Anda di halaman 1dari 1

Penaklukan Konstantinopel

Konstantinopel merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur (Byzantium) yang terletak di
semenanjung Bosporus. Antara Balkan dan Anatolia, serta menghubungkan Laut Hitam dan Laut
Mediterania. Kota ini juga menghubungkan benua Asia dan Eropa. Letaknya yang sangat
strategis menyebabkan bangsa-bangsa di sekitarnya tertarik untuk menguasainya, termasuk
kaum muslimin. Adapun selain alasan tersebut, kaum Muslimin juga termotivasi untuk
mewujudkan janji Nabi Muhammad SAW tentang penaklukan Konstantinopel. Usaha
penaklukan telah dimulai sejak zaman Khalifah Utsman bin Affan hingga ke Raja-Raja Bani
Umayyah dan Abassiyah, tetapi baru berhasil ditaklukan pada masa Sultan Muhammad Al Fatih
II.

Hari Jumat, 6 April 1453M, Muhammad II atau disebut juga Mehmed bersama gurunya,
syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha
merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan
berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam buatan Urban –teknologi baru pada saat itu–
Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus menyerahkan penguasaan kota secara damai
atau perang. Constantine Paleologus menjawab dengan memilih untuk tetap mempertahankan
kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.

Kota dengan benteng 10m-an tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun
dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat melalui pasukan altileri harus membobol benteng
dua lapis, dari arah selatan laut Marmara pasukan laut harus berhadapan dengan pelaut Genoa
pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn
yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh
membuat celah pasukan Constantine mampu mempertahankan celah tersebut dan dengan
cepat menumpuk kembali hingga tertutup. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan
di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya
sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam semalam. Salah satu pertahanan yang
agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya
dilakukan, yaitu memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang,
hanya dalam semalam tujuh puluh kapal bisa memasuki wilayah selat Golden Horn.

29 Mei, setelah sehari istirahat perang Muhammad II kembali menyerang total dengan
membabi buta, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan. Giustiniani sudah menyarankan
Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di
peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama
pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota
dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak
melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.

564 tahun telah berlalu sejak penaklukan Konstantinopel oleh Turki Utsmani, kini kota yang
dulu dikenal sebagai Konstantinopel itu telah berubah nama menjadi Istanbul dan menjadi kota
Terbesar di Negara Turki Modern, dan bahkan sempat menjadi Ibukota di masa Kesultanan
Utsmaniyah dahulu.

Anda mungkin juga menyukai