1800 4586 1 PB
1800 4586 1 PB
Abstract
Prospective payment system with INA-CBG’s fare for cases using BPJS Insurance demands hospital to control their cost. This study
aims to see the cost containment in XY Hospital through the implementation of clinical pathway, drug formulary, and incentive struc-
ture. The study looked into Sectio Caesarea cases from January to March 2016, using quantitative method, comparing BPJS claim
with hospital billing and assesst the implementation of clinical pathwayusing qualitative method through in depth interview. Result
shows there is deficit amount of Rp.1.014.125.684,00 and the average of deficit per case is Rp.4.899.157,89. Eighty four percent of
cases have length of stay in accordance with clinical pathway. From those cases, 96% has concordant doctors visit, 21% has concor-
dant drug usage, and 48% has concordant laboratory diagnostic test. The hospital formulary uses the national formulary. It is found
that XY Hospital does not have an evaluation system for clinical pathway implementation and drug usage. The incentive structure that
is used is fee-for-service system which is not suitable for prospective payment method.
Keywords: Cost containment; cost control; prospective payment; INA-CBG’s tariff
Analisis Cost Containment pada Kasus Sectio Caesarea 185 Istianisa & Oktamianti
merujuk pada proses minimisasi waste, error, dan re- memperoleh informasi mengenai penerapan cost
dundancy (Pena & Ndiaye, 2003). Cost containment containment khususnya untuk pelayanan pasien BPJS
adalah praktek meminimisasi sampai batas yang di- dengan prosedur SC. Telaah dokumen pada biaya RS
mungkinkan, peningkatan berkala biaya variable dan dan klaim INA-CBG’s RS dilakukan untuk melihat
total fixed cost per unit (Kinney & Raiborn 2011). selisih tagihan Rumah Sakit kasus SC selama Janu-
Cost containment terbukti dapat mengeliminasi ari-Maret 2015. Kemudian dilakukan telaah doku-
risiko kemungkinan menurunnya kualitas pelayanan men CP SC, bukti transaksi pasien dan data elek-
jika pelayanan terlalu disederhanakan. RAND Health tronik dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
Insurance Experiment melakukan penelitian random dan aplikasi INA-CBG’s rumah sakit untuk menge-
terhadap keluarga dengan berbagai insuranceplan. tahui kesesuaian penerapan.
Salah satu yang ditemukan adalah bahwa keluarga Pengambilan data primer dilakukan dengan waw-
dengan insurance, paling kecil mengeluarkan biaya ancara mendalam. Informan diwawancarai untuk
hampir 30% dan lebih sedikit dalam pengeluaran bi- menelaah lebih lanjut mengenai penerapan cost con-
aya kesehatan dibandingkan dengan keluarga tanpa tainment, pengendalian obat dan Bahan Habis Pa-
memiliki asuransi (Newhouse dalam Garber, 2007). kai (BHP), pengendalian pemeriksaan penunjang,
Menurut Dever dalam Pena & Ndiaye (2003) penerapan CP, dan sistem insentif yang diterapkan
komitmen pada peningkatakan mutu dapat di RS XY. Informan yang terdiri dari Wakil Direk-
menurunkan pengeluaran organisasi. Sekitar 20- tur Pelayanan Medik, Wakil Direktur Umum dan
30% dari pengeluaran organisasi disebabkan oleh re- Keuangan, Kepala Bagian Keuangan, Kepala Tim
dundancy dari upaya, error, pengerjaan ulang, masalah Pengendali JKN, SMF Obgyn, Kepala Instalasi Far-
berulang, SDM tidak terlatih dan sistem yang ku- masi, Kepala Instalasi Laboratorium, Kepala Ruang
rang baik. Dalam upaya menekan health expenditure, Bersalin, Kepala Ruang Farmasi, dan Staf Instalasi
beberapa negara menggunakan kriteria yang jelas Laboratorium.
dapat memicu cost-containment. Policy maker mem- Data perbandingan besaran klaim INA-CBG’s
buat beragam instrumen cost-containment (Carrin & dengan biaya rumah sakit, disajikan dalam bentuk
Hanvoravongchai 2002). Hal pertama yaitu mem- tabel untuk menunjukkan selisih yang didapat. Do-
buat upaya yang berdampak langsung pada supply kumen CP SC selama periode Januari-Maret 2016
pelayanan kesehatan. Kedua, adalah upaya pengen- data menunjukkan bahwa ada 207 kasus yang ter-
dalian pada sisi demand pelayanan kesehatan yang masuk ke dalam kelompok kode INA-CBG’s O-6-10
mempengaruhi perilaku pasien, baik melalui insentif yaitu prosedur operasi pembedahan Caesar dengan
non-moneter seperti promosi kesehatan dan infor- 170 kasus tingkat keparahan ringan dan 37 kasus
masi obat maupun insentif moneter seperti user fees. tingkat keparahan sedang. Data dilihat dan dinilai
Beberapa upaya penerapan cost containment untuk kesesuaiannya setelah itu ditentukan kesesuaian
kendali mutu dan kendali biaya telah dilakukan RS XY length of stay (LOS) pasien. Dari kasus yang lama
seperti standardisasi obat, penerapan clinical pathway LOS sesuai dengan CP, ditelaah lagi kesesuaian visi-
(CP), dan perhitungan biaya satuan dengan metode tasi dokter, penggunaan obat, dan pemeriksaan lab-
activity based costing. Secara umum RS XY mampu oratorium. Data disajikan dalam tabel dan diagram
menekan biaya menjadi lebih kecil dari klaim INA- untuk menunjukkan proporsi. Informasi kendali bi-
CBG’s, namun biaya pelayanan kesehatan pada kasus aya SC di RS XY yang mencakup formularium, CP,
tertentu lebih besar daripada klaim INA-CBG’s sep- dan sistem insentif dari hasil wawancara mendalam
erti pada pelayanan tindakan Sectio Ceasarea (SC). dikumpulkan dalam bentuk transkrip dan dipindah-
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dan bertu- kan ke dalam matriks wawancara mendalam ber-
juan untuk menilai upaya costcontainment pada kasus dasarkan variabel penelitian kualitatif.
Sectio Caesarea di RS XY melalui penerapan Clinical
Pathway, formularium, dan struktur insentif. Hasil Penelitian
Kasus SC tanpa penyulit dengan jaminan BPJS Kese-
Metodologi Penelitian hatan sepanjang periode Januari-Maret 2016 didata,
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif kemudian dijumlahkan besaran klaim yang didapa-
yang dilakukan di RS XY pada periode Mei 2016- tkan dengan menggunakan tarif INA-CBG’s dan
Juni 2016. Metode pengambilan data menggunakan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan pada
data primer dan data sekunder. Pengambilan data kasus tersebut. Selanjutnya komponen biaya di-
sekunder dilakukan dengan telaah dokumen untuk hitung untuk mengetahui komponen pembentuk bi-
Analisis Cost Containment pada Kasus Sectio Caesarea 187 Istianisa & Oktamianti
Pada tahun 1970, rata-rata LOS pasien SC di Amer- dapat menurunkan insidens hipotensi (Kol, 2009).
ika adalah 7,8 hari kemudian menurun 49% pada Untuk obat dan BHP yang termasuk dalam paket
tahun 1992 menjadi 4 hari (CDC, 1995). Kini, um- SC secara umum informan mengetahui adanya pen-
umnya pasien post SC dirawat selama 2-3 hari. LOS gendalian jika pasien memerlukan obat di luar paket
yang terlalu lama tidak efisien dan meningkatkan melalui tim pengendali. Instalasi Farmasi juga telah
biaya. diberikan kewenangan untuk langsung memberikan
Sepanjang periode Januari sampai Maret 2016 penambahan obat tertentu pada kasus tertentu na-
dari seluruh pasien kasus sampel 96% kasus di-visit mun pihak farmasi kurang mengetahui penggunaan
sesuai ketentuan CP. Dalam Standar Pelayanan Min- obat dan BHP tambahan di ruang bedah.
imal (SPM) Rumah Sakit tahun 2008, standar pe- Hasil telaah dokumen justru menunjukan bahwa
layanan visitasi dokter spesialis di unit rawat inap kasus dengan obat atau BHP tambahan lebih ban-
adalah pukul 08.00-14.00 setiap hari kerja. Kebi- yak daripada kasus yang sesuai dengan paket dan
jakan mengenai visitasi dokter spesialis pada hari CP. Kemudian didapatkan informasi bahwa ternya-
libur, biasanya sesuai dengan kebijakan dari mas- ta evaluasi untuk obat dan BHP yang masuk dalam
ing-masing rumah sakit. Paket SC masih belum berjalan, baik mengenai obat
Berdasarkan telaah berkas rincian transaksi pa- yang berlebih atau obat yang kurang.
sien, didapatkan 79% pasien menggunakan obat Penambahan obat mungkin tidak serta merta
atau BHP di luar paket SC. Ketidaksesuaian lebih membuat biaya membengkak secara siginifikan kare-
banyak berupa penambahan obat di luar Paket SC. na obat dan BHP yang tersedia di Rumah Sakit pun
Obat yang sering ditambahkan adalah penggunaan sebagian besar merupakan obat fornas yang didapat-
profilaksis efek samping hipotensi akibat anestesi kan melalui e-catalog dengan harga yang tidak terlalu
spinal saat intra operasi. Obat lain di luar paket yang tinggi. Tetapi penggunaan obat tambahan yang ter-
banyak ditemukan adalah obat tekanan darah ting- lalu sering mungkin menunjukkan perlunya evaluasi
gi dan asma. Ditemukan pula penggunaan antibio- ulang CP demi menjaga mutu layanan Rumah Sakit.
tik tambahan yakni metronidazol. BHP yang sering Pemeriksaan laboratorium dianggap sesuai jika ti-
digunakan melebihi yang diberikan adalah benang dak ada pemeriksaan di luar yang sudah ditetapkan
untuk operasi. CP. Pemeriksaan laboratorium berdasarkan CP ada-
Penggunaan obat di luar paket untuk indikasi pen- lah pemeriksaan hemoglobin (Hb), leukosit (Leu),
yakit penyerta dapat dibenarkan seperti penggunaan trombosit (Tr), hematokrit (Ht), gula darah sewak-
obat hipertensi dan asma. Penggunaan antibiotik tu (GDS), dan CT/BT sebelum operasi serta pemer-
tambahan atau pengganti juga ada pada tempatnya iksaan Hb, Leu, Tr, dan Ht setelah operasi. Berdasar-
jika diberikan pada pasien yang diketahui alergi ter- kan telaah dokumen ditemukan bahwa pemeriksaan
hadap antibiotik tertentu atau disertai infeksi yang laboratorium pada 48% pasien sesuaidenganketentu-
tidak cocok menggunakan antibiotik yang termasuk an CP. Penambahan pemeriksaan yang dilakukan an-
dalam paket SC. tara lain tes fungsi hati (SGOT/SGPT), fungsi ginjal
Penggunaan profilaksis anestesi di ruang bedah (Ur/Cr), urin lengkap, dan HBsAg.
perlu didiskusikan kembali. Saat ini pada lembar Secara umum, CP untuk prosedur tindakan SC
checklist CP yang sudah dibuat hanya tertera peng- di RS XY dirasa belum berjalan dengan optimal. Wa-
gunaan profilaksis midazolam, yang umumnya digu- laupun semua pihak sudah mengetahui peranannya
nakan sebelum anestesi umum. Penggunaan efedrin masing-masing namun angka persentase kesesuaian
sebagai profilaksis anestesi spinal tidak tertera da- dengan CP kurang dari 50% dalam hal pengelolaan
lam CP. Chinachoti & Tritrakarn (2007) mene- obat dan BHP serta pemeriksaan laboratorium. Dari
mukan dari penelitiannya bahwa kejadian hipotensi hasil wawancara juga belum nampak adanya sistem
(penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20% atau evaluasi terstuktur secara berkala untuk penerapan
lebih) pada anestesi spinal dengan menggunakan bu- CP dan penggunaan resource. Belum berjalannya
pivacain adalah sebesar 57,9% dengan insidens tert- penggunaan checklist CP mungkin merupakan faktor
inggi terjadi pada kelompok SC. Pada penelitian yang yang berperan dalam kesesuaian tatalaksana pasien
dilakukan Chumpathong (2006), diketahui bahwa dengan CP. Fungsi checklist, selain sebagai pengingat
angka kejadian hipotensi (tekanan sistolik terendah juga dapat digunakan untuk melakukan evaluasi se-
kurang dari sama dengan 100 mmHg) pada kasus derhana dengan mudah.
SC adalah sebesar 76%. Penelitian lain mengenai Obat dan BHP diatur penggunaannya dengan for-
efek pemberian efedrin intravena pada kasus SC mularium dan diberlakukan kebijakan untuk men-
Analisis Cost Containment pada Kasus Sectio Caesarea 189 Istianisa & Oktamianti
(4) pemeriksaan Leukosit, Tromobosit, dan Hema- De Bleser, L., et all. (2006). Defining Pathways.
tokrit setelah operasi; (5) menerapkan penggunaan Journal of Nursing Management, 14, 553–63.
checklist CP dan membuat sistem evaluasi CP secara Ensor, T., & Indrajaya, S., (2012). The costs of de-
periodik. livering health services in Indonesia: Report on
Perlu dilakukan pendataan penggunaan obat dan a prospective survey 2010-2011. Depkes RI, Ja-
BHP yang kurang atau berlebihbaik pada tahap pra karta
operasi, intra operasi dan post operasi. Kemudian Garber, A., Goldman, D.P., and Jena, A.B., (2007).
dilakukan evaluasi kembali untuk memastikan paket The promise of health care cost containment.
obat menggunakan resource yang tidak berlebih dan Health Affairs, 26, no.6 :1545-7
memberikan mutu pelayanan yang baik. Serta perlu Groenewegen, P.P., & Calnan M., (1995). Changes
dibuat sistem informasi yang lengkap dan detail un- in the control of health care systems in europe
tuk mempermudah proses pendataan dan evaluasi, implication for professional autonomy. European
utamanya dalam hal penggunaan resource. journal of public heatlh, 5: 240-244
Perlu dilakukan telaah struktur insentif yang Horngren, C.T., Datar, S.M., & Rajan, M.V., (2015),
mampu meningkatkan budaya sadar biaya kemudian Cost accounting a managerial emphasis, 15th edn,
dipertimbangkan untuk melakukan transisi sistem Pearson Edcation Inc., Upper Saddle River, New
imbal jasa. Perubahandari FFS menujuremunerasise- Jersey.
baiknya dilakukan dengan perlahan dan bisa dimulai Javid M., et al. (2015). Application of the activi-
dengan memberikan penambahan pada metode FFS ty-based costing method for unit-cost calculation
misal dengan menyertakan reward dan/atau punish- in a hospital. Global Journal of Health Science;
ment dengan indikator yang berorientasi pengenda- Vol. 8, No. 1; Canadian Center of Science and
lian biaya. Education
Kinney, M.R., Raiborn C.A., (2011). Cost Ac-
Daftar Pustaka counting: Foundations and Evolutions, 8th ed.
American Society of Health-System Pharmacists. South-Western Cengage Learning.
(2008). ASHP guidelines on medication cost Kol IO, et al. 2009. The Effects of Intravenous
management strategies for hospitals and health Ephedrine During Spinal Anesthesia for Cesarean
systems. Am J Health-Syst Pharm, 65:1368–84. Delivery: A Randomized Controlled Trial. J Kore-
Carrin, G., dan Hanvoravongchai, P., (2002). Health an Med Sci. 2009 Oct; 24(5): 883–888.
care cost-containment policies in high-income Pena, A.D., & Ndiaye M., (2003). Cost control, a
countries: how successful are monetary incen- myth or reality: do hospital costs really go down
tives? World Health Organization Geneva. when quality goes up? World Hospitals and Health
Cashin C, et al. 2005. Case-based hospital payment Services. Vol.40 No.1 p28-32
systems: a step-by-step guide for design and im- Putri, A.E., (2014), Paham JKN Jaminan Kesehatan
plementation in low- and middle-income coun- Nasional, Friedrich-Ebert-Stiftung
tries. United States Agency for International De- Tilburt JC, et al. (2013). Views of US Physicians
velopment. About Controlling Health Care Costs. JAMA.
Centers for Disease Control and Prevention. 1995. 2013;310(4):380-388
Trends in Length of Stay for Hospital Deliv- Vo, AV. 2013. Working Hard or Hardly Working?
eries - United States, 1970-1992. Morbidity The Effects of Pay Structure on Cost of Health-
and Mortality Weekly Report. May 05, 1995 / care Provision. Carlson School of Management,
44(17);335-337. University of Minnesota.
Chinachoti T & Tritrakarn T. 2007. Prospective
study of hypotension and bradycardia during spi-
nal anesthesia with bupivacaine: incidence and
risk factors, part two. J Med Assoc Thai. 2007
Mar;90(3):492-501.
Chumpathong S et al. 2006. Incidence and risk fac-
tors of hypotension during spinal anesthesia for
cesarean section at Siriraj Hospital. J Med Assoc
Thai. Aug;89(8):1127-32.