Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASSESMEN KEBUTUHAN DAN PERENCANAAN PENDIDIKAN

ANALISIS KOHORT

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Suhaimi, S.Pd, M.Pd
Dr. Ngadimun, M.M.

Kelompok 4
Kelas A:
1. DESY SETYOWATI (2020111320101)
2. FITRI MELDAWATI (2020111320076)
3. JARMINTO (2020111310033)
4. LILIS APRIYANTI (2020111320064)
5. MUHAMMAD SUKMA INDRAWAN ( 2020111310041)

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kohort”. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Asesmen Kebutuhan dan Perencanaan
Pendidikan serta memperdalam pemahaman kami mengenai analisis kohort dalam asesmen
Kebutuhan dan Perencanaan Pendidikan
Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi pada mata kuliah
Asesmen Kebutuhan dan Perencanaan Pendidikan. Kami sangat menyadari makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan untuk kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada.Akhir kata,
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
penulisan makalah ini, terkhusus kepada :

1. Bapak Dr. Suhaimi, S.Pd, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Assemen
Kebutuhan dan Perencanaan Pendidikan pada program pascasarjana Manajemen
Pendidikan ULM.
2. Bapak Dr. Ngadimun, M.M sebagai dosen pengampu mata kuliah Assemen
Kebutuhan dan Perencanaan Pendidikan pada program pascasarjana Manajemen
Pendidikan ULM.
3. Rekan-rekan mahasiswa program pascasarjana Manajemen Pendidikan ULM
2020/2021

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan
pengorbanan mereka kepada kami dan melimpah rahmat–Nya kepada kita semua. Amin.

Banjarmasin, Maret 2021

Penulis
Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
 
 

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. ANALISIS KOHORT.....................................................................................................3
B. ANALISIS EFISIENSI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN................................6
C. ANALISIS DAN DIAGNOSIS DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN..............7
BAB III  PENUTUP.................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15

DAFTAR RUJUKAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan pendidikan merupakan suatu proses kegiatan untuk mencapai
pengalokasian sumber daya pendidikan pada sistem pendidikan secara efisien, adil, dan
rasional.Tugas pokok perencanaan pendidikan adalah menentukan keadaan yang sebaik-
baiknya dari hubungan-hubungan internal dan eksternal dalam suatu sistem pendidikan untuk
mencapai keseimbangan yang sebaik-baiknya dalam keadaan yang berubah secara dinamis
dan mempengaruhi ke arah perubahan yang diinginkan. Dalam rangka pandangan ini maka
perencanaan pendidikan menjadi suatu keharusan bagi pembangunan bangsa dan negara.
Tidak terlepas dari itu, adanya analisis-analisis menjadi fokus pada perencanaan
pendidikan guna mencapai sumber daya pendidikan yang optimal berdasarkan pendeteksian
masalah pendidikan yang selanjutnya akan diselesaikan. Analisis-analisis tersebut antara lain:
Analisis Kohort, Analisis Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan, dan Analisis dan Diagnosis
dalam Perencanaan Pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Analisis Kohort?
2. Bagaimana peran Analisis Kohort?
3. Apa yang dimaksud dengan Analisis Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan?
4. Bagaimana peran Analisis Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan?
5. Bagaimana konsep Analisis dan Diagnosis dalam Perencanaan pendidikan?
6. Bagaimana peran Analisis dan Diagnosis dalam Perencanaan pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Disusunnya makalah ini bertujuan, antara lain:
1. Mengetahui konsep Analisis Kohort
2. Mengetahui peran Analisis Kohort
3. Mengetahui konsep Analisis Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan

1
4. Mengetahui peran Analisis Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan
5. Mengetahui konsep Analisis dan Diagnosis dalam Perencanaan pendidikan
6. Mengetahui peran Analisis dan Diagnosis dalam Perencanaan Pendidikan
7. Mengetahui konsep Analisis Kohort.
8. Mengetahui peran Analisis Kohort.
9. Mengetahui konsep Analisis Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan.
10. Mengetahui peran Analisis Efisiensi Penyelenggaraan Pendidikan.
11. Mengetahui konsep Analisis dan Diagnosis dalam Perencanaan pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANALISIS KOHORT
1. Pengertian Kohort

Istilah kohort awalnya ditemukan dalam sejarah bangsa Romawi yang terkait
dengan pasukan perang, untuk memantau secara cermat kondisi anggota pasukan dari
awal ditugaskan sampai berakhirnya peperangan. Untuk mendapatkan informasi yang
mudah diakses guna penugasan selanjutnya maka data kondisi pasukan tersebut kemudian
disusun dalam suatu bagan yang memuat informasi tentang jumlah keseluruhan tentara
yang ditugaskan untuk berperang, jumlah tentara yang gugur, jumlah tentara yang
luka/sakit, dan jumlah tentara yang selamat dari peperangan. Bagan arus ini selanjutnya
digunakan untuk menggambarkan keadaan pada bidang lain seperti bidang kependudukan
untuk menggambarkan kelompok penduduk yang lahir pada tahun yang sama, dan bidang
pendidikan untuk menggambarkan kelompok siswa yang masuk dalam suatu sistem
pendidikan tertentu pada tingkat yang sama dan tahun yang sama.

Pada bidang pendidikan, istilah kohort digunakan untuk menggambarkan arus


siswa dalam suatu sistem pendidikan, yaitu berupa bagan yang berisi data tentang siswa
yang masuk mulai di tingkat satu sampai mereka tamat/lulus mengikuti program
pendidikannya. Bagan ini memuat data tentang jumlah siswa baru, jumlah seluruh siswa
pada setiap tingkat, jumlah siswa naik tingkat, jumlah siswa tinggal kelas/mengulang,
jumlah siswa putus sekolah, jumlah siswa lulus, dan jumlah siswa mutasi pada setiap
tingkat dan setiap tahun. Dalam pembuatan bagan arus siswa (Kohort) data mutasi siswa
kurang diperhitungkan, karena hal ini sifatnya sangat insidental dan kurang signifikan.
Dalam penggambaran data siswa pada Kohort, jumlah seluruh siswa di setiap
tingkat dituliskan dalam bentuk garis horizontal atau bentuk bangun persegi panjang.
Untuk menuliskan jumlah data siswa naik tingkat, jumlah siswa tinggal kelas, jumlah
siswa putus sekolah, dan jumlah siswa lulus menggunakan garis (---) atau tanda panah
(). Garis atau tanda panah diagonal ke bawah kanan menggambarkan siswa tinggal
kelas, garis atau tanda panah diagonal ke bawah kanan menggambarkan siswa naik

3
tingkat atau lulus, dan tanda panah ke samping kanan atau diagonal ke atas kanan
menggambarkan siswa putus sekolah. Penggambaran Kohort dapat pula dibuat dengan
menggunakan bangun datar segi empat, lingkaran, elips, trapesium, segitiga, jajar
genjang, dan lain-lain.
2. Kegunaan Kohort Siswa
Kegunaan Kohort siswa dapat dilihat dari kepentingan perencanaan dan
manajemen sekolah yaitu:
● Menemukan permasalahan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan lebih
mudah dan lebih cepat.
● Menemukan situasi dan  kondisi pendidikan di sekolah untuk keperluan perencanaan.
● memudahkan para pengawas melihat kondisi siswa di masing-masing sekolah yang
menjadi tanggung jawabnya guna melakukan perbaikan.
● Membantu mempermudah melakukan upaya perbaikan manajemen sekolah oleh
kepala sekolah.
● Melaporkan keadaan siswa di suatu sekolah secara cepat dan mudah dilihat kepada
para pengawas, jajaran birokrasi pendidikan, masyarakat dan para pemerhati
pendidikan  lainnya.
● Membantu perencana pendidikan  menemukan permasalahan pendidikan di sekolah
dengan mudah dan cepat yang sangat berguna untuk memudahkan melakukan
diagnosis yang diperlukan dalam penyusunan rencana pendidikan.
3. Prinsip-prinsip pembuatan Kohort
Untuk membuat Kohort lengkap yang menggambarkan arus siswa mulai masuk ke
dalam sistem pendidikan (mulai masuk di kelas I) sampai mereka tamat pendidikannya
(lulus kelas VI untuk SD, dan kelas III untuk sekolah menengah) maka diperlukan data
pendidikan sedikitnya selama enam tahun berturut-turut untuk SD/MI dan tiga tahun
untuk sekolah menengah (SMP, SMA, SMK, dan MA).
Data yang harus tersedia untuk membuat Kohort meliputi jumlah siswa baru,
jumlah siswa per tingkat, jumlah siswa naik tingkat atau tamat, jumlah siswa tinggal
kelas, dan jumlah siswa putus sekolah serta data mutasi siswa, calon siswa baru yang
mendaftar, dan siswa keseluruhan dari kelas I sampai kelas terakhir. Data tersebut
selanjutnya dimasukkan ke dalam bagan yang masih kosong sesuai dengan tahun dan
mengikuti kolom-kolom yang ada menurut peruntukannya.
4. Pembuatan Kohort Siswa

4
Pengisian data pada tabel pembuatan Kohort, tergantung pada kesiapan
yang  bertugas mengisi Kohort. Di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
“counting data” (waktu hitung data) adalah pada tanggal 31 Agustus setiap tahunnya
sesuai dengan waktu hitung kuesioner Balitbang Kemendikbud. Sementara di sekolah-
sekolah, pengisian data pada bagan Kohort diserahkan sepenuhnya kepada para kepala
sekolah. Selanjutnya, kepala sekolah mendelegasikan kepada guru atau tenaga
kependidikan lainnya untuk melaksanakan tugas tersebut.
Berbeda dengan pembuatan Kohort yang dilaksanakan di satuan  pendidikan (di
sekolah), pembuatan Kohort di tingkat wilayah berisi data siswa hasil rekapitulasi dari
sejumlah sekolah yang ada di wilayah tersebut yang dikumpulkan oleh petugas khusus
yang ditunjuk oleh kepala dinas atau pihak terkait lainnya.
Kegiatan pembuatan Kohort meliputi pembuatan tabel persiapan, pembuatan
Kohort angka nominal, pembuatan Kohort data persentase, data asumsi, dan data hasil
proyeksi.
⮚ Tabel Persiapan
⮚ Kohort Angka Nominal
⮚ Kohort Data Persentase, berfungsi untuk menganalisis masalah.
⮚ Kohort Asumsi, berfungsi untuk membantu dalam mencari efisiensi internal
penyelenggaraan pendidikan.
⮚ Kohort Proyeksi, berfungsi untuk mengetahui perkiraan siswa di masa depan.
⮚ Analisis Kohort
Untuk angka siswa naik tingkat, siswa lulus, dan angka pemasukan semakin
mendekati angka 100% maka penyelenggaraan pendidikan semakin baik, sedangkan
untuk angka siswa tinggal kelas dan putus sekolah, semakin mendekati angka 0% maka
penyelenggaraan pendidikan semakin baik.
Analisis Kohort bertujuan untuk menemukan informasi tentang ada tidaknya
permasalahan pendidikan yang terkait dengan siswa naik tingkat, siswa lulus, siswa
tinggal kelas dan siswa putus sekolah. Selain itu, analisis Kohort dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang ada tidaknya permasalahan pendidikan yang terkait
dengan manajemen sekolah seperti masalah ketenagaan dan keuangan sekolah.
Permasalahan tersebut dimaksudkan sebagai terdapatnya perbedaan antara informasi yang
diperoleh dari hasil pengamatan pada Kohort dengan informasi yang merupakan
kebijakan pemerintah, informasi ini sangat berguna bagi perencana pendidikan untuk
melakukan diagnosis terhadap penyebab terjadinya permasalahan tersebut guna
5
mendapatkan pemecahan masalah terbaik dalam bentuk rencana atau program pendidikan
yang tepat.

6
D. ANALISIS EFISIENSI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
1. Pengertian  efisiensi penyelenggaraan pendidikan
Efisiensi penyelenggaraan pendidikan diartikan sebagai penghematan terhadap
penggunaan sumber daya yang dimiliki sekolah yaitu penghematan terhadap penggunaan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, penghematan terhadap pemanfaatan sarana dan
prasarana pendidikan, penghematan terhadap penggunaan biaya pendidikan, dan
penghematan terhadap penggunaan waktu dalam melakukan proses pendidikan guna
mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan secara efektif.
Dalam bidang pendidikan dikenal dua istilah efisiensi yaitu: efisiensi internal dan
efisiensi eksternal. Efisiensi internal adalah penghematan yang terjadi di lingkungan
internal sekolah pada waktu siswa masih aktif belajar menuntut ilmu di sekolah dan yang
bersangkutan menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Sedangkan efisiensi eksternal
adalah penghematan yang terjadi di luar lingkungan sekolah dimana siswa sudah tamat
dan kembali ke tengah-tengah masyarakat sebagai warga negara biasa.
Efisiensi internal diukur dari banyaknya lulusan yang dihasilkan oleh sekolah
selama periode waktu tertentu dengan menggunakan perbandingan antara siswa yang
masuk dan siswa yang lulus. Sedangkan efisiensi eksternal diukur dari banyaknya lulusan
yang memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuninya di
sekolah, termasuk berkelakuan baik dan memiliki akhlak terpuji ketika berada ditengah-
tengah masyarakat.
2. Mencari efisiensi internal penyelenggaraan pendidikan
Mencari efisiensi penyelenggaran pendidikan di satuan pendidikan dengan
mengkaji arus siswa, yaitu dengan melihat, masukan dan keluaran dari suatu jenjang
pendidikan. Masukan dan keluaran harus pula mempertimbangkan faktor biaya yang
dikeluarkan, karena dalam hal ini masukan dan keluaran yang diperhitungkan adalah
jumlah siswa yang masuk dan lulus.
Suatu sistem pendidikan mempunyai dua tingkat efisiensi yaitu bagian dari anak
kelompok umur yang masuk sekolah, dan keberhasilan sistem pendidikan dalam
memberikan pendidikan kepada anak. Ada dua teknik mencari tingkat efisiensi internal
melalui penelusuran kohort yaitu dengan menelusuri arus siswa pada  kohort angka
nominal, dan dengan menggunakan kohort angka asumsi.

7
E. ANALISIS DAN DIAGNOSIS DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN
1. Konsep Analisis dan Diagnosis
Dalam kamus Webster’s New Collegiate, istilah analisis dan diagnosis
didefinisikan sebagai suatu investigasi atau suatu penelitian terhadap penyebab atau
terhadap sifat dari suatu kondisi, suatu situasi, atau suatu masalah. Dalam kamus itu juga
dikatakan bahwa analisis dan diagnosis merupakan suatu pernyataan atau suatu
kesimpulan yang berhubungan dengan sifat atau sebab dari beberapa fenomena.
Ketika dikatakan analisis dan diagnosis dalam perencanaan pendidikan,
maksudnya adalah bagaimana penyelidikan dilakukan terhadap struktur sistem
pendidikan. Perencanaan pendidikan harus memiliki pemahaman terhadap sistem
pendidikan secara luas dan dalam, serta mengetahui apa yang relevan dan penting untuk
tugasnya sebagai seorang perencana. Sebagai perencana pendidikan, harus berpikir secara
sungguh-sungguh tentang bagaimana sistem pendidikan berinteraksi dengan sektor lain,
seperti bidang politik, ekonomi, budaya, dan sosial.
2. Bidang Analisis dan Diagnosis
a. Analisis dan Diagnosis Sistem Pendidikan
Hal-hal yang harus diteliti oleh perencana pendidikan meliputi:
Ketersediaan pendidikan, meliputi jumlah sekolah, ruang kelas, guru, fasilitas pelatihan
guru, laboratorium, bengkel, buku, dan lain-lain yang merupakan bagian dari keseluruhan
sistem pendidikan untuk keperluan bidang tugasnya.
● Efisiensi internal pada setiap jenjang sekolah meliputi angka mengulang dan
putus sekolah, angka melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, dan
angka naik kelas dan angka kelulusan untuk melihat masalah pemborosan
diberbagai sistem pendidikan.
● Arus Siswa. Ini berkaitan dengan bidang efisiensi terhadap apa yang terjadi
pada siswa selama proses pendidikan berlangsung di sekolah-sekolah.
● Sumber Daya Finansial. Diagnosis harus meliputi sumber daya finansial yang
disediakan untuk sistem pendidikan baik untuk biaya pembangunan seperti
pembangunan sekolah baru dan pengadaan perabotannya, maupun biaya rutin
seperti gaji guru, pemeliharaan gedung, dan biaya rutin lainnya.
● Biaya. Ini meliputi mendiagnosis semua alat dan teknik yang digunakan untuk
menentukan biaya pendidikan. Perbandingan antara biaya yang digambarkan
dan ditetapkan harus sungguh-sungguh terlihat dengan jelas.

8
● Masalah Persamaan dan Perbedaan. Persamaan memperoleh akses pendidikan
dan persamaan memperoleh kesempatan pendidikan telah menjadi perhatian
yang penting bagi pendidik dan pengambil keputusan. Ada tiga sumber untuk
mengetahui perbedaan memperoleh akses pendidikan yaitu pembedaan
berdasarkan status sosial, jenis kelamin dan wilayah.
● Struktur Sistem Pendidikan. Perencana pendidikan harus mampu
menyederhanakan struktur sistem pendidikan yang ada dengan
memvisualisasikan dalam bentuk grafik dan bagan.
3. Analisis dan Diagnosis Bidang-bidang di Luar Sistem Pendidikan
● Faktor Demografi. Ini meliputi pertumbuhan penduduk usia sekolah yang harus
diketahui perencana mengenai kebutuhan masyarakat untuk pendidikan di masa
depan.
● Faktor Sosial Ekonomi. Ini meliputi struktur kelas sosial suatu negara, aspirasinya,
sikapnya dan harapannya tentang pendidikan, distribusi penduduk berdasarkan desa
dan kota dan pentingnya migrasi ke kota, dan situasi ekonomi pada umumnya serta
prospeknya di masa depan. Faktor lainnya juga harus diperhitungkan, tetapi faktor di
atas adalah yang utama.
● Faktor Politik. Ini meliputi pertanyaan terkait dengan stabilitas politik dan dampaknya
pada kebijakan pemerintah terhadap pendidikan.
● Efisiensi Eksternal Sistem Pendidikan. Ini menunjuk kepada kesesuaian antara
pendidikan dan kebutuhan masyarakat, khususnya tenaga kerja.
● Kebutuhan Pendidikan. Ini mungkin sukar untuk dijelaskan, tetapi bagaimanapun kita
tahu bahwa kebutuhan-kebutuhan itu ada.
● Pengorganisasian Analisis dan Diagnosis. Dalam pengorganisasian kegiatan diagnosis
adalah membatasi masalah dena mendapatkan kejelasan mengenai tujuan dari
kegiatan diagnosis yang akan dilakukan. Sehingga diagnosis membantu untuk
memahami, dan bagaimana hal itu akan dijelaskan oleh kegiatan nyata perencanaan.
Dengan demikian, diagnosis ini akan berhubungan dengan metode dan teknik
diagnosis yang akan digunakan. Elemen berikutnya dalam mengorganisasi diagnosis
adalah memilih sumber informasi guna memperoleh Informasi (data) yang menjadi
bahan baku untuk metode dan teknik diagnosis yang akan digunakan. Elemen terakhir
organisasi diagnosis adalah presentasi yang dilakukan guna memberikan pemahaman
oleh para perencana dan masyarakat.

9
4. Metode Analisis dan Diagnosis
Metode analisis dan diagnosis digunakan untuk mendapatkan informasi yang
lengkap dan akurat tentang penyebab munculnya permasalahan pada output sistem
pendidikan. Metode diagnosis diarahkan pada hal-hal berikut:
a. Arus Siswa.
Banyak analisis dan diagnosis sistem pendidikan harus ditunjang oleh informasi
yang tepat mengenai posisi siswa pada sistem pendidikan dengan memperhatikan aspek
kuantitatif dan aspek kualitatif.
● Angka Pemasukan. Angka pemasukan bertujuan untuk membuat kebijakan dan
perencanaan. Untuk pembuat kebijakan, pendidikan dasar universal berarti bahwa
angka pemasukan akan menjadi 100%, juga perbedaan menurut jenis kelamin dan
letak geografis dapat direfleksikan pada angka pemasukan yang telah dirinci. Dalam
menghitung dan menyajikan angka pemasukan, sangat penting untuk memperhatikan
tingkat pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan wilayah secara geografis.
● Angka Naik Tingkat, Mengulang, dan Putus Sekolah. Informasi yang penting bagi
kegiatan perencanaan pendidikan menuntut pengumpulan data yang sangat penting.
Setiap sekolah perlu menyediakan data jumlah siswa yang naik, mengulang atau putus
sekolah di setiap tingkat. Angka naik tingkat, mengulang dan putus sekolah
merupakan kepentingan utama dalam menentukan efisiensi sistem pendidikan seperti
halnya kualitas pelayanan pendidikan yang diterima. Penerjemahan dari rasio ini akan
dapat dilakukan berdasarkan pengelompokkan menurut tingkatan yang berbeda-beda.
Keputusan dalam pengelompokkan data menurut level tertentu, akan menentukan
kebermaknaan pekerjaan yang dihasilkan dan lebih luas dalam memberikan kontribusi
pada pekerjaan unit perencanaan dan pertimbangan membuat kebijakan.
● Angka Melanjutkan ke Jenjang Pendidikan yang Lebih Tinggi. Adanya perbedaan
karakter sistem pendidikan dibagi menurut level atau menurut siklusnya, memiliki
level pendidikan dasar dengan lama belajar enam tahun, level sekolah menengah juga
enam tahun yang dibagi ke dalam dua siklus yang masing-masingnya selama enam
tahun, dan pendidikan tinggi yang beragam lama waktunya. Sifat masing-masing level
pendidikan memiliki karakteristik dari segi pedagogis, sifat bangunan, dan pelatihan
guru untuk setiap level pendidikan, ini diperlukan untuk mengetahui berapa banyak
arus siswa dari level yang satu ke level berikutnya. Untuk ini kita mempunyai angka
melanjutkan (transition rate). Seperti angka (ratio) yang lainnya, angka melanjutkan
studi juga akan diekspresikan dalam bentuk persentase.
10
● Efisiensi Internal Sistem Pendidikan. Istilah efisiensi berasal dari ilmu ekonomi,
merujuk kepada jumlah output yang diperoleh dari jumlah input yang ada. Output
kegiatan pendidikan adalah semua yang dipelajari di sekolah, berapa banyak
dipelajari dan seberapa baik dipelajari. Apa yang dipelajari sebagai pemerolehan
pengetahuan kognitif yang akan diujikan. Bersamaan dengan ini adalah sikap (yang
mempunyai rentan dari sikap pada pelajaran dan pengetahuan menuju sikap terhadap
otoritas, bahkan sikap terhadap negara, dan sikap terhadap pimpinannya) pada semua
yang dipelajari di sekolah meskipun jarang dinyatakan secara eksplisit juga termasuk
dalam output pendidikan. Konsepsi output harus dibuat secara sederhana untuk tujuan
praktis dalam perencanaan pendidikan, sehingga terdefinisikan output sistem
pendidikan sebagai siswa yang lulus dari program pendidikannya. Definisi ini
berasumsi bahwa faktanya siswa telah berhasil menyelesaikan siklus pendidikan, telah
lulus dari sekolah dan ujian, maka siswa telah memperoleh pengetahuan dan sikap
yang menjadi batasan output secara lebih lengkap dan lebih kompleks.
Sementara itu, input pendidikan secara mendasar dapat dikatakan sebagai
pemanfaatan input yang dibutuhkan di sekolah oleh siswa setiap tahunnya, seperti: ruang
kelas, guru, buku teks, pelajaran sekolah, perabotan, kurikulum, dan pekerjaan pedagogis
lainnya. Ketika semua input ini diuangkan, maka input diartikan sebagai pengeluaran
biaya per siswa dalam satu tahun. Lebih banyak tahun yang digunakan siswa untuk
menyelesaikan pendidikannya lebih banyak juga input yang dihabiskan, karena semakin
panjang siklusnya (siswa mengulang beberapa tahun) semakin besar lagi input yang
mereka habiskan. Apabila terdapat angka mengulang dan angka putus sekolah, hal
tersebut dinamakan pemborosan pendidikan dan mengurangi tingkat  efisiensi. Semakin
banyak yang putus sekolah dan yang mengulang berarti pemborosan semakin besar, dan
efisiensi semakin berkurang.
Dalam bahasan mengenai sebagai efisiensi eksternal sistem pendidikan, siswa
dapat menyelesaikan program pendidikannya dengan periode tertentu seminimal
mungkin, tetapi tidak menjamin bahwa kualitas sumber daya atau akan cepat bekerja atau
berguna untuk masyarakat setelah siswa meninggalkan bangku sekolah. Dengan
demikian, hal tersebut merujuk pada tingkat kegunaan atau keterpakaian lulusan sekolah
pada dunia kerja.
● Analisis Kohort. Analisis Kohort merupakan suatu teknik analisis yang akan
menyediakan informasi secara rinci mengenai apa yang terjadi pada siswa dalam
siklus pendidikan tertentu sebagaimana mereka bergerak dari tahun ke tahun dan dari
11
kelas yang satu ke kelas yang lain. Analsis ini memberikan pengetahuan mengenai
berapa banyak siswa yang sampai menyelesaikan di kelas VI, berapa banyak yang
mengulang dan yang putus sekolah. Dengan demikian, analisis kohort adalah analisis
yang melakukan penelusuran terhadap kelompok siswa yang masuk di kelas I pada
tahun yang sama hingga mereka menyelesaikan program pendidikannya.
b. Analisis Biaya
Pentingnya menganalisis biaya bagi perencana pendidikan adalah terutama untuk
hal yang mendesak saat ini ketika perencana melihat suatu negara telah menghabiskan
25%, 30%, 40%, dan lebih banyak lagi jumlah anggaran negaranya untuk pembangunan
sistem pendidikan. Sering ditemukan bahwa pembiayaan pendidikan dilakukan tidak
merata di mana wilayah perkotaan memperoleh biaya lebih banyak dari wilayah
pedesaan, dan pendidikan tinggi memperoleh pembiayaan lebih banyak dari pendidikan
dasar(per siswanya). Pada kasus ini, kecenderungan pembiayaan pada pendidikan
sesungguhnya mungkin diciptakan perbedaan yang tidak fair antara bagian penduduk.
Pada banyak kasus, perhatian utama biaya pendidikan bagi perencana yaitu perlu
mengetahui dari mana sumber pembiayaan itu dan bagaimana penggunaannya atau
penyalurannya. Ini berarti perencana harus melakukan analisis terhadap pembiayaan
pendidikan dengan tujuan:
1. Untuk memenuhi kemungkinan ketidakseimbangan dalam pengalokasian sumber
daya pendidikan pada berbagai jenis sistem pendidikan atau pada berbagai wilayah
yang ada di suatu negara.
2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dan bertanggung jawab
terhadap meningkatnya pembiayaan pendidikan.
3. Untuk melihat sumber daya potensial yang dapat digunakan bagi pembiayaan
pendidikan.
a) Sumber Pembiayaan Pendidikan
Untuk mengetahui dari mana biaya pendidikan diperoleh di masa depan adalah
penting untuk diketahui dari mana biaya pendidikan di masa lalu berasal. Perencana
perlu mengetahui siapa penanggung jawab utama pada pembiayaan pendidikan. Dan
apa saja sumber daya potensial yang masih relatif belum dimanfaatkan. Perencana
akan melihat bahwa tidak semua pembiayaan pendidikan berasal dari anggaran
pemerintah, dan perencana ketahui bahwa sumber pembiayaan pendidikan adalah
banyak. Ada lima jenis sumber pembiayaan pendidikan yang tidak saling terbuka, dan

12
nyatanya dapat memberikan kontribusi bersama-sama pada pembiayaan sistem
pendidikan.

13
⮚ Sumber Pemerintah.
Ini menunjuk pada pembiayaan yang berasal dari pajak, pinjaman pemerintah
seperti isu obligasi dan pinjaman, simpanan, dan lain-lain, dan dari bantuan asing.
Pendidikan biasanya dibiayai dari pendapat umum, tetapi banyak negara melihat
pembiayaan pendidikan mereka dialokasikan melalui peningkatan pajak pendidikan.
Bantuan negara asing mungkin berupa dukungan umum pada program pemerintah,
atau mungkin berupa proyek khusus tidak secara langsung berupa anggaran
pendidikan.
⮚ Sumber Swasta.
Ini menunjuk pada lembaga keagamaan dan lembaga lainnya yang mendukung
sekolah-sekolah swasta. Sangat sering ini diperoleh dalam bentuk sekolah yang
dilaksanakan oleh pihak swasta, keagamaan atau yayasan kebangsaan dan beroperasi
di luar pengawasan langsung pemerintah. Tentu saja ini termasuk sumber pembiayaan
yang paling utama.
⮚ Klien dan Sistem Pendidikan.
Ini menunjuk kepada siswa itu sendiri dan orang tuanya yang dapat membantu
mendukung biaya pendidikannya sendiri dengan membayar iuran pendidikan (SPP)
dan yang lainnya. Ini bagaimanapun di luar skop pembicaraan saat ini dan hal itu
terefleksi pada filsafat sosial politik yang terkait dengan pendidikan umum di
beberapa negara.
⮚ Penghasilan Sekolah dan Masyarakat.
Ini meliputi semua jenis aktivitas yang dilakukan sekolah seperti menjual hasil
pertanian dan hasil kerajinan yang merupakan bagian dari  program sekolah. Ini juga
dapat meliputi performance budaya, berperan di pasar kerja, atau kesempatan untuk
membangun gedung atau melengkapi perabotan sekolah, misalnya ini dapat termasuk
bekerja dengan masyarakat membangun  sekolahnya atau masyarakat malahan diatur
oleh sekolah untuk meningkatkan uang. Ada juga kasus lembaga pendidikan memiliki
penghasilan sendiri dari hasil menyewakan properti dan dari aset keuangan lainnya.
⮚ Subsidi
Melalui Institusi. Ini akan menggunakan kasus dimana kegiatan pendidikan
seperti latihan keterampilan dibiayai oleh perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui pajak. Meskipun pembiayaan pelatihan disediakan oleh
instansi pemerintah mungkin dapat diidentifikasi dalam anggaran pemerintah,

14
pelatihan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau oleh industri swasta mungkin
sama atau bahkan lebih penting dalam mengembangkan keterampilan vokasional.
b) Biaya Pendidikan
⮚ Biaya Pembangunan.
Biaya pembangunan meliputi biaya untuk pengadaan dan pembelian tanah,
membangun gedung sekolah, menyediakan peralatan sekolah, dan lain-lain. Dengan
kata lain, biaya pembangunan meliputi semua biaya yang dibutuhkan untuk
melengkapi barang-barang yang diperlukan guna memberikan pelayanan pendidikan
dalam periode waktu yang relatif lama.
⮚ Biaya Rutin.
Biaya rutin meliputi semua bentuk biaya yang harus dikeluarkan secara teratur
berulang-ulang setiap bulan, setiap semester, atau setiap tahun. Biaya rutin meliputi:
gaji guru, gaji staf administrasi dan pegawai lainnya, biaya operasional dan
pemeliharaan gedung dan perabot sekolah termasuk air dan listrik, bahan pelajaran
yang habis pakai seperti alat tulis kantor, biaya buku teks, transport sekolah,
pemeliharaan kesehatan, dan perbaikan gizi warga sekolah. Pada perhatian perencana
pendidikan sangat dibutuhkan. Dengan jelas bahwa di sini ada kaitan antara biaya
pembangunan dan biaya rutin.
⮚ Biaya Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan
Merinci pembiayaan pendidikan berdasarkan jenjang dan jenisnya akan
membantu perencana untuk melihat bagian mana dari sistem itu yang kurang dibiayai
dibanding dengan jumlah siswa yang dilayani. Perencana harus mencoba untuk
memperoleh data tentang pembiayaan pendidikan menurut jenjang dan jenis
pendidikan untuk beberapa tahun secara berturut-turut. Ini adalah bentuk lain dari
pengelompokkan: bahkan mengumpulkan data biaya keseluruhan sistem pendidikan,
perencana mendorong untuk mengumpulkannya berdasarkan jenjang dan jenis
sekolah. Dengan membandingkan trend ini, perencana dapat melihat sekolah mana
dari pembangunan sistem pendidikan yang tercepat dan mengonsumsi paling banyak
uang. Ini juga akan membantu untuk membandingkan pembiayaan nyata pada
orientasi kebijakan resmi dan pernyataan pemerintah.
⮚ Biaya Satuan
Biaya satuan adalah paling menarik dan teknik yang paling bermanfaat dalam
masalah analisis biaya. Biaya satuan juga paling sulit untuk dikerjakan karena data
yang dibutuhkan sangat banyak. Konsep biaya satuan adalah menunjuk kepada
15
jumlah biaya rutin yang dihabiskan setiap siswa selama satu tahun ajaran. Biaya
satuan biasanya dihitung untuk suatu sistem pendidikan secara keseluruhan, atau
dilakukan hanya untuk satu jenjang pendidikan tertentu. Atau bahkan untuk satu
sekolah tertentu saja. Dengan kata lain biaya satuan dapat disebut biaya pendidikan
untuk satu siswa dalam satu tahun pada jenjang pendidikan tertentu.
Biaya satuan adalah apa yang perencana sebut sebagai ringkasan data statistik,
yang mencantumkan semuanya. Itulah sebabnya kenapa perencana harus sangat hati-
hati dalam menghitungnya. Juga ketika perencana menggunakan biaya satuan pertama
kali untuk diperbandingkan, ini adalah sangat penting yang dapat dihitung dengan
cara yang sama untuk setiap jenjang dan jenis sekolah. Bahkan biaya satuan itu
sendiri mengatakan kepada perencana sangat sedikit tentang keuntungan, biaya satuan
hanya berguna ketika perencana membandingkan biaya satuan untuk perencanaan dan
untuk mereka yang perhatian terhadap pembuatan kebijakan.
c) Analisis Personil dan Fasilitas
Setiap negara mempunyai sejumlah personil pendidikan(guru, staf non guru,
dan tenaga administrasi) dan fasilitas fisik sekolah, gedung sekolah dan segala
perabotannya. Yang menjadi pusat perhatian perencana adalah kesesuaian jumlah dan
kualitas dari personil dan fasilitas itu. Perencana memerlukan pengetahuan tentang
kesesuaian jumlah dan mutunya sesuai dengan yang dibutuhkan yang terdapat dalam
rencana pendidikan secara nasional. Dengan kata lain, untuk menyusun rencana,
perencana perlu mengetahui apa yang perencana miliki sekarang, dan apa yang akan
perencana bangun dan kembangkan di kemudian hari.
⮚ Personil
Guru. Perhatian perncana adalah kepada rencana kebutuhan guru di masa
depan. Tentu saja ini dilakukan sebagai fungsi pertumbuhan jumlah siswa pada setiap
jenjang dan jenis sekolah. Cara yang paling cepat untuk pemborosan uang dan usaha
dalam pembangunan pendidikan adalah membangun sekolah yang mewah dan mahal
tapi kemudian tidak didukung oleh guru-guru dan stafnya yang berkualitas.
Jenis guru bermacam-macam, dan dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
1) Jenjang dan jenis pendidikan (guru SD, SMP, SMA atau Universitas)
2) Kualifikasinya (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor)
3) Spesialisasinya (Matematika, Bahasa, IPA, IPS, dan lain-lain)
4) Lokasi tempat bertugas (desa, kota)
16
5) Jenis kelamin (laki-laki, perempuan)

                                                                 

BAB III 
PENUTUP

A. Kesimpulan 

1. Analisis kohort terutama bertujuan untuk menemukan informasi tentang ada


tidaknya permasalahan pendidikan terkait dengan siswa naik tingkat, siswa
lulus, siswa tinggal kelas dan siswa putus sekolah.

2. Analisis kohort dilakukan untuk memperoleh informasi tentang ada tidaknya


permasalahan pendidikan yang terkait dengan manajemen sekolah seperti
masalah ketenagaan dan keuangan sekolah.

3. Efisiensi penyelenggaraan pendidikan diartikan sebagai penghematan terhadap


penggunaan sumber daya yang dimiliki sekolah yaitu penghematan terhadap
penggunaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, penghematan terhadap
pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan, penghematan terhadap
penggunaan biaya pendidikan, dan penghematan terhadap penggunaan waktu
dalam melakukan proses pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang
sudah ditentukan secara efektif. 
4. Analisis dan diagnosis dalam perencanaan pendidikan, maksudnya adalah
bagaimana penyelidikan dilakukan terhadap struktur sistem pendidikan.

                  

17
DAFTAR RUJUKAN

Matin. 2013. PERENCANAAN PENDIDIKAN Prespektif Proses dan Teknik dalam


Penyusunan Rencana Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Suhaimi. 2021. Assesmen Kebutuhan dan Perencanaan Pendidikan.

18

Anda mungkin juga menyukai