Anda di halaman 1dari 14

Tujuan :

Pertemuan hari I
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan :
1. Mampu mengidentifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri
2. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes dengan
komplikasi nephropati secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif
pada kasus
3. Mampu mendiskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk
mencapai kesepahaman kelompok
4. Mampu mengidentifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus
dengan komplikasi nephropati
5. Mampu mendiskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus tipe
dengan komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
untuk mencapai kesepakatan kelompok
6. Mampu mengidentifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus tipe dengan
komplikasi nephropati secara mandiri

Kasus 1

Ny. P, 54 tahun. Seorang Ibu Rumah Tangga. Mengeluh Badan terasa berat karena
bengkak. 3 bulan sebelum masuk Rumah Sakit klien mengeluh sesak. Klien mengetahui
menderita DM sejak 5 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat,
terdapat pitting edema pada kedua tungkai. Klien menceritakan produksi air kencing
sedikit. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb = 8 mg/dl; albumin 2,4
mg/dl; ureum = 196 mg/dl dan kreatinin = 5,5 mg/dl. CCT = 8,78 mg/dl.

Aktifitas 1
Identifikasi kata kunci pada kasus diabetes melitus tipe dengan komplikasi nephropati
secara mandiri!

Kata Kunci :

1) Ny. P 54 Tahun
2) Seorang Ibu Rumah Tangga (IRT)
3) Mengeluh Badan terasa berat karena bengkak
4) Klien mengetahui menderita DM sejak 5 tahun yang lalu
5) Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, terdapat pitting edema pada kedua
tungkai
6) Produksi air kencing sedikit.
7) Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb = 8 mg/dl; albumin 2,4 mg/dl;
ureum = 196 mg/dl dan kreatinin = 5,5 mg/dl. CCT = 8,78 mg/dl.

Aktifitas 2
Identifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus!
Data Subjektif Data Objektif
- Badan terasa berat karena bengkak. - Konjungtiva pucat
- 3 bulan SMRS mengeluh sesak - Terdapat pitting edema pada kedua
- Menderita DM sejak 5 tahun yang lalu tungkai.
- Produksi air kencing sedikit - Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil
1. Hb = 8 mg/dl (12-16 g/dl)
2. Albumin 2,4 mg/dl (3,5-5,9 g/dL).
3. Ureum = 196 mg/dl (10-50 mg/dl)
4. Kreatinin = 5,5 mg/dl (0,5-1,1
mg/dl).
5. CCT (Creatinine Clearance Test) =
8,78 mg/dl

Masalah Keperawatan :
NO Data Fokus Masalah Keperawatan
1 Data Subjektif : Hipervolemia
- Badan terasa berat karena
bengkak.
- Produksi air kencing
sedikit
Data Objektif :
- Terdapat pitting edema
pada kedua tungkai.
- Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan
hasil
1. Hb = 8 g/dl (12-16
g/dl)
2. Albumin 2,4 mg/dl
(3,5-5,9 g/dL).
3. Ureum = 196 mg/dl
(10-50 mg/dl)
4. Kreatinin = 5,5 mg/dl
(0,5-1,1 mg/dl).
5. CCT (Creatinine
Clearance Test) = 8,78
mg/dl

2 Data Subjektif : Resiko Perusi Renal Tidak Efektif


- Menderita DM sejak 5
tahun yang lalu.
- Badan terasa berat karena
bengkak
- Produksi air kencing
sedikit
Data Objektif :
- Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan
hasil
1. Hb = 8 mg/dl (12-16
g/dl)
2. Albumin 2,4 mg/dl
(3,5-5,9 g/dL).
3. Ureum = 196 mg/dl
(10-50 mg/dl)
4. Kreatinin = 5,5 mg/dl
(0,5-1,1 mg/dl).
5. CCT (Creatinine
Clearance Test) = 8,78
mg/dl

3 Data Subjektif : Resiko Infeksi


- Menderita DM sejak 5
tahun yang lalu.
- Badan terasa berat karena
bengkak
Data Objektif :
- Terdapat pitting edema
pada kedua tungkai.
- Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan
hasil : Hb = 8 mg/dl (12-
16 g/dl)
- Konjungtiva pucat

Aktifitas 3
Diskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan
kelompok!

Masalah Keperawatan pada kasus :


1. Hipervolemia
2. Resiko Perusi Renal Tidak Efektif
3. Resiko Infeksi

Aktifitas 4
identifikasi faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati!

Jawab :
Nefropati diabetik adalah komplikasi terkait ginjal yang serius dari diabetes tipe 1
dan 2. Penyakit ini disebut penyakit ginjal diabetes. Hingga 40 persen orang dengan
diabetes akhirnya mengembangkan penyakit ginjal. Nefropati diabetik memengaruhi
kemampuan ginjal untuk melakukan pekerjaan yang biasa mereka lakukan dengan
membuang produk limbah dan cairan ekstra dari tubuh. Cara terbaik mencegah atau
menunda nefropati diabetik adalah mempertahankan gaya hidup sehat dan mengobati
diabetes dan tekanan darah tinggi.
Ginjal tersusun atas ribuan sel-sel kecil bernama nefron yang berfungsi menyaring
kotoran atau zat-zat sisa di dalam darah. Selanjutnya, zat sisa akan dibuang ke luar dari
tubuh melalui urine. Sementara sel darah merah dan zat lain yang bernutrisi bagi tubuh
seperti protein akan dialirkan melalui pembuluh darah.
Kadar gula darah yang tinggi atau tidak dikendalikan dapat membuat ginjal bekerja
lebih keras untuk menyaring darah. Perlahan, kemampuan ginjal akan menurun dan
menyebabkan nefron menebal, sampai akhirnya bocor. Hal itu dapat mengakibatkan
protein, seperti albumin, ikut terbuang di dalam urine hingga menyebabkan nefropati
diabetik.
Selain kadar gula darah yang tidak terkendali, faktor lain yang bisa memperbesar
peluang penderita diabetes mengalami komplikasi nefropati diabetik adalah:

 Obesitas atau kelebihan berat badan


 Aktif merokok
 Diabetes tipe 1 maupun 2 yang sulit dikendalikan.
 Hiperglikemia, merupakan faktor utama penyebab terjadinya Hiperfiltrasi pada
Glomerulus, cedera ginjal, pelepasan Sitokin dan produk Glikosilasi.
 Hipertensi sistemik maupun glomerular menyebabkan vasodilatasi arteriol aferen
glomerulus dan menambah hiperfiltrasi yang sudah ada.
 Dislipidemia , terutama peranan kadar LDL dan TG yang tinggi adalah merupakan
agen proinflamasi yang berperan pada disfungsi endotel
 Genetik dan Ras, faktor penyakit dalam keluarga menunjukan adanya kerentanan
terhadap Nefropati Diabetik.

Sumber : 1. Anonim, 2019 Diabetic Nephrophaty


(https://www.halodoc.com/kesehatan/nefropati-diabetik )
2. Risky Candra Swari, 2020 Nefroapti Diabetik Penyakit Ginjal Kronis Akibat
Komplikasi Diabetes ( https://hellosehat.com/diabetes/tipe-1/nefropati-diabetik/#gref )
3. Jodi S Loekman, Penatalaksanaan Nefropati Diabetik
(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/c58e23e8c06f79cb2ade6f283a7875
c2.pdf )

Aktifitas 5
Diskusikan faktor penyebab masalah pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepakatan kelompok!
Jawab :
Nefropati diabetik adalah komplikasi terkait ginjal yang serius dari diabetes tipe 1
dan 2. Penyakit ini disebut penyakit ginjal diabetes. Hingga 40 persen orang dengan
diabetes akhirnya mengembangkan penyakit ginjal. Nefropati diabetik memengaruhi
kemampuan ginjal untuk melakukan pekerjaan yang biasa mereka lakukan dengan
membuang produk limbah dan cairan ekstra dari tubuh. Cara terbaik mencegah atau
menunda nefropati diabetik adalah mempertahankan gaya hidup sehat dan mengobati
diabetes dan tekanan darah tinggi.
Ginjal tersusun atas ribuan sel-sel kecil bernama nefron yang berfungsi menyaring
kotoran atau zat-zat sisa di dalam darah. Selanjutnya, zat sisa akan dibuang ke luar dari
tubuh melalui urine. Sementara sel darah merah dan zat lain yang bernutrisi bagi tubuh
seperti protein akan dialirkan melalui pembuluh darah.
Kadar gula darah yang tinggi atau tidak dikendalikan dapat membuat ginjal bekerja
lebih keras untuk menyaring darah. Perlahan, kemampuan ginjal akan menurun dan
menyebabkan nefron menebal, sampai akhirnya bocor. Hal itu dapat mengakibatkan
protein, seperti albumin, ikut terbuang di dalam urine hingga menyebabkan nefropati
diabetik.
Selain kadar gula darah yang tidak terkendali, faktor lain yang bisa memperbesar
peluang penderita diabetes mengalami komplikasi nefropati diabetik adalah:

 Obesitas atau kelebihan berat badan


 Aktif merokok
 Diabetes tipe 1 maupun 2 yang sulit dikendalikan.
 Hiperglikemia, merupakan faktor utama penyebab terjadinya Hiperfiltrasi pada
Glomerulus, cedera ginjal, pelepasan Sitokin dan produk Glikosilasi.
 Hipertensi sistemik maupun glomerular menyebabkan vasodilatasi arteriol aferen
glomerulus dan menambah hiperfiltrasi yang sudah ada.
 Dislipidemia , terutama peranan kadar LDL dan TG yang tinggi adalah merupakan
agen proinflamasi yang berperan pada disfungsi endotel
 Genetik dan Ras, faktor penyakit dalam keluarga menunjukan adanya kerentanan
terhadap Nefropati Diabetik.

Sumber : 1. Anonim, 2019 Diabetic Nephrophaty


(https://www.halodoc.com/kesehatan/nefropati-diabetik )
2. Risky Candra Swari, 2020 Nefroapti Diabetik Penyakit Ginjal Kronis Akibat
Komplikasi Diabetes ( https://hellosehat.com/diabetes/tipe-1/nefropati-diabetik/#gref )
3. Jodi S Loekman, Penatalaksanaan Nefropati Diabetik
(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_dir/c58e23e8c06f79cb2ade6f283a7875
c2.pdf )

Aktifitas 6
Identifikasi materi belajar pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi nephropati
secara mandiri!
Materi belajar :
1. Pengertian Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik adalah jenis penyakit ginjal yang disebabkan oleh diabetes.
Penyakit ini dapat terjadi pada penderita diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2.
Makin lama seseorang menderita diabetes, atau adanya faktor risiko lain seperti
hipertensi, makin tinggi juga risikonya terserang nefropati diabetik.

2. Gejala
Pada tahap awal perkembangannya, nefropati diabetik seringkali tidak menunjukkan
gejala apa pun. Namun bila kerusakan ginjal terus berlanjut, akan timbul sejumlah
gejala, seperti:

 Frekuensi buang air kecil meningkat atau sebaliknya.


 Gatal-gatal.
 Hilang nafsu makan.
 Insomnia.
 Lemas.
 Mata bengkak.
 Mual dan muntah.
 Pembengkakan pada lengan dan tungkai.
 Sulit berkonsentrasi.
 Terdapat protein dalam urine dan urine berbusa.

3. Penyebab Terjadinya
Nefropati diabetik terjadi ketika diabetes menyebabkan kerusakan dan
terbentuknya jaringan parut pada nefron. Nefron adalah bagian ginjal yang berfungsi
menyaring limbah dari darah, dan membuang kelebihan cairan dari tubuh. Selain
menyebabkan fungsinya terganggu, kerusakan tersebut juga membuat protein yang
disebut albumin terbuang ke urine dan tidak diserap kembali.
Belum diketahui mengapa kondisi di atas terjadi pada penderita diabetes, tetapi
diduga terkait dengan tingginya kadar gula dan tekanan darah, dua kondisi yang dapat
mengganggu fungsi ginjal. Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit ini adalah
kebiasaan mengonsumsi makanan penyebab gagal ginjal, misalnya makanan yang
terlalu manis.
Selain kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dan tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang tidak terkontrol, faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
nefropati diabetik adalah:

 Merokok.
 Menderita diabetes tipe 1 sebelum usia 20 tahun.
 Menderita kolesterol tinggi.
 Memiliki berat badan berlebih.
 Memiliki riwayat diabetes dan penyakit ginjal dalam keluarga.
 Menderita komplikasi diabetes lain, seperti neuropati diabetik.

4. Diagnosis
Dokter dapat menduga pasien terserang nefropati diabetik bila penderita diabetes mengalami
sejumlah gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter
dapat melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memeriksa fungsi ginjal, seperti:
 Tes BUN (blood urea nitrogen) atau ureum. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar
urea nitrogen dalam darah. Urea nitrogen adalah zat sisa metabolisme yang normalnya
disaring oleh ginjal dan dibuang bersama urine. BUN yang tinggi dapat menunjukkan
kelainan pada ginjal. Kadar BUN normal tergantung kepada usia dan jenis kelamin,
yaitu 8-24 mg/dL pada pria dewasa, 6-21 mg/dL pada wanita dewasa, dan 7-20 mg/dL
pada anak usia 1-17 tahun.
 Tes kreatinin. Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar kreatinin dalam darah. Sama
seperti urea nitrogen, kreatinin juga merupakan limbah sisa metabolisme, yang
normalnya dibuang bersama urine. Umumnya, kreatinin normal pada individu usia 18-
60 tahun berkisar antara 0.9-1.3 mg/dL untuk pria, dan 0.6-1.1 mg/dL untuk wanita.
 Tes LFG (laju filtrasi glomerulus). Tes LFG adalah jenis tes darah yang dilakukan
untuk mengukur fungsi ginjal. Makin rendah nilai LFG, makin buruk fungsi ginjal
dalam menyaring limbah, sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini:
o Stadium 1 (LFG 90 ke atas): ginjal berfungsi dengan baik.
o Stadium 2 (LFG 60-89): gangguan ringan pada fungsi ginjal.
o Stadium 3 (LFG 30-59): gangguan fungsi ginjal tahap menengah.
o Stadium 4 (LFG 15-29): gangguan berat pada fungsi ginjal.
o Stadium 5 (LFG 15 ke bawah): gagal ginjal.
 Tes urine mikroalbuminuria. Pasien dapat diduga menderita nefropati diabetik bila
urine mengandung protein yang disebut albumin. Tes dapat dilakukan dengan
mengambil sampel urine pasien secara acak di pagi hari atau ditampung selama 24
jam. Kadar albumin dalam urine masih terbilang normal bila di bawah 30 mg.
Sedangkan kadar albumin dalam kisaran 30-300 mg (mikroalbuminuria), menandakan
kondisi penyakit ginjal tahap awal. Bila lebih dari 300 mg (makroalbuminuria),
kondisi tersebut menandakan penyakit ginjal yang sudah berkembang lebih parah.
 Uji pencitraan. Dokter dapat melakukan USG ginjal atau foto Rontgen, untuk melihat
struktur dan ukuran ginjal pasien. CT scan dan MRI juga dapat dilakukan guna
menilai kondisi sirkulasi darah di ginjal.
 Biopsi ginjal. Bila diperlukan, dokter dapat mengambil sedikit sampel jaringan dari
ginjal pasien. Sampel tersebut akan diambil dengan jarum halus dan diteliti
menggunakan mikroskop.

5. Pencegahan
Nefropati diabetik dapat dihindari dengan cara memperbaiki gaya hidup melalui langkah-
langkah sederhana, seperti:

 Menangani diabetes dengan benar. Penanganan diabetes yang benar dapat menunda


atau bahkan mencegah nefropati diabetik.
 Menjaga tekanan darah dan kesehatan secara umum. Individu dengan faktor risiko
nefropati diabetik disarankan untuk rutin mengunjungi dokter guna mewaspadai
tanda-tanda kerusakan ginjal.
 Ikuti petunjuk penggunaan obat. Gunakan obat dengan benar, khususnya bila pasien
nefropati diabetik mengonsumsi obat pereda nyeri golongan obat antiinflamasi
nonsteroid. Penggunaan obat yang tidak sesuai petunjuk bisa memicu kerusakan
ginjal.
 Menjaga berat badan ideal. Lakukan olahraga rutin beberapa hari dalam seminggu
agar berat badan ideal tetap terjaga. Bagi penderita obesitas, konsultasikan dengan
dokter mengenai cara menurunkan berat badan yang tepat.
 Berhenti merokok. Rokok dapat merusak ginjal dan memperparah kondisi ginjal yang
sudah rusak.

6. Komplikasi
Nefropati diabetik merupakan penyebab terbanyak penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal
kronis tahap akhir di Indonesia dan di dunia. Di Indonesia sendiri, 52 persen pasien yang
menjalani cuci darah diakibatkan oleh nefropati diabetik.
Komplikasi lain akibat nefropati diabetik yang dapat berkembang secara bertahap dalam
hitungan bulan atau tahun, antara lain:

 Luka terbuka di kaki.


 Anemia atau kekurangan sel darah merah.
 Kenaikan kadar kalium dalam darah (hiperkalemia) secara mendadak.
 Retensi cairan yang dapat memicu pembengkakan di tangan, kaki, atau paru-paru
(edema paru).

Sumber : Marianti, 2018 Nefropati Diabetik (https://www.alodokter.com/nefropati-


diabetik#:~:text=Nefropati%20diabetik%20adalah%20jenis%20penyakit,juga%20risikonya
%20terserang%20nefropati%20diabetik)

Pertemuan hari II
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan :
1. Mampu menyusun rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati secara mandiri, dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Mampu membuat tujuan/kritereria hasil perencanaan sesuai dengan diagnosis
yang telah dimunculkan.
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pengkajian fokus terhadap masalah tersebut
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan untuk
pasien/keluarga terhadap masalah tersebut
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan kolaborasi terhadap masalah tersebut
e. Mampu mengidentifikasi kebutuhan aktifitas lain yang menunjang pemecahan
masalah tersebut
2. Mampu berdiskusi kelompok tentang rencana keperawatan pada kasus diabetes
melitus dengan komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara
individu/mandiri
3. Mampu menyusun catatan perkembangan pada kasus diabetes dengan komplikasi
nephropati secara mandiri
4. Mampu mendiskusikan tentang catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus
dengan komplikasi nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri
untuk mencapai kesepahaman kelompok
5. Mampu membuat dokumentasi keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan
komplikasi nephropati secara mandiri
Aktifitas 1
Susunlah rencana keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati secara mandiri!

Jawab :

Diagnosis Luaran Intervensi


1. Hipervolemia b/d Setelah dilakukan intervensi Observasi
gangguan mekanisme keperawatan selama 1x24 1. Periksa tanda dan
regulasi d/d Terdapat jam maka Keseimbangan gejala hipervolemia
pitting edema pada cairan meningkat dengan misalnya edema
kedua tungkai. kriteria hasil : 2. Identifikasi
1. Haluaran urin penyebab
meningkat. hypervolemia
2. Edema menurun . 3. Monitor intake dan
3. Turgor kulit output cairan
membaik. 4. Monitor tanda
4. Berat badan konsentrasi
membaik. (misalnya kadar
natrium, BUN
hematocrit, berat
jenis urin,dll)
5. Monitor tanda
peningkatan tekanan
onkotik
plasma (misalnya
kadar protein dan
albumin meningkat)

Terapeutik
1. Timbang berat badan
setiap hari pada
waktu yang sama.
2. Batasi asupan cairan
dan garam

Edukasi
1. Anjurkan melapor
jika haluaran urine
kurang dari 0,5 ML
per kilogram per jam
dalam 6 jam.
2. Anjurkan melapor
jika berat badan
bertambah lebih 1 kg
dalam sehari.
3. Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan
dan  haluaran cairan
4. Ajarkan cara
membatasi cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian diuretik

2. Resiko Perusi Renal Setelah dilakukan intervensi Observasi :


Tidak Efektif b/d keperawatan selama 1x24 1. Monitor status
disfungsi ginjal d/d jam perfusi renal meningkat kardiopulmonal
Produksi air kencing dengan kriteria hasil : (frekuensi dan
sedikit, Kreatinin = 5,5 1. Jumlah Urine kekuatan nadi,
mg/dl (0,5-1,1 mg/dl), meningkat frekuensi nafas
dan Ureum = 196 2. Kadar Urea Nitrogen tekanan darah).
mg/dl (10-50 mg/dl) Darah membaik 2. Monitor status
3. Kadar Kreatinin oksigenasi (oximeter
membaik nadi, AGD).
3. Monitor status
cairan.
4. Monitor tingkat
kesadaran dan
respon pupil
 
Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen lebih
dari 94%

Edukasi
1. Jelaskan penyebab atau
faktor resiko syok
2. Jelaskan tanda dan
gejala awal syok

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu.
2. Kolaborasi
pemberian transfusi
darah, jika perlu
3. Resiko Infeksi b/d Setelah dilakukan intervensi Observasi:
Penurunan keperawatan selama 1x24 1. Monitor tanda dan
Hemoglobin d/d Hb = jam control resiko gejala infeksi local
8 mg/dl (12-16 g/dl) meningkat dengan kriteria dan sistemik
hasil : Terpeutik
1. Kemampuan 1. Batasi jumlah
mengidentifikasi pengunjung
factor resiko 2. Berikan oerawatan
2. Kemampuan kulit pada area
melakukan strategi edema
control resiko Edukasi :
3. Kemampuan 1. Jelaskan tanda dan
menghidari factor gejala infeksi
resiko 2. Ajarkan mencuci
tangan yang benar
4. Penggunaan system
3. Ajarkan
pendukung meningkatkan
asupan nutrisi.

Sumber :
DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Aktifitas 4
Diskusikan catatan perkembangan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi
nephropati yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepakatan kelompok

Jawab:
Waktu Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
09 Maret Observasi S=
2021 1. Memeriksa tanda dan gejala - Klien merasa Badan masih
hipervolemia misalnya terasa berat karena
edema bengkak.
2. Mengidentifikasi penyebab - Klien menatakan Produksi
hypervolemia air kencing masih sedikit
3. Memonitor intake dan
output cairan O=
4. Memonitor tanda - Terdapat pitting edema
konsentrasi (misalnya kadar pada kedua tungkai.
natrium, BUN hematocrit,
berat jenis urin,dll) A=
5. Memonitor tanda Hipervolemia
peningkatan tekanan
onkotik plasma (misalnya P = Pertahankan Intervensi
kadar protein dan albumin Observasi
meningkat) 1. Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik 2. Monitor tanda konsentrasi
1. Menimbang berat badan (misalnya kadar natrium,
setiap hari pada waktu yang BUN hematocrit, berat jenis
sama. urin,dll)
2. Membatasi asupan cairan 3. Monitor tanda peningkatan
dan garam tekanan onkotik
plasma (misalnya kadar
Edukasi protein dan albumin
1. Menganjurkan melapor jika meningkat)
haluaran urine kurang dari
0,5 ML per kilogram per Terapeutik
jam dalam 6 jam. 1. Timbang berat badan setiap
2. Menganjurkan melapor jika hari pada waktu yang sama.
berat badan bertambah lebih 2. Batasi asupan cairan dan
1 kg dalam sehari. garam
3. Mengajarkan cara
mengukur dan mencatat Edukasi
asupan dan  haluaran cairan 1. Anjurkan melapor jika
4. Mengajarkan cara haluaran urine kurang dari
membatasi cairan 0,5 ML per kilogram per
jam dalam 6 jam.
Kolaborasi 2. Anjurkan melapor jika
1. Melakukan kolaborasi berat badan bertambah
pemberian diuretik lebih 1 kg dalam sehari.
3. Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan 
haluaran cairan
4. Ajarkan cara membatasi
cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik

09 Maret Observasi : S=
2021 1. Memonitor status - Klien merasa Badan masih
kardiopulmonal (frekuensi terasa berat karena
dan kekuatan nadi, bengkak.
frekuensi nafas tekanan - Klien menatakan Produksi
darah). air kencing masih sedikit
2. Memonitor status
oksigenasi (oximeter nadi, - O=
AGD). Hasil pemeriksaan
3. Memonitor status cairan. laboratorium didapatkan hasil
4. Memonitor tingkat 1. Hb = 8 mg/dl (12-16 g/dl)
kesadaran dan respon pupil 2. Albumin 2,4 mg/dl (3,5-5,9
  g/dL).
Terapeutik 3. Ureum = 196 mg/dl (10-50
1. Memberikan oksigen untuk mg/dl)
mempertahankan saturasi 4. Kreatinin = 5,5 mg/dl (0,5-
oksigen lebih dari 94% 1,1 mg/dl).
5. CCT (Creatinine Clearance
Edukasi Test) = 8,78 mg/dl
1. Menjelaskan penyebab atau
faktor resiko syok A = Resiko Perusi Renal Tidak
2. Menjelaskan tanda dan Efektif
gejala awal syok
P=
Kolaborasi Observasi :
1. Melakukan kolaborasi 1. Monitor status
pemberian IV, jika perlu. kardiopulmonal (frekuensi
2. Melakukan kolaborasi dan kekuatan nadi,
pemberian transfusi darah, frekuensi nafas tekanan
jika perlu darah).
2. Monitor status oksigenasi
(oximeter nadi, AGD).
3. Monitor status cairan.
4. Monitor tingkat kesadaran
dan respon pupil
 
Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen lebih dari 94%
Edukasi
1. Jelaskan penyebab atau faktor
resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV,
jika perlu.
2. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika perlu

09 Maret Observasi: S=
2021 1. Memonitor tanda dan gejala - Klien merasa Badan masih
infeksi local dan sistemik terasa berat karena
Terpeutik bengkak
1. Membatasi jumlah
pengunjung O=
2. Memberikan perawatan - Terdapat pitting edema pada
kulit pada area edema
kedua tungkai.
Edukasi :
1. Menjelaskan tanda dan - Hasil pemeriksaan
gejala infeksi laboratorium didapatkan
2. Mengajarkan mencuci hasil : Hb = 8 mg/dl (12-16
tangan yang benar g/dl)
3. Mengajarkan meningkatkan - Konjungtiva pucat
asupan nutrisi.
A= Resiko Infeksi

P = Pertahankan intervensi

Observasi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
Terapeutik
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan oerawatan kulit
pada area edema

Anda mungkin juga menyukai