Anda di halaman 1dari 15

Nama : Dara Ramdhana

Nim : 1801103010050
Jurusan : Akuntansi

SEJARAH KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin


kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. ara alamiahmempelajari kepemimpinan
adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli,
pengrajin, atau praktisi.[2] Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya
memberikan pengajaran/instruksi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin
yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke
depan, daya persuasi, dan intensitas.[3] Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik
seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus
mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk
mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Gaya kepemimpinan
Adapun gaya-gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut
–    Gaya kepemimpinan otokratis
Gaya ini terkadang disebut sebagai kepemimpinan yang terpusat pada diri pemimpin atau gaya
direktif. Gaya otokratis ini ditandai dengan adanya petunjuk yang sangat banyak sekali yang berasal dari
pemimpin dan tidak ada satupun peran para anak buah dalam merencanakan dan sekaligus mengambil
suatu keputusan. Gaya kepemimpinan otokratis ini akan menentukan sendiri keputusan, peran,
bagaimana, kapan dan bilamana secara sepihak. Yang pasti tugas yang diperintahkan mesti dilaksanakan.
Paling sangat menonjol dalam gaya kepemimpinan otokratis ini adalah seseorang akan memberikan
perintah dan mesti dipatuhi. Ia akan memerintah berdasarkan dari kemampuannya untuk menjatuhkan
hukuman serta memberikan hadiah. Gaya kepemimpinan otokratis adalah suatu kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain yang ada disekitar agar mau bersedia berkerjasama dalam mencapai tujuan
yang sudah ditentukan dengan ditempuh atas segala cara kegiatan yang akan dijalankan atas dasar
putusan dari pemimpin.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis ini yaitu wewenang mutlak itu terpusat dari pemimpin,
keputusan akan selalu dibuat oleh pemimpin, kebijakan akan selalu dibuat oleh pemimpin, komunikasi
hanya berlangsung dalam satu arah dimana dari pimpinan ke bawahan bukan sebaliknya, pengawsan
terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) dari para bawahannya dilakukan dengan ketat, tak
ada kesempatan untuk para bawahan dalam memberikan (pendapat, saran atau pertimbangan), lebih
banyak mendapatkan kritikan dibanding pujian, menuntut adanya kesetiaan dan prestasi yang sempurna
dari para bawahan tanpa adanya syarat, dan cenderung memberikan paksaan, hukuman dan anacaman.

–    Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam mempengaruh orang lain agar dapat
bersedia untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau
kegiatan yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan pimpinan.
Gaya tersebut terkadan gidsebut sebagai gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah,
kepemimpinan dengan adanya kesederajatan, kepemimpinan partisipatif atau konsultatif. Pemimpin yang
berkonsultasi kepada anak buahnya dalam merumuskan suatu tindakan putusan bersama. Adapun ciri-ciri
dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki wewenang pemimpin yang tidak mutlah,
pimpinan bersedia dalam melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan
itu dibuat bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat berlangsung dua arah dimana
pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku
atau kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang dari bawahan atau
pimpinan, bawahan memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-
tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan dengan mengenyampingkan sifat instruksi, dan
pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk memunculkan saling percaya dan
saling menghormati.

–    Gaya kepemimpinan delegatif


Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin akan jarang dalam memberikan arahan,
pembuat keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota organisasi tersebut diharapkan bisa
menyelesaikan segala permasalahannya sendiri. Gaya kepemimpinan delegatif ini memiliki ciri khas dari
perilaku pemimpin didalam melakukan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian, maka gaya
kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat dipengaruhi adanya karakter pribadinya. Kepemimpinan
delegatif merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk bawahannya yang
mempunyai kemampuan, agar bisa menjalankan aktivitasnnya yang untuk sementara waktu tak bisa
dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai macam sebab. Gaya kepemimpinan delegatif ini sangat cocok
dilakukan kalau staff yang dimiliki ternyata mempunyai motivasi dan kemampuan yang tinggi. Dengan
demikian pimpinan tak terlalu banyak dalam memberikan perintah kepada bawahannya, bahkan
pemimpin akan lebih banyak dalam memberikan dukungan untuk bawahannya.

–    Gaya kepemimpinan birokratis.


Gaya kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan pernyataan “Memimpin berdasarkan adanya
peraturan”. Perilaku memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan suatu prosedur yang
telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis, secara umum akan membuat
segala keputusan itu berdasarkan dari aturan yang telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas. Segala
kegiatan mesti terpusat pada pemimpin dan sedikit saja diberikan kebebasan kepada orang lain dalam
berkreasi dan bertindak, itupun tak boleh melepaskan diri dari ketentuan yang sudah berlaku. Adapun
beberapa ciri gaya kepemimpinan birokratis ialah Pimpinan akan menentukan segala keputusan yang
berhubungan dengan seluruh pekerjaan dan akan memerintahkan semua bawahan untuk bisa
melaksanakannya; Pemimpin akan menentukan semua standar tentang bagaimana bawahan akan
melakukan tugas; Adanya sanksi yang sangat jelas kalau seorang bawahan tidak bisa menjalankan tugas
sesuai dengan standar kinerja yang sudah ditentukan.
–    Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol
yang telah dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya tersebut hanya dapat berjalan jika bawahan mampu
memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan dan sasaran yangcukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam menggunakan kekuasaannya atau sama
sekali telah membiarkan anak buahnya untuk berbuat dalam sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya
kepemimpinan Laissez Faire adalah Bawahan akan diberikan kelonggaran atau fleksibelitas dalam
menjalankan tugas-tugasnya, tetapi dengan hati-hati diberikan batasan serta berbagai macam prosedur;
Bawahan yang sudah berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugasnya akan diberikan hadiah atau
penghargaan, di samping adanya suatu sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai
dorongan; Hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam suasana yang sangat baik secara umum
manajer akan bertindak cukup baik; Manajer akan menyampaikan berbagai macam peraturan yang
berhubungan dengan tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan akan diberikan kebebasan
dalam memberikan pendapatannya.

–    Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian


Adalah gaya pemimpin yang telah memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang ingin diambil dari
dirinya sendiri dengan secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab akan dipegang oleh si
pemimpin yang bergaya otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya sekedar melaksanakan tugas
yang sudah diberikan.
Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya mengarah kepada tugas. Artinya dengan adanya tugas yang
telah diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini mesti
diproyeksikan dalam bagaimana ia dalam memerintah kepada bawahannya agar mendapatkan
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah menjadi suatu mesin yang
hanya sekedar digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama
sekali tidak pernah sekalipun diperhatikan.

–     Gaya Kepemimpinan Karismatis


Kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah mampu menarik orang. Mereka akan terpesona
dengan cara berbicaranya yang akan membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan memiliki
gaya kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat menyenangi akan perubahan dan adanya tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar dari tipe kepemimpinan model ini dapat di analogikan dengan peribahasa
Tong Kosong yang Nyaring Bunyinya. Mereka hanya mampu menarik orang untuk bisa datang kepada
mereka. Setelah beberapa lama kemudian, orang – orang yang datang tersebut akan kecewa karena
adanya ketidak-konsisten-an. Apa yang telah diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta dalam
pertanggungjawabannya, si pemimpin akan senantiasa memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

–    Gaya Kepemimpinan Diplomatis


Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini terdapat di penempatan perspektifnya. Banyak orang
seringkali selalu melihat dari satu sisi, yaitu pada sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi
keuntungan pada lawannya. Hanya pemimpin dengan mengguanakan kepribadian putih ini yang hanya
bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang dapat menguntungkan dirinya, dan juga dapat
menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan merupakan kelemahan pemimpin dengan menggunakan gaya diplomatis ini.
Umumnya, mereka sangat begitu sabar dan sanggup dalam menerima tekanan. Namun kesabarannya ini
dapat sangat keterlaluan. Mereka dapat menerima perlakuan yang takmenyengangkan tersebut, tetapi
pengikut-pengikutnya tidak menerimanya. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya
akan meninggalkan si pemimpin

.
–    Gaya Kepemiminan Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya Mereka hangat dan sopan
untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang tinggi terhadap segala permasalahan dari para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin
tersebut. Orang – orang akan datang karena kehangatannya terlepas dari semua kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil,
terkadang dapat tampak sedih dan sangat mengerikan, kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan
dan bersahabat.
–    Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku dalam memandang aturan.
Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan sekali takut di dalam mengambil resiko dan mereka
cenderung akan mencari aman.

–    Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).


Dalam gaya kepemimpinan tipe ini,  biasanya untuk pembuatan keputusan didasarkan pada suatu proses
analisis,  terutama analisis logika dari setiap informasi yang didapatkan. Gaya ini akan berorientasi pada
hasil dan akan lebih menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang.
Kepemimpinan model ini sangatlah mengutamakan logika dengan menggunakan beberap pendekatan-
pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.

–     Gaya kemimpinan   asertif (Assertive).


Gaya kepemimpinan ini bersifat lebih agresif dan memiliki perhatian yang sangat begitu besar pada suatu
pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya. Pemimpin tipe asertif
lebih terbuka didalam konflik dan kritik. Setiap Pengambilan keputusan muncul dari suatu proses
argumentasi dengan adanya beberapa sudut pandang sehingga muncullah kesimpulan yang memuaskan.

–    Gaya kepemimpinan entrepreneur.


Gaya kepemimpinan ini sangatlah menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil akhir serta  kurang
mengutamakan  untuk kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini biasanya akan selalu
mencari pesaing dan akan menargetkan standar yang tinggi.

–    Gaya Kepemimpinan Visioner


Kepemimpinan visioner, merupakan pola kepemimpinan yang ditujukan untuk bisa memberi arti pada
kerja dan usaha yang perlu dijalankan secara bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara
memberikan arahan dan makna pada suatu kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkandengan visi yang
jelas. Kepemimpinan Visioner akan memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya
mesti mempunya empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu 1.
Seorang pemimpin visionermesti mempunayi kemampuan untuk bisa berkomunikasi secara efektif
dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk
menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”  ; 2. Seorang pemimpin visioner mesti dapat
memahami lingkungan luar dan dapat memiliki kemampuan dalam bereaksi secara tepat atas segala
ancaman dan peluang yang datang. Ini termasuk, yang paling penting, dapat “relate skillfully” dengan
orang-orang kunci yang ada di luar organisasi, namun memainkan peran yang sangat penting terhadap
organisasi (investor, dan pelanggan). ; 3. Seorang pemimpin mesti bisa memegang peran penting didalam
membentuk dan dapat mempengaruhi segala praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang
pemimpin dalam hal ini mesti dapat terlibat di dalam organisasi untuk bisa menghasilkan dan dapat
mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan
organisasi ke masa depan (successfully achieved vision). ; 4. Seorang pemimpin visioner mesti bisa
mempunyai atau mengembangkan “ceruk” untuk bisa mengantisipasi apa yang terjadi di masa depan.
Ceruk ini merupakan ssebuah suatu bentuk imajinatif, yang mengacu atas kemampuan data untuk dapat
mengakses segala kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk
kemampuan dalam mengatur sumber daya organisasi guna dapat memperiapkan diri menghadapi adanya
kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Dalam era turbulensi lingkungan seperti saat ini, setiap pemimpin mesti siap dan dituntut mampu dalam
melakukan suatu transformasi terlepas dari gaya kepemimpinan apa yang mereka anut.  Pemimpin mesti
mampu dalam mengelola perubahan, termasuk di dalamnya dapat mengubah budaya organisasi yang tak
lagi kondusif dan produktif. Pemimpin mesti memiliki visi yang tajam, pandai mengelola keragaman  dan
dapat mendorong  terus suatu proses pembelajaran   karena adanya dinamika suatu perubahan lingkungan
serta adanya persaingan yang semakin ketat.

–    Gaya Kepemimpinan Situasional


kepemimpinan situasional ialah “a leadership contingency theory that focuses on followers
readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan situational ialah bahwa suatu gaya kepemimpinan
seorang pemimpin akan dapat berbeda-beda, tergantung dari seperti apa tingkat kesiapan para
pengikutnya.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah mengenai tidak adanya gaya
kepemimpinan yang paling terbaik. Kepemimpinan yang efektif ialah bergantung dari relevansi tugas,
dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu dapat mengadaptasi gaya kepemimpinan yang sangat
tepat.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya pada soal pengaruh terhadap individu dan kelompok akan tetapi
bergantung juga terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.   Jadi
pendekatan pada kepemimpinan situasional itu mesti fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu
situasi yang unik.
Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia mesti  mampu dalam menyesuaikan gayanya
terhadap tuntutan situasi yang selalu berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional akan bertumpu pada
dua konsep yang fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai
pengikut dan gaya kepemimpinan.

–   Gaya Kepemimpinan Militeristik


Tipe pemimpin seperti ini sangatlah mirip dengan tipe pemimpin yang otoriter yang merupakan tipe
pemimpin yang senantiasa bertindak sebagai diktator terhadap para anggota kelompoknya. Adapun sifat-
sifat dari tipe kepemimpinan militeristik yaitu: (1) lebih banyak dalam menggunakan sistem perintah atau
komando, keras dan sangat begitu otoriter, kaku dan seringkali untuk kurang bijaksana, (2) menghendaki
adanya kepatuhan yang mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi suatu formalitas, upacara-upacara
ritual dan tanda-tanda kebesaran yang terlalu berlebihan, (4) menuntut adanya sebuah disiplin yang keras
dan kaku dari para bawahannya, (5) tidak menghendaki adanya saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan
dari bawahannya, (6) komunikasi hanya dapat berlangsung searah.

Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih
efisien dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang
khas. Yaitu :

 Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik.


 Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja.
 Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
 Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama dengan kelompok.
 Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
MASA KEPEMIMPINAN PADA PERADABAN ISLAM

A. KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW.


 
Model kepemimpinan dibagi menjadi 5 gaya kepemimpinan, yaitu Otokratis, Militeristis,
Paternalistis, Kharismatik, dan Demokratis. Dari kelima model kepemimpinan di atas masing-masing ada
penganutnya. Namun yang paling berhasil dan paling fenomenal seorang pemimpin yang pernah ada di
dunia ini adalah Rasulullah SAW. Beliau berhasil karena mampu mengkombinasikan kelima model
kepemimpinan di atas sehingga model kepemimpinan yang dianut oleh beliau menjadi sempurna. Hampir
tidak ada sejarah yang menceritakan kecacatan yang Rasulullah lakukan selama beliau menjadi
pemimpin. Hal ini dilakukan karena dari model-model terdapat kelemahan dan juga kelebihan dari
masing-masing model kepemimpinan tersebut. Selain itu, yang tidak boleh dilupakan adalah pribadi dari
seorang pemimpin itu. Rasulullah sebagai pemimpin merupakan anugrah tersendiri, atau keistimewaan
yang diberikan Allah kepada Rasulullah saw. Karena pada dasarnya Rasulullah adalah utusan terakhir
untuk seluruh umat manusia atau sebagai pemimpin umat manusia. 
Rasulullah SAW adalah contoh pemimpin sempurna yang pernah ada selama ini. Karena beliau
mengkombinasikan antara akhlakul karimah dengan model kepemimpinan yang ada. Kekuatan akhlak
yang Rasulullah miliki mampu menciptakan kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dengan kekuatan itu,
Rasulullah menjadi mampu menegakan dan menyebarkanajarannya keseluruh penjuru dunia. Walaupun
begitu, karena kemuliaannya tadi, tidak ada rasa sombong, ujub atau membanggakan diri sedikitpun yang
timbul pada diri Rasulullah SAW. 

Inilah yang membedakan Rasulullah dengan pemimpin-pemimpin yang ada saat ini. Mereka sangat haus
dengan kedudukan, harta, bahkan hal-hal yang menurut mereka dapat membuatnya kaya di dunia ini,
sehingga mereka dapat menjalankan segala keinginan mereka sesuai nafsu yang mereka inginkan. Oleh
karena itu, ketika ada pertanyaan model kepemimpinan apa yang harus kita jalankan, maka jawaban yang
harus timbul adalah poin yang keenam yaitu model atau gaya kepemimpinan Rasulullah SAW. Hal ini
dikarenakan Rasulullah SAW-lah seorang pemimpin yang sudah diakui oleh dunia dalam berbagai hal,
baik dari segi akhlak dan kemampuan-kemampuan yang lainnya. Oleh karena itu, pemimpin yang relevan
dengan keadaan saat ini adalah seorang pemimpin yang paling mengenal siapa itu Nabi Muhammad SAW
dan mengamalkan segala bentuk ajaran/risalah yang beliau bawa. Selain itu pemimpin saat ini haruslah
benar-benar memusatkan perhatiannya terhadap amanah yang ia emban. Dan yang tidak perlu dilupakan
adalah keadilan yang harus ditegakan dalam kinerjanya kelak 50 

Dalam Sejarah dan kebudayaan Islam sebagaimana yang ditulis Hasan Ibrahim (2001:141) diuraikan
bahwa kesuksesan kepemimpinan Rasulullah SAW antara lain ini disebabkan oleh: 
 Dalam memimpin, beliau mengunakan sistem musyawarah.
 Beliau menghargai orang lain, baik lawan maupun kawan.
 Sifat ramah, kelembutan perangai menjadi lekat dengan pribadi beliau, akan tetapi beliau juga
dapat bersifat keras dan tegas beliau ketika dibutuhkan.
 Lebih mementingkan umat daripada diri beliau sendiri.
 Cepat menguasai situasi dan kondisi, serta tegar menghadapi musuh.
 Sebagai koordinator dan pemersatu ummat.
 Prestasi dan jangkauan beliau di segala bidang.
 Keberhasilan beliau sebagai perekat dasar-dasar perdamaian dan penyatu kehidupan yang
berkesinambungan.
 Beliau merupakan pembawa rahmat bagi seluruh alam.
 Beliau menerapkan aturan dengan konsisten. Tidak memandang bulu dan tidak pilih kasih.
Pada sumber lain menerangkan bahwa kunci kesuksesan pada diri Rasulullah SAW, terdapat pada 4
kekuatankepemimpinan: 
1. Kekuatan Inspirasi
2. Kekuatan motivasi
3. Kekuatan solusi
4. Kekuatan memprediksi (kejadian dimasa depan)

Dalam pelaksanaannya, Rasulullah sangat dekat dengan orang-orang yang dipimpinnya. Penyebutan
“sahabat” menunjukkan kedekatan pemimpin dengan yang dipimpin. Ini pula yang menyebabkan
terbentuk ikatan emosi yang kuat dan rasa saling percaya yang tinggi. Dari yang dicontohkan Rasulullah
SAW, minimal empat hal yang harus ada dan melekat pada diri seorang pemimpin dan atau calon
pemimpin atau Imam yaitu: Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah. 

a.Siddiq 
Maksudnya seorang pemimpin harus benar dan berpihak pada kebenaran, kejujuran, keadilan, bukan
sebaliknya sebagai pembohong, pengumbar janji yang tak tahu ujung kepastiannya. 

b.Amanah 
Dapat diyakini amanah yang diembannya betul-betul dapat dia laksanakan dengan baik. Menjunjung
tinggi harkat dan martabat kepemimpinannya. Pemimpin yang dapat dipercaya, bukan sebaliknya sebagai
pengkhianat rakyat yang telah memilihnya. Lain di mulut lain pula di hati. 

c.Tabligh 
Bermakna penyampai. Menyampaikan segala sesuatu yang telah diamanahkan kepadanya. Amanah
rakyat/masyarakat yang telah memandatkan kepadanya, apa, siapa, kenapa dan bagaimana
menyampaikannya. Pemimpin sebagai penyambung harus menyampaikan dengan benar dan baik
walaupun berat. Sampaikan kebenaran itu olehmu walaupun pahit. Bukan sebaliknya sebagai penghianat
rakyat, pengkhianat masyarakat dan pemimpin yang munafik. 

d.Fathonah 
Berarti cerdas, pintar, berwawasan maju, punya motivasi yang tinggi, selalu berinovasi untuk kemajuan,
punya pemikiran cemerlang, bagaimana memajukan rakyat, menyejahterakan rakyat atau masyarakat
yang dipimpinnya. Bukan sebaliknya pemimpin yang bodoh. Pemimpin yang bodoh akan menimbulkan
pemimpin yang serakah, rakus, kesewenang-wenangan, tak punya malu lagi dengan rakyat dan
masyarakat yang memilihnya, sehingga rakyat dibuat semakin terpuruk. 

Dalam menentukan seorang figur pemimpin Rasulullah SAW adalah figur yang patut diteladani dan
diikuti. Beliau mengajarkan memimpin melalui konsep-konsep Al-Quran dan Al-Hadist. Dari Gaya
Kepemimpinan Rasulullah SAW menunjukkan bahwa Beliau adalah figur imam agama, pemimpin
negara, masyarakat dan pemimpin dalam keluarga dan satu-satunya rujukan umat Islam.

B.Kekhalifahan Rasyidin
  Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan yang berdiri setelah kematian Muhammad pada
tahun 632 M, atau tahun 10 H. Kekhalifahan ini terdiri atas empat khalifahpertama dalam sejarah Islam,
yang disebut sebagai Khulafaur Rasyidin. Pada puncak kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang
dari Jazirah Arab, sampai ke Levant, Kaukasus dan Afrika Utara di barat, serta sampai ke dataran tinggi
Iran dan Asia Tengah di timur. Kekhalifahan Rasyidin merupakan negara terbesar dalam sejarah sampai
masa tersebut.[1] Kekhalifahan ini dikenal juga sebagai Kekhalifahan Patriarki.
Muhammad tidak mengajarkan secara langsung bagaimana memilih pemimpin setelah dia meninggal.
Secara tidak langsung, Islam memberikan kebebasan untuk membuat model pemilihan khalifah.
Kepemimpinan keempat Khulafaur Rasyidin pun berbeda-beda sesuai dengan karakter pribadinya dan
situasi masyarakatnya

1. Abu Bakar Ash Shiddiq


Melalui musyawarah, disepakati bahwa Abu Bakar yang pantas menjadi Khalifah. Adapun kesepakatan
tersebut karena Abu Bakar adalah :
a. Orang pertama orang yang mengakui peristiwa Isra’ Mikraj,
b. Orang yang menemani Nabi Muhammad Saw berhijrah ke Madinah.
c. Orang yang sangat gigih dalam melindungi orang yang memeluk agama Islam dan
d. Imam shalat sebagai penggati Nabi Muhammad ketika sedang sakit.

Setelah sepakat, Umar bin Khattab menjabat tangan Abu Bakar dan menyatkakan baiatnya kepada Abu
Bakar. Lalu diiukti oleh Sa’ad bin Ubadah. Dan Umat Islam seluruhnya. Abu Bakar menamai dirinya
sebagai Khalifatur Rasul atau sebagai pengganti Muhammad.Semasa kepemimpinannya yang singkat,
beliau memprioritaskan penyelesaian problem dalam negeri. Beberapa kelompok berusaha melepaskan
diri dari jamaah Islam. mereka menggangkap setelah Muhammad meninggal maka berakhir pula
kekuasaan Islam terhadap mereka. Selain itu beberapa orang mengaku sebagai nabi pengganti
Muhammad. Juga ada yang menolak membayar zakat. Terhadap ketiga pembelot tersebut, Abu Bakar
memutuskan untuk memerangi mereka. Pusat kekuasaan bersifat sentralistik. Segala keputusan ada di
tangan Khalifah Abu Bakar. Walaupun begitu, dia selalu mengadakan musyawarah dengan para
Sahabatnya sebelum memutuskan sesuatu. Seperti keputusan untuk memerangi orang yang tidak
membayar zakat. Terjadi musyawarah dengan Umar bin Khattab. Dan alasan Abu Bakar bahwa tidak ada
yang memisahkan antara shalat dan zakat al-Qur’an. Dia beralasan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah
mencontohkannya, shalat dan zakat adalah kesatuan rukun Islam yang tidak boleh dipisahkan.Abu Bakar
menunjuk langsung Umar bin Khattab sebagai penggantinya dengan mempertimbangkan situasi politik
yang ada. Beliau khawatir kalau pengangkatan melalui proses pemilihan seperti pada masanya akan
memperkeruh situasi politik. Selain itu agar pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Islam akan
terhambat.
2. Umar bin Khattab
Sebelum meninggal, Abu Bakar Ash-Shiddiq bertanya kepada para Sahabatnya tentang penunjukan Umar
bin Khattab sebagai penggantinya. Beliau menanyakan hal itu kepada Abdurrahman bin Auf, Utsman bin
Affan, Asid bin Hudhair Al-Anshary, Sa'id bin Zaid serta sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dan
Anshar. Pada umumnya mereka setuju dengan Abu Bakar dan kemudian disetujui oleh kaum muslim
dengan serempak. Ketika Abu Bakar sakit, beliau memanggil Utsman bin Affan untuk menulis wasiat
yang berisi tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Tujuannya agar ketika
sepeninggal beliau tidak ada kemungkinan perselisihan di kalangan umat Islam untuk masalah Khalifah.
Keputusan Abu Bakar tersebut diterima oleh Umat Islam. sehingga mereka secara beramai-
rama membaiat Umar sebagai Khalifah. Dengan demikian keputusan tersebut bukan keputusan Abu
Bakar sendiri namun persetujuan umat Muslim semua. Umar mengumumkan dirinya bukan sebagai
Khalifatur Rasul atau pengganti Rasul tapi sebagai Amirul Mukminin atau pemimpin orang-orang
beriman. Umar menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun.
Umar memprioritaskan perluasan Islam. perluasan Islam mencapai sepertiga dunia. Islam bisa tersebar
sampai ke daratan Eropa. Gaya kepemimpinannya membawa Islam menjadi kekuatan yang
diperhitungankan. Posisi Islam menyamai kekuatan besar yaitu Romawi dan Persia. Umar bin Khattab
menerapkan sistem administrasi pemerintahan yang diadopsi dari Persia. Administrasi pemerintahan
mengatur delapan wilayah provinsi yaitu Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kuffah, Palestina,
dan Mesir. Beberapa Departemen didirikan untuk mengatur gaji dan pajak tanah sehingga berdiri Baitul
Mal. Dalam merapikan sistem admnistrasi, dia menerapkan kalender Hijriah. Penanggalan berdasarkan
[[hijrah Muhammad ke Madinah dan bulan Muharam sebagai awal bulan kalender Hijriyah.
3. Utsman bin Affan
Ketika Umar sakit keras karena tertikam oleh Abu Lu'lu'ah al-Majusi seorang budak asal persia, dia
membentuk tim formatur yang terdiri dari Utsman bin Affan, Ali Bin Abi Thalib, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqqas. Tugas tim formatur
memilih salah seorang diantara mereka sebagai penggantinya. Abdurrahman bin Auf dipercaya menjadi
ketua tim formatur. Setelah Umar bin Khattab wafat, tim formatur mengadakan rapat. Empat orang
anggota mengundurkan diri menjadi calon Khalifah sehingga tinggal dua orang yaitu Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib. Proses pemilihan menghadapi kesulitan, karena berdasarkan pendapat umum
bahwa masyarakat menginginkan Utsman bin Affan menjadi Khalifah. Sedangkan diantara calon
penggati Umar bin Khattab terjadi perbedaan pendapat. Dimana Abdurrahman bin Auf cenderung
mendukung Utsman bin Affan. Sa’ad bin Abi Waqqas ke Ali Bin Abi Thalib. Hasil kesepakatan dan
persetujuan umat Islam, maka diangkatlah Utsman bin Affan sebagai penggati Umar bin Khattab. Dia
diangkat diusia ke 70 tahun dan menjadi Khalifah selama 12 tahun.
Model kepemimpinan Umar bin Khattab dilanjutkan oleh Utsman bin Affan. Dia mengembang Islam
ke beberapa daerah yang belum tercapai pada masa Umar bin Khattab. Perbedaan karakter Utsman
dengan Umar bin Khattab menimbulkan model kepemimpinan yang berbeda. Karakter Utsman yang
lembut berbeda dengan karakter Umar yang tegas dan keras. Hal ini menimbulkan kekecewaan umat
Islam. Disamping itu Utsman bin Affan diangkat usia 70 tahun. Sehingga dia memimpin umat Islam
sedikit lemah. Kebijakan yang paling disorot adalah kebijakannya pada pengangkatan kerabat
keluarganya menduduki jabatan penting. Seperti gubernur-gubernur di daerah kekuasaan Islam berasal
dari kerabat dekat. Selain perluasan Islam, Utsman memperhatikan pembangunan dalam kota seperti
membangun bendungan pencegah banjir, jalan-jalan, jembatan, masjid, dan perluasan masjid Nabawi. Dia
memperluas daya tampung masjid Nabawi yang dibangun pada zaman Muhammad. Pada masalah suksesi
kepemimpinan, Usman bin Affan tidak meninggalkan pesan. Dia meninggal terbunuh dalam peristiwa
berdarah ketika sedang membaca al Qur'an. Hal itulah yang memperburuk situasi politik setelah
meninggalnya Usman bin Affan di usia 83 tahun.
4. Ali bin Abi Thalib
Setelah Utsman bin Affan meninggal, umat Islam yang tinggal di Madinah bingung siapa yang akan
menggantikan Utsman bin Affan. Kemudian ada usulan untuk mnengangkat Ali bin Abi Thalib menjadi
pengganti Utsman bin Affan. Usulan tersebut disetujui oleh mayoritas Umat Islam, kecuali mereka yang
pro Muawiyah bin Abi Sufyan. Pada awalnya, Ali bin abi Thalib menolak tawaran usulan tersebut dan
tidak mau menerima jabatan Khalifah. Dia melihat situasinya kurang tepat karena banyak terjadi
kerusuhan dimana-mana. Menurutnya situasi ini harus diatasi dan dibereskan terlebih dahulu sebelum
membicarakan masalah kepemimpinan. Namun desakan sangat kuat, akhirnya Ali bin Abi Thalib
menerima tawaran jabatan Khalifah tepat pada tanggal 23 Juni 656 M. Ali bin Abi Thalib menghadapi
beberapa kelompok yang menuntut pengusutan terhadap pembunuhan Usman bin Affan dan menghukum
pelakunya.
Dia menghadapi situasi yang berbeda dengan zaman Abu Bakar dan Umar. Dimana umat Islam pada
masa Abu Bakar dan Umar masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus dituntaskan seperti
perluasan wilayah Islam. selain itu kehidupan sosialnya masih sangat sederhana dan belum banyak
terpengaruh oleh kekayaan dan kedudukan. Sedangkan zaman Ali bin Abu Thalib wilayahnya luas dan
besar, serta perjuangannya sudah terpengaruh oleh motivasi duniawi. Ali menghadapi kelompok
penentang sangat kuat ketika memberlakukan kebijakannya pada pemecatan pejabat-pejabat. Hal ini yang
dianggap penyebab munculnya pemberontakan. Beliau menghadapi juga perlawanan dari Zubair bin
Awwam dan Aisyah karena dianggap tidak menghukum pelaku pembunuhan Utsman bin Affan.
Pertentangan keduanya mengakibatkan Perang Jamal atau perang unta karena Aisyah menunggang unta
dalam peperangan. Pertentangan Ali dengan Muawiyah mengakibatkan Perang Siffin.
Perang tersebut diakhiri dengan tahkim/arbitrase di Daumatul Jandal pada tahun 34 H. Akibat peristiwa
itu, muncul tiga golongan di kalangan umat Islam, yaitu Khawarij, Murji'ah, dan Syiah. Ketiganya
golongan yang sangat kuat dan mewarnai perkembangan pemikiran dalam Islam
c. kepemimpinan bani umayyah
Sempat terjadi kekosongan pemerintahan kekhalifahan Islam setelah wafatnya salah satu
khulafaur rasyidin, yaitu Ali bin Abi Thalib. Para petinggi pemerintahan di Madinah kemudian
mengangkat Hasan bin Ali, yang merupakan keturunan dari Ali bin Abi Thalib, sebagai khalifah yang
baru. Namun Hasan bin Ali merasa tidak siap untuk mengelola pemerintahan, sehingga ia menyerahkan
jabatan itu kepada Muawiyah bin Abu Sofyan. Tujuan lain dari penyerahan kekuasaan itu adalah untuk
mendamaikan dan mempersatukan seluruh golongan umat Muslim yang sempat terpecah-pecah.
Dengan naiknya Muawiyah bin Abu Sofyan, maka dimulailah periode Dinasti Umayyah pada masa
pemerintahan kekhalifahan Islam. Berbeda dengan beberapa masa kekhalifahan sebelumnya, Dinasti
Umayyah kembali menyerukan misi perluasan wilayah. Langkah pertama yang diambil oleh Khalifah
Umayyah dalam upaya perluasannya tersebut adalah dengan menguasai wilayah Tunisia. Kemudian
berlanjut ke wilayah timur dengan menguasai Kota Kabul di Afghanistan. Beberapa sumber menyebutkan
pasukan Dinasti Umayyah sempat beberapa kali melakukan serangan ke wilayah Konstantinopel.
Pada masa kekuasaan Abdul Malik bin Marwan (685 M–705 M), misi ekspansi Dinasti Umayyah masih
tetap dilakukan. Pada periode ini, pasukan Dinasti Umayyah berhasil menyeberangi Sungai Oxus untuk
menguasai wilayah Bukhara, Khwarezmia, Ferghana, dan Samarkand. Bahkan perjalanan penguasaan
wilayah oleh pasukan Dinasti Umayyah itu dapat diteruskan hingga ke beberapa wilayah di kawasan
India bagian barat. Para masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, bahasa Arab dijadikan sebagai
bahasa resmi negara.

Kekuasaan Dinasti Umayyah kemudian beralih kepada Al-Walid bin Abdul Malik, yang
merupakan putra dari penguasa sebelumnya. Al-Walid bin Abdul Malik memegang kekuasaan tertinggi
selama 10 tahun, yaitu sejak tahun 705 M sampai 715 M. Pada periode ini, kesejahteraan dan kebutuhan
rakyat sangat diperhatikan oleh pemerintah. Ketika itu banyak dibangun rumah sakit, lembaga
pendidikan, dan pengembangan berbagai karya seni Islam.Secara umum, masa pemerintahan Al-Walid
bin Abdul Malik dikenal sebagai masa kemakmuran dan ketertiban bagi rakyatnya. Pada periode ini pun
Dinasti Umayyah berhasil melancarkan ekspedisi militer besar ke wilayah barat. Pada 711, ekspansi
militer ini berhasil menaklukkan wilayah Algeria dan Maroko. Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul
Azis, Dinasti Umayyah kembali berusaha melebarkan kekuasaannya di Eropa Barat. Setelah pemerintaha
Umar bin Abdul Azis, tampuk kepemimpinan Dinasti Umayyah berlanjut kepada Yazid bin Abdul Malik,
yang berkuasa sejak tahun 720 M sampai 724 M. Pada periode ini, Dinasti Umayyah mendapat berbagai
cobaan politik yang cukup mempengaruhi kemajuan yang telah dicapai oleh beberapa penguasa
sebelumnya. Banyak masyarakat yang tidak senang dengan pemerintaha Yazid bin Abdul Malik karena
merasa lebih mementingkan kemewahan dibandingkan kesejahteraan rakyat. Beberapa kelompok yang
anti terhadap Dinasti Umayyah mulai mendapat dukungan dari sejumlah masyarakat. Konflik
bermunculan di kalangan masyarakat yang menjurus kepada perang saudara di wilayah kekuasaan Dinasti
Umayyah.
Pemerintahan Dinasti Umayyah kemudian digantikan oleh Hisyam bin Abdul Malik, s Beberapa pendapat
mengatakan, Hisyam bin Abdul Malik adalah pemimpin yang cakap dan dapat memimpin Dinasti
Umayyah dengan baik.
Pemimpin terakhir yang menjabat pada pemerintahan Dinasti Umayyah adalah Marwan bin Muhammad.

d. kepemimpinan bani abbasiyah

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri
dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abullah ibn al-
Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).
Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah antara lain:
a.   Para Khalifah tetap dari Arab, sementara para menteri gubernur, panglima perang dan pegawai lainnya
banyak dipilih dari keturunan Persia dan Mawali.
b.   Kota Bagdad ditetapkan sebagai ibukota negara dan menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi dan
kebudayaan.
c.   Kebebasan berfikir dan berpendapat mendapat porsi yang tinggi.
d.   Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia.
e.    Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah.
Selain sistem politik yang diterapkan diatas, pemerintahan Abasiyyah periode I juga mengembangkan
kebijakan-kebijakan politik diantaranya adalah:[10]
f.   Memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Bagdad
g.   Memusnahkan keturunan Bani Umayyah
h.   Merangkul orang-orang persia, dalam rangka politik memperkuat diri, Abasiyyah memberi peluang dan
kesempatan yang besar kepada kaum Mawali
i.   Menumpas pemberontakan-pemberontakan
j.    Menghapus politik kasta
Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Dinasti Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu
oleh wazir (perdana menteri) yang jabatannya disebut wizaraat.Wizaraat ini dibagi menjadi 2 yaitu:
pertama, wizaraat tafwid (memliki otoritas penuh dan tak terbatas), waziraat ini memiliki kedaulatan
penuh kecuali menunjuk penggantinya. Kedua, wizaraat tanfidz (memiliki kekuasaan eksekutif saja)
wizaraat ini tidak memiliki inisiatif selain melaksanakan perintah khalifah dan mengikuti arahannya.
[11]     

SEJARAH KEPEMIMPINAN DI INDONESIA


a) SOEKARNO
Dr.(H.C.) Ir. H. Soekarno1  (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21
Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode
1945–1967. Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi
pada tanggal 17 Agustus1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep
mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.
1. Gaya Kepemimpinan soekarno  kepemimpinan yang transformatif  kepemimpinan visioner 
kepemimpinan yang kuat (strong leadership)  Kepemimpinan nasional-kerakyatan
2.  Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah dan
rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan Bangsanya.  Gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi yang
mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik, Sifat kepemimpinan
yang juga menonjol dan Ir. Soekarno adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh
inisiatif dan inovatif serta kaya akan ide dan gagasan baru.
3.  Lanjutnya  Berani melawan kekuatan asing, komunikator ulung, pergaulan internasional
terbaik.
4.  Pesan-Pesan Bung Soekarno  “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari
akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” dan “……….Bangunlah
suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……”  “Kita belum
hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat
elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)
5. .  “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan,
maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah
pun”. (Bung Karno)  “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau
adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato
HUT Proklamasi 1966, Soekarno)

b. SOEHARTO

Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto,(lahir di Kemusuk, Yogyakarta, 8


Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008pada umur 86 tahun) adalah Presiden kedua
Indonesia yang menjabat dari tahun 1967 sampai 1998, menggantikan Soekarno. Di dunia internasional,
terutama di Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer "The Smiling General" ( "Sang
Jenderal yang Tersenyum") karena raut mukanya yang selalu tersenyum. Meski begitu, ia sering juga
disebut sebagai diktator.
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa
pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30
September 1965, Soeharto menyatakan bahwa PKIadalah pihak yang bertanggung jawab dan memimpin
operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan sekitar 100.000 hingga 2 juta jiwa. [4][5]
Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada
tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun
1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul
terjadinya kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPRoleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan
orang terlama yang menjabat sebagai presiden Indonesia. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie.
Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini. Dalam masa kekuasaannya, yang
disebut Orde Baru, Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan
infrastruktur.[6][7][8][9] Soeharto juga dianggap membatasi kebebasan warga negara Indonesia
keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, dan dianggap sebagai rezim paling korup dalam sejarah
dunia modern dengan estimasi kerugian negara sekitar 15–35 miliar dolar Amerika Serikat.[10] Usaha
untuk mengadili Soeharto gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit
berkepanjangan, ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakartapada tanggal 27
Januari 2008.
c. B.J HABIBIE
Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada
masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah
Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet.
Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan
komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan
politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kukuh bagi Indonesia,
pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan
yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak
disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era
presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan
mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara
Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya
ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan
pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan
independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian. Menurut pihak oposisi, salah
satu kesalahan terbesar yang ia lakukan saat menjabat sebagai Presiden ialah memperbolehkan
diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste). Ia mengajukan hal yang cukup
menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk
memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor
Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada
tanggal 30 Agustus 1999.

d. ABDURRAHMAN WAHID
kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota
berbagai partai politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI
juga ada dalam kabinet tersebut. Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan.
Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rezim Soeharto dalam
menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup. [34]
Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan
bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang
lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah
tersebut. Pada 30 Desember, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama
kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia
mendorong penggunaan nama Papua.
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM
hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan. [41] Gus Dur juga
mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut. Ia
juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim
Indonesia.[Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Imlek menjadi hari libur
opsional.[51] Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa.

e. MEGAWATI
Kebijakan – kebijakan pada masa Megawati, yaitu:
1. Memulihkan keamanan dan ketertiban. Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen
bangsa dan menjaga persatuuan dan kesatuan. Upaya ini tergangu karena peristiwa Bom Bali yang
mengakibatkan kepercayaan dunia Internasional berkurang.
2. Menbangun tatanan politik yang baru. Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang
pemilu,susunan dan kedudukan MPR /DPR, dan pemilihan presiden dan wakil presiden.
3. Menjaga keutuhan NKRI. Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti
kasus Aceh, Ambon, Papua dan Poso. Hal tersebuut diberika perhatian khusus karena peritiwa
lepasnya Timor Timur dari RI.
4. Melanjutkan amandemen UUd 1945. Dilakukan agar lebih sesuai dengan dinamika dan
perkembangan zaman.
5. Meluruskan otonomi daerah. Keluarnya UU tentang otonomi daerah menimbulkan penafsiran
yang berbeda tentang pelaksanaan. Karena itu pelurusan dilakukan dengan pembinaan terhadap
daerah – daerah.

Kurangnya pemahaman dalam bidang ekonomi sehingga keputusan yang di ambil tidak berpihak kepada
rakyat. Terdapat kepentingan ekonomi dan politik dibelakang pemerintahannya. Dianggap gagal
melaksanakan agenda reformasi dan tidak mampu mengatasi krisis bangsa Pada masanya, megawati
melakukan kebijakan menjual aset-aset negara ( Misal TELKOM) sehinggakepemilikan sebagian jatuh ke
tangan asing  Lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan merupakan salah satu kegagalan yang sangat besar
dari pemerintahan Megawati

f. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


Selama 10 tahun berkuasa, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhasil mencetak prestasi
besar di bidang ekonomi dengan membawa Indonesia ke dalam kelompok 20 ekonomi utama atau G20.
Bank Dunia bahkan mengelompokkan Indonesia ke dalam 10 besar ekonomi dunia berdasarkan daya beli
masyarakat.Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pendapatan per kapita tinggi selama sepuluh tahun
membuat Indonesia masuk dalam kelompok ekonomi besar dunia tersebut. Stabilitas ekonomi Indonesia
di bawah kepemimpinan Presiden Yudhoyono ini disebabkan dua faktor utama: stabilitas politik dan
keamanan, serta kebijakan ekonomi yang pro-pertumbuhan. Pemerintahan Presiden Yudhoyono juga
melengkapi penanganan terorisme dengan mengesahkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Dalam pembangunan ekonomi,
Yudhoyono berupaya menegakkan empat pilar pembangunan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi
(pro-growth), menyediakan lapangan kerja (pro-job), mengentaskan kemiskinan (pro-poor), dan
melestarikan lingkungan (pro-environment).

g. JOKOWI
Jokowi memulai masa kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat, Kartu
Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Upaya ini oleh partai oposisi dianggap untuk meredam
sementara kenaikan harga BBM. Jokowi dikenal akan gaya kepemimpinannya yang pragmatis dan
membumi. Ia seringkali melakukan "blusukan" atau turun langsung ke lapangan untuk melihat langsung
permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat. Jokowi memberikan perhatian khusus bagi Papua.
Terlihat dari frekuensi kunjungan yang terhitung sangat sering dibanding presiden sebelumnya, dan
banyaknya pembangunan infrastruktur di Papua. Di antaranya adalah pembangunan pasar tradisional dan
jalan lintas Papua[123]. Banyak bandara perintis dibangun atau dibenahi sehingga terlihat lebih baik dan
kapasitasnya lebih besar. Ia juga menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada 11 Desember
2017.

Dalam kepemimpinannya, Jokowi banyak membangun jalan di luar Pulau Jawa. Selain itu


membangun beberapa jalan tol dengan anggaran mencapai Rp12,5 triliun. Jokowi dinilai sebagai presiden
yang mampu menampilkan citra diri sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat. Hal itu terbukti
dengan blusukan yang selalu dilakukan Jokowi di setiap daerah. Tindakan Jokowi ini kadang-kadang sulit
untuk ditebak, tetapi setiap kebijakannya tersebut pada dasarnya dilakukan untuk kepentingan
masyarakat. Model kepemimpinan seperti ini telah didambakan masyarakat Indonesia, dan karena itu
menarik untuk dianalisis berdasarkan bukti nyata dan latar belakang yang teoritis

.Berbagai cara kepemimpinan yang dilakukan oleh Jokowi diantaranya adalah

a. mendengar,
b. berempati,
c. kesadaran,
d. pengarahan,
e. keefektifan,
f. mengambil risiko,
g. berjiwa melayani,
h. mengobati/menyembuhkan,
i. berinovasi dan persuasi/bujukan yang meyakinkan.

Anda mungkin juga menyukai