Nim : 1801103010050
Jurusan : Akuntansi
SEJARAH KEPEMIMPINAN
.
– Gaya Kepemiminan Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya Mereka hangat dan sopan
untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang tinggi terhadap segala permasalahan dari para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin
tersebut. Orang – orang akan datang karena kehangatannya terlepas dari semua kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil,
terkadang dapat tampak sedih dan sangat mengerikan, kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan
dan bersahabat.
– Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku dalam memandang aturan.
Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan sekali takut di dalam mengambil resiko dan mereka
cenderung akan mencari aman.
Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih
efisien dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang
khas. Yaitu :
Inilah yang membedakan Rasulullah dengan pemimpin-pemimpin yang ada saat ini. Mereka sangat haus
dengan kedudukan, harta, bahkan hal-hal yang menurut mereka dapat membuatnya kaya di dunia ini,
sehingga mereka dapat menjalankan segala keinginan mereka sesuai nafsu yang mereka inginkan. Oleh
karena itu, ketika ada pertanyaan model kepemimpinan apa yang harus kita jalankan, maka jawaban yang
harus timbul adalah poin yang keenam yaitu model atau gaya kepemimpinan Rasulullah SAW. Hal ini
dikarenakan Rasulullah SAW-lah seorang pemimpin yang sudah diakui oleh dunia dalam berbagai hal,
baik dari segi akhlak dan kemampuan-kemampuan yang lainnya. Oleh karena itu, pemimpin yang relevan
dengan keadaan saat ini adalah seorang pemimpin yang paling mengenal siapa itu Nabi Muhammad SAW
dan mengamalkan segala bentuk ajaran/risalah yang beliau bawa. Selain itu pemimpin saat ini haruslah
benar-benar memusatkan perhatiannya terhadap amanah yang ia emban. Dan yang tidak perlu dilupakan
adalah keadilan yang harus ditegakan dalam kinerjanya kelak 50
Dalam Sejarah dan kebudayaan Islam sebagaimana yang ditulis Hasan Ibrahim (2001:141) diuraikan
bahwa kesuksesan kepemimpinan Rasulullah SAW antara lain ini disebabkan oleh:
Dalam memimpin, beliau mengunakan sistem musyawarah.
Beliau menghargai orang lain, baik lawan maupun kawan.
Sifat ramah, kelembutan perangai menjadi lekat dengan pribadi beliau, akan tetapi beliau juga
dapat bersifat keras dan tegas beliau ketika dibutuhkan.
Lebih mementingkan umat daripada diri beliau sendiri.
Cepat menguasai situasi dan kondisi, serta tegar menghadapi musuh.
Sebagai koordinator dan pemersatu ummat.
Prestasi dan jangkauan beliau di segala bidang.
Keberhasilan beliau sebagai perekat dasar-dasar perdamaian dan penyatu kehidupan yang
berkesinambungan.
Beliau merupakan pembawa rahmat bagi seluruh alam.
Beliau menerapkan aturan dengan konsisten. Tidak memandang bulu dan tidak pilih kasih.
Pada sumber lain menerangkan bahwa kunci kesuksesan pada diri Rasulullah SAW, terdapat pada 4
kekuatankepemimpinan:
1. Kekuatan Inspirasi
2. Kekuatan motivasi
3. Kekuatan solusi
4. Kekuatan memprediksi (kejadian dimasa depan)
Dalam pelaksanaannya, Rasulullah sangat dekat dengan orang-orang yang dipimpinnya. Penyebutan
“sahabat” menunjukkan kedekatan pemimpin dengan yang dipimpin. Ini pula yang menyebabkan
terbentuk ikatan emosi yang kuat dan rasa saling percaya yang tinggi. Dari yang dicontohkan Rasulullah
SAW, minimal empat hal yang harus ada dan melekat pada diri seorang pemimpin dan atau calon
pemimpin atau Imam yaitu: Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.
a.Siddiq
Maksudnya seorang pemimpin harus benar dan berpihak pada kebenaran, kejujuran, keadilan, bukan
sebaliknya sebagai pembohong, pengumbar janji yang tak tahu ujung kepastiannya.
b.Amanah
Dapat diyakini amanah yang diembannya betul-betul dapat dia laksanakan dengan baik. Menjunjung
tinggi harkat dan martabat kepemimpinannya. Pemimpin yang dapat dipercaya, bukan sebaliknya sebagai
pengkhianat rakyat yang telah memilihnya. Lain di mulut lain pula di hati.
c.Tabligh
Bermakna penyampai. Menyampaikan segala sesuatu yang telah diamanahkan kepadanya. Amanah
rakyat/masyarakat yang telah memandatkan kepadanya, apa, siapa, kenapa dan bagaimana
menyampaikannya. Pemimpin sebagai penyambung harus menyampaikan dengan benar dan baik
walaupun berat. Sampaikan kebenaran itu olehmu walaupun pahit. Bukan sebaliknya sebagai penghianat
rakyat, pengkhianat masyarakat dan pemimpin yang munafik.
d.Fathonah
Berarti cerdas, pintar, berwawasan maju, punya motivasi yang tinggi, selalu berinovasi untuk kemajuan,
punya pemikiran cemerlang, bagaimana memajukan rakyat, menyejahterakan rakyat atau masyarakat
yang dipimpinnya. Bukan sebaliknya pemimpin yang bodoh. Pemimpin yang bodoh akan menimbulkan
pemimpin yang serakah, rakus, kesewenang-wenangan, tak punya malu lagi dengan rakyat dan
masyarakat yang memilihnya, sehingga rakyat dibuat semakin terpuruk.
Dalam menentukan seorang figur pemimpin Rasulullah SAW adalah figur yang patut diteladani dan
diikuti. Beliau mengajarkan memimpin melalui konsep-konsep Al-Quran dan Al-Hadist. Dari Gaya
Kepemimpinan Rasulullah SAW menunjukkan bahwa Beliau adalah figur imam agama, pemimpin
negara, masyarakat dan pemimpin dalam keluarga dan satu-satunya rujukan umat Islam.
B.Kekhalifahan Rasyidin
Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan yang berdiri setelah kematian Muhammad pada
tahun 632 M, atau tahun 10 H. Kekhalifahan ini terdiri atas empat khalifahpertama dalam sejarah Islam,
yang disebut sebagai Khulafaur Rasyidin. Pada puncak kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang
dari Jazirah Arab, sampai ke Levant, Kaukasus dan Afrika Utara di barat, serta sampai ke dataran tinggi
Iran dan Asia Tengah di timur. Kekhalifahan Rasyidin merupakan negara terbesar dalam sejarah sampai
masa tersebut.[1] Kekhalifahan ini dikenal juga sebagai Kekhalifahan Patriarki.
Muhammad tidak mengajarkan secara langsung bagaimana memilih pemimpin setelah dia meninggal.
Secara tidak langsung, Islam memberikan kebebasan untuk membuat model pemilihan khalifah.
Kepemimpinan keempat Khulafaur Rasyidin pun berbeda-beda sesuai dengan karakter pribadinya dan
situasi masyarakatnya
Setelah sepakat, Umar bin Khattab menjabat tangan Abu Bakar dan menyatkakan baiatnya kepada Abu
Bakar. Lalu diiukti oleh Sa’ad bin Ubadah. Dan Umat Islam seluruhnya. Abu Bakar menamai dirinya
sebagai Khalifatur Rasul atau sebagai pengganti Muhammad.Semasa kepemimpinannya yang singkat,
beliau memprioritaskan penyelesaian problem dalam negeri. Beberapa kelompok berusaha melepaskan
diri dari jamaah Islam. mereka menggangkap setelah Muhammad meninggal maka berakhir pula
kekuasaan Islam terhadap mereka. Selain itu beberapa orang mengaku sebagai nabi pengganti
Muhammad. Juga ada yang menolak membayar zakat. Terhadap ketiga pembelot tersebut, Abu Bakar
memutuskan untuk memerangi mereka. Pusat kekuasaan bersifat sentralistik. Segala keputusan ada di
tangan Khalifah Abu Bakar. Walaupun begitu, dia selalu mengadakan musyawarah dengan para
Sahabatnya sebelum memutuskan sesuatu. Seperti keputusan untuk memerangi orang yang tidak
membayar zakat. Terjadi musyawarah dengan Umar bin Khattab. Dan alasan Abu Bakar bahwa tidak ada
yang memisahkan antara shalat dan zakat al-Qur’an. Dia beralasan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah
mencontohkannya, shalat dan zakat adalah kesatuan rukun Islam yang tidak boleh dipisahkan.Abu Bakar
menunjuk langsung Umar bin Khattab sebagai penggantinya dengan mempertimbangkan situasi politik
yang ada. Beliau khawatir kalau pengangkatan melalui proses pemilihan seperti pada masanya akan
memperkeruh situasi politik. Selain itu agar pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Islam akan
terhambat.
2. Umar bin Khattab
Sebelum meninggal, Abu Bakar Ash-Shiddiq bertanya kepada para Sahabatnya tentang penunjukan Umar
bin Khattab sebagai penggantinya. Beliau menanyakan hal itu kepada Abdurrahman bin Auf, Utsman bin
Affan, Asid bin Hudhair Al-Anshary, Sa'id bin Zaid serta sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dan
Anshar. Pada umumnya mereka setuju dengan Abu Bakar dan kemudian disetujui oleh kaum muslim
dengan serempak. Ketika Abu Bakar sakit, beliau memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiat
yang berisi tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Tujuannya agar ketika
sepeninggal beliau tidak ada kemungkinan perselisihan di kalangan umat Islam untuk masalah Khalifah.
Keputusan Abu Bakar tersebut diterima oleh Umat Islam. sehingga mereka secara beramai-
rama membaiat Umar sebagai Khalifah. Dengan demikian keputusan tersebut bukan keputusan Abu
Bakar sendiri namun persetujuan umat Muslim semua. Umar mengumumkan dirinya bukan sebagai
Khalifatur Rasul atau pengganti Rasul tapi sebagai Amirul Mukminin atau pemimpin orang-orang
beriman. Umar menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun.
Umar memprioritaskan perluasan Islam. perluasan Islam mencapai sepertiga dunia. Islam bisa tersebar
sampai ke daratan Eropa. Gaya kepemimpinannya membawa Islam menjadi kekuatan yang
diperhitungankan. Posisi Islam menyamai kekuatan besar yaitu Romawi dan Persia. Umar bin Khattab
menerapkan sistem administrasi pemerintahan yang diadopsi dari Persia. Administrasi pemerintahan
mengatur delapan wilayah provinsi yaitu Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kuffah, Palestina,
dan Mesir. Beberapa Departemen didirikan untuk mengatur gaji dan pajak tanah sehingga berdiri Baitul
Mal. Dalam merapikan sistem admnistrasi, dia menerapkan kalender Hijriah. Penanggalan berdasarkan
[[hijrah Muhammad ke Madinah dan bulan Muharam sebagai awal bulan kalender Hijriyah.
3. Utsman bin Affan
Ketika Umar sakit keras karena tertikam oleh Abu Lu'lu'ah al-Majusi seorang budak asal persia, dia
membentuk tim formatur yang terdiri dari Utsman bin Affan, Ali Bin Abi Thalib, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqqas. Tugas tim formatur
memilih salah seorang diantara mereka sebagai penggantinya. Abdurrahman bin Auf dipercaya menjadi
ketua tim formatur. Setelah Umar bin Khattab wafat, tim formatur mengadakan rapat. Empat orang
anggota mengundurkan diri menjadi calon Khalifah sehingga tinggal dua orang yaitu Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib. Proses pemilihan menghadapi kesulitan, karena berdasarkan pendapat umum
bahwa masyarakat menginginkan Utsman bin Affan menjadi Khalifah. Sedangkan diantara calon
penggati Umar bin Khattab terjadi perbedaan pendapat. Dimana Abdurrahman bin Auf cenderung
mendukung Utsman bin Affan. Sa’ad bin Abi Waqqas ke Ali Bin Abi Thalib. Hasil kesepakatan dan
persetujuan umat Islam, maka diangkatlah Utsman bin Affan sebagai penggati Umar bin Khattab. Dia
diangkat diusia ke 70 tahun dan menjadi Khalifah selama 12 tahun.
Model kepemimpinan Umar bin Khattab dilanjutkan oleh Utsman bin Affan. Dia mengembang Islam
ke beberapa daerah yang belum tercapai pada masa Umar bin Khattab. Perbedaan karakter Utsman
dengan Umar bin Khattab menimbulkan model kepemimpinan yang berbeda. Karakter Utsman yang
lembut berbeda dengan karakter Umar yang tegas dan keras. Hal ini menimbulkan kekecewaan umat
Islam. Disamping itu Utsman bin Affan diangkat usia 70 tahun. Sehingga dia memimpin umat Islam
sedikit lemah. Kebijakan yang paling disorot adalah kebijakannya pada pengangkatan kerabat
keluarganya menduduki jabatan penting. Seperti gubernur-gubernur di daerah kekuasaan Islam berasal
dari kerabat dekat. Selain perluasan Islam, Utsman memperhatikan pembangunan dalam kota seperti
membangun bendungan pencegah banjir, jalan-jalan, jembatan, masjid, dan perluasan masjid Nabawi. Dia
memperluas daya tampung masjid Nabawi yang dibangun pada zaman Muhammad. Pada masalah suksesi
kepemimpinan, Usman bin Affan tidak meninggalkan pesan. Dia meninggal terbunuh dalam peristiwa
berdarah ketika sedang membaca al Qur'an. Hal itulah yang memperburuk situasi politik setelah
meninggalnya Usman bin Affan di usia 83 tahun.
4. Ali bin Abi Thalib
Setelah Utsman bin Affan meninggal, umat Islam yang tinggal di Madinah bingung siapa yang akan
menggantikan Utsman bin Affan. Kemudian ada usulan untuk mnengangkat Ali bin Abi Thalib menjadi
pengganti Utsman bin Affan. Usulan tersebut disetujui oleh mayoritas Umat Islam, kecuali mereka yang
pro Muawiyah bin Abi Sufyan. Pada awalnya, Ali bin abi Thalib menolak tawaran usulan tersebut dan
tidak mau menerima jabatan Khalifah. Dia melihat situasinya kurang tepat karena banyak terjadi
kerusuhan dimana-mana. Menurutnya situasi ini harus diatasi dan dibereskan terlebih dahulu sebelum
membicarakan masalah kepemimpinan. Namun desakan sangat kuat, akhirnya Ali bin Abi Thalib
menerima tawaran jabatan Khalifah tepat pada tanggal 23 Juni 656 M. Ali bin Abi Thalib menghadapi
beberapa kelompok yang menuntut pengusutan terhadap pembunuhan Usman bin Affan dan menghukum
pelakunya.
Dia menghadapi situasi yang berbeda dengan zaman Abu Bakar dan Umar. Dimana umat Islam pada
masa Abu Bakar dan Umar masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus dituntaskan seperti
perluasan wilayah Islam. selain itu kehidupan sosialnya masih sangat sederhana dan belum banyak
terpengaruh oleh kekayaan dan kedudukan. Sedangkan zaman Ali bin Abu Thalib wilayahnya luas dan
besar, serta perjuangannya sudah terpengaruh oleh motivasi duniawi. Ali menghadapi kelompok
penentang sangat kuat ketika memberlakukan kebijakannya pada pemecatan pejabat-pejabat. Hal ini yang
dianggap penyebab munculnya pemberontakan. Beliau menghadapi juga perlawanan dari Zubair bin
Awwam dan Aisyah karena dianggap tidak menghukum pelaku pembunuhan Utsman bin Affan.
Pertentangan keduanya mengakibatkan Perang Jamal atau perang unta karena Aisyah menunggang unta
dalam peperangan. Pertentangan Ali dengan Muawiyah mengakibatkan Perang Siffin.
Perang tersebut diakhiri dengan tahkim/arbitrase di Daumatul Jandal pada tahun 34 H. Akibat peristiwa
itu, muncul tiga golongan di kalangan umat Islam, yaitu Khawarij, Murji'ah, dan Syiah. Ketiganya
golongan yang sangat kuat dan mewarnai perkembangan pemikiran dalam Islam
c. kepemimpinan bani umayyah
Sempat terjadi kekosongan pemerintahan kekhalifahan Islam setelah wafatnya salah satu
khulafaur rasyidin, yaitu Ali bin Abi Thalib. Para petinggi pemerintahan di Madinah kemudian
mengangkat Hasan bin Ali, yang merupakan keturunan dari Ali bin Abi Thalib, sebagai khalifah yang
baru. Namun Hasan bin Ali merasa tidak siap untuk mengelola pemerintahan, sehingga ia menyerahkan
jabatan itu kepada Muawiyah bin Abu Sofyan. Tujuan lain dari penyerahan kekuasaan itu adalah untuk
mendamaikan dan mempersatukan seluruh golongan umat Muslim yang sempat terpecah-pecah.
Dengan naiknya Muawiyah bin Abu Sofyan, maka dimulailah periode Dinasti Umayyah pada masa
pemerintahan kekhalifahan Islam. Berbeda dengan beberapa masa kekhalifahan sebelumnya, Dinasti
Umayyah kembali menyerukan misi perluasan wilayah. Langkah pertama yang diambil oleh Khalifah
Umayyah dalam upaya perluasannya tersebut adalah dengan menguasai wilayah Tunisia. Kemudian
berlanjut ke wilayah timur dengan menguasai Kota Kabul di Afghanistan. Beberapa sumber menyebutkan
pasukan Dinasti Umayyah sempat beberapa kali melakukan serangan ke wilayah Konstantinopel.
Pada masa kekuasaan Abdul Malik bin Marwan (685 M–705 M), misi ekspansi Dinasti Umayyah masih
tetap dilakukan. Pada periode ini, pasukan Dinasti Umayyah berhasil menyeberangi Sungai Oxus untuk
menguasai wilayah Bukhara, Khwarezmia, Ferghana, dan Samarkand. Bahkan perjalanan penguasaan
wilayah oleh pasukan Dinasti Umayyah itu dapat diteruskan hingga ke beberapa wilayah di kawasan
India bagian barat. Para masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, bahasa Arab dijadikan sebagai
bahasa resmi negara.
Kekuasaan Dinasti Umayyah kemudian beralih kepada Al-Walid bin Abdul Malik, yang
merupakan putra dari penguasa sebelumnya. Al-Walid bin Abdul Malik memegang kekuasaan tertinggi
selama 10 tahun, yaitu sejak tahun 705 M sampai 715 M. Pada periode ini, kesejahteraan dan kebutuhan
rakyat sangat diperhatikan oleh pemerintah. Ketika itu banyak dibangun rumah sakit, lembaga
pendidikan, dan pengembangan berbagai karya seni Islam.Secara umum, masa pemerintahan Al-Walid
bin Abdul Malik dikenal sebagai masa kemakmuran dan ketertiban bagi rakyatnya. Pada periode ini pun
Dinasti Umayyah berhasil melancarkan ekspedisi militer besar ke wilayah barat. Pada 711, ekspansi
militer ini berhasil menaklukkan wilayah Algeria dan Maroko. Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul
Azis, Dinasti Umayyah kembali berusaha melebarkan kekuasaannya di Eropa Barat. Setelah pemerintaha
Umar bin Abdul Azis, tampuk kepemimpinan Dinasti Umayyah berlanjut kepada Yazid bin Abdul Malik,
yang berkuasa sejak tahun 720 M sampai 724 M. Pada periode ini, Dinasti Umayyah mendapat berbagai
cobaan politik yang cukup mempengaruhi kemajuan yang telah dicapai oleh beberapa penguasa
sebelumnya. Banyak masyarakat yang tidak senang dengan pemerintaha Yazid bin Abdul Malik karena
merasa lebih mementingkan kemewahan dibandingkan kesejahteraan rakyat. Beberapa kelompok yang
anti terhadap Dinasti Umayyah mulai mendapat dukungan dari sejumlah masyarakat. Konflik
bermunculan di kalangan masyarakat yang menjurus kepada perang saudara di wilayah kekuasaan Dinasti
Umayyah.
Pemerintahan Dinasti Umayyah kemudian digantikan oleh Hisyam bin Abdul Malik, s Beberapa pendapat
mengatakan, Hisyam bin Abdul Malik adalah pemimpin yang cakap dan dapat memimpin Dinasti
Umayyah dengan baik.
Pemimpin terakhir yang menjabat pada pemerintahan Dinasti Umayyah adalah Marwan bin Muhammad.
Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri
dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abullah ibn al-
Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).
Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah antara lain:
a. Para Khalifah tetap dari Arab, sementara para menteri gubernur, panglima perang dan pegawai lainnya
banyak dipilih dari keturunan Persia dan Mawali.
b. Kota Bagdad ditetapkan sebagai ibukota negara dan menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi dan
kebudayaan.
c. Kebebasan berfikir dan berpendapat mendapat porsi yang tinggi.
d. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia.
e. Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah.
Selain sistem politik yang diterapkan diatas, pemerintahan Abasiyyah periode I juga mengembangkan
kebijakan-kebijakan politik diantaranya adalah:[10]
f. Memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Bagdad
g. Memusnahkan keturunan Bani Umayyah
h. Merangkul orang-orang persia, dalam rangka politik memperkuat diri, Abasiyyah memberi peluang dan
kesempatan yang besar kepada kaum Mawali
i. Menumpas pemberontakan-pemberontakan
j. Menghapus politik kasta
Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Dinasti Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu
oleh wazir (perdana menteri) yang jabatannya disebut wizaraat.Wizaraat ini dibagi menjadi 2 yaitu:
pertama, wizaraat tafwid (memliki otoritas penuh dan tak terbatas), waziraat ini memiliki kedaulatan
penuh kecuali menunjuk penggantinya. Kedua, wizaraat tanfidz (memiliki kekuasaan eksekutif saja)
wizaraat ini tidak memiliki inisiatif selain melaksanakan perintah khalifah dan mengikuti arahannya.
[11]
b. SOEHARTO
d. ABDURRAHMAN WAHID
kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota
berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI
juga ada dalam kabinet tersebut. Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan.
Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rezim Soeharto dalam
menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup. [34]
Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan
bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang
lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah
tersebut. Pada 30 Desember, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama
kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia
mendorong penggunaan nama Papua.
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM
hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan. [41] Gus Dur juga
mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut. Ia
juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim
Indonesia.[Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Imlek menjadi hari libur
opsional.[51] Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa.
e. MEGAWATI
Kebijakan – kebijakan pada masa Megawati, yaitu:
1. Memulihkan keamanan dan ketertiban. Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen
bangsa dan menjaga persatuuan dan kesatuan. Upaya ini tergangu karena peristiwa Bom Bali yang
mengakibatkan kepercayaan dunia Internasional berkurang.
2. Menbangun tatanan politik yang baru. Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang
pemilu,susunan dan kedudukan MPR /DPR, dan pemilihan presiden dan wakil presiden.
3. Menjaga keutuhan NKRI. Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti
kasus Aceh, Ambon, Papua dan Poso. Hal tersebuut diberika perhatian khusus karena peritiwa
lepasnya Timor Timur dari RI.
4. Melanjutkan amandemen UUd 1945. Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan
perkembangan zaman.
5. Meluruskan otonomi daerah. Keluarnya UU tentang otonomi daerah menimbulkan penafsiran
yang berbeda tentang pelaksanaan. Karena itu pelurusan dilakukan dengan pembinaan terhadap
daerah – daerah.
Kurangnya pemahaman dalam bidang ekonomi sehingga keputusan yang di ambil tidak berpihak kepada
rakyat. Terdapat kepentingan ekonomi dan politik dibelakang pemerintahannya. Dianggap gagal
melaksanakan agenda reformasi dan tidak mampu mengatasi krisis bangsa Pada masanya, megawati
melakukan kebijakan menjual aset-aset negara ( Misal TELKOM) sehinggakepemilikan sebagian jatuh ke
tangan asing Lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan merupakan salah satu kegagalan yang sangat besar
dari pemerintahan Megawati
g. JOKOWI
Jokowi memulai masa kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat, Kartu
Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Upaya ini oleh partai oposisi dianggap untuk meredam
sementara kenaikan harga BBM. Jokowi dikenal akan gaya kepemimpinannya yang pragmatis dan
membumi. Ia seringkali melakukan "blusukan" atau turun langsung ke lapangan untuk melihat langsung
permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat. Jokowi memberikan perhatian khusus bagi Papua.
Terlihat dari frekuensi kunjungan yang terhitung sangat sering dibanding presiden sebelumnya, dan
banyaknya pembangunan infrastruktur di Papua. Di antaranya adalah pembangunan pasar tradisional dan
jalan lintas Papua[123]. Banyak bandara perintis dibangun atau dibenahi sehingga terlihat lebih baik dan
kapasitasnya lebih besar. Ia juga menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada 11 Desember
2017.
a. mendengar,
b. berempati,
c. kesadaran,
d. pengarahan,
e. keefektifan,
f. mengambil risiko,
g. berjiwa melayani,
h. mengobati/menyembuhkan,
i. berinovasi dan persuasi/bujukan yang meyakinkan.