BLANG DALAM
MASYARAKAT ACEH
DOSEN : Dr. Usman Ibrahim, M.Pd
DI SUSUN OLEH:
NAMA : NUR AFRIDA PUTRI (190201067)
MK : ADAT BUDAYA ACEH
PRODI : EKONOMI MANAJEMEN UNIT 02
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Adat
Budaya Aceh dengan judul “Fungsi Keujreuen Blang Dalam Masyarakat Aceh”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Adat
Budaya Aceh. Untuk itu saya selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah Adat
Budaya Aceh yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan
tepat pada waktunya.
Selaku penyusun saya sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saya mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat menyusunnya
kembali lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi saya selaku
penyusun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Judul................................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1. Pengertian Keujreun Blang ....................................................................... 3
2.2. Tradisi Keujreun Blang.............................................................................. 3
2.3. Keujreun Blang Dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air Irigasi........................................................................................... 5
2.4. Peran Dan Tugas P3A Keujreun Blang..................................................... 5
2.5. Peran Kelembagaan Keujreun Blang Dalam Resiliensi Komunitas
Petani Padi Sawah Menghadapi Serangan Hama di Kabupaten Aceh............. 6
2.6. Peran Dan Fungsi Lembaga Adat Keujreun Blang.................................... 7
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
Maksud pembuatan makalah ini adalah rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah “Adat
Budaya Aceh”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar penyusun dan para pembaca dapat
menambah pengetahuan tentang bagaimana perkumpulan petani pemakai air (keujreun blang)
untuk mendayagunakan potensi air irigasi drainase yang tersedia dalam petak tersier bagi kepentingan
para anggota dan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani, dapat melaksanakan pemeliharaan
jaringan irigasi / drainase tersier agar jaringan tersebut dapat tetap terjaga fungsinya secara
berkelanjutan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Musim tanam pun disesuaikan dengan iklim. Ini seperti tercermin dalam sebuah ungkapan,
musim tanam itu dalam bahasa Aceh dikenal sebagai keuneunong atau keunong, yakni
penanggalan yang diseuaikan dengan iklim. Aturan bertani dalam keunong digambarkan,
keunong siblah tabu jarueng. Keunong sikureung rata-rata, keunong tujoh jeut chit mantong,
keunong limong ulat seuba.
Maksudnya, pada keunong siblah (sebelas) tabur benih padi harus jarang-jarang. Keunong
sikureung (sembilan) tabur rata. Keunong tujoh (tujuh) juga masih bisa tabur, keunong limong
(lima) ulat mulai muncul pada tanaman muda. Keunong limong ini biasanya sudah mulai turun
hujan.
Jadwal-jadwal tersebut diatur sepenuhnya oleh keujruen blang. Selain itu keujruen blang juga
bertugas mengatur irigasi. Pengaturan irigasi ini mencakup pembersihan tali air (lueng) secara
bersama yang dikoordinir keujrueng blang. Seorang keujruen blang juga memegang tugas
peutupat atueng, yakni menyelasikan sengketa di sawah, semisal memperlurus pematang.
Permulaan turun ke sawah dimulai dengan kenduri turun ke sawah (khanduri blang). Sebelum
kenduri dilaksanakan, keujruen blang akan memberitahukan kepada setiap petani untuk
melakukan kenduri di tempat-tempat tertentu, seraya mengutip biaya untuk acara kenduri
tersebut.
Biasanya uang yang terkumpul dipakai untuk membeli lembu atau kambing, yang akan
disembelih pada acara kenduri. Sementara nasi dibawa sendiri oleh petani. Nasi yang dibawa
biasanya bu kulah atau nasi bungkus, yang akan dimakan setelah acara verdoa bersama untuk
kemakmuran, mengharapkan hasil pertanian yang baik dilaksanakan.
Setelah kenduri dan berdoa usai, keujruen blang akan menaikkan pupanji (bendera atau umbul-
umbul) sebagai tanda bahwa turun ke sawah dimulai. Untuk permulaan turun ke sawah dipasang
pupanji warna hijau.
Setelah sawah selesai digarap pupanji berwarna hijau tadi diganti dengan warna merah.
Pupanji warna merah itu bermakna top blang, yakni tanda atau aba-aba dari keujruen blang
bahwa semua sawah harus sudah ditanami. Hal itu dilakukan agar masa panen padi di sawah
serentak.
Sementara untuk menjaga suplai air yang lancar ke setiap sawah, keujruen blang bersama
petani akan melakukan meusueraya (gotong royong) untuk pembersihan. Gotong royong ini
dilakukan pada masa tak bulee atueng.
Menariknya, keujreun blang tidaklah digaji. Tapi ketika panen dia berhak mendapatkan pajak
dari hasil tani. Pajak suka rela itu disebut bruek umang. Tapi bruek umeng yang terkumpul itu
tidaklah semuanya diambil untuk keujreun blang, tapi dikumpulkan terlebih dahulu di meunasah.
Imam meunasah dan keuchik setempat kemudian akan membaginya. Ada sebagian yang diambil
untuk kas meunasah, yang akan dikelola untuk kemakmuran dan pembangunan meunasah.
Sementara sebagian lagi akan diserahkan kepada keujruen blang sebagai imbalan mengatur
urusan pertanian ditingkat desa.
4
2.3 Keujreun Blang Dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air Irigasi
Keujruen Blang merupakan perangkat adat dalam masyarakat Aceh yang memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk mengatur, mendampingi dan membina petani sawah termasuk
perkumpulan petani pemakai air irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) menganalisis persepsi petani sawah (perkumpulan pemakai air irigasi) terhadap kehadiran
Irigasi teknis
(2) menganalisis persepsi masyarakat tani terhadap keberadaan perkumpulan petani pemakai air
(P3A) sebagai wadah pengelolaan air irigasi di petak tersier,
(3) menganalisis persepsi masyarakat tani terhadap peran Keujruen Blang sebagai pengelola air
pada masa yang lalu (sebelum ada irigasi teknis),
(4) menemukan nilai sosial budaya yang dapat menghambat dan mendorong peran keujruen
blang dalam memberdayakan pengelolaan air irigasi dan petani, dan
(5) menemukan komitmen institusi desa (gampong) dan kemukiman terhadap peran keujruen
blang dalam pemberdayaan petani pemakai air (petani sawah).
Penelitian kualitatif ini dipusatkan pada tiga Kabupaten yang memiliki jaringan irigasi teknis,
yaitu Kabupaten Pidie, Aceh Tenggara, dan Aceh Barat Daya. Untuk menentukan responden
digunakan teknik sampel bertujuan (purposive). Data yang dikumpulkan melalui wawancara
mendalam ini dianalisis secara logis dan komparatif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keberadaan irigasi teknis dan Keujruen Blang, baik dalam tatanan nilai budaya Aceh
maupun dalam tataran kebijakan pemerintah yang diintegrasikan ke dalam P3A dinilai positif
oleh sebagian besar masyarakat tani dalam mengoptimalkan kegiatan pertanian sawah. Peran
keujruen blang dinilai cukup dominan dalam memberdayakan petani, karena ia melakukan tugas-
tugas seperti mengkoordinasikan kegiatan gotong-royong pembersihan saluran (limeuh lueng),
mengkoordinasikan penelusuran saluran sampai dengan sumber air, membagi air sampai ke
petak-petak sawah warga, membantu geuchik mengkoodinasikan kegiatan khanduri, dan
menyelesaikan permasalahan yang muncul antar anggota masayarakat yang berkenaan dengan
sengketa pembagian air dan tanah pertanian di sawah.
5
Tugas-tugas pokok P3A Keujreun Blang
1.Melakukan pemeliharaan jaringan irigasi tersier sehingga jaringan tersebut tetap terjaga
fungsinya dengan baik.
2.Mengelola air di jaringan tersier secara merata antar sesama anggota tani
3.Membimbing anggota
4.Menentukan dan mengatur iuran dari anggota
◦Baik Uang
◦Hasil panen Tenaga
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lam Ue, Lamsinyeu dan Ajee Rayeuk Kecamatan
Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Lokasi penelitian adalah hamparan sawah yang memiliki
kelompok organisasi keujreun blang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive
dengan pertimbangan karena kecamatan tersebut merupakan salah satu lokasi yang mengalami
serangan hama tertinggi di Aceh Besar. Penelitian lapangan dilaksanakan pada Februari hingga
Mei 2017. Sumber data yang digunakan terdiri dari dua jenis, data primer dan sekunder. Data
primer dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung data kualitatif. Pendekatan
kuantitatif dengan metode survey (kuesioner) dibantu data kualitatif yang diperoleh dari
observasi, dan wawancara mendalam informan (Pengurus keujreun blang, keujreun blang chik,
kepala desa, Lembaga Adat Mukim, Lembaga Majelis Adat Aceh, Badan Penyuluh Pertanian,
dan dinas Pekerjaan Umum). Data sekunder didapat dari dinas terkait atau data yang sudah
6
dipublikasikan (analisis dokumen). Populasi responden diambil dengan menggunakan purposive
sampling pada komunitas petani yang ada dalam hamparan yang sama yakni 80 responden dan
20 informan kunci. Data kuantitatif dianalisis dengan tabulasi silang, berupa tabel, diagram dan
dianalisis secara deskriptif. Alat yang digunakan untuk pengolahan data yaitu software Microsoft
Excel 2013. Data kualitatif diolah dengan tahapan mereduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keujreun blang tergolong efektif dalam
pengaturan jadwal turun sawah, dan dalam menyelesaikan sengketa di tingkat petani, sedangkan
dalam sistem pengairan, dan melestarikan adat sawah cenderung berkurang. Sementara perannya
dalam melaksanakan khanduri blang v masih tinggi yang dibantu kepala desa (Geuchik). Peran
keujreun blang dalam mengorganisir komunitas petani dalam mengendalikan serangan hama
cenderung berkurang, kecuali dalam melakukan geproyokan hama tikus dan melakukan tanam
serentak. Resiliensi komunitas petani dalam menghadapi serangan hama pada padi sawah lebih
pada tindakan rumah tangga daripada komunitas. Pada subsistem ekologi, tindakan komunitas
petani hanya pada penanaman serentak, mengendalikan tikus dan hama burung. Pada subsistem
ekonomi, tindakan adaptasi pada rumah tangga terlihat dari usaha rumah tangga mencari
pekerjaan lain di luar usahatani padi, usaha peternakan sapi dan pemanfaatan lahan perkebunan
dengan komoditas mangga, rambutan dan langsat. Sedangkan tindakan dalam bentuk komunitas
hanya pada pengadaan sarana produksi pertanian dan penangkaran benih padi unggul kelompok.
7
Menurut Pasal 4 angka (2) Peraturan Gubernur Aceh No.45 Tahun 2015 tentang Peran
Keujreun blang Dalam Pengelolaan Irigasi, Keujreun blang chik bertugas mengkoodinasikan
Pengelolaan Air, pemeliharaan jaringan irigasi dan menegakkan adat blang dikawasan
persawahan dalam wilayah mukim. Menurut Pasal 4 angka (3) Peraturan Gubernur Aceh No.45
Tahun 2015 tentang Peran Keujreun blang Dalam Pengelolaan Irigasi, Keujreun blang chik
mempunyai fungsi:
a. Koordinasi pembagian air antar wilayah keujreun blang;
b. Pelaksanaan musyawarah Keujreun blang pada tingkat mukim;
c. Pengawasan pelaksanaan adat blang;
d. Pengawasan penyelenggaraan tugas Keujreun blang;
e. Penegakan adat blang;
f. Fasilitasi hubungan petani sawah dengan instansi terkait;
g. Sosialisai adat blang kepada masyarakat; dan
h. Penyelesaian sengketa pemamfaatan air antar petani sawah
Menurut Pasal 5 angka (2) Peraturan Gubernur Aceh No. 45 Tahun 2015 tentang Peran Keujreun
blang Dalam Pengelolaan Irigasi, Keujreun blang muda mempunyai fungsi:
a. Pengaturan pembagian air untuk petani;
b. Pengawasan ketersediaan air untuk petani;
c. Pengawasan saluran dan penggunaan air oleh petani;
d. Penyelesaian sengketa pemamfaatan air antar petani;
e. Pengawasan pelaksanaan adat blang dalam penggunaan air; dan
f. Pelaksanaan dan penegakan adat blang.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keujruen Blang adalah seorang spesialis di bidang penataan pertanian yang mempunyai posisi sebagai
bagian dari tim asistensi kepala gampong (keuchik) dalam memakmurkan petani. Pengangkatan
dilakukan melalui jalan musyawarah oleh masyarakat. Figur Keujruen Blang didasarkan pada kriteria
petani yang berkepribadian tekun dan disiplin, berpengalaman dalam bidang kemasyarakatan, menguasai
hukum adat pertanian (meugo), dan memahami keadaan yang dipengaruhi oleh hidrologis wilayah
(keuneunong).
Keujreuen blang, memegang peranan penting dalam bidang pertanian di Aceh.. Di desa-desa,
perangkat ini masih berfungsi untuk mengatur jadwal tanam dan tata cara bertani yang serentak.
Dalam bidang meugoe (petanian-red) sejak zaman dahulu masyarakat Aceh punya aturan
tersendiri. Untuk mengatur jadwal tanam, ditunjuk seorang keujruen blang sebagai orang yang
mengurus bidang pertanian sampai ke tingkat desa. Bagi masyarakat Aceh, pertanian merupakan
puncak dari segala usaha. Hal ini tercermin dalam sebuah ungkapan peng ulee buet ibadat, pang
ulee hareukat meugoe. Terjemahan kasarnya, puncak dari semua perbuatan adalah ibadat, puncak
dari segala usaha adalah bertani. Mungkin karena itu pula, sejak dulu masyarakat Aceh mengatur
tata cara bertani dengan baik, sesuai dengan musim dan masa tanam
B. SARAN
Kedudukan dan fungsi Keujreun blang dalam pengelolaan pertanian dikecamatan Darussalam
hanya berdasarkan kebiasaan atau pengalaman keujruen blang terdahulu, kurang sesuai dengan
aturan Qanun Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Lembaga Adat dan Pergub No.45 Tahun 2015
tentang Pengelolaan Air Irigasi. Disarankan kepada Keujreun blang agar lebih meningkatkan lagi
kinerjanya dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sesuai dengan Qanun No.10 Tahun 2008
tentang Lembaga Adat dan Pergub No.45 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Saluran Irigasi. Hal
ini supaya para petani patuh dan taat kepada Keujreun blang.
9
DAFTAR PUSTAKA
Nur Afrida Putri. 2020. Fungsi Keujreuen Blang Dalam Masyarakat Aceh. Makalah. Universitas
Samudra Langsa.
10
SOAL DARI : FEVI SRI ANDIRA (190201062)
TENTANG : ACEH SEBAGAI WILAYAH SERAMBI MEKKAH
SOAL :
1. Bagaimana perkembangan Islam di Aceh?
2. Mengapa Aceh disebut Serambi Mekkah?
JAWAB :
1. Hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki
Islam ialah daerah Aceh. Islam pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7M dan
langsung dari Arab.
Daerah yang pertama kali di datangi oleh Islam adalah pesisir sumatera, adapun kerajaan Islam
pertama adalah di Pasai. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia
ikut aktif mengambil peran dan proses penyiaran Islam dilakukan secara damai.
Keterangan Islam di Aceh, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi
dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.
Masuknya Islam ke Aceh ada yang menyatakan dari India, dari Persia, atau dari Arab. Dan jalur
yang digunakan adalah : Perdagangan, Dakwah, Perkawinan, Pendidikan, dan Kesenian.
11