Anda di halaman 1dari 114

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS EKONOMI

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), MARKET VALUE


ADDED (MVA), DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA
SEKTOR PERTAMBANGAN DI PERUSAHAAN LQ45 YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2019

Disusun Oleh :

Nama : Rizqi Laila Fauziah


NPM : 26216631
Jurusan : Akuntansi
Pembimbing : Dr. Novita Sulistyowati, Skom., MM.

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat


Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

JAKARTA
2020
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Rizqi Laila Fauziah


NPM : 26216631
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Judul Skripsi : Pengaruh Economic Value Added (EVA),
Market Value Added (MVA), dan Likuiditas
Terhadap Harga Saham Pada Sektor
Pertambangan di Perusahaan LQ45 yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2015-2019
Dengan ini menyatakan bahwa hasil skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Gunadarma.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Penulis,

(Rizqi Laila Fauziah)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

KOMISI PEMBIMBING

NO. NAMA KEDUDUKAN


1.
2.
3.
Tanggal Sidang : 0/00/2020

PANITIA UJIAN

NO. NAMA KEDUDUKAN


1.
2.
3.
4.
5.
Tanggal Lulus : 00/00/2020

Mengetahui,

Pembimbing Bagian Sidang Ujian

(Dr. Novita Sulistyowati, Skom., MM.) (Dr. Edi Sukirman, Ssi., MM.)

iii
ABSTRACT

Rizqi Laila Fauziah 26216631


THE INFLUENCE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), MARKET VALUE
ADDED (MVA), DAN LIQUIDITY ON THE PRICE OF SHARES IN THE
MINING SECTOR IN LQ45 COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA
STOCK EXCHANGE PERIOD 2015-2019.

Thesis, Department of Accounting, Faculty of Economics, University Gunadarma,


2020
Keywords : Economic Value Added , Market Value Added, Liquidity and Stock
Price

(xiv + 93 + attachment)

The stock price is an indicator of the success of the company’s


management. If the stock price index rises, on average the price of shares on the
market or the exchange has incr eased so that investors can judge that the
company is successful in managing its business. Conversaly if the stock price
index falls, on average the price of uniforms on the market or the exchange has
decreased so that it can reduce the value of the company in the eyes of investors.
The purpose of this study was to determine the effect of EVA,MVA, and
Liquidity on share prices in the mining sector companies in LQ45 companies
listed on the Indonesia Stock Exchange Period 2015-2019.

The research method used is multiple linier regression analysis method


using time series data. The data used in this study are secondary data in the form
of financial statements which include balance sheet, income statement, and stock
price 2015-2019 using t test and F test to determine the effect of variables.

The results of this study indicate that EVA and Liquidity partially have no
significant effect on stock prices and have a significant effect on stock prices.
Simultaneously EVA, MVA, and Liquidity have a significant effect on stock
price.

Bibliography (2001 – 2019)

iv
ABSTRAKSI

Rizqi Laila Fauziah 26216631


PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), MARKET VALUE ADDED
(MVA), DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA SEKTOR
PERTAMBANGAN DI PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2019

Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2020


Kata kunci : Economic Value Added , Market Value Added, Likuiditas, Harga
saham

(xiv + 93 + Lampiran)

Harga saham adalah indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan. Jika


indeks harga saham naik, secara rata-rata harga saham di pasar atau bursa
mengalami peningkatan sehingga investor dapat menilai bahwa perusahaan
berhasil dalam mengelola usahanya. Sebaliknya jika indeks harga saham turun,
secara rata-rata harga saham di pasar atau bursa mengalami penurunan sehingga
dapat menurunkan nilai perusahaan dimata investor. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh EVA,MVA,dan Likuiditas terhadap harga saham
pada perusahaan sektor pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2015-2019.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi linier


berganda dengan menggunakan data time series. Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan keuangan yang meliputi
Laporan Neraca, Laporan Laba/Rugi, dan Harga Saham 2015-2019 dengan
menggunakan Uji t dan Uji F untuk mengetahui pengaruh variabel independen.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa EVA dan Likuiditas secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan MVA berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Secara simultan EVA, MVA dan Likuiditas
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Daftar Pustaka (2001 – 2019)

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan berkat, anugerah dan karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan Skripsi guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai
gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Gunadarma. Adapun judul Skripsi adalah “Pengaruh Economic
Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Likuiditas Terhadap
Harga Saham Pada Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019”
Tak ada kesempurnaan selain pada-Nya, penulis menyadari bahwa
tersusunnya skripsi ini adalah berkat kuasa-Nya serta dorongan, pengarahan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. E.S. Margianti SE., MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.
2. Ir. Toto Sugiharto., MSc., PhD., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma.
3. Dr. Imam Subaweh, SE., AK., MM., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Gunadarma.
4. Dr. Edi Sukirman, SSi, MM., selaku Kepala Bagian Sidang Ujian Universitas
Gunadarma.
5. Dr. Novita Sulistyowati, Skom., MM., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan pikiran dalam bentuk pengarahan
dan bimbingan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Staf Universitas Gunadarma yang turut membantu
sehingga skripsi ini dapat selesai
7. Kedua orang tua saya tercinta Erni Kurniawati dan Ruhiat, yang telah
mengorbankan segalanya tanpa rasa lelah dan penuh perjuangan, kasih sayang,
doa dan harapan untuk anakmu ini.

vi
8. Keluarga tercinta, kakakku Iman Rachmandika dan adikku Muhamad Fauzan
Baehaqi yang selalu menyemangati selama saya menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman dekat saya Muhammad Bagus Rafif Amarudanto terimakasih untuk
selalu ada dan selalu mendukung saya, menyediakan waktu, pikiran dan
tenaga untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat terbaik Goldviyanti yang selalu berbagi keluh kesah dan membantu
saya selama menyusun skripsi.
11. Teman terbaik Resti Andika dan Fitria Syavira telah menjadi pendengar yang
baik atas keluh kesah penulis.
12. Teman-teman kelas 4EB07 yang sudah menjadi tempat bertukar pikiran dan
saling memberikan saran, nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Kepada rekan satu bimbingan Ibu Novita yang telah berjuang besama-sama
dan bersedia bertukar pikiran dalam penyelesaian penulisan akhir ini.

Akhir kata, penulis sadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, disebabkan karena berbagai keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menjadi
perbaikan di masa yang akan datang.

Jakarta,…. 2020
Penulis

(Rizqi Laila Fauziah)

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 10
1.3. Batasan Masalah .................................................................. 11
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................. 11
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 13
2.1. Kajian Teori ........................................................................ 13
2.1.1. Pasar Modal............................................................. 13
2.1.1.1. Pengertian Pasar Modal .......................................... 13
2.1.1.2. Manfaat Pasar Modal .............................................. 14
2.1.1.3. Instrumen Pasar Modal ........................................... 14
2.1.2. Investasi .................................................................. 15
2.1.2.1. Pengertian Investasi ............................................... 15
2.1.2.2. Tujuan Investasi ..................................................... 15
2.1.2.3. Jenis-jenis Investasi ................................................ 16

viii
2.1.3. Indeks LQ45 ............................................................ 16
2.1.4. Economic Value Added (EVA) .............................. 17
2.1.4.1. Pengertian Economic Value Added (EVA) ............ 17
2.1.4.2. Tujuan Perhitungan Economic Value Added (EVA)18
2.1.4.3. Manfaat Economic Value Added (EVA) ............... 18
2.1.4.4. Kelebihan dan kekurangan Economic Value Added
(EVA) ................................................................................. 19
2.1.4.5. Perhitungan Economic Value Added (EVA) ........... 20
2.1.5. Market Value Added (MVA) .................................. 23
2.1.5.1. Pengertian Market Value Added (MVA) ............... 23
2.1.5.2. Tujuan Perhitungan Market Value Added (MVA) .. 23
2.1.5.3. Kelebihan dan kekurangan Market Value Added
(MVA) ................................................................................ 24
2.1.5.4. Perhitungan Market Value Added (MVA) .............. 24
2.1.6. Likuiditas ............................................................... 26
2.1.6.1. Pengertian Likuiditas ............................................. 26
2.1.6.2. Tujuan dan Manfaat Perhitungan Likuiditas ........... 26
2.1.6.3. Perhitungan Likuiditas ........................................... 27
2.1.7. Saham ...................................................................... 27
2.1.7.1. Pengertian Saham .................................................... 27
2.1.7.2. Jenis-jenis Saham .................................................... 28
2.1.7.3 Harga Saham .......................................................... 28
2.1.8 Kinerja Keuangan.................................................... 29
2.1.8.1 Tujuan Kinerja Keuangan ....................................... 29
2.1.8.2 Manfaat Kinerja Keuangan ..................................... 30
2.2. Kajian Penelitian Terkait…. ................................................ 30
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Kerangnka Penelitian .... 36
2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................. 36
2.3.2 Kerangka Penelitian ............................................... 37
2.4 Hipotesis .............................................................................. 37
ix
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 38
3.1. Objek Penelitian ................................................................... 38
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 38
3.2.1 Populasi Penelitian ................................................ 38
3.2.2 Sampel Penelitian ................................................... 38
3.3. Jenis Data dan Sumber Data ................................................ 40
3.4. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 40
3.5. Definisi dan Operasional Variabel ....................................... 41
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................... 46
3.6.1 Uji Statistik ........................................................... 46
3.6.1.1 Uji Statistik Deskriptif .......................................... 47
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ................................................. 47
3.6.2.1 Uji Normalitas ....................................................... 47
3.6.2.2 Uji Multikolinieritas .............................................. 48
3.6.2.3 Uji Autokorelasi .................................................... 48
3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas .......................................... 50
3.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda ......................... 50
3.6.4 Pengujian Hipotesis
3.6.4.1 Uji t ....................................................................... 52
3.6.4.1 Uji F ...................................................................... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 54
4.1. Hasil Pengumpulan Data ...................................................... 54
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...................... 54
4.1.2 Data Penelitian ...................................................... 55
4.2. Pembahasan ......................................................................... 59
4.2.1 Perhitungan Economic Value Added (EVA) ......... 59
4.2.2 Perhitungan Market Value Added (MVA) ............ 62
4.2.3 Perhitungan Likuiditas .......................................... 65
4.2.4 Hasil Uji Statistik .................................................. 67
4.2.4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................. 67
4.2.5 Hasil Uji Asumsi Klasik ....................................... 68
x
4.2.5.1 Hasil Uji Normalitas ............................................. 68
4.2.5.2 Hasil Uji Multikolinieritas .................................... 71
4.2.5.3 Hasil Uji Autokorelasi ........................................... 71
4.2.5.4 Uji Heteroskedastisitas .......................................... 72
4.2.6 Analisis Regresi Linier Berganda ......................... 73
4.2.7 Pengujian Hipotesis ............................................... 74
4.2.7.1 Uji t ....................................................................... 74
4.2.7.2 Uji F ...................................................................... 76
4.2.8 Pembahasan Economic Value Added (EVA) ........ 77
4.2.9 Pembahasan Market Value Added (MVA) ............ 80
4.2.10 Pembahasan Likuiditas ......................................... 82
4.2.11 Pembahasan Economic Value Added (EVA), Market
Value Added (MVA), Likuiditas ........................... 85
BAB V PENUTUP .................................................................................... 88
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 88
5.2. Saran ....................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................91
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Sejenis ................................................................... 30
Tabel 3.1 Data Sampel Penelitian ...................................................................... 38
Tabel 3.2 Perusahaan Sampel ............................................................................ 39
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................. 46
Tabel 3.4 Pengambilan Keputusan Ada atau Tidak Autokorelasi ..................... 49
Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45
............................................................................................................ 55
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 67
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov Test ................................................... 70
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. 71
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Metode Cochrane-Orcutt ..... 71
Tabel 4.6 Hasil Unstandardized Coefficients..................................................... 73
Tabel 4.7 Hasil Uji t Parsial Berdasarkan Nilai Signifikansi ............................. 74
Tabel 4.8 Hasil Uji F Simultan Berdasarkan Nilai Signifikansi ........................ 76

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Kumulatif PDB Menurut Lapangan Usaha ....... 6
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian....................................................................... 37
Gambar 4.1 Komponen Data Keuangan PT. Adaro Energy Tbk. Periode 2015 -
2019 ............................................................................................... 56
Gambar 4.2 Komponen Data Keuangan PT. Aneka Tambang Tbk. Periode 2015
- 2019 ............................................................................................. 56
Gambar 4.3 Komponen Data Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk. Periode 2015
- 2019 ............................................................................................. 57
Gambar 4.4 Komponen Data Keuangan PT. Indika Energy Tbk. Periode 2015 -
2019 ............................................................................................... 57
Gambar 4.5 Komponen Data Keuangan PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.
Periode 2015 - 2019....................................................................... 58
Gambar 4.6 Komponen Data Keuangan PT. Medco Energi Internasional Tbk.
Periode 2015 - 2019....................................................................... 58
Gambar 4.7 Komponen Data Keuangan PT. Bukit Asam Tbk. Periode 2015 -
2019 ............................................................................................... 59
Gambar 4.8 Grafik Perhitungan Economic Value Added (EVA) Periode 2015 -
2019 ............................................................................................... 59
Gambar 4.9 Grafik Perhitungan Market Value Added (MVA) Periode 2015 -
2019 ............................................................................................... 63
Gambar 4.10 Grafik Perhitungan Likuiditas Periode 2015 - 2019...................... 65
Gambar 4.11 Uji Normalitas (Standardized Residual) ....................................... 68
Gambar 4.12 Uji Normalitas Probability Plot ..................................................... 69
Gambar 4.13 Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot) ............................................. 72
Gambar 4.14 Perbandingan Nilai Uji t dengan Kurva ........................................ 75

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan adalah suatu entitas bisnis yang memberikan peluang


perubahan perkembangan dan pembangunan ekonomi suatu negara atas dampak
aktivitas operasional yang dijalaninya. Perkembangan perekonomian di era digital
saat ini sudah berkembang dengan cepat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
perdagangan hampir di semua komoditi. Di Indonesia mengalami fenomena
kepesatan perkembangan usaha, baik usaha dagang maupun jasa. Perkembangan
teknologi yang digunakan untuk memperkuat daya saing serta informasi yang
semakin cepat menjadikan perusahaan terus bersaing untuk mempertahankan
eksistensinya.

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian


suatu negara. Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat dimanfaatkan
untuk memobilisasi dana, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Sementara itu,
bagi investor pasar modal merupakan wahana untuk menginvestasikan dananya.
Salah satu bidang investasi yang banyak diminati oleh para investor asing maupun
dalam negeri di pasar modal adalah bentuk saham perusahaan-perusahaan yang go
public.

Secara umum, salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan


keuntungan atau laba. Tetapi di masa sekarang ini tujuan perusahaan hanya untuk
mendapatkan laba yang sebesar-besarnya sudah kurang relevan, sebab perusahaan
juga harus melihat faktor dari pemegang saham perusahaan itu sendiri. Dengan
adanya para pemegang saham, perusahaan berusaha untuk lebih memikirkan
tentang strategi yang efektif dan efisien untuk di masa yang akan datang.

1
Berdasarkan hal ini maka tujuan perusahaan yang sesuai adalah untuk
memaksimalkan nilai suatu perusahaan, karena apabila salah dalam menentukan
suatu tujuan maka akan menyebabkan kesalahan dalam mengambil strategi.

Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan


perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka
investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam
memaksimalkan nilai suatu perusahaan. Kepercayaan investor atau calon investor
sangat bermanfaat bagi perusahaan, karena semakin banyak orang yang percaya
terhadap perusahaan maka keinginan untuk berinvestasi pada perusahaan semakin
kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham suatu perusahaan maka dapat
menaikkan harga saham tersebut. Apabila harga saham yang tinggi dapat
dipertahankan maka kepercayaan investor atau calon investor terhadap perusahaan
juga semakin tinggi dan hal ini dapat menaikkan nilai perusahaan. Sebaliknya,
jika harga saham mengalami penurunan terus menerus maka dapat menurunkan
nilai perusahaan dimata investor atau calon investor. Bagi calon investor yang
rasional, keputusan investasi dalam suatu saham harus didahului oleh suatu proses
analisis terhadap variabel yang diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu
saham. Hal ini disebabkan oleh sifat saham yang sangat peka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi baik perubahan kondisi pasar uang, kinerja keuangan
maupun situasi politik dalam negeri.

Perkembangan dunia bisnis saat ini mengharuskan perusahaan memiliki


kinerja keuangan yang bagus untuk menarik pihak eksternal agar dapat
menginvestasikan modal mereka ataupun mempertahankan investasi para
investor. Penilaian kinerja terhadap perusahaan dimaksudkan untuk menilai dan
mengevaluasi tujuan yang telah dicapai perusahaan dalam ukuran waktu yang
telah ditentukan. Manajemen keuangan mempunyai peran yang penting dalam
pengelolaan keuangan perusahaan, sehingga manajemen keuangan dituntut untuk
menjalankan fungsinya secara efektif. Pihak manajemen perusahaan dalam
melaksanakan usahanya memerlukan suatu alat pengukur kinerja keuangan untuk
mengevaluasi perusahaannya.
2
Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan timbul sebagai akibat dari proses
pengambilan keputusan manajemen. Penilaian kinerja keuangan adalah salah satu
strategi yang diambil oleh manajer perusahaan terhadap para pemegang saham
untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Dengan adanya kinerja laporan
keuangan, maka kondisi keuangan perusahaan dapat terlihat sisi positif dan
negatif pada suatu periode tertentu.

Dalam melakukan penilaian kinerja keuangan, setiap perusahaan memiliki


ukuran yang bervariasi sehingga antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
yang lainnya berbeda. Ukuran yang sering digunakan dalam mengukur kinerja
perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Namun, analisis
rasio keuangan masih mempunyai kelemahan-kelemahan, salah satu kelemahan
dari rasio keuangan adalah kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat
digunakan untuk kepentingan stakeholder. Penilaian kinerja keuangan dengan
menggunakan rasio keuangan hanya berorientasi pada profit oriented, akan tetapi
pada saat ini perusahaan dituntut untuk tidak hanya berorientasi pada profit
namun juga harus berorientasi pada value. Untuk mengatasi kelemahan tersebut
maka digunakan metode Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA), dan Likuiditas.

Economic Value Added (EVA) pertama kali dikembangkan oleh Stern dan
Steward, seorang analisis keuangan dari perusahaan konsultan Stern and Steward
Company pada tahun 1990-an (Sawir, 2009). Economic Value Added (EVA)
merupakan ukuran yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan untuk
menentukan apakah suatu investasi yang ada dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap kekayaan pemegang saham. Berdasarkan pengertian tersebut
Economic Value Added (EVA) adalah pengukuran kinerja keuangan perusahaan
yang mempertimbangkan harapan-harapan pemegang saham dan kreditur dengan
cara mengurangkan laba operasi setelah pajak dengan biaya tahunan dari semua
3
modal yang digunakan perusahaan. Penerapan Economic Value Added (EVA)
dalam suatu perusahaan akan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai
perusahaan, hal ini merupakan salah satu keunggulan Economic Value Added
(EVA). Dengan pendekatan ini, pemegang saham dapat melihat berapa besar nilai
tambah yang diraih perusahaan.

Disamping adanya keunggulan, Economic Value Added (EVA) juga


memiliki kelemahan. Economic Value Added (EVA) hanya menggambarkan
penciptaan nilai pada suatu periode tertentu. Nilai suatu perusahaan merupakan
suatu akumulasi Economic Value Added (EVA) selama umur perusahaan. Dengan
demikian bisa saja perusahaan tersebut memiliki Economic Value Added (EVA)
pada tahun berjalan positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena
Economic Value Added (EVA) pada tahun berikutnya negatif. Dengan demikian
dalam menggunakan Economic Value Added (EVA) untuk menilai kinerja, harus
melihat Economic Value Added (EVA) masa sekarang dan masa depan. Proses
perhitungan Economic Value Added (EVA) memerlukan estimasi biaya modal.
Estimasi ini sulit dilakukan terutama untuk perusahaan yang belum go public.

Metode penilaian kinerja keuangan berikutnya yaitu Market Value Added


(MVA). Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara modal yang
ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu untuk keseluruhan investasi baik
berupa modal, pinjaman, laba ditahan, dan sebagainya terhadap keuntungan yang
dapat diambil sekarang, yang merupakan selisih antara nilai buku dan nilai pasar
dari keseluruhan tuntutan modal (Winarto, 2010). Market Value Added (MVA)
harus menjadi tujuan utama perusahaan yang menitikberatkan pada kemakmuran
pemegang saham. Pada dasarnya Market Value Added (MVA) adalah suatu
konsep untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dari sudut pandang eksternal
dengan menghitung selisih antara nilai pasar saham dengan nilai buku saham.
Market Value Added (MVA) merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri
yang tidak membutuhkan analisis trend sehingga bagi pihak manajemen dan
penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Tetapi

4
penilaian kinerja Market Value Added (MVA) hanya dapat diaplikasikan pada
perusahaan yang sudah go public saja.

Selain menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value


Added (MVA), dapat digunakan rasio likuiditas. Menurut Arilaha (2009), rasio
likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan
dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Alasan penggunaan rasio likuiditas
dalam penelitian ini dikarenakan rasio ini dapat dihitung melalui sumber
informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.
Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham
perusahaan. Suharli (2007) memaparkan, hanya perusahaan yang memiliki
likuiditas yang baik yang akan membagikan labanya kepada pemegang saham
secara tunai. Investor yang melihat kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya secara lancar akan tertarik untuk menanamkan dananya
karena risiko yang akan ditanggung tidaklah besar, hal ini akan membawa
keterkaitan dengan isu yang positif terhadap saham perusahaan sehingga menarik
minat investor yang akan dapat meningkatkan harga saham.

Pertumbuhan industri di Indonesia beberapa tahun terakhir ini cukup pesat.


Banyak bermunculan industri baru dengan berbagai inovasi terbarunya. Berbagai
sektor industri lainnya pertumbuhannya begitu baik. Namun berbeda dengan
subsektor pertambangan, beberapa tahun terakhir ini perkembangannya kurang
begitu menggembirakan. Ketika industri-industri lain pertumbuhannya cukup
baik, subsektor pertambangan malah bertolak belakang.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pertambangan tahun


2017 kuartal I mengalami penurunan yang cukup besar hingga menghasilkan
persentase yang negatif. Pada awal tahun 2018 persentase PDB sektor
pertambangan mengalami peningkatan secara perlahan hingga pada tahun 2019
kuartal II mengalami penurunan kembali.

5
Gambar 1.1

Laju Pertumbuhan Kumulatif PDB Menurut Lapangan Usaha

Laju Pertumbuhan Kumulatif Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2017 - 2019

Laju Pertumbuhan Kumulatif (c-to-c)

PDB Lapangan Usaha 2017 2018 2019

Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan
Tahunan Tahunan Tahunan
I II III IV I II III IV I II III IV

Pertambangan dan
-1.30 0.39 0.87 0.66 0.66 1.06 1.85 2.13 2.16 2.16 2.32 0.79 1.31 1.22 1.22
Penggalian

1. Pertambangan
Minyak, Gas dan -5.39 -4.63 -3.76 -3.54 -3.54 -2.67 -0.99 -1.34 -1.40 -1.40 -1.36 -2.75 -3.01 -2.83 -2.83
Panas Bumi

2. Pertambangan
2.77 4.69 3.56 1.52 1.52 -3.83 -2.92 -0.01 4.01 4.01 14.77 13.33 13.29 10.20 10.20
Batubara dan Lignit

3. Pertambangan
-0.36 3.92 5.59 6.55 6.55 22.54 22.97 18.48 9.01 9.01 -17.92 -22.12 -18.07 -15.15 -15.15
Bijih Logam

4. Pertambangan dan
0.68 2.56 3.89 4.68 4.68 4.26 2.60 2.33 2.19 2.19 4.51 5.20 5.58 6.18 6.18
Penggalian Lainnya

Sumber : www.bps.go.id, 2019

Melemahnya subsektor pertambangan sudah terlihat pada tahun 2015.


Tercatat kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 31 Desember 2014
adalah Rp. 255 triliun, kemudian pada tahun 2015 mengalami penurunan yang
cukup besar 37% menjadi Rp. 161 triliun. Penurunan ini dikarenakan turunnya
komoditas pertambangan. Pada 30 April 2016, kapitalisasi pasar mengalami
peningkatan 23% menjadi Rp. 198 triliun. Hal ini sejalan dengan naiknya harga
sejumlah komoditas pada empat bulan pertama 2016 (www.tambang.co.id).

Penelitian ini menggunakan subsektor pertambangan yang terdaftar di


LQ45 periode tahun 2015-2019. Indeks LQ45 merupakan 45 emiten yang telah
melalui proses seleksi dengan likuiditas tinggi (Liquid) di Bursa Efek dengan
mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Subsektor Pertambangan adalah salah satu
sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan memiliki
fungsi yang sangat penting bagi industri dalam negeri yaitu menyediakan sumber
daya energi. Sumber daya energi bagi suatu Negara ini mampu memberikan
peluang pendirian usaha untuk mengeksplorasi sumber daya tersebut. Badan Pusat
6
Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun
2019 sebesar 5.02% lebih rendah 0,15% dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu
sebesar 5,17%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu
Subsektor Pertambangan. Meski demikian, Suhariyanto selaku Kepala Badan
Pusat Statistik (BPS) menilai untuk bertahan di angka 5% pada situasi global yang
cenderung mengalami penurunan ini, tidaklah mudah. Menurutnya, angka ini
sudah cukup baik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019.

Thover, Mastor Chris (2018) melakukan penelitian Studi Kasus pada


industri perdagangan sub sektor retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2012-2016. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder, data diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia dan laporan tahunan perusahaan yang terkait. Teknik
pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah
sample sebanyak 12 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
parsial variable EVA, MVA, dan firm size berpengaruh positif signifikan terhadap
harga saham, sedangkan likuiditas secara parsial berpengaruh negatif signifikan
terhadap harga saham. Uji F menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variable
independen berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Penelitian juga dilakukan oleh Agnatia, Venni. dkk. (2018). Tujuan


penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Economic Value Added (EVA) dan
rasio profitabilitas secara parsial dan secara simultan terhadap harga saham
perusahaan sektor pertambangan batu bara. Adapun rasio profitabilitas yang
dijadikan variabel independen dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA),
Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI) dan Net Profit Margin
(NPM) sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham.
Sampel yang digunakan adalah 14 perusahaan dari 25 perusahaan sektor
pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2011-2017 sehingga total data yang diolah adalah 98 sampel. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier dengan Eviews versi 9. Hasil penelitian ini
7
menunjukkan bahwa secara parsial variabel ROA dan ROI berpengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham sedangkan EVA, ROE dan NPM tidak
mempengaruhi harga saham. Secara simultan menunjukkan bahwa seluruh
variabel mempengaruhi harga saham.

Selain sektor diatas beberapa peniliti juga melakukan penilitian terhadap


perusahaan yang terdaftar di LQ45. Perusahaan kelompok LQ45 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dijadikan penelitian oleh Puspita, Viandina. dkk. (2015) .
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method, dan
didapatkan 37 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel. Teknik
analisis data dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara parsial EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham,
sedangkan MVA berpengaruh positif terhadap harga saham. Uji simultan
menunjukkan bahwa EVA dan MVA berpengaruh positif terhadap harga saham
dengan koefisien determinasi (R square) sebesar 0.468. Hal ini berarti 46,8%
variabel dependen yaitu harga saham dipengaruhi oleh variabel independen yaitu
EVA dan MVA, sedangkan sisa nya 53,2% dipengaruhi oleh faktor lain.

Sektor lainnya yaitu ada pada perusahaan manufaktur. Mustikowati, Rita


Indah (2011) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur periode 2008
samapai dengan 2009. Konsep yang sering digunakan dalam penilaian kinerja
keuangan perusahaan adalah analisa laporan keuangan. Salah satu alternatif
penilaian kinerja keuangan yang telah diakui mampu memberikan hasil yang lebih
baik dari penilaian kinerja lainnya salah satunya dengan mempertimbangkan
aspek non keuangan yaitu MVA (Market Value Added). Hasil analisis regresi
tidak ada pengaruh market value added dengan harga saham karena MVA yang
cenderung rendah akan memberikan informasi bahwa kinerja perusahaan kurang
baik, sehingga investor cenderung menghindari pembeliaan saham pada
perusahaan yang bersangkutan bahkan melepas atau menjual saham yang dimilki
yang berakibat pada penurunan permintaan bahkan terjadi adanya peningkatan
penawaran yang berakibat pada turunnya harga saham selain itu juga karena tidak
adanya efisiensi pasar modal di Indonesia (BEJ), dimana para investor belum
8
menggunakan sepenuhnya informasi yang tersedia untuk menganalisis suatu
saham perusahaan, sehingga harga saham yang terjadi belum mencerminkan
semua informasi yang ada. Kontribusi MVA terhadap Harga Saham, diperoleh
nilai yang kecil dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini. Hal ini berarti selain MVA harga saham juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain seperti kondisi keuangan (inflasi), tingkat suku bunga
maupun faktor keamanan dalam negara. Rahayu, Ni Made Putri (2016) juga
melakukan Studi Pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non
partisipan dan menggunakan teknik penentuan sampling jenuh (sensus).
Jumlah populasi penelitin ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sub sekto
food and beverages yang masih aktif terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2014 dengan jumlah populasi sebanyak 13 perusahaan. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisi regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis ditemukan EVA berpengaruh negatif signifikan
terhadap harga saham, MVA dan likuditas dalam penelitian ini berpengaruh
positif signifikan terhadap harga saham.

Peningkatan maupun penurunan yang terjadi pada subsektor pertambangan


dalam negeri tidak lepas dari adanya pendanaan yang diberikan oleh investor,
sehingga perusahaan dapat menjalankan usahanya. Beberapa investor tentu ingin
mengetahui, rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia mempengaruhi besar
deviden atau proses penciptaan nilai tambah ekonomis dan harga saham pada
Subsektor Pertambangan yang terdaftar pada LQ45 atau tidak. Sebab LQ45 berisi
perusahaan yang memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, serta nilai
transaksi yang tinggi.

Berdasarkan latar belakang diatas, Economic Value Added (EVA), Market


Value Added (MVA), dan Likuiditas sebagai alat ukur penilaian kinerja keuangan
berpengaruh terhadap harga saham pada sektor pertambangan di perusahaan LQ45
menjadi pembahasan dalam penelitian ini dengan judul “Pengaruh Economic
9
Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Likuiditas Terhadap
Harga Saham Pada Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2019”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham


pada sektor pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019 ?
2. Bagaimana pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap harga saham
pada sektor pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019 ?
3. Bagaimana pengaruh Likuiditas terhadap harga saham pada sektor
pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2015-2019 ?
4. Apakah Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan
Likuiditas berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada sektor
pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2015-2019 ?

10
1.3 Batasan Masalah

Luasnya topik penulisan, maka penulis membatasi hanya menganalisis


laporan keuangan berupa Neraca, Laporan Laba/Rugi, dan Laporan Arus Kas
perusahaan sektor pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2015-2019 yang diukur menggunakan metode penilaian
Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Likuiditas
terhadap harga saham.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis hasil penelitian dari
kemampuan kinerja keuangan perusahaan sektor pertambangan di perusahaan
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019 yang
diukur menggunakan metode penilaian Economic Value Added (EVA), Market
Value Added (MVA), dan Likuiditas berpengaruh terhadap harga saham sehingga
dari hasil penelitian yang diperoleh apakah sesuai dengan pernyataan di bawah
ini:

1. Menguji pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham


pada sektor pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019.
2. Menguji pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap harga saham
pada sektor pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019.
3. Menguji pengaruh Likuiditas terhadap harga saham pada sektor
pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2015-2019.
4. Menguji pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA), dan Likuiditas secara simultan terhadap harga saham pada sektor
pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2015-2019.

11
1.5 Manfaat Penulisan

1. Manfaat Akademis
Untuk menambah pengembangan wawasan, pandangan, pengembangan
ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan, khususnya mengenai
Economic Value Added (EVA), baik dari segi teoritis maupun aplikasinya secara
nyata dalam dunia bisnis dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa yang mengadakan penelitian sejenis sehingga akan menambah bahan
masukan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Manfaat Teknis
Untuk memberikan gambaran informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan mengenai kemampuan suatu perusahaan
dalam menciptakan nilai tambah ekonomisnya.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pasar Modal

2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal

Dalam Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 memberikan


pengertian Pasar Modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.

Pasar modal merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan dana dengan


memperjual-belikan sekuritas, secara tempat bertemunya antara pihak yang
memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana untuk transaksi sekuritas.
Hartono (2015) berpendapat, “Pasar modal merupakan tempat bertemu antara
pembeli dan penjual dengan risiko untung rugi. Pasar modal merupakan sarana
perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual
saham atau mengeluarkan obligasi”. Secara sederhana, Tandelilin (2010)
menyatakan bahwa pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki
dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


pasar modal adalah tempat yang kegiatan utamanya adalah jual beli efek yang
nantinya akan menambah kekayaan investor di masa yang akan datang.

13
2.1.1.2 Manfaat Pasar Modal

Enam manfaat keberadaan pasar modal menurut Iswi Hariyani dan


R.Serfianto (2010)yaitu sebagai berikut :

1. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha


sekaligus memungkinkan terciptanya alokasi sumber dana secara optional.
2. Memberikan wahana investasi bagi investor, sekaligus memungkinkan
adanya upaya diversifikasi portofolio investasi.
3. Penyebaran kepemilikan perusahaan hingga ke lapisan masyarakat
menengah.
4. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan prospektif.
5. Menciptakan iklim usaha yang sehat, terbuka, dan profesional.
6. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik.

2.1.1.3 Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal adalah berbagai efek atau surat berharga yang
umumnya diperjualbelikan di pasar modal. Tandelilin (2010), mengemukakan
yang termasuk instrumen pasar modal yaitu;

1. Saham
Saham yaitu surat tanda bukti kepemilikan atasa aset perusahaan dan ini
merupakan jenis sekuritas yang paling populer di pasar modal. Dengan
saham, inverstor akan mendapatkan devidendan bisa memanfaatkan
fluktuasi dana saham dengan menjual saham tersebut (capital gain).
2. Obligasi
Obligasi adalah sertifikat kontrak antara investor dan perusahaan yang
menyatakan bahwa investor sebagai pemegang obligasi sudah
meminjamkan sejumlah uang pada emiten.
3. Reksadana
Reksadana adalah sertifikat yang menjelaskan pemiliknya menitipkan

14
sejumlah dana pada perusahaan reksadana untuk dikelola manajer investasi
profesional.
4. Instrumen Derivatif
Ini merupakan sekuritas turunan dari sekuritas lain. Terdapat beberapa
jenis instrumen derivatif ini diantaranya opsi, future, warant, dan right
issue.

2.1.2 Investasi

2.1.2.1 Pengertian Investasi

Menurut Jogiyanto (2013) Investasi merupakan suatu kegiatan penundaan


konsumsi sekarang untuk dimasukkan kedalam aktiva produktif selama periode
waktu tertentu.

Investasi ialah komitmen atas sejumlah danaatau sumber daya lainnya


yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa
datang (Tandelilin, 2010). Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini
dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham maupun
sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan
resiko yang terkait dengan investasi tersebut.

2.1.1.2 Tujuan Investasi

Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk


menghasilkan sejumlah uang. Menurut Ahmad (2004), ada beberapa alasan
mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain :

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan


Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan
taraf hidupnya dari waktu ke waktu.

2. Mengurangi tekanan inflasi

15
Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain,
seseorang dapat mengindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya
tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak


Beberapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas
perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi
pada bidang usaha tertentu.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Investasi

Menurut Halim (2005) pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua,


yaitu;

1. Investasi pada aset-aset finansial (financial assets)


Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa
sertifikat deposito, commercial paper, surat erharga pasar uang, dan
lainnya. Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa
saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain.

2. Investasi pada aset-aset riil (real assets)


Investasi pada aset-aset riil dapat berentuk pembelian aset produktif,
pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan
lainnya.

2.1.3 Indeks LQ45

Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997.


Indeks LQ45 dibuat dan diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ45
merupakan indeks saham yang teridiri dari 45 emiten dengan tingkat Likuiditas
yang tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian

16
atas Likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan
kapitalisasi pasar.

Kriteria Pemilihan Saham Indeks LQ45 :

1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.


2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi
transaksi.
3. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler.
4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.
5. Selain mempertimbangkan kriteria Likuiditas dan kapitalisasi pasar tersbut
diatas, akan dilihat jugga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan
perusahaan tersebut.

Bursa efek indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja


emiten-emiten yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan
sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut.
Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal
Februari dan Agustus (sahamok.com).

2.1.4 Economic Value Added (EVA)

2.1.4.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) adalah ukuran sejauh mana perusahaan


menciptakan nilai tambah secara ekonomis bagi pemegang saham. Nilai EVA
yang positif menandakan bahwa perusahaan dapat memberikan nilai tambah
ekonomis sesuai dengan return yang diharapkan oleh pemegang saham. Oleh
sebab itu diperlukan pemahaman terhadap EVA dan komponen-komponen yang
berhubungan dengan EVA (Suripto, 2015).

Hal ini serupa dengan pendapat Brigham & Houstan (2010) yang
menjelaskan bahwa Economic Value Added (EVA) adalah ukuran nilai tambah
ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi
17
manajemen. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai
bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan
melebihi tingkat biaya modal. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk
memaksimalkan nilai perusahaanya. Sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan
bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah
daripada biaya modalnya.

Dari beberapa pengertian mengenai Economic Value Added (EVA), pada


dasarnya EVA adalah pengukuran kinerja perusahaan yang mengukur kinerja
manajemen berdasarkan nilai tambah yang dihasilkan dan mampu memenuhi
semua biaya operasi dan biaya modal perusahaan.

2.1.4.2 Tujuan Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Tujuan dari perhitungan Economic Value Added (EVA) diharapkan dapat


mendukung penyajian laporan keuangan sehingga para pemegang saham dapat
mengetahui apakah posisi nilai EVA pada suatu perusahaan bernilai positif atau
negatif. Nilai EVA yang positif menandakan bahwa perusahaan dapat
memberikan nilai tambah ekonomis sesuai dengan return yang diharapkan oleh
investor. Setiap perusahaan public mempunyai tujuan yang sangat mendasar yaitu
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham/ pemilik. Perhitungan kinerja
yang berdasarkan EVA sangat relevan untuk tujuan tersebut (Suripto, 2015).

2.1.4.3 Manfaat Economic Value Added (EVA)

Adapula manfaat dari penerapan Economic Value Added (EVA) itu sendiri
antara lain (Hanafi, 2016);

1. Sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja


tersebut difokuskan terhadap penciptaan nilai.
2. Economic Value Added (EVA) akan membuat perusahaan lebih
memperhatikan kebijakan struktur modal

18
3. Economic Value Added (EVA) membuat manajemen berfikir dan
bertindak seperti pemegang saham yaitu memilih investasi yang
memberikan tingkat pengembalian maksimum dan meminimumkan biaya
modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.
4. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari
pada biaya-biaya modalnya.

2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Economic Value Added (EVA)

Sebagai penilai kinerja perusahaan Economic Value Added (EVA)


memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut (Suripto, 2015);

1. Economic Value Added (EVA) sebagai metode pengukuran kinerja


keuangan, juga merupakan kerangka kerja manajemen keuangan yang
komprehensif, mencakup berbagai fungsi mulai dari strategic planning,
capital allocation, operating budget, performance measurement,
management compensation, hingga internal-external comunication.
2. Economic Value Added (EVA) dapat mendorong setiap manajer
memainkan peran seperti layaknya pemegang saham perusahaan melalui
penerapan value based compensation.
3. Economic Value Added (EVA) bisa dipakai untuk mentransformasi budaya
perusahaan, sehingga semua element di dalam organisasi menjadi lebih
peka dan sadar untuk terus menciptakan nilai nagi pemegang saham.
4. Economic Value Added (EVA) dinilai mampu memainkan peran sebagai
suatu sistem insentif kompensasi yang dapat mengarahkan perusahaan
dalam mencapai tujuan hakikinya, yaitu menciptakan nilai untuk
pemegang saham.

Disamping adanya keunggulan dari Economic Value Added (EVA), ada


pula kelemahannya yaitu;

19
1. Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi
dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.
2. Sifat pengukurannya merupakan cermin jangka pendek, sehingga
manajemen cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa
mengakibatkan penurunan niali EVA dalam periode yang bersangkutan.
Hal ini bisa mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa
depan.

3. EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa


meningkatkan kinerja keuangan.

2.1.4.5 Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Untuk melakukan perhitungan pada Economic Value Added (EVA) ,


dibutuhkan beberapa komponen untuk mentukan bagaimana hasil EVA dari suatu
perusahaan. Komponen untuk melakukan perhitungan tersebut diantaranya yaitu ;
Net Operating Profy After Tax (NOPAT), Invested Capital, Weighted Average
Cost of Capital (WACC), dan Capital Charges. Komponen tersebut didapat dari
beberapa akun-akun dalam laporan keuangan.

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2008) bahwa perhitungan EVA dapat


dilakukan dengan langkah-langkah berikut;

1. NOPAT / Net Operating After Tax

NOPAT = Laba Operasi Setelah Pajak + Biaya Bunga

NOPAT adalah laba operasional setelah dikurangi pajak dan


merupakanimbal hasil atau returns dari total modal yang diinvestasikan.
NOPAT merupakan hasil penjumlahan dari laba usaha, penghasilan bunga,
beban/penghasilan pajak penghasilan tax shield atas beban bunga dan
bagian laba/rugi bersih. Jika suatu perusahaan memperoleh laba operasi
yang sudah dikurangi dengan pajak penghasilan lebih besar dibanding

20
biaya bunga, maka perusahaan tersebut memperoleh laba setelah pajak
yang besar. Selain itu, peningkatan pada NOPAT dapat meningkatkan
nilai EVA pada perusahaan

2. Invested Capital

IC = Total Hutang dan Ekuitas – Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Bunga

Invested capital adalah jumlah seluruh pinjaman diluar pinjaman jangka


pendek tanpa bunga (non interest bearing liabilities), seperti hutang
dagang, biaya yang masih harus dibayar, utang pajak, dan uang muka
pelanggan. Apabila seluruh total hutang dan ekuitas lebih besar
dibandingkan dengan total hutang jangka pendek, maka nilai yang akan
dihasilkan oleh Invested Capital juga akan besar. Semakin besarnya nilai
Invested Capital setiap periodenya maka semakin besar juga hutang
perusahaan tersebut.

3. Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital)

Weighted Average Cost of Capital = { D x rd (1-Tax)} + (E x re)

WACC merupakan perhitungan rata-rata biaya modal tertimbang.


Kompononen Cost of Capital berdasarkan struktur modal bisa dibedakan
atas biaya hutang (cost of debts) dan biaya modal sendiri atau ekuitas (cost
of equity). Biaya hutang pada umumnya akan sama dengan tingkat bunga
hutang yang harus dibayar oleh perusahaan kepada kreditur.

Adapun tahapan perhitungan WACC sebagai berikut;

a. Tingkat Modal dari Hutang (D)

Tingkat Modal dari Hutang (D) =

b. Biaya Hutang

Biaya Hutang (rd) 21


c. Presentase Pajak Penghasilan

Tingkat Pajak (T)

d. PER (Price Earning Ratio)

Price Earning Ratio =

e. Biaya Ekuitas

Biaya Ekuitas (re) =

f. Tingkat Modal dari Ekuitas

Tingkat Modal dari Ekuitas (E) =

4. Menghitung Capital Charge

Capital Charge = Invested Capital (IC) x WACC

Capital Charge merupakan aliran kas yang dibutuhkan untuk


menggantikan resiko usaha atas modal yang ditanamkan oleh investor.
Capital Charge juga menunjukkan seberapa besar kesempatan modal yang
telah ditanamkan oleh kreditur dan pemegang saham. Semakin besar
Capital Charge yang diperoleh, maka akan memperkecil nilai EVA pada
perusahaan.

5. Menghitung Economic Value Added (EVA)

EVA = NOPAT – Capital Charge

Tingkat keberhasilan atau kinerja suatu perusahaan dapat diukur sejauh


mana perusahaan tersebut dapat menciptakan nilai tambah secara

22
ekonomis bagi pemiliknya yaitu pemegang saham. Pengukuran kinerja
berdasarkan sejauhmana perusahaan dapat menciptakan nilai tambah
secara ekonomis, yang dikenal dengan istilah EVA. Adapun penilaian
terhadap hasil perhitungan EVA adalah;

1. Jika nilai EVA > 0, maka EVA bernilai positif dan menunjukkan bahwa
perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis melalui
kegiatan operasionalnya.
2. Jika EVA = 0, maka perusahaan dalam posisi impas atau tidak mengalami
kemunduran dan tidak mengalami kemajuan secara ekonomi.
3. Jika EVA < 0, maka EVA bernilai negatif dan menunjukkan bahwa
perusahaan belum mampu menciptakan nilai tambah ekonomis.

2.1.5 Market Value Added (MVA)

2.1.5.1 Pengertian Market Value Added (MVA)

Market Value Added (MVA) merupakan suatu pengukur kinerja yang tepat
untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi
pemiliknya (Rahayu, 2011). Akibatnya Market Value Added memperlihatkan
perbedaan antara kekayaan yang dimasukkan investor dengan apa yang mereka
dapat peroleh. Menurut Sartono (2001) dalam Gulo dan Ermawati (2011) MVA
merupakan hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai
investasi yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan.

2.1.5.2 Tujuan Perhitungan Market Value Added (MVA)

Tujuan dilakukannya perhitungan Market Value Added (MVA) yaitu


perusahaan dengan Economic Value Added positif dari tahun ketahun akan
memperlihatkan kinerja Market Value Added, ketika Economic Value Added
negatif pada saat masuk dan keluar akan mempengaruhi Market Value Added
sebagai kerugian dalam persaingan pasar. Bila Market Value Added jumlahnya
positif, perusahaan akan menyebabkan pemegang saham menjadi kaya. Market

23
Value Added yang negatif mengindikasikan berapa banyak kekayaan pemegang
saham yang hilang. Maksimisai Market Value Added akan menjadi tujuan utama
untuk setiap perusahaan bila dikonsentrasikan pada kesejahteraan pemegang
saham.

2.1.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Market Value Added (MVA)

Menurut Napitupulu (2008) kelebihan (MVA) yaitu :

a. Penerapan Market Value Added (MVA) dalam perusahaan dapat


menggambarkan prospek yang menguntungkan atas investasi yang
dilakukan saat ini atau dimasa yang akan datang.
b. Nilai Market Value Added (MVA) dapat menjadi metode perhitungan
dalam menganalisis kekayaan dimasa yang akan datang.

Selain memiliki kelebihan, Market Value Added (MVA) juga memiliki


kekurangan yaitu;

a. Metode Market Value Added (MVA) mengabaikan kesempatan biaya


modal yang diinvestasikan dalam perusahaan.
b. Metode MVA hanya dapat diamati pada tingkat atas sehingga tidak dapat
diterapkan pada divisi operasi.
c. Metode Market Value Added (MVA) mengabaikan distribusi kekayaan
kepada stakeholder dan juga mengabaikan kontribusi mereka.

2.1.5.4 Perhitungan Market Value Added (MVA)

Rumus Market Value Added dapat dihitung sebagai berikut;

1. Menghitung Nilai Perusahaan

Jumlah Saham Beredar x Harga Saham

24
Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang
menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Nilai
perusahaan data tercermin dari nilai sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi
bisa dikatakan bahwa nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama
perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham
(Wahidawati, 2002).

2. Menghitung Invested Capital

IC = Total Hutang dan Ekuitas – Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Bunga

Invested capital adalah jumlah seluruh pinjaman diluar pinjaman jangka


pendek tanpa bunga (non interest bearing liabilities), seperti hutang
dagang, biaya yang masih harus dibayar, utang pajak, dan uang muka
pelanggan. Apabila seluruh total hutang dan ekuitas lebih besar
dibandingkan dengan total hutang jangka pendek, maka nilai yang akan
dihasilkan oleh Invested Capital juga akan besar. Semakin besarnya nilai
Invested Capital setiap periodenya maka semakin besar juga hutang
perusahaan tersebut.

3. Menghitung Market Value Added (MVA)

MVA = Nilai Perusahaan – Invested Capital

Menurut Brigham dan Houston (2006), Market Value Added (MVA)


adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah
ekuitas modal investor yang telah dberikan. Market Value Added (MVA)
sebagai pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya
perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. Jadi kekayaan
atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah
bila Market Value Added (MVA) bertambah (Steward, 2007).

25
Dari rumus tersebut dapat disimpulkan indikator yang digunakan untuk
mengukur Market Value Added (MVA) menurut Young dan O’Byrne (2001),
yaitu;

a. Jika Market Value Added (MVA) > 0 bernilai positif, perusahaan berhasil
meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang
dana.
b. Jika Market Value Added (MVA) < 0 bernilai negatif, maka perusahaan
tidak berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh
penyandang dana.

2.1.6 Likuiditas

2.1.6.1 Pengertian Likuiditas

Sutrisno (2003) berpendapat bahwa rasio Likuiditas merupakan rasio


keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio ini mengasumsikan bahwa aktiva
lancar merupakan sumber uang utama untuk memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Rasio yang termasuk Likuiditas salah satunya adalah Current Ratio.

Current Ratio merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar


dengan hutang lancar. Hal yang paling penting dalam mengukur rasio Likuiditas
bukanlah pada besar kecilnya perbedaan aktiva lancar dengan hutang jangka
pendek, melainkan harus dilihat pada hubungannya atau perbandingannya yang
mencerminkan kemampuan mengembalikan hutang.

2.1.6.2 Tujuan dan Manfaat Perhitungan Likuiditas

Perhitungan rasio Likuiditas ini cukup memberikan manfaat bagi berbagai


pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik pihak internal maupun pihak
eksternal. Oleh karena itu, perhitungan rasio Likuiditas tidak hanya berguna bagi
perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan.

26
Berikut adalah tujuan dari hasil rasio Likuiditas menurut Kasmir (2013)
sebagai berikut;

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka


pendek
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek tanpa memperhitungkan persediaan
3. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan
4. Untuk mengukur berapa besar perputaran kas
5. Sebagai alat perencanaan untuk masa yang akan dating, terutama yang
berkaitan dengan perencanaan kas dan utang
6. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajamen untuk memperbaiki kinerjanya
7. Sebagai alat bagi pihak luar terutama yang berkepentingan terhadap
perusahaan dalam menilai kemampuan perusahaan agar dapat
meningkatkan saling percaya

2.1.6.3 Perhitungan Likuiditas

Current Ratio Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan
aktiva lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar
maka semakin baik kondisi perusahaan, karena kewajiban pendek perusahaan
dapat terpenuhi dengan baik. Untuk menghitung current ratio menggunakan
rumus:

Aktiva Lancar
x 100%
Current Ratio = Hutang Lancar

27
2.1.7 Saham

2.1.7.1 Pengertian Saham

Saham merupakan surat berharga jangka panjang yang merupakan bukti


kepemilikan sebagian modal atas perusahaan dan dapatdiperjual-belikan.Bagi
investor, dengan memiliki surat bukti tersebut berarti investor juga memiliki
hakatas dividen atau hak lainnya dengan proporsi sesuai dengan modal yang
disetor. Pihak-pihak yang menyetorkan modal disebut dengan pemegang saham
dan menerimabukti setoran berupa saham. Menurut Anoraga dan Pakarti (2006),
“Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyerahan
atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan”.

2.1.7.2 Jenis - jenis saham

Berdasarkan hak kepemilikannya, maka saham dapat dibagi 2 jenis , yaitu;

1. Saham Biasa (Common Stocks)


Saham ini merupakan saham yang paling sering digunakan di pasar modal
karena pemilik saham jenis ini akan menerima dividen jika perusahaan
memperoleh keuntungan dan tidak memperoleh dividen ketika perusahaan
dalam kondisi buruk serta memiliki hak suara pada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Jika suatu saat perusahaan bangkrut, maka para
pemegang saham ini akan menerima hak atas sisa dari aset perusahaan.

2. Saham Preferen (Preferred stocks)


Saham Preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda
dalam beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen
biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak berubah dari waktu ke
waktu, namun saham ini tidak memiliki hak suara seperti saham biasa
dalam RUPS.

28
2.1.7.3 Harga Saham

Harga saham merupakan nilai pasar dari selembar saham sebuah emiten
atau perusahaan yang mejual sahamnya pada waktu tertentu. Harga terbentuk
akibat pelaku pasar dengan adanya permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan pada pasar modal. Harga saham mengalami perubahan naik turun
dari satu waktu ke waktu yang lain. Perubahaan tersebut tergantung pada kekuatan
permintaan dan penawaran. Nilai atau harga saham dapat dibedakan menjadi 3
yaitu;

a. Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten
untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya 10 harga
nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya
ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga saat saham itu dicatat di bursa efek. Harga
saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi
(underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga
saham itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan
harga perdana.

c. Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa. Transaksi di
sini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga ini disebut
sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang mewakili harga
perusahaan penerbitnya, karena transaksi di pasar sekunder, kecil sekali
kemungkinan terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.
Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah
harga pasar.

29
2.1.8 Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja keuangan adalah hasil atau prestasi yang telah dicapai
oleh manajemen perusahaan dalam mengelola aset perusahaan secara efektif
selama periode tertentu. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan
untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan
aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan (Rudianto, 2013).

2.1.8.1 Tujuan Kinerja Keuangan

Ada beberapa tujuan dalam penilaian kinerja perusahaan menurut


Munawir (2008) yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk


memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
3. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok
hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden
secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan
atau krisis keuangan.

2.1.2.2 Manfaat Kinerja Keuangan

Beberapa manfaat dalam penilaian kinerja keuangan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan


datang, seperti kebijakan penanaman modal perusahaan.
2. Dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian
tujuan perusahaan secara keseluruhan.
30
3. Alat pengukur keberhasilan perusahaan dalam suatu periode tertentu untuk
mencapai beberapa tujuan perusahaan.
4. Untuk melihat kinerja keuangan perusahaan

2.2 Kajian Penelitian Terkait

Tabel 2.1

Kajian Penelitian Sejenis

No Peneliti Judul Penelitian Variabel Kesimpulan


1. Musrifah Pengaruh Economic 1. Secara parsial, EVA
Sulastiarini , Economic Value Value Added tidak memiliki pengaruh
Tieka Added (EVA) dan (EVA), signifikan terhadap harga
Trikartika Market Value Market Value saham pada perusahaan
Gustyana, Added (MVA) Added makanan dan minuman
SE., MM Terhadap Harga (MVA), yang terdaftar di Bursa
(2019) Saham Pada Efek Indonesia tahun
Perusahaan 2013-2107.
Makananan dan 2. Secara parsial, MVA
Minuman yang tidak memiliki pengaruh
Terdaftar di Bursa signifikan terhadap harga
Efek Indonesia saham pada perusahaan
Tahun 2013-2017. makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun
2013-2107.
3. Secara simultan, EVA
dan MVA tidak memiliki
pengaruh signifikan
terhadap harga saham pada
perusahaan makanan dan

31
minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2017.
2. Martina Rut Pengaruh DER, Debt to Berdasarkan hasil
Utami, Arif ROA, ROE, EPS Equity Ratio, penelitian dan
Darmawan dan MVA Return on pembahasan mengenai
(2018) Terhadap Harga Asset, Return pengaruh DER, ROA,
Saham Pada on Equity, ROE, EPS dan MVA
Indeks Saham Earning Per terhadap Harga Saham
Syariah Indonesia Share, perusahaan sektor
M manufaktur yang terdaftar
arket Value di Indeks Saham Syariah
Added. tahun 2012 - 2016, maka
penulis memperoleh
beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1)
Pengujian secara parsial
variabel independen
Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap variabel
dependen harga saham
tidak berpengaruh,
sehingga H1 ditolak.
2)
Pengujian secara parsial
variabel independen
Return on Asset (ROA)
terhadap variable
dependen harga saham
tidak berpengaruh,
32
sehingga H2 ditolak.
3)
Pengujian secara parsial
variabel independen
Return on Equity (ROE)
terhadap variable
dependen harga saham
tidak berpengaruh,
sehingga H3 ditolak.
4)
Pengujian secara parsial
variabel independen
Earning per Share (EPS)
terhadap variable
dependen harga saham
berpengaruh positif,
sehingga H4 diterima.
5)
Pengujian secara parsial
variabel independen
Market Value Added
(MVA) terhadap variabel
dependen harga saham
berpengaruh positif,
sehingga H5 diterima.

33
3 Nabila Pengaruh Economic Hasil penelitian ini juga
Chandra Economic Value Value Added menunjukkan bahwa EVA
Dita, Added (EVA), Net (EVA), Net merupakan variabel yang
Muhammad Profit Margin Profit Margin paling dominan dalam
Saifi (2017) (NPM), Return On (NPM), mempengaruhi Harga
Equity (ROE), dan Return On Saham dengan nilai
Return On Equity signifikansi sebesar 0,000.
Investment (ROI) (ROE), dan NPM dan ROE
Terhadap Harga Return On mempunyai pengaruh tidak
Saham (Studi Pada Investment signifikan terhadap Harga
Perusahaan Jasa (ROI) Saham karena nilai NPM
Sektor dan ROE di masing-
Infrastruktur, masing perusahaan sektor
Utilitas, dan Utilitas, Infrastruktur, dan
Transportasi yang Transportasi kebanyakan
Terdaftar di BEI di bawah 20% dan 40%
Tahun 2013-2015) yang berarti tidak baik di
industri.

34
4 Ni Made Pengaruh EVA, Economic Berdasarkan hasil analisis
Putri Sri MVA, Likuiditas Value Added dan pembahasan, maka
Rahayu, I Terhadap Harga (EVA), dapat disimpulkan bahwa
Made Dana Saham Pada Market Value EVA berpengaruh negatif
(2016) Perusahaan Food Added dan signifikan terhadap
And Beverages (MVA), harga saham pada
Likuiditas perusahaan manufaktur
sub sektor food and
beverages yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
MVA berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
harga saham pada
perusahaan manufaktur
sub sektor food and
beverages yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
Likuditas dalam penelitian
ini berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
harga saham pada
perusahaan manufaktur
sub sektor food and
beverages yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.

35
5 Muhammad Analisis Pengaruh Economic Penelitian mengenai
Mara Ikbar, Economic Value Value Added pengaruh Economic Value
Andrieta Added (EVA) dan (EVA) dan Added (EVA) dan Market
Shintia Market Value Market Value Value Added (MVA)
Dewi Added (MVA) Added terhadap harga saham
(2015) Terhadap Harga (MVA) subsektor properti yang
Saham Perusahaan tergabung dalam LQ45
Subsektor Properti Bursa Efek Indonesia
yang Tergabung Periode 2009 - 2013
Dalam LQ45 Bursa menghasilkan kesimpulan
Efek Indonesia sebagai berikut: Baik EVA
Periode 2009-2013 maupun MVA dari 5 yang
tergabung dalam LQ45
Bursa Efek Indonesia
Periode 2009 – 2013 tidak
selalu positif namun
mayoritas meningkat
setiap tahunnya, sedangkan
untuk rata-rata keseluruhan
setiap perusahaan selalu
meningkat setiap tahunnya.
Dari kedua variable bebas
yaitu Economic Value
Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA)
kedua-duanya memiliki
pengaruh signifikan
terhadap harga saham
perusahaan subsektor
properti yang tergabung
dalam LQ45 Bursa Efek
36
Indonesia Periode 2009 -
2013 secara parsial.
Sedangkan secara
simultan, Economic Value
Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA)
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
perusahaan subsektor
properti yang tergabung
dalam LQ45 Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 –
2013.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Kerangka Penelitian

2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan


Likuiditas merupakan pengukuran kinerja yang menekankan pada nilai tambah
yang diberikan kepada pemegang saham atas modal yang ditanamkan kepada
perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan yang baik tercermin dari laba
perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik membuat investor
menginginkan saham perusahaan tersebut, sehingga permintaan saham meningkat
dan diikuti dengan harga saham yang meningkatat pula. Begitu sebaliknya
perusahaan yang memiliki kinerja yang kurang baik tidak membuat investor
menginginkan saham perusahaan tersebut, sehingga permintaan saham menurun
diikuti dengan harga saham yang menurun.

Harga saham merupakan salah satu faktor penting bagi investor untuk
menanamkan modalnya. Harga saham perusahaan menunjukkan kinerja

37
perusahaan, sehingga Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA), dan Likuiditas berhubungan erat dengan harga saham perusahaan.

2.3.2 Kerangka Penelitian

Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan di atas maka kerangka


penelitian ini adalah :

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Economic Value Added


(EVA)

Market Value Added Harga Saham


(MVA)

Likuiditas (Current
Ratio)

2.4 Hipotesis

Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. H1 = Economic Value Added (EVA) berpengaruh dan signifikan terhadap


Harga Saham.
2. H2 = Market Value Added (MVA) berpengaruh dan signifikan terhadap
Harga Saham.
3. H3 = Likuiditas berpengaruh dan signifikan terhadap Harga Saham.
4. H4 = Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan
Likuiditas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah laporan keuangan berupa Neraca, Laporan


Laba/Rugi, dan Laporan Arus Kas perusahaan sektor pertambangan di perusahaan
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling
yaitu penarikan sample yang dilakukan untuk memilih subjek berdasarkan kriteria
spesifik yang ditetapkan peneliti. Adapun kriteria yang digunakan dalam
penelitian ini terdapat pada tabel 3.1 berikut;

Tabel 3.1

Data Sampel Penelitian

No. Kriteria Jumlah


Perusahaan bergerak dibidang Sektor
1. Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek 47
Indonesia
Perusahaan masuk dalam Indeks LQ45
2. selama periode Februari 2015 – Januari 7
2020.
Perusahaan yang tidak termasuk dalam
3. Indeks LQ45 selama periode Februari 2015 – 40
Januari 2020.
Jumlah Sampel Penelitian 7
Sumber: Data Diolah Penulis, 2020

38
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi artinya seluruh subjek di dalam wilayah penelitian dijadikan


subjek penelitian (Hamid Darmadi, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah
berupa perusahaan sektor pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah suatu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tesebut (Ferdinand, 2014). Dan sampel bisa didefinisikan sebagai
sekumpulan data yang diambil atau diseleksi dari suatu populasi (Santoso, 2016).

Dalam penelitian ini tidak semua populasi digunakan sebagai sampel.


Sampel di dalam penelitian ini menggunakan data laporan tahunan masing-masing
perusahaan dari tahun 2015-2019 yaitu;

Tabel 3.2

Perusahaan Sampel

No Kode Emiten Nama Perusahaan


1 ADRO Adaro Energy Tbk.
2 ANTM Aneka Tambang Tbk.
3 INCO Vale Indonesia Tbk.
4 INDY Indika Energy Tbk.
5 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.
6 MEDC Medco Energi Internasional Tbk.
7 PTBA Bukit Asam Tbk.

39
3.3 Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan penelitian deskriptif yang menggambarkan


kondisi keuangan serta kinerja perusahaan sektor pertambangan. Penelitian ini
juga menggunakan data kuantitatif yang bersifat sekunder yaitu laporan keuangan
perusahaan subsektor pertambangan yang terdaftar di LQ45 berupa Laporan
Neraca, Laporan Laba/Rugi, dan Laporan Arus Kas perusahaan periode 2015-
2019.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, Data sekunder adalah
data yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak ketiga dengan melalui media
perantara. Adapun sumber-sumber yang digunakan adalah data laporan keuangan
yang diperoleh melalui media browsing di situs www.sahamok.com untuk
mendapatkan data-data perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di LQ45
periode tahun 2015-2019. Untuk memperoleh data laporan keuangan perusahaan
dengan mengakses situs www.idx.co.id dan website dari perusahaan terkait juga
digunakan sebagai sumber data untuk memperoleh laporan keuangan perusahaan.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


teknik riset kepustakaan (Library Research) dan dokumentasi. Kepustakaan
adalah data yang diambil dari penulis berasal dari jurnal penelitian, buku-buku
literature dan penelitian yang sejenis berkaitan dengan variabel dalam penelitian
ini.

Dokumentasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data dengan cara


melihat, mempelajari dan mencatat dokumen resmi perusahaan seperti laporan
keuangan yang diperlukan dalam melakukan penelitian dan dapat diperoleh pada
dokumen yang diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) / Indonesia
Stock Exchange (IDX) melalui www.idx.co.id berupa dokumen laporan keuangan
tahunan perusahaan periode 2015 – 2019.

40
3.5 Defenisi Dan Operasional Variabel

Seorang peneliti akan selalu berhubungan dengan variabel penelitian


karena variabel inilah yang mengungkapkan penelitian tersebut. Menurut
Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan yaitu variabel terikat
(independen) dan variabel bebas (dependen). Variabel dependen pada penelitian
ini adalah kebijakan dividen perusahaan yang diukur dengan Harga Saham
sedangkan Variabel independennya adalah kinerja keuangan perusahaan yang
diukur dengan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan
Likuiditas sebagai ukuran kinerja keuangannya.

a. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen
perusahaan yang diukur dengan Harga Saham. Harga Saham ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan
dalam memaksimalkan nilai suatu perusahaan. Harga Saham ditemukan
dalam laporan keuangan perusahaan tersebut.

b. Variabel Independen
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel yang dependen (terikat). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah: Economic Value Added (EVA),
Market Value Added (MVA), dan Likuiditas sebagai ukuran kinerja
keuangan perusahaan. Variabel-variabel ini diduga mempengaruhi
besarnya dividen yang dibagikan perusahaan yang diukur dengan Harga
Saham baik secara simultan dan parsial, antara lain;

41
Untuk melakukan perhitungan Economic Value Added (EVA)
dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut;

6. NOPAT / Net Operating After Tax

NOPAT = Laba Operasi Setelah Pajak + Biaya Bunga

Jika suatu perusahaan memperoleh laba operasi yang sudah dikurangi


dengan pajak penghasilan lebih besar dibanding biaya bunga, maka
perusahaan tersebut memperoleh laba setelah pajak yang besar. Selain itu,
peningkatan pada NOPAT dapat meningkatkan nilai EVA pada
perusahaan.

7. Invested Capital

IC = Total Hutang dan Ekuitas – Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Bunga

Apabila seluruh total hutang dan ekuitas lebih besar dibandingkan dengan
total hutang jangka pendek, maka nilai yang akan dihasilkan oleh Invested
Capital juga akan besar. Semakin besarnya nilai Invested Capital setiap
periodenya maka semakin besar juga hutang perusahaan tersebut.

8. Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital)

Weighted Average Cost of Capital = { D x rd (1-Tax)} + (E x re)

Perhitungan yang diperoleh dari WACC menggambarkan tingkat


pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor. Dengan mengurangi biaya
dapat meningkatkan nilai EVA pada suatu perusahaan. Maka dari itu
perhitungannya akan mencakup masing-masing komponennya, yaitu
tingkat modal dari hutang, biaya hutang, presentase pajak penghasilan,
tingkat modal dari ekuitas, dan biaya ekuitas.

42
Adapun tahapan perhitungan WACC sebagai berikut;

g. Tingkat Modal dari Hutang (D)

Tingkat Modal dari Hutang (D) =

h. Biaya Hutang

Biaya Hutang (rd)

i. Presentase Pajak Penghasilan

Tingkat Pajak (T)

j. PER (Price Earning Ratio)

Price Earning Ratio =

k. Biaya Ekuitas

Biaya Ekuitas (re) =

l. Tingkat Modal dari Ekuitas

Tingkat Modal dari Ekuitas (E) =

9. Menghitung Capital Charge

Capital Charge = Invested Capital (IC) x WACC

Capital Charge merupakan aliran kas yang dibutuhkan untuk


menggantikan resiko usaha atas modal yang ditanamkan oleh investor.
Capital Charge juga menunjukkan seberapa besar kesempatan modal yang
telah ditanamkan oleh kreditur dan pemegang saham. Semakin besar
Capital Charge yang diperoleh, maka akan memperkecil nilai EVA pada
perusahaan.

43
10. Menghitung Economic Value Added (EVA)

EVA = NOPAT – Capital Charge

Adapun penilaian terhadap hasil perhitungan EVA adalah;

4. Jika nilai EVA > 0, maka EVA bernilai positif dan menunjukkan bahwa
perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis melalui
kegiatan operasionalnya.
5. Jika EVA = 0, maka perusahaan dalam posisi impas atau tidak mengalami
kemunduran dan tidak mengalami kemajuan secara ekonomi.
6. Jika EVA < 0, maka EVA bernilai negatif dan menunjukkan bahwa
perusahaan belum mampu menciptakan nilai tambah ekonomis.

Rumus Market Value Added (MVA) dapat dihitung sebagai berikut;

4. Menghitung Nilai Perusahaan

Jumlah Saham Beredar x Harga Saham

Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang


menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Nilai
perusahaan data tercermin dari nilai sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi
bisa dikatakan bahwa nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama
perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham
(Wahidawati, 2002).

5. Menghitung Invested Capital

IC = Total Hutang dan Ekuitas – Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Bunga

Apabila seluruh total hutang dan ekuitas lebih besar dibandingkan dengan
total hutang jangka pendek, maka nilai yang akan dihasilkan oleh Invested

44
Capital juga akan besar. Semakin besarnya nilai Invested Capital setiap
periodenya maka semakin besar juga hutang perusahaan tersebut.

6. Menghitung Market Value Added (MVA)

MVA = Nilai Perusahaan – Invested Capital

Market Value Added (MVA) sebagai pengukur kinerja yang tepat untuk
menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi
pemiliknya. Jadi kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan
(pemegang saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA)
bertambah (Steward, 2007).

Untuk melakukan perhitungan Likuiditas (current ratio) dapat


menggunakan rumus;

Aktiva Lancar
Current Ratio =
Hutang Lancar X 100%

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar maka


semakin baik kondisi perusahaan, karena kewajiban pendek perusahaan dapat
terpenuhi dengan baik.

Operasionalisasi variabel penelitian dalam penelitian ini, definisi


operasional dan pengukuran untuk variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini;

45
Tabel. 3.3

Operasionalisasi Variabel Penelitian

No. Variabel Dimensi Indikator Skala


Harga
1. Harga Saham Closing Price
Saham
Economic
EVA = NOPAT - Capital
Value Added Rasio
Charges
(EVA)

Market Value MVA = Nilai Perusahaan –


Rasio
Kinerja Added (MVA) Invested Capital
2.
Keuangan
Aktiva Lancar
X 100%
Likuiditas Hutang Lancar Rasio

(Sumber: diolah dari berbagai sumber)

3.6 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian


ini adalah model regresi linear berganda dengan pengolahan data melalui
perangkat lunak SPSS. Analisis regresi linear berganda adalah teknik statistik
melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis baik secara parsial
maupun secara bersama- sama, dilakukan setelah model regresi yang digunakan
bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasilpenelitian dapat
diinterpretasikan secara tepat dan efisien.

46
3.6.1 Uji Statistik

3.6.1.1 Uji Stistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah salah satu bagian dari ilmu statistika yang
berhubungan dengan aktivitas penghimpunan, penataan, peringkasan dan
penyajian data dengan harapan agar data lebih bermakna, mudah dibaca dan
mudah dipahami oleh pengguna data. Uji statistik deskriptif memberikan
gambaran tentang jumlah sampel penelitian, nilai minimum, nilai maksimum,
nilai rata-rata serta standar deviasi data yang digunakan dalam penelitian.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Dalam pengujian alat analisis regresi perlu dilakukan pengujian asumsi


klasik agar hasil analisis regresi menunjukkan hubungan yang valid yaitu
meliputi;

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,


variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data
normal/mendekati normal.

Uji normalitas data tersebut dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu


menggunakan Uji Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S), grafik histogram dan kurva
penyebaran P-Plot. Untuk Uji K-S yakni jika nilai hasil Uji K-S > dibandingkan
taraf signifikansi 0,05 maka sebaran data tidak menyimpang dari kurva normalnya
itu uji normalitas. Sedangkan melalui pola penyebaran P Plot dan grafik
histogram, yakni jika pola penyebaran memiliki garis normal maka dapat
dikatakan data berdistribusi normal.

47
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006) uji ini bertujuan menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi
yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk
mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari
tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cutoff yang umum
dipakai adalah :

1. Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.
2. Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam
model regresi.

3.6.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model


regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan
adaproblem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas
autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan dengan :

1. Uji statistik melalui uji Run Test (Ghozali, 2006).

Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:

H0: residual (res_1) random (acak)

48
H1: residual (re_1) tidak random Dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima, bila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, berarti


tidak ada autokorelasi.

H0 ditolak, bila probabilitas nilai test signifikan statistik, berarti ada


autokorelasi.

2. Uji Durbin Watson (DW test)

Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first
order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel
independen. Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) (r = 0)

H1 : ada autokorelasi ( r ≠0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :

Tabel. 3.4

Pengambilan Keputusan Ada atau Tidak Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl dl≤d≤du 4-


Tidak ada autokorelasi positif dl<d<4
No decision
Tidak ada autokorelasi negatif
4-du≤d≤4-dl du<d<4-du
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
Tidak ada autokorelasi positif
maupun negatif No Decision

Tidak Ditolak

49
3.6.2.3 Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi


terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan
dengan:

1. Melihat Grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu


ZPRED dengan residualnya SRESID, dimana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan sebagai berikut (Ghozali, 2006):
2. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur, maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
3. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4. Uji Glejser

Uji Glejser meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen


(Gujarati, 2003) dengan persamaan regresi :

│Ut│= α + βXt + vt

3.6.3 Analisis Regresi Liner Berganda

Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel


dependen, maka ada indikasi terjadi. Regresi bertujuan untuk menguji hubungan
antara satu variabel dengan variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut
variabel terikat (dependent variable), sedangkan variabel yang mempengaruhi
disebut variabel bebas (independent variable). Didalam penelitian ini, Harga
Saham sebagai variabel terikat sedangkan Economic Value Added, Market Value
Added, dan Likuiditas sebagai variabel bebas. Untuk mengetahui pengaruh
50
variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model regresi linear berganda
dengan persamaan sebagai berikut:

Y = α + 𝛽𝑋1 + 𝛽𝑋2 + 𝛽𝑋3 27

Keterangan :

Y = Harga Saham

α = Nilai Konstan

β = Koefisien Regresi

X1 = Economic Value Added

X2 = Market Value Added

X3 = Likuiditas

3.6.4 Pengujian Hipotesis

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang diajukan,


perlu digunakan analisi regresi melalui uji t maupun uji F. Tujuan digunakan
analisi regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen
terhadap variabel dependen, baik secara parsial maupun secara simultan, serta
mengetahui besarnya dominasi variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Metode pengujian terhadap hipotesa yang diajukan dilakukan dengan
pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan. Langkah-langkah untuk
menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan didalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

51
3.6.4.1 Uji t

Pengujian secara parsial menggunakan uji t (pengujian signifikansi secara


parsial). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah (Ghozali,
2001);

a. Menyusun hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1)

Ho : β1 = β2 = 0, diduga variabel independen secara parsial tidak


berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

H1 : βi ≠ 0, diduga variabel independen secara parsial berpengaruh


signifikan terhadap variabel dependen.

b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05


c. Membandingkan thitung dengan ttabel. Jika thitung lebih besar dari ttabel maka
H1 diterima.

Nilai thitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):


Koefisien Regresi
thitung =
Standar Deviasi

1. Bila -ttabel1 < -thitung dan thitung < ttabel , variabel independen secara
individu tak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Bila thitung > ttabel1 dan -thitung < ttabel , variabel independen secara
individu berpengaruh terhadap variabel dependen.
d. Berdasarkan probabilitas H1 akan diterima jika nilai probabilitasnya
kurang dari 0,05 (α)

52
3.6.4.2 Uji F

Pengujian secara simultan menggunakan uji F (pengujian signifikansi


secara simultan). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah
(Ghozali, 2005);

a. Menyusun hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1)

Ho : ρ = 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak


berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

H1 : ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh


signifikan terhadap variabel dependen.

b. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05)


c. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

Nilai Fhitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999);

Fhitung = R2 / (K – 1 )
1 - R2 / (N – K)

Dimana;

R2 = Koefisien Determinasi
K = Banyaknya koefisien regresi
N = Banyaknya Observasi
d. Bila Fhitung < Ftabel , variabel independen secara bersamasama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
e. Bila Fhitung > Ftabel , variabel independen secara bersamasama berpengaruh
terhadap variabel dependen.
f. Berdasarkan probabilitas dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan
diterima jika probabilitas kurang dari 0,05.

53
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengumpulan Data

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Perusahaan sektor pertambangan adalah perusahaan yang kegiatannya


dimulai dari mencari, menemukan, menambang, mengolah, hingga memasarkan
bahan galian (mineral, batubara, dan migas) yang bernilai ekonomis. Indonesia
adalah salah satu negara dengan potensi mineral dan bahan tambang yang tinggi
karena terletak di wilayah fenomena geologi “ring of fire”, yang menjadi indikator
bagi terdapatnya endapan-endapan mineral, khususnya endapan-endapan
hidrotermal. Sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri
dari beberapa subsektor yaitu subsektor batu bara, subsektor minyak mentah
beserta gas alam, subsektor logam beserta mineral, dan subsektor tanah liat
beserta batu galian.

Sektor pertambangan merupakan sektor yang peka terhadap kondisi


ekonomi makro di Indonesia. Dengan seiring berjalannya waktu saat ini jumlah
perusahaan pertambangan terus bertambah. Pada tahun 2014 tercatat jumlah
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI sebanyak 40 perusahaan,
kemudian pada tahun 2019 jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI meningkat menjadi 47 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini
merupakan sektor yang mampu bertahan terhadap kondisi makro ekonomi
Indonesia. Saham-saham sektor ini termasuk saham-saham unggulan yang banyak
diminati para investor di pasar bursa. Dalam melakukan penelitian ini sampel
yang diambil adalah sektor pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Berikut adalah daftar nama perusahaan sektor
pertambangan di perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia;

54
Tabel 4.1

Daftar Nama Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45

No Kode Emiten Nama Perusahaan Tanggal Listing


1 ADRO Adaro Energy Tbk. 16 – 07 – 2008
2 ANTM Aneka Tambang Tbk. 27 – 11 – 1997
3 INCO Vale Indonesia Tbk. 16 – 10 – 1990
4 INDY Indika Energy Tbk. 11 – 06 – 2008
5 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. 18 – 12 – 2007
6 MEDC Medco Energi Internasional Tbk. 12 – 10 – 1994
7 PTBA Bukit Asam Tbk. 23 – 12 – 2003

4.1.2 Data Penelitian

Berikut ini merupakan data yang diperlukan untuk mengukur kinerja


keuangan berpengaruh terhadap harga saham pada sektor pertambangan di
perusahaan LQ45 yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan pada periode
2015-2019 yang terdapat pada lampiran.

55
Gambar 4.1
Komponen Data Keuangan PT. Adaro Energy Tbk. Periode 2015-2019

* = Dalam Ribuan Rupiah


Sumber : www.idx.co.id
Gambar 4.2
Komponen Data Keuangan PT. Aneka Tambang Tbk. Periode 2015-2019

* = Dalam Ribuan Rupiah


Sumber : www.idx.co.id

56
Gambar 4.3
Komponen Data Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk. Periode 2015-2019

* = Dalam Ribuan Rupiah


Sumber : www.idx.co.id

Gambar 4.4
Komponen Data Keuangan PT. Indika Energy Tbk. Periode 2015-2019

* = Dalam Ribuan Rupiah


Sumber : www.idx.co.id

57
Gambar 4.5
Komponen Data Keuangan PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. Periode 2015-
2019

* = Dalam Ribuan Rupiah


Sumber : www.idx.co.id

Gambar 4.6
Komponen Data Keuangan PT. Medco Energi Internasional Tbk. Periode 2015-
2019

* = Dalam Ribuan Rupiah


Sumber : www.idx.co.id

58
Gambar 4.7
Komponen Data Keuangan PT. Bukit Asam Tbk. Periode 2015-2019

* = Dalam Ribuan Rupiah


Sumber : www.idx.co.id

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Gambar 4.8
Grafik Perhitungan Economic Value Added (EVA) Periode 2015-2019

* = Dalam Ribuan Rupiah


Sumber : Data diolah peneliti. 2020

59
Berdasarkan Gambar 4.8 nilai EVA yang diperoleh ADRO hampir selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun pada tahun 2019 nilai EVA yang
diperoleh ADARO mengalami penurunan dikarenakan adanya penurunan pada
nilai NOPAT yang terdapat pada lampiran meskipun nilai EVA pada tahun 2019
tetap positif. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai EVA
yang positif ini menunjukkan bahwa tahun 2015 sampai dengan tahun 2019
manajemen perusahaan sudah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis untuk
perusahaan bagi pemegang sahamnya, karena laba usaha setelah pajak (NOPAT)
lebih besar dari Capital Charge sehingga mengakibatkan EVA yang positif. Hal
ini yang memungkinkan investor semakin percaya dan akan sering menanamkan
modalnya karena manajemen perusahaan telah berusaha menciptakan nilai tambah
untuk para pemilik perusahaan dari investasi yang telah dilakukan oleh para
pemilik perusahaan.

Kemudian hasil perhitungan nilai EVA juga dilakukan oleh ANTM.


Berdasarkan Gambar 4.8 bahwa nilai EVA yang diperoleh mengalami fluktuasi
selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Nilai terendah pada EVA ada di
tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 365.223.709.000. Rendahnya nilai EVA di tahun
2017 dikarenakan terjadi kenaikan tidak seimbang antara Capital Charge dengan
NOPAT. NOPAT yang tinggi disebabkan karena kenaikan suku bunga,
peningkatan suku bunga akan membuat biaya bunga meningkat karena
perusahaan harus membayar utang obligasi dengan suku bunga yang tinggi untuk
memperoleh modal utang. Membesarnya tingkat hutang ANTM pada 2017
mempengaruhi Capital Charge atau biaya modal, karena membesarnya jumlah
pendanaan dalam bentuk hutang untuk keperluan bisnis pertambangan. Kemudian
pada tahun 2018 nilai EVA pada ANTM mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dikarenakan tingginya pada nilai NOPAT yang disebabkan adanya
peningkatan pada jumlah laba pada tahun 2018.

Selanjutnya nilai EVA yang dihasilkan oleh INCO juga menghasilkan


nilai yang berfluktuasi dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Nilai tertinggi
pada EVA ada di tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 908.268.779.000. Terjadinya
60
kenaikan nilai EVA dikarenakan tingginya nilai NOPAT di tahun 2017
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yang disebabkan dengan adanya
peningkatan pada laba yang diperoleh di tahun 2018. Dan nilai EVA terendah ada
di tahun 2016 yaitu sebesar Rp. 105.714.334.000. Penurunan disebabkan
rendahnya EPS yang dihasilkan pada tahun yaitu sebesar 2016 Rp.
25.609.016.000, sehingga nilai EVA yang diperoleh juga kecil.

Masih pada Gambar 4.8 yaitu nilai EVA yang dihasilkan oleh INDY
mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2015 sampai dengan 2017
terjadi peningkatan secara terus-menerusdan nilai EVA tertinggi terjadi di tahun
2017 yaitu sebesar Rp 4.589.667.054.000. Hal tersebut dikarenakan tingginya
pada nilai NOPAT yang disebabkan adanya peningkatan pada jumlah laba di
tahun 2017. Kemudian di tahun 2018 dan 2019 terjadi penurunan secara beruntun
dengan nilai EVA sebesar Rp 2.324.553.777.000 dan Rp 1.474.524.765.000
akibat dari menurunnya nilai NOPAT di tahun 2018 dan 2019 yang tertera pada
lampiran.

Selain itu Berdasarkan Gambar 4.8 nilai EVA yang diperoleh ITMG
hampir selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun yang terjadi pada
tahun 2019, nilai EVA yang diperoleh ITMG mengalami penurunan dari Rp
3.668.349.266 menjadi Rp 1.767.840.253 dikarenakan adanya penurunan pada
nilai NOPAT yang terdapat pada lampiran meskipun nilai EVA pada tahun 2019
tetap positif. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai EVA
yang positif ini menunjukkan bahwa tahun 2015 sampai dengan tahun 2019
manajemen perusahaan sudah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis untuk
perusahaan bagi pemegang sahamnya, karena laba usaha setelah pajak (NOPAT)
lebih besar dari sehingga mengakibatkan EVA yang positif.

Nilai EVA MEDC Berdasarkan Gambar 4.8 selama tahun 2015 sampai
dengan tahun 2019 telah diperoleh hasil yang instabilitas. Nilai terendah pada
EVA ada di tahun 2015 yaitu sebesar Rp. -2.153.497.626.000. Rendahnya nilai
EVA di tahun 2015 dikarenakan terjadi kerugian pada pendapatan sehingga
61
menghasilkan nilai negatif pada NOPAT yang berpengaruh terhadap nilai EVA.
Kemudian pada tahun 2019 nilai EVA pada MEDC mengalami kenaikan yang
cukup signifikan dikarenakan tingginya pada nilai NOPAT yang disebabkan
adanya peningkatan pada jumlah laba pada tahun 2019 dan menurunnya tingkat
hutang ANTM pada 2019 yang mempengaruhi Capital Charge atau biaya modal.

Kemudian yang terakhir pada Gambar 4.8 dapat diketahui nilai EVA yang
diperoleh PTBA hampir selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun
di tahun 2015 dan 2016 memperoleh nilai EVA yang bernilai negatif. Hasil nilai
EVA yang negatif dikarenakan nilai Capital Charge atau biaya modal yang lebih
tinggi dibandingkan laba bersih yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan
setelah dikurangi pajak untuk memberikan pengembalian tunai kepada semua
penyedia dana untuk modal perusahaan atau biasa yang dikenal dengan kata
NOPAT. Tetapi ketika di tahun 2019 nilai EVA yang diperoleh PTBA mengalami
penurunan dari Rp 3.715.994.284.000 menjadi Rp 2.768.884.290.000 akibat dari
rendahnya jumlah laba usaha tahun 2019 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

4.2.2 Perhitungan Market Value Added (MVA)

Gambar 4.9
Grafik Perhitungan Market Value Added (MVA) Periode 2015-2019

62
* = Dalam Ribuan Rupiah
Sumber : Data diolah peneliti, 2020

Berdasarkan Gambar 4.9 nilai MVA yang diperoleh ADRO mengalami


fluktuasi selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Nilai terendah pada
MVA ada di tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 16.426515.201.815.000. Rendahnya
nilai MVA di tahun 2015 dikarenakan terjadi penurunan pada total ekuitas.
Ekuitas akan berkurang disebabkan dengan adanya penarikan kembali penyertaan
oleh pemilik, pembagian keuntungan atau karena kerugian. Kemudian pada tahun
2016 dan 2018 nilai MVA pada ADRO mengalami kenaikan yang cukup
signifikan yaitu sebesar Rp. 54.165.338.479.448.000 dan Rp.
59.431.582.037.148.000

Kemudian hasil perhitungan nilai MVA juga dilakukan oleh ANTM.


Berdasarkan Gambar 4.9 bahwa nilai MVA yang diperoleh juga mengalami
fluktuasi selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Pada tahun 2016 dan
2018 nilai MVA pada ANTM mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu
sebesar Rp. 21.489.125.633.302.000 dan Rp. 110.281.470.857.027.000
dikarenakan bentuk kekayaan bersih yang berasal dari investasi pemilik dan juga
hasil kegiatan usaha perusahaan tersebut meningkat. Dan nilai MVA terendah ada
di tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 7.527.343.404.688.000 disebabkan dengan
adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan atau
karena kerugian sehingga total ekuitas menurun.

Selanjutnya pada Gambar 4.9 dapat diketahui nilai MVA yang diperoleh
INCO pada tahun 2015-2019 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal
ini disebabkan adanya peningkatan harga saham secara beruntun sejak tahun
2015-2019. Peningkatan harga saham ini yang membuat nilai buku meningkat dan
mengalami kenaikan nilai MVA pada INCO.

Nilai MVA INDY Berdasarkan Gambar 4.9 selama tahun 2015 sampai
dengan tahun 2019 telah diperoleh hasil yang instabilitas. Meskipun bernilai

63
positif nilai terendah pada MVA ada di tahun 2015 yaitu sebesar Rp.
561.592.593.984. Rendahnya nilai MVA di tahun 2015 dikarenakan rendahnya
total ekuitas dan harga saham sehingga mempengaruhi nilai MVA tersebut

Selain itu nilai MVA pada Gambar 4.9 menunjukkan bahwa nilai MVA
yang diperoleh ITMG pada tahun 2015-2019 cukup berfluktuasi setiap tahunnya.
Pada tahun 2018 sempat terjadi penurunan pada nilai MVA dari Rp.
23.376.466.632.828.000 menjadi Rp. 22.866.937.822.377. Dan nilai MVA
tertinggi ada pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp. 25.749.995.052.035.000 akibat
terjadinya peningkatan harga saham pada tahun tersebut.

Masih pada Gambar 4.9 yaitu nilai MVA yang dihasilkan oleh MEDC
juga mengalami peningkatan dan penurunan. Penurunan nilai MVA yang
diperoleh MEDC sama dengan ITMG terjadi di tahun 2018 hanya saja jumlah
nilainya yang berbeda yaitu sebesar Rp. 12.155.988.257.511.000 dan nilai MVA
terendah yaitu ada pada tahun 2015 sebesar Rp. 3.159.357.695.008 dikarenakan
menurunnya total ekuitas dan kecilnya harga saham yang dimiliki.

Kemudian yang terakhir pada Gambar 4.9 dapat diketahui nilai MVA yang
diperoleh PTBA hampir selalu peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan
adanya peningkatan harga total ekuitas secara beruntun sejak tahun 2015-2019.
Peningkatan total ekuitas tersebut dikarenakan meningkatnya bentuk kekayaan
bersih yang berasal dari investasi pemilik dan juga hasil kegiatan usaha
perusahaan tersebut. Meskipun bernilai positif nilai terendah pada MVA ada di
tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 10.416.909.074.250.000 Rendahnya nilai MVA di
tahun 2015 dikarenakan rendahnya total ekuitas dan harga saham di tahun 2015
sehingga mempengaruhi nilai MVA tersebut

64
4.2.3 Perhitungan Likuiditas

Gambar 4.10
Hasil Perhitungan Likuiditas Periode 2015-2019

* = Dalam Ribuan Rupiah


Sumber : Data diolah peneliti, 2020

Berdasarkan Gambar 4.10 tingkat likuiditas yang dihasilkan oleh ADRO,


ANTM, INCO, INDY, ITMG, MEDC, dan PTBA memiliki persentase yang
cukup tinggi. Pada umumnya semakin tinggi tingkat likuiditas yang dihasilkan
perusahaan, maka semakin tinggi juga kinerja perusahaan tersebut. Tingginya
persentase likuiditas yang dimiliki perusahaan dapat meningkatkan harga saham
karena menunjukan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga kinerja
perusahaan. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada investor untuk memilki
saham perusahaan tersebut, Prihatini (2009). Rasio likuiditas ini sangat penting
bilamana investor ingin mengetahui tingkat likuid perusahaan dalam penyediaan
kasnya perusahaan, karena rasio ini merupakan ukuran tingkat keamanan dalam
memenuhi hutang jangka pendek. Selain itu, biasanya perusahaan dengan tingkat
likuiditas tinggi akan memiliki kesempatan lebih baik untuk mendapatkan

65
berbagai dukungan dari banyak pihak, mulai dari lembaga keuangan, kreditur,
maupun pemasok. Mempertahankan tingkat likuiditas menjadi hal penting yang
harus dilakukan oleh perusahaan.

Dengan mempertahankan likuiditasnya, perusahaan bisa mendapatkan


kepercayaan dari pihak internal maupun pihak eksternal. Pihak internal yang
dimaksud disini misalnya adalah seorang karyawan, dengan tingkat likuiditas yang
baik, perusahaan mampu membayar gaji karyawan sesuai tanggal yang ditentukan.
Namun, tanpa memperhatikan likuiditasnya, mungkin saja gaji karyawan selalu
dibayarkan mundur. Ini tentu akan mempengaruhi kinerja karyawan yang juga
akan berpengaruh terhadap perkembangan bisnis. Sedangkan bagi pihak eksternal
misalkan supplier, likuiditas ini membuat pihak eksternal lebih percaya dengan
perusahaan tersebut. Bukan hanya bagi supplier, perusahaan juga bisa dengan
mudah mendapatkan pinjaman modal dari bank, investor, maupun pihak lainnya.

4.2.4 Uji Statistik

4.2.4.1 Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif

Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015 -2019


Descriptive Statistics

EVA MVA
HARGA SAHAM LIKUIDITAS
(Y) (X3)
(X1) (X2)
N Valid 35 35 35 35
Missing 0 0 0 0
Mean 1917,71 2137123578,31 26256248629399,86 2,2960

Std. Deviation 1242,164 2466025472,727 21537372896577,297 ,93705


Minimum 110 -4735896954 561592593984 ,20
Maximum 4590 7576779623 110281470857027 4,62

Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

66
Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata EVA sebesar
Rp 2.137.123.578.310 dengan nilai tertinggi sebesar Rp. 7.576.779.623.000
terjadi di tahun 2017 pada ADRO dan terendah sebesar Rp. - 4.735.896.954.000
yang terjadi di tahun 2010 pada PTBA. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
rata-rata MVA sebesar Rp. 26.256.248.629.399.860. MVA tertinggi terjadi di
tahun 2018 pada ANTM sebesar Rp. 110.281.470.857.027.000 dan terendah
terjadi di tahun 2015 pada INDY sebesar Rp. 561.592.593.984.000. Berdasarkan
Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata Likuiditas sebesar 2,15%. Likuiditas
tertinggi terjadi di tahun 2017 pada INCO sebesar 4,62 atau 462% dan terendah
terjadi di tahun 2018 pada ITMG sebesar 0,21 atau 20%.

4.2.5 Uji Asumsi Klasik

4.2.5.1 Uji Normalitas

Gambar 4.11
Uji Normalitas (Standardized Residual)
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015-2019

67
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

Grafik histogram yang ditunjukkan pada Gambar 4.11 menunjukkan


bahwa adanya pola distribusi normal sebab memperlihatkan grafik yang
mengikuti sebaran kurva normal yang ditunjukkan dengan kurva yang berbentuk
lonceng menghadap ke atas.

Gambar 4.12
Uji Normalitas Probability Plot
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015-2019

Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

Menurut Imam Ghozali (2011), model regresi dikatakan berdistribusi


normal jika data ploting (titik-titik) yang menggambarkan data sesungguhnya
mengikuti garis diagonal. Grafik normal probability plot yang ditunjukkan pada

68
Gambar 4.12 menunjukkan bahwa adanya pola distribusi normal dimana data
berupa plot menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Tabel 4.3
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015 -2019

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 35
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 862,32719169
Most Extreme Differences Absolute ,147

Positive ,147

Negative -,095

Test Statistic ,147


Asymp. Sig. (2-tailed) ,053c

Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut,besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov


adalah sebesar 0,053. Nilai Kolmogorov-Smirnov tersebut lebih besar
dibandingkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov Tabel sebesar 0,05 maka Ho
diterima yang mengindikasikan bahwa data yang digunakan pada penelitian ini
terdistribusi normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas.

69
4.2.5.2 Uji Multikolinieritas

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015 -2019
Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)

EVA (X1) ,917 1,091

MVA (X2) ,932 1,073


LIKUIDITAS (X3) ,980 1,020
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM (Y)
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut, menunjukkan bahwa tidak terdapat


variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan juga tidak ada
variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai terendah dan tertinggi
pada nilai tolerance dan nilai VIF masing-masing sebesar 0,910 dan 1,098.

4.2.5.3 Uji Autokorelasi Durbin Watson

Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Metode Cochrane-Orcutt
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015 -2019

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,834a ,695 ,665 746,59095 1,692
a. Predictors: (Constant), LIKUIDITAS (X3), MVA (X2), EVA (X1)
b. Dependent Variable: HARGA SAHAM (Y)
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

70
Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut, nilai (dL) = 1,2833 dan nilai (dU) =
1,6528, serta nilai (4-dL) = 2,7167 dan nilai (4-dU) = 2,3472. Pada penelitian
ini dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,692 yakni lebih
besar dari nilai (dU)=1,6528 dan lebih kecil dari nilai (4-dU)=2,3472 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada persamaan regresi
pada penelitian ini.

4.2.5.4 Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.13
Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015-2019

Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

Berdasarkan Gambar 4.13, dapat dilihat bahwa titik-titik pada Gambar


tersebut menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada
sumbu Y. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas pada model regresi ini.

71
4.2.6 Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 4.6
Hasil Unstandardized Coefficients
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015 -2019

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 295,055 469,214 ,629 ,534

EVA (X1) -5,442E-8 ,000 -,108 -,830 ,413


MVA (X2) 3,993E-11 ,000 ,692 5,361 ,000
LIKUIDITAS (X3) 300,746 166,966 ,227 1,801 ,081
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM (Y)
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diperoleh persamaan garis linier berganda sebagai
berikut:

Y = 295,055 – 5,442X1 + 3,993X2 + 300,746X3


Dimana:

Y = Harga Saham

BX1 = Economic Value Added

BX2 = Market Value Added

BX3 = Likuiditas

BX1 = -5,442 artinya bahwa setiap penurunan satu rupiah Economic Value
Added, maka harga saham akan mengalami penurunan sebesar 5,442 rupiah
dengan asumsi variabel lainnya konstan. BX2 = 3,993 artinya bahwa setiap
peningkatan satu rupiah Market Value Added, maka harga saham akan mengalami
72
peningkatan sebesar 3,993 rupiah dengan asumsi variabel lainnya konstan. BX3 =
300,746 artinya bahwa setiap peningkatan satu persen Likuiditas, maka harga
saham akan meningkat sebesar 300,746 dengan asumsi variabel lainnya konstan.

Persamaan analisis regresi linier berganda ini menunjukkan arah tiap-tiap


variabel bebas terhadap variabel independen terhadap variabel dependennya,
dimana koefisien regresi variabel independen yang bertanda positif berarti
mempunyai pengaruh yang searah terhadap harga saham sedangkan yang bertanda
negative berarti mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap harga saham.

4.2.7 Pengujian Hipotesis

4.2.7.1 Uji t Parsial

Tabel 4.7
Hasil Uji t Parsial Berdasarkan Nilai Signifikansi
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015 -2019

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 295,055 469,214 ,629 ,534

EVA (X1) -5,442E-8 ,000 -,108 -,830 ,413


MVA (X2) 3,993E-11 ,000 ,692 5,361 ,000
LIKUIDITAS (X3) 300,746 166,966 ,227 1,801 ,081
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM (Y)
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

73
Gambar 4.14
Perbandingan Nilai Uji t Dengan Kurva
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2015-2019
t hitung
t hitung
(X2)
(X3)
5,361
1,801

t Tabel Area
t Tabel
Tidak
-2,040 Berpengaruh 2,040
t hitung
(X1)
Area -0,830 Area
Pengaruh Pengaruh
Negatif Positif

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
5

Sumber : Data diolah peneliti, 2020.

Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014), jika nilai thitung > tTabel maka
artinya variabel independent (X) secara parsial berpengaruh terhadap variabel
(Y). Rumus mencari tTabel = ( α / 2; n – k – 1)

α = 0,05
n = Jumlah output
k = Jumlah variabel

tTabel = (0,05 / 2 ; 35 – 3 -1)


= (0,025 ; 31)
= 2,040

Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.14 untuk variabel Economic Value
Added (X1) nilai thitung sebesar -0,830 yang artinya berada diantara tTabel negatif

dan tTabel positif maka Economic Value Added (X1) berada diarea tidak

74
berpengaruh. Kemudian untuk variabel Market Value Added (X2) nilai thitung

sebesar 5,361 dapat dilihat bahwa thitung pada Market Value Added (X2) melewati

batas tTabel positif yang berarti letaknya berada pada area berpengaruh positif.

Selanjutnya pada variabel Likuiditas (X3) ini memiliki nilai thitung sebesar 1,801

yang posisi pada garis tersebut berada diantara tTabel negatif dan tTabel positif maka
dapat disimpulkan bahwa Likuiditas (X3) tidak berpengaruh positif terhadap harga
saham. Kesimpulan berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.14 dapat disimpulkan
bahwa:

1. Economic Value Added (X1) tidak berpengaruh terhadap Harga Saham


2. Market Value Added (X2) berpengaruh terhadap Harga Saham
3. Likuiditas (X3) tidak berpengaruh terhadap Harga Saham

4.2.7.2 Uji F Simultan

Tabel 4.8
Hasil Uji F Simultan Berdasarkan Nilai Signifikansi
Perusahaan Sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 Periode 2016 -2020

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 27178384,835 3 9059461,612 11,108 ,000b
Residual 25282678,308 31 815570,268

Total 52461063,143 34

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM (Y)


b. Predictors: (Constant), LIKUIDITAS (X3), MVA (X2), EVA (X1)
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22.0 (data diolah kembali)

Menurut Imam Ghozali (2011), jika nilai sig. < 0,05 maka artinya variabel
independent (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependent (Y).
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui nilai signifikansi yang terdapat pada Tabel
tersebut yaitu sebesar 0,000 dimana nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05.

75
Maka sebagaimana dasar pengambilan keputusan yang dikutip dari Imam Ghozali
(2011), dapat disimpukan bahwa Economic Value Added (X1), Market Value
Added (X2), dan Likuiditas (X3) secara simultan berpengaruh terhadap Harga
Saham (Y).

4.2.8 Pembahasan Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham

Hipotesis pertama menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA)


berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil uji t,
diketahui bahwa Economic Value Added (EVA) memiliki taraf signifikansi 0,413
dan koefisien regresi dengan tanda negative sebesar -5,442. Maka dapat
disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh terhadap
harga saham, sehingga hipotesis pertama ditolak. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nabila Chandra Dita,
Muhammad Saifi (2017) dengan judul penelitian “Pengaruh Economic Value
Added (EVA), Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), dan Return
On Investment (ROI) Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015)
dan Muhammad Mara Ikbar, Andrieta Shintia Dewi (2015) dengan judul
penelitian “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) Terhadap Harga Saham Perusahaan Subsektor Properti yang
Tergabung Dalam LQ45 Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013” yang
menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Musrifah Sulastiarini,Tieka Trikartika Gustyana,
SE., MM (2019) “Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makananan dan
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017” dan Ni
Made Putri Sri Rahayu, I Made Dana (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh
EVA, MVA, Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And
Beverages” yang menyatakan bahwa EVA berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
76
Hasil penelitian menunjukkan Economic Value Added (EVA) tidak
berpengaruh terhadap harga saham, artinya sebagian besar perusahaan tidak dapat
menciptakan nilai tambah ekonomi hal ini mungkin disebabkan karena kinerja
manajemen yang kurang maksimal, sehingga laba yang didapatkan perusahaan
belum mencerminkan keuntungan bersih perusahaan yang dapat dibagikan kepada
investor. Tujuan investor menanamkan dananya adalah untuk memperoleh
keuntungan pada perusahaan tersebut yang biasanya berupa capital gain.
Economic Value Added (EVA) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang
dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen.
Economic Value Added (EVA) yang positif menandakan perusahaan berhasil
menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan
tingkat penghasilan melebihi tingkat biaya modal. Hal ini sejalan dengan tujuan
untuk memaksimalkan nilai perusahaanya. Sebaliknya Economic Value Added
(EVA) yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat
pengembalian lebih rendah daripada biaya modalnya. Secara teoritis walaupun
konsep Economic Value Added (EVA) memiliki lebih banyak keunggulan,
investor pada pasar modal Indonesia ternyata kurang memperhatikan konsep
Economic Value Added (EVA) tersebut yang berkaitan dengan pengambilan
investasi. Pendekatan Economic Value Added (EVA) berorientasi pada pemegang
saham yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran pada pasar modal,
perusahaan yang memiliki Economic Value Added (EVA) yang bagus tidak
dengan sendirinya performa sahamnya di pasar modal bagus juga. Kinerja saham
tidak selamanya beriringan dengan fundamental perusahaan. Terlebih di Indonesia
harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh faktor rumor (faktor teknis).
Perusahaanpun sering dengan sengaja melakukan corporate action, misalnya
dengan membagikan saham bonus, stock split dan right issue dengan tujuan
mendongkrak performa saham di pasar modal.

Hal yang perlu diketahui bahwa Economic Value Added (EVA) negatif
bukan berarti mencerminkan ketidakpedulian manajemen emiten untuk
menciptakan nilai tambah yang mengakibatkan menurunnya peminat terhadap

77
harga saham cenderung menurun. Hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa harga
saham selalu terkait dengan ekspektasi masa depan perusahaan. Ketika saham
tinggi harganya, bisa jadi ini karena banyak yang percaya bahwa masa depan
perusahaan atau sektor Pertambangan di Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia itu memang bagus. Economic Value Added (EVA) bukan
hanya tergambar kinerja manajemen dalam suatu periode saja tetapi bisa dilihat
dari kinerja karyawannya juga. Kinerja semua karyawan maupun kinerja
manajemen itu dikaitkan dengan kompensasinya. Dengan para karyawan
mendapatkan kompenasi yang bagus sehingga bisa membuat karyawan bekerja
dengan lebih maksimal lagi dan akan menimbulkan kinerja perusahaan yang bagus
pula. Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik tentu akan menarik banyak
investor. Dengan keterbatasan jumlah saham yang beredar maka kinerja
perusahaan yang baik akan memperoleh harga saham perusahaan tersebut
meningkat. Sehingga hal ini akan mendorong para investor lain untuk melakukan
aktivitas investasi dengan melakukan pembelian saham secara besar-besaran yang
pada akhirnya direspon sebagai peningkatan harga saham suatu perusahaan.
Pendekatan Economic Value Added (EVA) masih belum memiliki kontribusi
kepada investor dalam mempertimbangkan investasi karena dalam melakukan
analisis Economic Value Added (EVA) dilakukan perhitungan secara manual yang
berbeda dengan menggunakan analisis rasio keuangan dimana data-data yang
diperlukan oleh investor sudah tertera pada laporan keuangan setiap perusahaan.
Sehingga hal ini akan menyebabkan daya Tarik investor dalam memperjualbelikan
saham yang berdasarkan Economic Value Added (EVA) tidak akan terlalu
mempengaruhi harga saham.

4.2.9 Pembahasan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham

Hipotesis kedua menyatakan bahwa Market Value Added (MVA)


berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil uji t,
diketahui bahwa Market Value Added (MVA) memiliki taraf signifikansi 0,000
dan koefisien regresi dengan tanda negative sebesar 3,993. Maka dapat
disimpulkan bahwa Market Value Added (MVA) berpengaruh dan signifikan
78
terhadap harga saham, sehingga hipotesis kedua diterima. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Musrifah Sulastiarini
, Tieka Trikartika Gustyana, SE., MM (2019) dengan judul penelitian “Pengaruh
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Makananan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2017” yang menyatakan bahwa Market Value Added
(MVA) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Tetapi
hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martina Rut
Utami, Arif Darmawan (2018) dengan judul penelitian “Pengaruh DER, ROA,
ROE, EPS dan MVA Terhadap Harga Saham Pada Indeks Saham Syariah
Indonesia”, Ni Made Putri Sri Rahayu, I Made Dana (2016) dengan judul
penelitian “Pengaruh EVA, MVA, Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Food And Beverages”, dan Muhammad Mara Ikbar, Andrieta Shintia
Dewi (2015) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Economic Value Added
(EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Perusahaan
Subsektor Properti yang Tergabung Dalam LQ45 Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2013” yang menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap harga saham.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Market Value Added (MVA) secara


parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham, artinya sebagian besar
perusahaan sukses dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya investor dalam
melakukan suatu investasi pada perusahaan. Selain itu semakin besar nilai Market
Value Added (MVA) maka akan meningkatkan harga saham perusahaan dan
mencerminkan kinerja perusahaan yang baik dan akan diterima di pasar modal
sebagai sinyal yang baik. Hal ini berarti laba yang dihasilkan perusahaan atas
jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan menunjukkan peningkatan. Selain
itu mungkin hal yang membuat Market Value Added (MVA) bisa berpengaruh
dari rumus perhitungan Market Value Added (MVA) itu sendiri dengan
mengikutsertakan harga saham dan jumlah saham beredar ada dalam rumus
perhiungannya. Tujuan Market Value Added (MVA) merupakan pengukuran

79
kinerja yang menunjukkan besarnya kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan
bagi kepentingan investor atau perbedaan antara yang diperoleh investor (total
market value) dengan jumlah yang dikeluarkan oleh investor (invested capital).
Market Value Added (MVA) dihitung dari hasil pengurangan nilai pasar dengan
nilai nominal per lembar saham, kemudian dikalikan dengan jumlah saham. Nilai
pasar menggambarkan keberhasilan manajer dalam menginvestasikan modal dari
para investor. Kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang
saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA) bertambah. Market
Value Added (MVA) yang rendah akan memberikan informasi bahwa kinerja
perusahaan kurang baik, sehingga investor cenderung menghindari pembeliaan
saham pada perusahaan yang bersangkutan bahkan melepas atau menjual saham
yang dimiliki sehingga berakibat pada penurunan permintaan bahkan terjadi
adanya peningkatan penawaran yang berakibat pada turunnya harga saham.

Dalam hal ini tujuan dilakukannya perhitungan Market Value Added


(MVA) yaitu perusahaan dengan Economic Value Added (EVA) positif dari tahun
ketahun akan memperlihatkan kinerja Market Value Added, bila Market Value
Added (MVA) jumlahnya positif, perusahaan akan menyebabkan pemegang
saham menjadi kaya. Bagi suatu perusahaan, Market Value Added (MVA)
bernilai positif menunjukkan perkiraan pasar modal tentang besarnya proyek-
proyek investasi perusahaan, baik yang telah maupun yang akan terjadi di masa
datang. Nilai Market Value Added (MVA) yang positif menandakan bahwa nilai
pasar perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan nillai buku perusahaan.
Keuntungan dari nilai Market Value Added (MVA) yang lain juga perusahaan
dapat menggambarkan prospek yang menguntungkan atas investasi yang
dilakukan saat ini maupun dimasa yang akan datang. Hal ini seharusnya membuat
para investor tertarik untuk melakukan investasi pada perusahaan. Banyaknya
investor yang tertarik seharusnya mampu menaikkan jumlah permintaan terhadap
saham perusahaan sehingga mampu menaikkan harga saham perusahaan. Naiknya
harga saham akan membawa pengaruh positif terhadap keuntungan perusahaan
dari sisi capital gain.

80
Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang
menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Nilai
perusahaan data tercermin dari nilai sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa
dikatakan bahwa nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan
adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran
pemilik atau para pemegang saham. Market Value Added (MVA) memperlihatkan
hasil kumulatif kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang
dilakukan maupun yang akan dilakukan. Investor perlu memahami kinerja
perusahaan yang mampu menciptakan nilai tambah bagi investasinya.

Dengan demikian Market Value Added (MVA) dapat menjadi indikator


dalam memprediksi harga saham. Market Value Added (MVA) yang positif
menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut dinilai oleh investor lebih besar
dari pada nilai buku per lembarnya. Adanya peningkatan pada nilai tambah pasar,
akan memberikan keyakinan pada investor bahwa perusahaan mampu
menciptakan kekayaan bagi pemiliknya.

4.2.10 Pembahasan Likuiditas Terhadap Harga Saham

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa Likuiditas tidak berpengaruh


signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil uji t, diketahui bahwa
Likuiditas memiliki taraf signifikansi 0,081 dan koefisien regresi dengan tanda
negative sebesar 1,801. Maka dapat disimpulkan bahwa Likuiditas tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sehingga hipotesis ketiga ditolak.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ni Made Putri Sri Rahayu, I Made Dana (2016) dalam judul penelitiannya yaitu
“Pengaruh EVA, MVA, Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food
And Beverages” menyatakan bahwa Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Santi Octaviani, Dahlia Komalasari (2017) dengan judul
penelitian “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas,dan Solvabilitas Terhadap Harga
Saham” dan IGN Sudangga Adipalguna, Anak Agung Gede Suarjaya (2017)
81
dengan judul penelitian “Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas,
Profitabilitas, dan penilaian pasar terhadap harga saham perusahaan LQ45 di BEI”
yang menyatakan bahwa Likuidits tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.

Hasil penelitian menunjukkan Current Ratio (Likuiditas) tidak


berpengaruh terhadap harga saham, artinya sebagian besar perusahaan tidak dapat
menciptakan nilai tambah ekonomi hal ini mungkin disebabkan karena kinerja
manajemen yang kurang maksimal, sehingga laba yang didapatkan perusahaan
belum mencerminkan keuntungan bersih perusahaan yang dapat dibagikan kepada
investor. Kondisi ini dapat disebabkan karena investor cenderung melihat atau
lebih mempertimbangkan rasio lain dalam pengambilan keputusan berinvestasi
saham. Hal ini bisa dipengaruhi dengan karakteristik industri dan juga faktor lain
yang terjadi dipasar. Karena dilihat dari artinya harga saham adalah harga pasar,
dilihat dari sifatnya harga saham ini bisa berubah-ubah dan ini akan
mencerminkan nilai suatu perusahaan. Tidak berpengaruh likuiditas terhadap
harga saham ini disebabkan karena beberapa faktor yang ditimbulkan oleh pihak
perusahaan. Current Ratio (Likuiditas) perusahaan yang rendah akan
menyebabkan terjadi penurunan harga pasar dari harga saham yang bersangkutan.
Sebaliknya semakin tinggi Current Ratio (Likuiditas) semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Current Ratio (Likuiditas)
yang tinggi juga belum tentu baik, karena pada kondisi tertentu hal tersebut
menunjukkan nilai jumlah persediaan yang tinggi dibandingkan taksiran penjualan
yang akan datang, sehingga akan menunjukkan kelebihan persediaan serta
memperlihatkan bahwa perusahaan tidak bisa memaksimalkan persediaan yang
ada dan banyak dana perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang
akhirnya dapat mengurangi kemampuan perusahaan. Current Ratio (Likuiditas)
yang tinggi disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang
belum terjual, yang tentunya tidak dapat digunakan secara cepat untuk membayar
hutang. Current Ratio (Likuiditas) merupakan rasio likuiditas dimana para
kreditor mengukur operasi perusahaan dengan melihat apakah aktiva lancar

82
perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya saat kewajiban jangka
pendek ini segera ditagih atau saat jatuh tempo. Karena semakin tinggi Current
Ratio (Likuiditas) maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam melunasi
hutang-hutangnya. Maka para kreditor dapat mempertimbangkan untuk
memberikan pinjaman bagi perusahaan, tetapi untuk para investor Current Ratio
(Likuiditas) tidak memiliki pengaruh dikarenakan investor hanya melihat pada
kegiatan usaha perusahaan tanpa melihat likuiditas perusahaan. Sehingga dari
penelitian ini menunjukan bahwa variabel Current Ratio (Likuiditas) tidak
digunakan oleh para investor sebagai pertimbangan dalam berinvestasi pada suatu
perusahaan.

Selain itu Current Ratio (Likuiditas) memiliki keterbatasan dimana


Current Ratio (Likuiditas) merupakan suatu ukuran yang statis (tetap) yang
mengukur sumber daya yang tersedia pada waktu tertentu untuk memenuhi
kewajiban lancar. Sumber daya yang tersedia saat ini tidak cukup untuk
merepresentasikan arus kas masuk di masa depan. Selain itu kelemahan Current
Ratio (Likuiditas) dapat menjadi “window dressing” oleh pihak manajemen
perusahaan. Manajemen perusahaan dapat melakukan langkah-langkah tertentu
untuk membuat neraca tampak baik sehingga menghasilkan nilai Current Ratio
(Likuiditas) yang baik. Dengan adanya kemungkinan ini, investor mungkin saja
berhatihati dalam memilih rasio apa saja yang akan menjadi pertimbangan
sehingga ada kemungkinan investor tidak memasukkan Current Ratio (Likuiditas)
dalam pertimbangannya. Bila demikian, maka Current Ratio (Likuiditas) tidak
akan berpengaruh terhadap keputusannya dan tidak akan mempengaruhi harga
saham. Akan tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fahlevi yang mengemukakan bahwa likuiditas yang diproksikan
dengan Current Ratio (Likuiditas) mempunyai pengaruh positif terhadap harga
saham. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya, Apabila
perusahaan diyakini mampu untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya maka perusahaan dalam kondisi baik dan dapat meningkatkan harga

83
saham karena para investor tertarik pada kondisi finansial perusahaan yang seperti
ini.

4.2.11 Pembahasan Economic Value Added (EVA), Market Value Added


(MVA), dan Likuiditas Terhadap Harga Saham

Hipotesis keempat menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA),


Market Value Added (MVA), dan Likuiditas secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham. Berdasarkan uji simultan didapatkan hasil
bahwa secara bersama-sama Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA), dan Likuiditas mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga
saham. Hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai Economic Value Added (EVA),
Market Value Added (MVA), dan Likuiditas meningkat maka akan menarik
keinginan para investor untuk menanamkan modal nya sehingga akan
meningkatkan harga saham. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ni Made Putri Sri Rahayu, I Made Dana (2016) dengan judul penelitian
“Pengaruh EVA, MVA, Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food
And Beverages”, yang menyimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA),
Market Value Added (MVA), dan Likuiditas secara simultan berpengaruh
terhadap harga saham.

Hal ini membuktikan kebenaran teori yang telah disebutkan sebelumnya


yaitu perusahaan dikatakan berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemilik modal
jika Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Likuiditas
bernilai positif karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian
yang melebihi tingkat biaya modal (cost of capital) dan perusahaan dapat
memenuhi kewajiban jangka pendeknya saat kewajiban jangka pendek ini segera
ditagih atau saat jatuh tempo diikuti dengan meningkatnya harga saham. Namun
jika Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Likuiditas
bernilai negatif, hal ini menunjukkan nilai perusahaan menurun yang diikuti
dengan penurunan harga saham karena tingkat pengembalian lebih rendah dari

84
biaya modal. Namun Economic Value Added (EVA), Market Value Added
(MVA), dan Likuiditas tidak terlalu mendominasi naik turunnya harga saham.

Hasil koefisien determinasi menunjukkan nilai R2 sebesar 0,695 artinya


variabel independen Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA),
dan Likuiditas mempengaruhi harga saham sebesar 69,5% sedangkan sisa nya
30,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Selain itu juga dapat
diketahui bahwa banyak faktor lain yang bisa mempengaruhi besar kecil nya
harga saham seperti faktor fundamental yang memberikan informasi tentang
kinerja perusahaan dan faktor yang dapat mempengaruhinya, meliputi
kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan,
prospek bisnis perusahaan di masa datang, prospek pemasaran dari bisnis yang
dilakukan, perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan, dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan,
maupun faktor teknis, menggambarkan pasaran suatu efek baik secara individu
maupun secara kelompok dalam menilai harga saham, seperti perkembangan kurs,
keadaan pasar modal, volume dan frekuensi transaksi suku bunga, serta kekuatan
pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan (Bunarto, 2006).

Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa Market Value Added


(MVA) mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham. Meskipun hasil
perhitungan Economic Value Added (EVA) dan Likuiditas EVA selama lima
tahun rata-rata bernilai positif dan secara teori menunjukkan bahwa perusahaan
mampu menciptakan nilai tambah dan perusahaan dapat memenuhi kewajiban
jangka pendeknya saat kewajiban jangka pendek ini segera ditagih atau saat jatuh
tempo diikuti dengan meningkatnya harga saham bagi pemegang saham, namun
dalam pengaruhnya terhadap harga saham perhitungan Economic Value Added
(EVA) dan Likuiditas memberikan hasil yang tidak signifikan, sehingga besar-
kecilnya harga saham tidak dipengaruhi oleh perhitungan Economic Value Added
(EVA) dan Likuiditas .

85
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan di atas, maka dapat


diketahui bahwa:

1. Economic Value Added (EVA) tidak mempunyai pengaruh secara parsial


terhadap harga saham di sektor pertambangan di perusahaan LQ-45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan
statistik Uji t yaitu nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α
(0,05) dengan total nilai sebesar 0,413 yang artinya sebagian besar
perusahaan tidak dapat menciptakan nilai tambah ekonomi dikarenakan
adanya perilaku investor dalam melakukan suatu investasi pada
perusahaan. Pendekatan Economic Value Added (EVA) masih belum
memiliki kontribusi kepada investor dalam mempertimbangkan investasi
karena dalam melakukan analisis Economic Value Added (EVA) dilakukan
perhitungan secara manual yang berbeda dengan menggunakan analisis
rasio keuangan dimana data-data yang diperlukan oleh investor sudah
tertera pada laporan keuangan setiap perusahaan. Sehingga hal ini akan
menyebabkan daya Tarik investor dalam memperjualbelikan saham yang
berdasarkan Economic Value Added (EVA) tidak akan terlalu
mempengaruhi harga saham.

2. Market Value Added (MVA) secara parsial mempunyai pengaruh


signifikansi terhadap harga pasar saham sektor pertambangan di
perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini
ditunjukan pada hasil perhitungan statistic Uji t yaitu nilai signifikansi
yang diperoleh variabel Market Value Added (MVA) < 0,05 yaitu sebesar
88
0,000 yang artinya sebagian besar perusahaan sukses dalam menciptakan
kekayaan bagi pemiliknya investor dalam melakukan suatu investasi pada
perusahaan.

3. Likuiditas tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap harga saham


di sektor pertambangan di perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hal ini dikarenakan hasil perhitungan statistik Uji t yaitu nilai
signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α (0,05) dengan total nilai
sebesar 0,081 yang artinya sebagian besar perusahaan tidak dapat
menciptakan nilai tambah ekonomi dikarenakan adanya perilaku investor
dalam melakukan suatu investasi pada perusahaan. Kondisi ini dapat
disebabkan karena investor cenderung melihat atau lebih
mempertimbangkan rasio lain dalam pengambilan keputusan berinvestasi
saham

4. Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan


Likuiditas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel harga
saham. Hal ini dibuktikan dengan Uji ANOVA atau biasa disebut dengan
Uji F yang menunjukan nilai signifikansi penelitian < 0,05 yaitu sebesar
0,000 yang artinya apabila nilai Economic Value Added (EVA), Market
Value Added (MVA), dan Likuiditas meningkat maka akan menarik
keinginan para investor untuk menanamkan modal nya sehingga akan
meningkatkan harga saham.

5.2 Saran

1. Bagi Perusahaan
Perusahaan diharapkan mempertahankan kinerja keuangan pada
perusahaannya dan menaikkan harga sahamnya dengan cara meningkatkan
penjual perusahaan agar meningkatkan laba bersih dan mengurangi beban
biaya modal pada perusahaan, serta meningkatkan nilai pasar dan ekuitas
perusahaan untuk meningkatkan kekayaan perusahaan maupun para
investor dan menarik investor untuk menanamkan modal pada perusahaan

89
sektor pertambangan di perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

2. Bagi Investor
Investor diharapkan melihat variabel-variabel lain selain variabel
Economic Value (EVA), Market Value Added (MVA) dan Likuiditas
sebagai bahan pertimbangan lainnya untuk berinvestasi pada perusahaan
sektor pertambangan di perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Peneliti diharapkan untuk memperluas lingkup penilitian dengan
menambahkan metode atau dapat menggunakan sampel penelitian selain
perusahaan sektor pertambangan di perusahaan LQ-45 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Sehingga diperoleh hasil yang berbeda dan akan
menambah pengetahuan mengenai pengaruh pengukuran kinerja keuangan
terhadap harga saham.

90
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Willy. Hartono, Jogiyanto. 2015. Partial Least Square - Alternative


Structural Equation Modelling dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV
Andi Offset.

Abdul, Halim. 2005. Analisis Investasi. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Empat

Adaro Energy Tbk., 2019. Annual Report www.adaro.com (Diunggah pada 28


Maret 2020)

Agnes, Sawir. 2009. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio.


Jakarta: Rineka Cipta

Amin Widjaja, Tunggal. 2008. Pengantar Konsep Economic Value Added dan
Value Based Managerial (VBM). Jakarta: Harvindo

Aneka Tambang Tbk., 2019. Annual Report www.antam.com (Diunggah pada 28


Maret 2020)

Anoraga, Panjdi dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya.

Arilaha, Muhammad A. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, dan


Laverage Terhadap Kebijakan Deviden. Jurnal Keuangan dan Perbankan.
Vol. 13. No.1, hal. 78-87.
Badan Pusat Statistik. 2020. www.bps.go.id Laju Pertumbuhan Kumulatif PDB
Menurut Lapangan Usaha ( Diunggah pada tanggal 14 Maret 2020)

Brigham dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (edisi


11). Jakarta: Salemba Empat.

Bukit Asam Tbk., 2019. Annual Report www.ptba.co.id (Diunggah pada 28


Maret 2020)

Ghazali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hariyani, Iswi dan R. Serfianto. Dkk. 2011. Merger. Konsolidasi. Akuisisi &
Pemisahan Perusahaan: Cara Cerdas Mengembangkan & Memajukan
Perusahaan. Jakarta: Visimediaan

91
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan
Pengalaman-pengalaman. Edisi 5. Yogyakarta: BPFE.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No. 1:


Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Indika Energy Tbk., 2019. Annual Report www.indikaenergy.co.id (Diunggah


pada 28 Maret 2020)

Indo Tambangraya Megah Tbk., 2019. Annual Report www.itmg.co.id


(Diunggah pada 28 Maret 2020)

Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Mamduh M., Hanafi. 2016. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Cetakan


Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Martina dan Arif. 2018. Pengaruh DER, ROA, ROE, EPS dan MVA Terhadap
Harga Saham Pada Indeks Saham Syariah. Skripsi, Politeknik Negeri
Batam.

Medco Energi Internasional Tbk., 2019. Annual Report www.medcoenergi.com


(Diunggah pada 28 Maret 2020)

Muhammad dan Andrieta. 2015. Analisis Pengaruh Economic Value Added


(EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham
Perusahaan Subsektor Properti yang Tergabung Dalam LQ45 Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2013. Skripsi, Universitas Telkom.

Musrifah dan Tika. 2019. Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Makananan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2017. Skripsi, Universitas Telkom.

Nabila dan Muhammad. 2017. Pengaruh Economic Value Added (EVA), Net
Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), dan Return On Investment
(ROI) Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Jasa Sektor
Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi yang Terdaftar di BEI Tahun
2013-2015). Skripsi, Universitas Brawijaya.

Napitupulu, Sahala Ian Putra. 2008. Analisis Kinerja Keuangan dengan


Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) Pada Tiga Emiten Terbaik 2006. Skripsi, Universitas
Sumatera Utara.

Ni Made dan I Made. 2016. Pengaruh EVA, MVA, Likuiditas Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Food And Beverages. Skripsi, Universitas
Udayana.
92
Rahayu, Tri Uri dan Siti, Aisyah. 2011. Pengaruh Economic Value Added dan
Market Value Added Terhadap Return Saham. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.

Sartono, A. 2009. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: BPPE

Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set


Terhadap Kebijakan Deviden Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel
Penguat (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Periode 2002-2003). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3 (1). Mei. 9-
17.

Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Suripto. 2015. Manajemen Keuangan. Strategi Penciptaan Nilai Perusahaan


Melalui Pendekatan Economic Value Added. Edisi Ke-1. Bandung:
Alfabeta.

Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:


Ekonisia.

Tambang. www.tambang.co.id (Diunggah pada tanggal 28 Maret 2020)

Tandelilin, E. 2001. Manajemen Investasi-Konsep Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Mitra Wacana.

Tatang, Ary Gumanti. 2011. Analisis dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE

Vale Indonesia Tbk., 2019. Annual Report www.vale.com (Diunggah pada 28


Maret 2020)

Winarto, L. 2010. Tagetes Berguna Bagi Kita. Deptan. BPTP, Sumatera Utara.

93
LAMPIRAN

94
Lampiran 1
Laporan Keuangan PT. Adaro Energy Tbk.

Komponen 2019 2018 2017 2016 2015


Total Aktiva Rp 100.324.976.605 Rp 102.246.793.155 Rp 92.318.063.556 Rp 87.633.045.052 Rp 82.199.287.055
Aktiva Lancar Rp 29.330.053.524 Rp 23.173.857.414 Rp 26.813.686.776 Rp 21.399.718.740 Rp 15.071.299.605
Hutang Lancar Rp 17.134.386.501 Rp 11.822.911.083 Rp 10.476.695.496 Rp 8.660.240.980 Rp 6.269.455.035
Total Hutang Rp 44.951.802.710 Rp 39.939.510.303 Rp 36.884.700.960 Rp 36.765.934.500 Rp 35.944.058.870
Total Ekuitas Rp 55.373.173.895 Rp 62.307.282.852 Rp 55.433.362.596 Rp 50.867.110.552 Rp 46.255.228.185
Total Hutang dan Ekuitas Rp 100.324.976.605 Rp 102.246.793.155 Rp 92.318.063.556 Rp 87.633.045.052 Rp 82.199.287.055
Biaya Bunga Rp 961.254.150 Rp 866.557.521 Rp 634.100.592 Rp 588.066.848 Rp 626.665.465
EBIT Rp 9.162.190.803 Rp 11.888.872.038 Rp 12.593.285.988 Rp 7.343.042.720 Rp 3.862.227.535
Tax Rp 3.115.228.001 Rp 4.973.600.817 Rp 5.325.623.964 Rp 2.765.585.624 Rp 1.779.141.150
EAT Rp 6.046.962.802 Rp 6.915.271.221 Rp 7.267.662.024 Rp 4.577.457.096 Rp 2.083.086.385
EPS 0,01176 0,01215 0,01406 0,00974 0,00477
Harga Saham Rp 1.390 Rp 1.860 Rp 1.215 Rp 1.695 Rp 515
Jumlah Saham Beredar 31.985.962.000 31.985.962.000 31.985.962.000 31.985.962.000 31.985.962.000

Laporan Keuangan PT. Aneka Tambang Tbk.

Komponen 2019 2018 2017 2016 2015


Total Aktiva Rp 30.194.907.730 Rp 33.306.390.807 Rp 30.014.273.452 Rp 29.981.535.812 Rp 30.356.850.890
Aktiva Lancar Rp 7.665.239.260 Rp 8.498.442.636 Rp 9.001.938.755 Rp 10.630.221.568 Rp 11.252.826.560
Hutang Lancar Rp 5.293.238.393 Rp 5.511.744.144 Rp 5.552.461.635 Rp 4.352.313.598 Rp 4.339.330.380
Total Hutang Rp 12.061.488.555 Rp 13.567.160.084 Rp 11.523.869.935 Rp 11.572.740.239 Rp 12.040.131.928
Total Ekuitas Rp 18.133.419.175 Rp 19.739.230.723 Rp 18.490.403.517 Rp 18.408.795.573 Rp 18.316.718.962
Total Hutang dan Ekuitas Rp 30.194.907.730 Rp 33.306.390.807 Rp 30.014.273.452 Rp 29.981.535.812 Rp 30.356.850.890
Biaya Bunga Rp 530.882.408 Rp 524.548.812 Rp 484.229.818 Rp 505.710.587 Rp 527.461.401
EBIT Rp 687.034.053 Rp 1.265.501.806 Rp 454.396.524 Rp 237.291.595 Rp (1.668.773.924)
Tax Rp 493.182.022 Rp 391.075.213 Rp 317.893.255 Rp 172.485.407 Rp 227.921.028
EAT Rp 193.852.031 Rp 874.426.593 Rp 136.503.269 Rp 64.806.188 Rp (1.440.852.896)
EPS 8,07 36,39 5,68 3 -120
Harga Saham Rp 1.930 Rp 4.590 Rp 625 Rp 895 Rp 314
Jumlah Saham Beredar Rp 24.030.764.725 Rp 24.030.764.725 Rp 24.030.764.725 Rp 24.030.764.725 Rp 24.030.764.725

95
Laporan Keuangan PT. Vale Indonesia Tbk.

Komponen 2019 2018 2017 2016 2015


Total Aktiva Rp 30.897.585.888 Rp 31.893.707.412 Rp 29.596.405.332 Rp 29.901.710.512 Rp 31.578.975.995
Aktiva Lancar Rp 8.178.139.013 Rp 9.137.482.038 Rp 8.088.914.688 Rp 8.050.770.584 Rp 8.206.645.500
Hutang Lancar Rp 1.898.209.352 Rp 2.539.098.540 Rp 1.751.756.400 Rp 1.773.404.204 Rp 2.048.543.705
Total Hutang Rp 3.906.111.495 Rp 4.615.456.725 Rp 4.947.621.216 Rp 5.252.172.708 Rp 6.279.539.180
Total Ekuitas Rp 26.991.474.393 Rp 27.278.250.687 Rp 24.648.784.116 Rp 24.649.537.804 Rp 25.299.436.815
Total Hutang dan Ekuitas Rp 30.897.585.888 Rp 31.893.707.412 Rp 29.596.405.332 Rp 29.901.710.512 Rp 31.578.975.995
Biaya Bunga Rp 54.380.712 Rp 98.311.509 Rp 105.742.140 Rp 122.710.988 Rp 136.887.785
EBIT Rp 1.239.079.536 Rp 1.196.376.777 Rp 311.874.960 Rp 69.396.940 Rp 963.277.260
Tax Rp 441.162.136 Rp 320.102.505 Rp 104.983.452 Rp 43.787.924 Rp 266.615.965
EAT Rp 799.029.480 Rp 876.274.272 Rp 206.891.508 Rp 25.609.016 Rp 696.661.295
EPS 0,01 0,0061 0,0015 0,001 0,005
Harga Saham Rp 3.850 Rp 3.620 Rp 2.890 Rp 2.820 Rp 1.635
Jumlah Saham Beredar 9.936.338.720 9.936.338.720 9.936.338.720 9.936.338.720 9.936.338.720

Laporan Keuangan PT. Indika Energy Tbk.

Komponen 2019 2018 2017 2016 2015


Total Aktiva Rp 50.134.484.733.160 Rp 50.880.224.135.752 Rp 50.405.419.707.192 Rp 25.264.825.668.616 Rp 29.813.772.405.304
Aktiva Lancar Rp 19.845.290.064 Rp 20.238.986.072 Rp 18.768.889.104 Rp 9.253.332.704 Rp 11.469.839.704
Hutang Lancar Rp 9.863.002.104 Rp 9.294.744.472 Rp 9.143.280.272 Rp 4.339.168.584 Rp 7.009.804.768
Total Hutang Rp 35.635.859.232 Rp 35.252.935.552 Rp 34.946.749.112 Rp 14.990.075.672 Rp 18.285.229.600
Total Ekuitas Rp 14.498.610.736 Rp 15.627.278.976 Rp 15.458.665.008 Rp 10.274.735.176 Rp 11.528.526.016
Total Hutang dan Ekuitas Rp 50.134.483.832 Rp 50.880.214.528 Rp 50.405.414.120 Rp 25.264.824.712 Rp 29.813.769.480
Biaya Bunga Rp 1.517.761.400 Rp 1.386.192.040 Rp 1.066.086.144 Rp 837.732.200 Rp 990.776.896
EBIT Rp 750.513.776 Rp 3.675.013.664 Rp 4.160.808.224 Rp 1.594.443.184 Rp 1.218.285.136
Tax Rp 681.304.688 Rp 2.318.254.896 Rp (298.311.688) Rp 149.398.464 Rp 152.878.328
EAT Rp 69.209.088 Rp 1.356.758.768 Rp 4.459.119.912 Rp 1.445.044.720 Rp 1.065.406.808
EPS 0,0035 0,0154 0,0644 0,013 0,0086
Harga Saham Rp 2.130 Rp 1.585 Rp 3.060 Rp 705 Rp 110
Jumlah Saham Beredar 5.210.192.000 5.210.192.000 5.210.192.000 5.210.192.000 5.210.192.000

96
Laporan Keuangan PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.

Komponen 2019 2018 2017 2016 2015


Total Aktiva Rp 16.806.878.941 Rp 20.892.144.168 Rp 18.407.166.324 Rp 16.254.765.312 Rp 16.255.517.585
Aktiva Lancar Rp 6.568.222.500 Rp 1.109.896.245 Rp 10.797.701.808 Rp 7.242.057.744 Rp 7.102.776.752
Hutang Lancar Rp 3.242.936.488 Rp 5.646.098.457 Rp 4.437.078.384 Rp 3.208.987.060 Rp 3.942.145.216
Total Hutang Rp 4.511.930.976 Rp 6.848.716.545 Rp 5.426.299.152 Rp 4.062.535.832 Rp 4.766.526.384
Total Ekuitas Rp 12.294.947.965 Rp 14.043.427.623 Rp 12.980.867.172 Rp 12.192.229.480 Rp 11.570.298.248
Total Hutang dan Ekuitas Rp 16.806.878.941 Rp 20.892.144.168 Rp 18.407.166.324 Rp 16.254.765.312 Rp 16.336.824.632
Biaya Bunga Rp 20.823.698 Rp 18.680.490 Rp 10.743.564 Rp 12.253.632 Rp 15.097.896
EBIT Rp 2.584.307.108 Rp 5.319.783.603 Rp 4.905.121.140 Rp 2.579.591.076 Rp 1.933.279.344
Tax Rp 825.802.806 Rp 1.572.737.967 Rp 1.481.500.896 Rp 823.384.952 Rp 1.058.363.896
EAT Rp 1.758.504.302 Rp 3.659.392.143 Rp 3.423.620.244 Rp 1.756.206.124 Rp 874.915.448
EPS 0,12 0,24 0,23 0,12 0,06
Harga Saham Rp 22.800 Rp 20.250 Rp 20.700 Rp 16.875 Rp 5.725
Jumlah Saham Beredar 1.129.925.000 1.129.925.000 1.129.925.000 1.129.925.000 1.129.925.000

Laporan Keuangan PT. Medco Energi Internasional Tbk.

Komponen 2019 2018 2017 2016 2015


Total Aktiva Rp 83.496.884.738 Rp 76.059.903.033 Rp 69.918.315.180 Rp 48.331.038.680 Rp 40.140.801.360
Aktiva Lancar Rp 23.557.774.482 Rp 26.458.452.315 Rp 26.757.977.400 Rp 15.239.917.360 Rp 14.413.885.085
Hutang Lancar Rp 9.808.281.481 Rp 15.957.757.899 Rp 17.526.248.268 Rp 11.562.484.160 Rp 7.264.653.925
Total Hutang Rp 64.643.709.092 Rp 55.970.976.492 Rp 50.914.914.924 Rp 36.366.159.756 Rp 30.462.312.130
Total Ekuitas Rp 18.853.175.646 Rp 20.088.926.541 Rp 19.003.400.256 Rp 11.964.865.488 Rp 9.678.475.435
Total Hutang dan Ekuitas Rp 83.496.884.738 Rp 76.059.903.033 Rp 69.918.315.180 Rp 48.331.038.680 Rp 40.140.801.360
Biaya Bunga Rp 3.493.793.934 Rp 2.736.764.190 Rp 1.906.095.216 Rp 1.430.598.100 Rp 1.065.387.850
EBIT Rp 2.490.308.546 Rp 2.927.898.909 Rp 4.003.190.136 Rp 3.497.363.928 Rp (1.695.750.375)
Tax Rp 2.771.484.073 Rp 2.845.226.880 Rp 1.894.457.484 Rp 843.525.516 Rp 431.190.315
EAT Rp (188.122.233) Rp (410.854.932) Rp 1.785.734.784 Rp 2.653.824.976 Rp (2.126.940.690)
EPS 0,0019 0,0009 0,008 0,05649 -0,05658
Harga Saham Rp 1.010 Rp 685 Rp 890 Rp 297 Rp 179
Jumlah Saham Beredar 17.833.708.617 17.833.708.617 17.833.708.617 17.833.708.617 17.833.708.617

97
Laporan Keuangan PT. Bukit Asam Tbk.

Komponen 2019 2018 2017 2016 2015


Total Aktiva Rp 26.098.052.000 Rp 24.172.933.000 Rp 21.987.482.000 Rp 18.576.774.000 Rp 16.894.043.000
Aktiva Lancar Rp 11.679.884.000 Rp 11.739.344.000 Rp 8.349.927.000 Rp 8.349.927.000 Rp 7.598.476.000
Hutang Lancar Rp 4.691.251.000 Rp 4.935.696.000 Rp 4.513.226.000 Rp 5.042.747.000 Rp 4.922.733.000
Total Hutang Rp 7.675.226.000 Rp 7.903.237.000 Rp 8.187.497.000 Rp 8.024.369.000 Rp 7.606.496.000
Total Ekuitas Rp 18.422.826.000 Rp 16.269.696.000 Rp 13.799.985.000 Rp 10.552.405.000 Rp 9.287.547.000
Total Hutang dan Ekuitas Rp 26.098.052.000 Rp 24.172.933.000 Rp 21.987.482.000 Rp 18.576.774.000 Rp 16.894.043.000
Biaya Bunga Rp 74.522.000 Rp 77.822.000 Rp 83.804.000 Rp 150.066.000 Rp 152.913.000
EBIT Rp 5.455.162.000 Rp 6.799.056.000 Rp 6.101.629.000 Rp 2.733.799.000 Rp 2.663.796.000
Tax Rp 1.414.768.000 Rp 1.677.944.000 Rp 1.554.397.000 Rp 709.394.000 Rp 626.685.000
EAT Rp 4.040.394.000 Rp 5.121.112.000 Rp 4.547.232.000 Rp 2.024.405.000 Rp 2.037.111.000
EPS 371 477 425 952 941
Harga Saham Rp 4.310 Rp 4.300 Rp 2.460 Rp 2.500 Rp 905
Jumlah Saham Beredar 11.520.659.250 11.520.659.250 11.520.659.250 11.520.659.250 11.520.659.250

Lampiran 2

Perhitungan Economic Value Added (EVA)

2019 2018 2017 2016 2015


ADRO Rp 6.481.761.154 Rp 7.335.710.523 Rp 7.576.779.623 Rp 4.834.902.720 Rp 2.397.144.116
ANTM Rp 538.670.491 Rp 965.909.963 Rp 365.223.709 Rp 399.704.818 Rp 4.572.210.666
INCO Rp 820.476.809 Rp 908.268.779 Rp 246.626.308 Rp 105.714.334 Rp 740.898.936
INDY Rp 1.474.524.765 Rp 2.324.553.777 Rp 4.589.667.054 Rp 1.653.779.875 Rp 1.392.765.471
ITMG Rp 1.767.840.253 Rp 3.668.349.266 Rp 3.428.563.241 Rp 1.761.694.738 Rp 884.737.457
MEDC Rp 3.653.778.615 Rp 2.264.825.969 Rp 2.939.326.798 Rp 3.256.840.729 Rp (2.153.497.626)
PTBA Rp 2.768.884.290 Rp 3.715.994.284 Rp 2.686.634.636 Rp (834.044.346) Rp (4.735.896.954)

Perhitungan Market Value Added (MVA)

2019 2018 2017 2016 2015


ADRO Rp 44.405.114.006.105 Rp 59.431.582.037.148 Rp 38.807.510.467.404 Rp 54.165.338.479.448 Rp 16.426.515.201.815
ANTM Rp 46.361.242.500.075 Rp 110.281.470.857.027 Rp 15.000.737.549.608 Rp 21.489.125.633.302 Rp 7.527.343.404.688
INCO Rp 38.225.913.040.008 Rp 35.940.045.605.464 Rp 28.688.044.770.551 Rp 27.992.206.619.391 Rp 16.216.235.669.232
INDY Rp 11.083.210.349.264 Rp 8.242.527.041.024 Rp 15.927.728.854.992 Rp 3.662.910.624.824 Rp 561.592.593.984
ITMG Rp 25.749.995.052.035 Rp 22.866.937.822.377 Rp 23.376.466.632.828 Rp 19.055.292.145.520 Rp 6.457.250.326.752
MEDC Rp 17.938.357.099.913 Rp 12.155.988.257.511 Rp 15.819.608.602.218 Rp 5.259.842.904.729 Rp 3.159.357.695.008
PTBA Rp 49.635.618.541.500 Rp 49.522.565.079.000 Rp 28.327.021.770.000 Rp 28.791.095.720.000 Rp 10.416.909.074.250

98
Perhitungan Likuiditas

2019 2018 2017 2016 2015


ADRO 171,18% 196,01% 255,94% 247,10% 240,39%
ANTM 144,81% 154,19% 162,13% 244,24% 259,32%
INCO 430,83% 359,87% 461,76% 453,97% 400,61%
INDY 201,21% 217,75% 205,28% 213,25% 163,63%
ITMG 202,54% 19,66% 243,35% 225,68% 180,18%
MEDC 240,18% 165,80% 152,67% 131,80% 198,41%
PTBA 248,97% 237,85% 185,01% 165,58% 154,35%

Lampiran 3

99
100

Anda mungkin juga menyukai