Anda di halaman 1dari 4

Analisis: Dalam jurnal menjelaskan mengenai krisis kebijakan social.

Analisis kelompok kami setelah menelaah jurnal, bahwa adanya kebijakan public ada karena adanya factor pendorong begitu pula dengan sebaliknya. Menurut para ahlli sendiri Pengertian kebijakan publik menurut Thomas R. Dye adalah Whatever Governments choose to do or not to do. Kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Sedangkan menurut David Easton dalam Pandji Santosa (2008 : 27) mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kepada seluruh masyarakat secara keseluruhan. Pengertian lainnya dari kebijakan publik adalah merupakan rumusan keputusan Pemerintah yang menjadi pedoman guna mengatasi masalah publik yang menpunyai tujuan, rencana dan program yang akan dilaksanakan secara jelas. Lebih lanjut Anderson dalam Koryati dkk (2005:7) mengatakan bahwa kebijakan publik merupakan pengembangan dari kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dan aparaturnya. Krisis kebijakan public sendiri adalah sulitnya masyarakat untuk mendapatkan hak-hak yang memihak pada mereka atau, kebijakan yang dikeluarkan taupun diputuskan oleh pemerintah tidak lagi memihak pada masyarakat, dalam adanya kebijakan masyarakat malah merasa dirugikan atau dirasa kurang adanya manfaat seperti adanya kebijakan BLT. Kebijakan public sendiri biasanya bersifat reaktif yaitu untuk mengatasi gejala yang muncul di permukaan jadinya kebijaksanaan tersebut sangat simpel contohnya muncul gejala kemiskinan langsung dibagikan uang/BLT yah begitu mudahnya tanpa mau tahu bagaimana mengatasi penyebab kemiskinan yang tentunya amat sangat kompleks permasalahannya dan biasanya hanya berhenti pada tahap seminar disana sini tanpa memberikan jalan keluar yang sistematis dalam mengatasi kemiskinan ya akhirnya masyarakat terus bergelut dengan kemiskinan yang terus menerus sampai menurun kegenerasi berikutnya. Yang akhirnya akan memunculkan masalah baru kembali.

Krisis kebijakan public sendiri dimulai dari kebangkitan neoliberalisme, dalam hal ini sesuai yang diungkapkan oleh jurnal bahwa neoliberalisme sendiri memiliki factor pendorong yaitu collapse nya teori liberalism krisis kapitalis selama 25 tahun terakhir, dengan penyusutan tingkat profitnya, menginspirasikan para elit korporasi untuk menghidupkan kembali liberalisme. Inilah yang menjadikannya "neo" atau baru. Kini, dengan globalisasi ekonomi kapitalis yang pesat, kita menyaksikan neo-liberalisme dalam skala global. Ciri dari neoliberlisme itu sendiri adalah pertama, munculnya perusahaan multinasional sebagai kekuatan yg nyata dan bahkan memiliki aset kekayaan yg lebih besar daripada negara-negara kecil didunia. Kedua, untuk menjamin bahwa negara-negara diseluruh dunia patuh menjalankan prinsip dasar pasar bebas dan perdagangan bebas, didunia ini dikenal organisasi dan konstitusi internasional yg terus menerus memantau negara-negara. Ketiga, sebagai variabel independen dari semua ini adalah revolusi dibidang teknologi komunikasi dan transportasi yg teramat dasyat 20tahun terakhir ini. Keempat, negara-negara kuat umumnya negara maju menggunakan kekuatan yg dimilikinya untuk menaklukan negara yang lebih lemah. Dalam memutuskan suatu kebijakan dibutuhkan beberapa hal yaitu adanya lobi, komunikasi, lapisan dari pemerintah itu sendiri, adanya canel dalam mempengaruhi suatu peusahaan. Analisa kelompok kami bahwa hubungan antara melobi dan kebijakan social tentu saja sangat berhubungan erat bahkan hal ini merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan. Mengapa, tentu saja dalam hal ini ada tahap pada kebijakan social yaitu tahap identifikasi pada point terakhir yaitu membangun Dukungan dan Legitimasi Publik; Tugas pada tahap ini adalah menginformasikan kembali rencana kebijakan yang telah disempurnakan. Selanjutnya melibatkan berbagai pihak yang relevan dengan kebijakan, melakukan lobi, negosiasi dan koalisi dengan berbagai kelompok-kelompok masyarakat agar tercapai konsensus dan kesepakatan mengenai kebijakan sosial yang akan diterapkan. Pelobian perusahaan sebagai suatu strategi adalah hal yang lumrah dalam 20 tahun terakhir ini

sesuai dengan bangkitnya neoliberalisme. Melobi adanya suatu kebijakan social ini tidak terlepas dari pengaruh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya. Sebagai contoh, kita bisa melihat yang terjadi sekarang yaitu contoh dari kebijakan publik yang melakukan sesuatu yaitu kebijakan menaikan harga BBM, kebijakan BLT, kebijakan tentang sunset policy dalam hal perpajakan. Atau contoh yang konkrit adalah pengadaan mengenai mobil dinas pemadam kebakaran, dalam hal ini penambahan armada mobil dinas pemadam kebakaran merupakan contoh kebijakan public karena sudah diuraikan diatas bahwa kebijakan public merupakan rumusan keputusan Pemerintah yang menjadi pedoman guna mengatasi masalah publik yang menpunyai tujuan, rencana dan program yang akan dilaksanakan secara jelas. Dalam pengadaan mobil dinas pemadam kebakaran otomatis ada beberapa pihak korporasi yang melobi pemerintah untuk pengajuan perusahaan mereka sebagai sponsor. Memahami komunikasi juga pengaruh korporasi/perusahaan dalam hal ini kita juga perlu memahami bagaimana komunikasi yang akan mempengaruhi suatu putusan kebijakan public dan sejauh mana pengaruh korporasi terhadap putusan public. Korporasi/perusahaan mencoba untuk membujuk pemerintah agar apa yang menjadi tujuan mereka baik dengan cara membujuk atau bahkan sampai dengan membohongi. Pengaruh perusahaan terhadap suatu putusan kebijakan public sesuai dengan keadaan situasi dan kondisi yang dibutuhkan dari kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kuatnya pengaruh dunia korporasi dalam mencampuri persoalan

pemerintahan menyebabkan tumpulnya pembelaan negara atas masyarakat. Negara tidak lagi memiliki kewenangan yang kuat untuk mengeksekusi setiap kebijakan publik, kewenangan eksekusi ini sudah ditentukan oleh kekuatan korporasi. Intervensi korporasi dalam bidang kebijakan publik dengan pasti telah menempatkan posisi negara pada sisi lunglai. Kuasa korporatis dalam menjajah kewenangan negara telah jauh mengantarkan kehidupan masyarakat dunia pada kehidupan materialisme. Perilaku ini sengaja diciptakan untuk mempertahankan hegemoni dan dominasi korporasi untuk tetap berdiri dengan gagah dalam penguasaan ekomomi.

Dalam memantau hasil kebijakan, harus dibedakan dua jenis hasil kebijakan, yaitu: keluaran (outputs), dan dampak (impacts). Keluaran kebijakan adalah barang, layanan, atau sumberdaya yang diterima oleh kelompok sasaran atau kolompok penerima (beneficiaries). Sebaliknya dampak kebijakan merupakan perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan tersebut. Dalam memantau keluaran serta dampak kebijakan harus diingat bahwa kelompok sasaran tidak selalu merupakan kelompok penerima. Kelompok sasaran (target group) merupakan individu, masyarakat atau organisasi yang hendak dipengaruhi oleh suatu kebijkan dan program. Sedangkan penerima (beneficiaries) adalah kelompok yang menerima manfaat atau nilai dari kebijakan tersebut. Dalam analisis kami, bahwa dampak dari suatu krisis kebijakan social akan membuat turunya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sebagai pembuat juga, sebagai pembuat keputusan dari kebijakan public. Selain itu dampak bagi masyarakat itu sendiri, apabila kebijaksanaan hanya memihak pada pihak korporasi karena telah melakukan intervensi maka dimungkinkan masyarakat akan semakin dipersulit akan hak mereka dengan adanya kebijakan public tersebut. Contoh, yaitu kenaikan BBM salah-salah kenaikan BBM yang dimaksudkan untuk mensubsidi rakyat miskin malah tidak tepat sasaran. Alhasil masyarakat miskin, semakin terjepit akan kebutuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai