Anda di halaman 1dari 2

1.

Brazil was seen as one on the world’s fastest-growing developing economies in the
2000-2010 perdiod. What were the foundations of the success?

Ekonomi Brazil meningkat karena sebagian karena permintaan internasional yang


booming untuk berbagai komuditas dan harga komuditas tinggi. Brazil merupakan
eksportir utama dari kopi, kedelai, dan biji besi. Brazil juga diuntungkan dengan
permintaan domestic yang kuat, kredit yang murah di pasar internasional, arus
masuk permodalan dari luar negeri, tingkat inflasi yang rendah, kebijakan ekonomi
makro yang cukup konservatif. Pada akhir tahun 2010, ekonomi Brazil merupakan
yang terbesar di Amerika Latin, dan terbesar kedua di Amerika. Pada rentang tahun
2000 sampai dengan 2012 juga merupakan salah satu fastest-growing major
economies di dunia, dengan rata-rata pertumbuhan GDP per tahun mencapai lebih
dari 5%. GDP tersebut lebih besar dari dari UK pada tahun 2012, dan menjadikan
Brazil menjadi ekonomi terbesar ke-6 di dunia.
Berdasarkan World Economic Forum, Brazil berhasil meningkatkan daya saing pada
tahun 2009, naik delapan tingkat diantara negara-negara lain, menungguli Russia
untuk pertama kalinya, dan sebagian menutup kesenjangan daya saing dengan India
dan China. Pada tahun 2007, Brazil memiliki populasi penduduk lebih dari 209 juta
dan memiliki kekayaan alam yang berlimpah, Brazil merupakan satu diantara
sepuluh pasar di dunia, yang memproduksi puluhan juta ton baja, 26 juta ton semen,
3,5 juta jaringan televisi, dan 3 juta lemari pendingin. Selain itu, sekitar 70 juta meter
kubik minyak bumi diproses setiap tahun menjadi bahan bakar, oli, propane gas, dan
ratusan jenis petrokimia.

2. Why did Brazil’s economic growth falter after 2012? How much of damage was self-
inflicted, and how much was due to factors outside of the country’s control?
Karena adanya penurunan permintaan untuk eksport dan turunnya harga komuditas
pasar global. Pada tahun 2010, export mencapai 11.6 persen namun pada tahun
2012 terhenti, dan pada tahun 2014 export yang dikontrak hanya satu persen.
Namun, Brazil mengalami permasalahan strukturan yang mengarah pada penurunan
permintaan domestic. Di bawah kepimipinan Presiden Dilma Rousseff, diantara
tahun 2011 hingga 2014, pemerintahnya mengeluarkan pengeluaran dana secara
boros pada pensiunan dan pajak yang non-produktif pada industri yang lebih disukai.
Ketika ekonomi melambat, pengangguran melonjak lebih dari 12 persen dan
penerimaan pajak merosot. Sebagai hasil dari pengeluaran yang melonjak tinggi dan
penerimaan pajak yang rendah, Brazil mengalami pembengkaan defisit fiskal, dari 2
persen dari GDP di tahun 2010 menjadi 10 persen pada tahun 2015. Hal ini
meningkatkan total hutang pemerintah menjadi 70 persen dari total GDP dan
membutuhkan suku bunga yang lebih tinggi untuk menjual obligasi pemerintah,
sehingga hal tersebut dipandang semakin berisiko. Pemerintah juga menaikkan suku
bunga untuk mengendalikan inflasi, yang secara historis menjadi masalah di Brazil.
Karena tingkat suku bunga yang tinggi, biaya untuk membayar hutang pemerintah
meningkat menjadi 7 persen dari GDP dan dari suku bunga yang lebih tinggi
tersebut, biaya pinjaman untuk konsumen dan bisnis menjadi naik, sehingga semakin
menekan aktivitas ekonomi.
3. What do you think of Temer’s economic reforms? Were they on the right track?
Reformasi dalam hal ekonomi yang dilakukan oleh Presiden Temer tidak sepenuhnya
tepat, Temer terbukti dapat menurunkan tingkat inflasi, dan meningkatkan harga
komuditas yang dapat meningkatkan eksport. Hal tersebut membuat Bank Sentral
mengurangi suku bunga menjadi 6.75 persen (sebelumnya sebesar 12 persen)
sehingga dengan demikian dapat meningkatkan aktivitas ekonomi. Namun, terdapat
alergi terhadap privatisasi, termasuk perusahaan elektrik yaitu Eletrobras,
sebagaimana pemerintah mencari tambahan modal dengan menjual aset
pemerintah dan mencoba meningkatkan efisiensi ekonomi. Apa yang masih tersisa
yaitu memperbaiki masalah pension. Hal tersebut membutuhkan peningkatan usia
pension secara signifikan.

4. What policies do you think Brazil should adopt going forward to reignite economic
growth? How easy would it be to implement these policies in Brazil?

Dikutip dari https://wordlbank.org, Pada tahun 2016, Bank Dunia melakukan


Diagnosis Negara Sistematis (Systematic Country Diagnostic / SCD) pada Brazil, yang
bertujuan untuk menentukan tantangan utama yang harus dihadapi negara tersebut
dalam perjalanannya menuju pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

Berdasarkan temuan SCD dan masukan yang dikumpulkan pada tahap diseminasi,
dihasilkan Country Partnership Framework (CPF) baru untuk periode 2018-2023
sebaiknya mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

1) Keberlanjutan fiskal dan peningkatan pelayanan. Pilar ini berfokus pada dukungan
penyesuaian fiskal di tingkat federal dan subnasional, termasuk sistem pensiun dan
perlindungan sosial. Ini juga membahas efisiensi yang lebih besar dalam
penyampaian layanan publik, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan.

2) Pertumbuhan produktivitas dan investasi oleh sektor swasta. Tujuan di bawah


pilar ini terkait dengan upaya untuk mengurangi hambatan regulasi yang merusak
daya saing, serta memperbaiki distorsi di pasar kredit dan memobilisasi investasi di
bidang infrastruktur.

3) Pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Tujuannya di sini adalah untuk


mendukung Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) yang ambisius di
bawah Perjanjian Paris dengan mempromosikan kemitraan global.

Anda mungkin juga menyukai