Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kawasan Bandung Utara merupakan salah satu kawasan strategis Provinsi Jawa Barat yang
melewati empat wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barat. Kabupaten Bandung Barat merupakan
wilayah yang memiiki persentase terbesar di Kawasan Bandung Utara sebesar 25.227,80 Ha atau
sekitar 64% dari total luas Kawasan Bandung Utara. Wilayah yang termasuk Kawasan Bandung
Utara di Kabupaten Bandung Barat adalah wilayah di Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua,
sebagian Kecamatan Cikalongwetan, sebagian Kecamatan Ngamprah, dan sebagian Kecamatan
Padalarang. Kawasan Bandung Utara mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi tata air
cekungan bandung terutama bagi daerah di bawahnya.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung Barat tahun 2009-2029, isu strategis terkait Kawasan
Bandung Utara adalah isu lingkungan dan hal itu dipicu karena masih rendahnya pengelolaan di
wilayah Kabupaten Bandung Barat yang termasuk dalam Kawasan Bandung Utara.
Selain lingkungan, pada kenyataannya terdapat permasalahan lainnya dalam pengelolaan Kawasan
Bandung Utara. Dalam pengelolaan Kawasan Bandung Utara yang berstatus sebagai Kawasan
Strategis Provinsi karena perannya yang cukup vital untuk lingkungan, peran pemerintah tentu
besar dalam pengelolaan Kawasan Bandung Utara. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu
diketahui strategi dan kebijakan Kabupatan Bandung Barat terkait pengelolaan Kawasan Bandung
Utara serta permasalahan yang dihadapi.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana
arah kebijakan serta permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Kawasan Bandung Utara di
Kabupaten Bandung Barat ?
Mengetahui dan menganalisis kekuatan mengikat Surat Rekomendasi Gubernur Jawa Barat dengan
dikaitkannya pemberian izin pemanfaatan ruang Kawasan Bandung Utara terhadap kewenangan
pemerintah provinsi dan pemerintah/kabupaten/kota berdasarkan peraturan perundang undangan.

1.3 TUJUAN KAJIAN


Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui arah kebijakan serta permasalahan
yang dihadapi dalam pengelolaan Kawasan Bandung Utara di Kabupaten Bandung Barat

1.4 MANFAAT KAJIAN


1. Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan mengenai bagaimanapelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 2 tahun 2016 tentangPedoman Pengendalian Kawasan
Bandung Utara Sebagai Kawasan StrategisProvinsi Jawa Barat di bagian wilayah Kota Bandung,
sehingga dapat menilaikesesuaian antara yang seharusnya dilaksanakan bedasarkan peraturan
atauundang-undang dan aplikasi yang ada dilapangan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan apa saja yang melatar belakangiterjadinya
pelanggaran pembangunan di Kawasan Bandung Utara di bagianwilayah Kota Bandung.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagimasyarakat
tentang Kawasan Bandung Utara Sebagai Kawasan Strategis ProvinsiJawa Barat yang perlu harus
kita jaga dan dirawat bersama dalamkeberlangsunganya.
Referensi: Hendro Susilo Husodo. 2018. Kotoran Sapi dari Enam Desa di Lembang Masih
Dibuang ke Sungai https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/07/27/kotoran-sapi-
darienam-desa-di-lembang-masih-dibuang-ke-sungai-427946 diakses pada 16 Februari 2018
6Beni Ahmad Saebani, Fiqih siyasah, Bandung; CV. Pustaka Setia. 2008. Hlm. 137A. Djuli, Fiqh
Siyasah. Jakarta; Kencana Prenada Media Group. 2003. Hlm. 29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LITERATUR
Pada saat ini, Kawasan Bandung Utara telah banyak perubahan dengan semakin banyaknya
bangunan yang tanpa izin sehingga menjadi magnet bagi para pemilik modal untuk melakukan
investasi atau bisnis di wilayah KBU seperti membangun perumahan atau membangun fasilitas
pariwisata. Selain itu juga, terjadinya dampak gangguan pada cadanngan dan konservasi air karena
Kawasan Bandung Utara merupakan sub Daerah Aliran Sungai Cikapundung, Cimahi, Citarik
Hulu, Cigugur, Cibeureum, Citeupus, dan beberapa anak sungai yang bermuara di Sungai Citarum.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2016 menjelaskan tentang Pengendalian
Kawasan Bandung Utara sebagai Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat yang dimuat dalam
RTRW Provinsi Jawa Barat. Kawasan Bandung Utara termasuk dalam Kawasan Strategis Provinsi
(KSP)3 . Kawasan Strategis Provinsi (KSP) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh yang sangat penting secara regional dalam aspek pertahanan
keamanan negara, ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan atau pendayagunaan sumberdaya alam
dan teknologi tinggi4 .Dalam pengendalian Kawasan Bandung Utara, dilaksanakan berdasarkan
asas keseimbangan, asas keserasian, asas keterpaduan, asas kelestarian, asas keadilan, asas
manfaat, dan peran serta masyarakat. Maksud dan tujuan Perda Nomor 2 Tahun 2016 yaitu untuk
mewujudkan tertib tata ruang Kawasan Bandung Utara sebagai Kawasan Strategis Provinsi Jawa
Barat5 . Dalam rangka menjaga kawasan konservasi Bandung Utara, Pemerintah Provinsi Jawa
Barat mengeluarkan regulasi untuk menertibkan pembangunan yang ada di Kawasan Bandung
Utara. Dalam pengaturan dan kewenangnya, bahwa ijin pemanfaatan ruang di Kawasan Bandung
Utara perlu mendapatkan rekomendasi dari Gubernur. Akan tetapi setelah adanya Perda No 2
Tahun 2016 ini tidak menyurutkan proses kegiatan pembangunan di Kawasan Bandung Utara.
Masih banyak sekali bangunan liar yang berdiri tanpa ijin dari pemerintah daerah baik bangunan
untuk perusahaan, apartemen, ataupun pribadi. Dalam penegakan ketertiban dilapangan,
pemerintah menugaskan Satuan Pamong Praja untuk menegur pemillik bangunan untuk memenuhi
mekanisme perijinan, pembangunan tetap berlanjut. Dalam pasal 13, kebijakan pemerintah Provinsi
Jawa Barat dalam pengendalian Kawasan Bandung Utara diarahkan pada pengendalian dan
pembatasan Menurut Perturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung
Nomor 18 Tahun 2011 menyebutkan bahwa, Pemanfaatan Kawasan Strategis yaitu punclut
memiliki pengendalian pembangunan dan pengembangan kawasan punclut sebagai kawasan hunian
terbatas. Dengan ditegaskanya oleh perda diatas, bahwa kawasan punclut merupakn kawasan
konservasi yang memiliki pengendalian pembangunan. Namun pada kenyataaya kawasan punclut
yang merupakan Kawasan Bandung Utara, wilayah sebagiannya sudah digunakan oleh
pengembang untuk membangun kompleks, hotel, ataupun apartemen. Sehingga kawasan ini lambat
laun sudaah beralih fungsi bukan sebagai kawasan lindung. Maka dari itu, akibatnya menimbulkan
perubahan tata ruang yang dilakukan oleh pemilik lahan dan pengembangan di kawasan lindung
tersebut yang apabila kita biarkan terus menerus akan berdampak pada kehidupan yang berada di
bawahnya di Kota Bandung. Seperti bencana banjir di musim penghujan, kekeringan di musim
kemarau, dan ancaman bencan tanah longsor dibagian wilayah utara yang sangat rawan. Kawasan
Bandung Utara harus dilindungi karna merupakan daerah strategis Provinsi Jawa Barat. Selain itu,
perlu dilakukaan audit lingkungan agar memperoleh gaambaraan perizinan pembangunan-
pembangunan yang sudah ada pada saat ini di Kawasan Bandung Utara. Maka dengan adanya data
audit ini, bisa ditetapkan sanksi bagi masing-masing bangunaan yang melanggar. Bagi yang
melanggar maka izinya harus dicabut, namun jika tidak memilki izin akan masuk pada ranah
pidana tata ruang.

Studi literatur : Suhandaning, Mesa (2019) Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2
Tahun 2016 tentang pedoman pengendaian kawasan Bandung Utara sebagai kawasan strategis Provinsi Jawa
Barat di Kota Bandung dalam tinjuan Siyasah Dusturiyah.

2.2 TEORI
2.2.1 Definisi Kebijakan
Kebijakan pada dasarnya diartikan sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai

dan tindakan-tindakan yang terarah. Kebijakan mempunyai definisi yang kompleks dan

beragam yang tidak hanya menitikberatkan pada satu disiplin ilmu saja, namun harus

didasarkan pada berbagai disiplin ilmu lainnya seperti ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu

sosiologi, ilmu psikologi, ilmu antropologi dan lain-lain. Hal ini terkait dengan fokus

perhatian kebijakan pada suatu proses tindakan dari seseorang dalam membuat suatu

peraturan, oleh karena itu kebijakan tidak akan berjalan efektif, apabila kebijakan hanya

bertumpu kepada satu aspek saja.

Kebijakan diciptakan untuk mewujudkan suatu keadaan dan kondisi yang lebih

baik. Keadaan dan kondisi yang dimaksud adalah suatu keadaan kesejahteraan.

Kesejahteraan disini menitikberatkan kepada suatu kebutuhan masyarakat yang harus

dipenuhi. Kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana, pelayanan publik yang efektif,

efisien dan ekonomis, pembangunan dan lain sebagainya. Sejalan dengan Marshall bahwa

“kebijakan adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tindakan yang memiliki

dampak langsung terhadap kesejahteraan warga negara, melalui pelayanan sosial atau

bantuan keuangan” (Marshall 2003:21). Definisi lain mengenai kebijakan yang

diungkapkan oleh Carl Friedrich dalam bukunya Man His Government yang

mengemukakan kebijakan adalah:

“kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh


seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan
(kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud” (Friedrich, 1963:79)

Berdasarkan pengertian di atas bahwa kebijakan merupakan suatu tindakan yang

dilakukan oleh seorang individu, kelompok atau pemerintah dalam menghadapi sebuah

masalah dalam ruang lingkup suatu lingkungan. digunakan sebagai alat untuk

menyelesaikan masalah-masalah sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Melihat kepada pengertian mengenai kebijakan di atas maka kebijakan itu berbeda dengan

keputusan, kebijakan tidak sepenuhnya dapat dibedakan dari administrasi, tapi kebijakan

mencakup perilaku dan harapan, serta ada tidaknya tindakan, kebijakan mempunyai hasil

akhir, kebijakan mempunyai tujuan dan sasaran baik secara ekplisit maupun implisit,

kebijakan muncul dari suatu proses, kebijakan meliputi hubungan antar organisasi maupun

intra organisasi, kebijakan publik menyangkut lembaga-lembaga pemerintah serta

kebijakan dirumuskan dan didefinisikan secara subyektif.

2.1.3 Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan Pergub Provinsi Jawa Barat No. 21 Tahun 2009, pengendalian merupakan

serangkaian upaya terpadu dalam pemanfaatan ruang yang dilakukan secara efektif, efisien,

responsif, komprehensif, dan konsisten, dengan mengutamakan koordinasi, kerjasama

antardaerah, partisipasi, dan kemitraan di antara pihak-pihak terkait. Dengan demikian

pengendalian merupakan suatu upaya dalam mengatasi suatu permasalahan atau

penyimpangan yang terjadi. Sejalan dengan pendapat Ibrahim bahwa “dengan kegiatan

pengendalian pemanfaatan ruang, maka dapat diidentifikasi sekaligus dapat dihindarkan

kemungkinan terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang” (Ibrahim, 1998 : 27).

Sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang,
Pasal 17 “pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan

dan penertiban”. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 1 Tahun 2008 bahwa

pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya mencegah terjadinya penyimpangan

pemanfaatan ruang dan menertibkan penyimpangan pemanfaatan ruang yang telah terjadi.

Pemanfaatan ruang berdasarkan Perda Provinsi No. 1 Tahun 2008 ini merupakan rangkaian

program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka

waktu yang ditetapkan didalam rencana tata ruang. Proses pemanfataan ruang ini berkaitan

dengan berbagai aktivitas penataan bangunan. Penataan bangunan merupakan upaya

pengaturan untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang tertib, aman, nyaman, serasi,

dan seimbang melalui tertib pembangunan dan keselamatan perumahan dan permukiman.

Dengan kata lain, pengendalian pemanfaatan ruang adalah kegiatan yang berkaitan dengan

pengawasan dan penertiban agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang

telah ditetapkan. Proses alur pengawasan biasanya dilaksanakan dalam bentuk suatu

pelaporan, pemantauan serta evaluasi terhadap aktivitas-aktivitas yang sedang berlangsung

maupun aktivitas yang telah dilaksanakan.

2.1.4 Peraturan Gubernur No 02 Tahun 2016 tentang Pengendalian Kawasan Bandung


Utara
Kawasan Bandung Utara ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi Jawa Barat
yang tercantum dalam RTRW Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2029. Saat ini,
pemanfaatan ruang Kawasan Bandung Utara tidak terkendali sehingga mengancam
keberlangsungan fungsi konservasi kawasan daerah sebagai daerah tangkapan air. Hal ini
melatarbelakangi perlunya dibuat peraturan baru untuk mewujudkan ketertiban dalam
pemanfaatan ruang KBU karena peraturan sebelumnya sudah tidak efektif. Maka dari itu,
Perda Provinsi Jawa Barat no 2 Tahun 2016 tentang pedoman pengendalian Kawasan
Bandung Utara dibuat dan berlakukan.
Berdasarkan pasal 2 Perda Provinsi Jawa Barat no 2 Tahun 2016, pelaksanaan
pengendalaian Kawasan Bandung Utara dilaksanakan berdasarkan asas:
a. Keseimbangan
b. Keserasian
c. Keterpaduan
d. Kelestarian
e. Keadilan
f. Manfaat
g. Peran serta masyarakat
Kawasan Bandung Utara sebagai kawasan strategis provinsi berperan sebagai
kawasan lindung tangkapan air harus dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Fungsi
hidrologis Kawasan Bandung Utara berperan untuk menjamin kepentingan pembangunan
keberlanjutan. Perda Provinsi Jawa Barat no 2 Tahun 2016 ini dijadikan pedoman
peraturan zonasi KSP, evaluasi RTRW, penerbitan izin pemanfaatan ruang oleh
pemerintah, dan pemberian hak atas penggunaan tanah dalam konteks Kawasan Bandung
Utara.
Secara administratif, Kawasan Bandung Utara meliputi sebagian Kab Bandung,
seluruh Kota Bandung dan Kota Cimahi, dan sebagian Kab Bandung Barat. Kawasan
Bandung Utara yang termasuk ke dalam daerah Kab Bandung Barat yang tercantum dalam
pasal 11 poin (4) adalah:
a. Sebagian daerah Kecamatan Cikalong Wetan
b. Kecamatan Cisarua
c. Kecamatan Lembang
d. Sebagian Kecamatan Ngamprah
e. Sebagian Kecamatan Padalarang
f. Kecamatan Parongpong
Berdasarkan pola ruang, Kawasan Bandung Utara terdiri dari kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Daerah kawasan lindung Kawasan Bandung Utara yang masuk
kedalam wilayah Kab Bandung Barat yang tercantum dalam pasal 14 adalah:
a. Kawasan pelestarian alam: sebagian Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda serta Taman
Wisata Alam Tangkuban Perahu
b. Kawasan suaka alam: Cagar Alam Tangkuban Perahu
c. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan: Observatorium Bosscha
d. Kawasan rawan bencana alam geologi: Sesar Lembang
Arahan pola ruang Kawasan Bandung Utara ditetapkan untuk dijadikan pedoman
untuk mensinergikan rencana pemanfaatan ruang Kota/Kabupaten yang berada di
dalamnya untuk meningkatkan fungsi lindung dan upaya pemulihan daya dukung
lingkungan. Sehingga seluruh wilayah yang ada di dalamnya, termasuk Kabupaten
Bandung Barat perlu merujuk dan menyesuaikan dengan Perda Provinsi Jawa Barat no 2
Tahun 2016 ini.

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan dalam baba pendahuluan maka penelitian ini dimulai dengan memperhatikan
Kawasan bandung utrara yang memasuki wilayah Kawasan bandung barat sebagai Kawasan
konservasi provinsi. Mengapa masih rendahnya pengelolaan Kawasan konservasi di
kabupaten bandug barat. Bagaimana kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerinta daerah
dalam Peraturan Gubernur No 02 Tahun 2016 tentang Pengendalian Kawasan Bandung Utara
kurang efektif sehingga menimbulkan isu lingkungan. Khusus untuk efektivitas kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah dalam pengelolaan Kawasan konservasi
bandung utara dalam wilayah Bandung barat perlu diketahui lebih lanjut adalah :
(1) Bagaimana arah kebijakan serta permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
Kawasan Bandung Utara di Kabupaten Bandung Barat ?
Apabila hal tersebut telah dilaksanakan, maka akan diketahui lebih dalam permasalahan yang
dihadapi di lapangan kawasan konsevasi bandung utara pada wilayah kabupaten bandung
barat.
Dalam hal ini Tujuan utama dibentuknya suatu aturan adalah untuk menjaga
ketertiban agar mayarakat dapat menjalankan kehidupanya dengan wajar. Maka dengan
diberlakukaanyaa sistem otonomi daerah, daerah dapat membuat aturan sendiri seperti
Perda Nomor 2 tahun 2016 tentang Pedoman Pengendalian Kawasan Bandung Utara
sebagai kawasan strategis provinsi. Maka dengan adanya perda ini diharapkan dapat
memberikan kekuatan hukum dalam penegakan sanksi di kawasan Bandung Utara. Proses
Legitimasi kebijakan publik dilakukan setelah dilakukan formulasi kebijakan.
Peraturan Daerah adalah Naskah Dinas yang berbentuk peraturan perundangan, yang
mengatur urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan atau untuk mewujudkan
kebijaksanaan baru, melaksanakan peraturan perundangan yang lebih tinggi dan menetapkan
suatu organisasi dalam lingkungan pemerintah daerah yang ditetapkan oleh Kepela Daerah
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Masyarakat, pemerintah
daerah diberi tanggung jawab yang besar dalam hal pengaturan di bidang perundang-
undangan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembaangunan untuk kepentingan
masyarakat daerahnya. Kewenangan membuat peraturan daerah (Perda) merupakan wujud
nyata pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah dan sebaliknya, peratur
dearah merupakan salah satu sarana dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur selaku penyelenggara pemerintahan
daerah yang memimpin melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
otonom. Dengan ini Gubernur Jawa Barat membuat suatu Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengendalian Kawasan Bandung Utara
Sebagai Kawasan Strategis Provinssi Jawa Barat, dengan bertujuan untuk melakukan
pengendalian di Kawasan Bandung Utara. Secara administrasi kaasan ini diingkup oleh 4
Kabupaten dan Kota dimana penjabaaran dalam pengendalianya itu terdapat pada Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan Kota. Di Kota Badung, pelaksanaan
pengendalian Kawasan Bandung Utara dimuat dalam Peraturan Daerah Kota Bandung
Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-2031,
dan selanjutnya RTRW Kota Bandung di jabarkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandung
Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi
Kota Bandung.
Referensi :

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 02 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengendalian
Kawasan Bandung Utara
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat No 02 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung Barat tahun 2009-2029

Friedrich, Carl J. 1963. Man and His Government. Newyork:McGraw-Hill. Islamy, M. Irfan. 2004.
Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanan Negara

Ibrahim, Syahrul., 1998, Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Wilayah Kabupaten Dati II, Jurnal PWK-
ITB No. 2/Mei 1998

Anda mungkin juga menyukai