang digunakan adalah KMnO4. Alasan menggunakan sampel kalium
permanganat (KMnO4) karena sampel tersebut memiliki serapan maksimum pada
panjang gelombang 546 nm, sehingga mudah dalam memperoleh hasil pengukurannya.
Salah satu hal yang penting di ingat untuk menganalisis secara spektrofotometri UV-VIS
diperlukan panjang gelombang maksimal. Alasan panjang gelombang harus maksimal,
yaitu :
1. Pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap
konsentrasi adalah yang paling besar.
2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada
kondisi tersebut hokum Lambert beer akan terpenuhi.
Tahap awal dari praktikum ini adalah pembuatan larutan KMNO4 dengan
konsentrasi 50 ppm. Pembuatan larutan kalium permanganat ini dengan cara melarutkan
0,005 gram kalium permanganat dalam 100 ml aquadest. Selanjutnya larutan kalium
permanganat tersebut diencerkan dengan konsentrasi 30 ppm, 25 ppm, 20 ppm, dan 10
ppm. Proses pengenceran dimasukkan langsung ke dalam kuvet dengan menggunakan
pipet piston dan pipet gelas. Penggunaan pipet pada tahap pengenceran ini yang akan
menjadi parameter perbandingan keteliatian kedua alat tersebut. Kuvet yang berisi hasil
pengenceran sampel (kalium permanganat) diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 546 nm. Saat pengukuran pastikan
panjang gelombangnya 546 nm, karena panjang gelombang tersebut merupakan panjang
gelombang maksimum untuk kalium permanganat. Kemudian dicatat absorbansi yang
diperoleh. Percobaan ini dilakukan tiga kali (triplo).

Dari hasil pengujian yang di lakukan dengan menggunakan pipet gelas di


dapatkan hasil rata-rata absorbansi dari larutan KMnO4 dengan konsentrasi 30 ppm
adalah 0,64 (larutan standar), 0,458 (mikropipet) dan 0,295 (pipet gelas). Kemudian
dihitung nilai Konsentrasi, X-bar, Standar deviasi, dan Koefisien variasi.
Pembuatan pengenceran KMNO4 pada konsentrasi 30 ppm dilakukan dengan
menggunakan pipet ukur dan pipet piston, lalu dibandingkan hasil pengukurannya. Hasil
perhitungan larutan sampel serta standar deviasi dari penggunaan pipet ukur saat
pengenceran 30 ppm menghasilkan standar deviasi sebesar 97,78 sedangkan hasil
perhitungan larutan sampel serta standar deviasi dari penggunaan pipet piston saat
pengenceran 30 ppm menghasilkan standar deviasi sebesar 18,43.
Sesuai dengan teori, tingkat keakuratan dari pipet ukur lebih rendah dari pipet piston,
lebih akurat pipet piston. Hal ini ditunjukkan dengan hasil standar deviasi pipet piston lebih kecil
dibanding standar deviasi pipet ukur. Dan dari nilai absorbansi yang didapatkan pada praktikum
kali ini menghasilkan nilai koefisien variasi untuk pipet piston sebesar 64,69 sedangkan nilai
koefisien yang dihasilkan oleh pipet ukur sebesar 29,72.
Hasil praktikum yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat
ketelitian pada pipet volume jauh lebih baik dibandingkan pada penggunaan pipet piston,
karena volume larutan yang akan diambil dapat kita tentukan terlebih dahulu pada alat
pengatur volume yang berada didalam pipet piston oleh karena itu volume yang diambil
akan menghasilkan hasil volume yang lebih teliti dan benar dari hasil praktikum ini.
Dengan kata lain penggunaan pipetpiston lebih akurat dibandingkan dengan pipet
volume.

I. KESIMPULAN
1. Pipetasi menggunakan mikropipet secara triplo *Masih Baik*
2. Penentuan konsentrasi sampel menggunakan spektrofotometer menggunakan baku
standar
3. Mikro pipet lebih baik karena ketelitian ini lebih besar maka penyimpangan atau
kesalahannya akan lebih kecil,dengan didapatkan nilai SD dan KV mikropipet yang lebih
rendah (18,43 dan 29,72) dari pipet ukur (97,78 dan 64,69).

J. DAFTAR PUSTAKA

1. Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
2. Gholib, I. dan R. Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
3. Nafarin, M. 2007. Penganggaran perusahaan. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat.
Jakar

Anda mungkin juga menyukai