Anda di halaman 1dari 14

FUNGSI KEUJREUEN

BLANG DALAM
MASYARAKAT ACEH
DOSEN : Dr. Usman Ibrahim, M.Pd

DI SUSUN OLEH:
NAMA : NUR AFRIDA PUTRI (190201067)
MK : ADAT BUDAYA ACEH
PRODI : EKONOMI MANAJEMEN UNIT 02

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020

i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Adat
Budaya Aceh dengan judul “Fungsi Keujreuen Blang Dalam Masyarakat Aceh”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Adat
Budaya Aceh. Untuk itu saya selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah Adat
Budaya Aceh yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan
tepat pada waktunya.
Selaku penyusun saya sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saya mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat menyusunnya
kembali lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi saya selaku
penyusun.

Kualasimpang, 25 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Judul................................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii  
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1  
1.1  Latar Belakang........................................................................................... 1    
1.2  Tujuan Penulisan....................................................................................... 2  
1.3  Manfaat Penulisan..................................................................................... 2    
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3  
2.1. Pengertian Keujreun Blang ....................................................................... 3
2.2. Tradisi Keujreun Blang.............................................................................. 3
2.3. Keujreun Blang Dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air Irigasi........................................................................................... 5
2.4. Peran Dan Tugas P3A Keujreun Blang..................................................... 5
2.5. Peran Kelembagaan Keujreun Blang Dalam Resiliensi Komunitas
Petani Padi Sawah Menghadapi Serangan Hama di Kabupaten Aceh............. 6
2.6. Peran Dan Fungsi Lembaga Adat Keujreun Blang.................................... 7  
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keujreun blang merupakan lembaga yang mengatur kegiatan di bidang usaha persawahan yang
mempunyai tugas menentukan dan mengkoordinasikan tata cara turun kesawah, mengatur
pembagian air kesawah petani, membantu pemerintah dalam bidang pertanian,
mengkoordinasikan khanduri blang dan upacara lain yang berkaitan dengan adat dalam usaha
pertanian sawah, memberi teguran atau sanksi kepada petani yang melanggar aturan-aturan adat
meugo atau tidak melaksanakan kewajiban lain dalam sistem pelaksanaan pertanian sawah secara
adat serta menyelesaikan sengketa antar petani yang berkaitan dengan pelaksanaan usaha
pertanian. Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu daerah yang
telah memunculkan suatu pemikiran untuk menguatkan kembali peranan dan keberadaaan
keujreun blang sebagai salah satu lembaga yang ada di Aceh sejak tahun 1817. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas fungsi lembaga adat keujreun blang dalam
pengelolaan air irigasi. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh
Besar. Objek dari penelitian ini adalah petani padi sawah yang berada di daerah layanan irigasi
yang dikelola keujreun blang di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar. Pengambilan
sampel menggunakan teknik Simple Random sampling. Metode analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan fungsi lembaga adat keujreun blang dalam pengelolaan air irigasi dilihat dari tingkat
pelaksanaan pengawasan adat blang, pengawasan ketersediaan air, pengawasan saluran dan
penggunaan air, penegakan adat blang, penyelesaian sengketa, dan pemberian teguran dan sanksi
dinilai efektif yaitu sebesar 94,7 persen.

1
1.2  Tujuan Penulisan
Maksud pembuatan makalah ini adalah rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah “Adat
Budaya Aceh”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar penyusun dan para pembaca dapat
menambah pengetahuan tentang bagaimana perkumpulan petani pemakai air (keujreun blang)
untuk mendayagunakan potensi air irigasi drainase yang tersedia dalam petak tersier bagi kepentingan
para anggota dan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani, dapat melaksanakan pemeliharaan
jaringan irigasi / drainase tersier agar jaringan tersebut dapat tetap terjaga fungsinya secara
berkelanjutan. 

1.3 Manfaat Penulisan


Agar kita tahu suatu warisan budaya Aceh yang luar biasa penting dan strategis perannya dalam
pemanfaatan dan konservasi sumber daya pertanian dan kehutanan. Lembaga/institusi adat
tersebut adalah Keujreun Blang. Tidak cukup menjadi sebuah legenda pada masa kejayaan
kesultanan Aceh, namun diharapkan menjadi aset berharga yang berkelanjutan sampai akhir
hayat bangsa ini

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keujreun Blang


Keujruen Blang adalah seorang spesialis di bidang penataan pertanian yang mempunyai posisi sebagai
bagian dari tim asistensi kepala gampong (keuchik) dalam memakmurkan petani. Pengangkatan
dilakukan melalui jalam musyawarah oleh masyarakat. Figur Keujruen Blang didasarkan pada kriteria
petani yang berkepribadian tekun dan disiplin, berpengalaman dalam bidang kemasyarakatan, menguasai
hukum adat pertanian (meugo), dan memahami keadaan yang dipengaruhi oleh hidrologis wilayah
(keuneunong).
Adat meugo ini merupakan hasil kesepakatan bersama yang ditetapkan dalam khanduri blang
dimana sebagian isinya adalah warisan budaya. Contoh adat meugo yang merupakan warisan
budaya adalah pantangan memasang bubu (bube) di sawah, menjemur dan menumbuk padi
selama 7 hari terhitung sejak pelaksanaan khanduri blang. Adat meugo juga meliputi tentang
waktu turun ke sawah, mekanisme pembagian air, dan perawatan jaringan air. Apabila terjadi
pelanggaran maka Keujruen Blang akan turun memberikan sanksi yang sepatutnya kepada
warganya. Sanksinya sangat sederhana misalnya denda Rp 10.000 untuk setiap pengambilan air
secara tidak sah, atau perbaikan jaringan air yang seperti keadaan sebelum rusak. Namun
demikian kekuatan sanksi sosial ini sangat besar untuk tertegaknya hukum adat meugo tersebut.
Uniknya apabila terjadi sengketa antarpetani, Keujruen Blang akan memberikan sanksi yang
bervariasi, mulai dari menyediakan kue apam sebanyak 1.000 buah sampai penyembelihan
seekor kambing untuk dimakan bersama dalam acara kesepakatan damai.

2.2 Tradisi Keujreun Blang


Keujreuen blang, memegang peranan penting dalam bidang pertanian di Aceh. Di desa-
desa,perangkat ini masih berfungsi untuk mengatur jadwal tanam dan tata cara bertani yang
serentak. Bagi masyarakat Aceh, pertanian merupakan punca dari segala usaha. Hal ini tercermin
dalam sebuah ungkapan peng ulee buet ibadat, pang ulee hareukat meugoe.
Mungkin karena itu pula, sejak dulu masyarakat Aceh mengatur tata cara bertani dengan baik,
sesuai dengan musim dan masa tanam. Dalam urusan ini, keujruen blang memegang peranan
penting.

3
Musim tanam pun disesuaikan dengan iklim. Ini seperti tercermin dalam sebuah ungkapan,
musim tanam itu dalam bahasa Aceh dikenal sebagai keuneunong atau keunong, yakni
penanggalan yang diseuaikan dengan iklim. Aturan bertani dalam keunong digambarkan,
keunong siblah tabu jarueng. Keunong sikureung rata-rata, keunong tujoh jeut chit mantong,
keunong limong ulat seuba.
Maksudnya, pada keunong siblah (sebelas) tabur benih padi harus jarang-jarang. Keunong
sikureung (sembilan) tabur rata. Keunong tujoh (tujuh) juga masih bisa tabur, keunong limong
(lima) ulat mulai muncul pada tanaman muda. Keunong limong ini biasanya sudah mulai turun
hujan.
Jadwal-jadwal tersebut diatur sepenuhnya oleh keujruen blang. Selain itu keujruen blang juga
bertugas mengatur irigasi. Pengaturan irigasi ini mencakup pembersihan tali air (lueng) secara
bersama yang dikoordinir keujrueng blang. Seorang keujruen blang juga memegang tugas
peutupat atueng, yakni menyelasikan sengketa di sawah, semisal memperlurus pematang.
Permulaan turun ke sawah dimulai dengan kenduri turun ke sawah (khanduri blang). Sebelum
kenduri dilaksanakan, keujruen blang akan memberitahukan kepada setiap petani untuk
melakukan kenduri di tempat-tempat tertentu, seraya mengutip biaya untuk acara kenduri
tersebut.
Biasanya uang yang terkumpul dipakai untuk membeli lembu atau kambing, yang akan
disembelih pada acara kenduri. Sementara nasi dibawa sendiri oleh petani. Nasi yang dibawa
biasanya bu kulah atau nasi bungkus, yang akan dimakan setelah acara verdoa bersama untuk
kemakmuran, mengharapkan hasil pertanian yang baik dilaksanakan.
Setelah kenduri dan berdoa usai, keujruen blang akan menaikkan pupanji (bendera atau umbul-
umbul) sebagai tanda bahwa turun ke sawah dimulai. Untuk permulaan turun ke sawah dipasang
pupanji warna hijau.
Setelah sawah selesai digarap pupanji berwarna hijau tadi diganti dengan warna merah.
Pupanji warna merah itu bermakna top blang, yakni tanda atau aba-aba dari keujruen blang
bahwa semua sawah harus sudah ditanami. Hal itu dilakukan agar masa panen padi di sawah
serentak.
Sementara untuk menjaga suplai air yang lancar ke setiap sawah, keujruen blang bersama
petani akan melakukan meusueraya (gotong royong) untuk pembersihan. Gotong royong ini
dilakukan pada masa tak bulee atueng.
Menariknya, keujreun blang tidaklah digaji. Tapi ketika panen dia berhak mendapatkan pajak
dari hasil tani. Pajak suka rela itu disebut bruek umang. Tapi bruek umeng yang terkumpul itu
tidaklah semuanya diambil untuk keujreun blang, tapi dikumpulkan terlebih dahulu di meunasah.
Imam meunasah dan keuchik setempat kemudian akan membaginya. Ada sebagian yang diambil
untuk kas meunasah, yang akan dikelola untuk kemakmuran dan pembangunan meunasah.
Sementara sebagian lagi akan diserahkan kepada keujruen blang sebagai imbalan mengatur
urusan pertanian ditingkat desa.

4
2.3 Keujreun Blang Dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air Irigasi

Keujruen Blang merupakan perangkat adat dalam masyarakat Aceh yang memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk mengatur, mendampingi dan membina petani sawah termasuk
perkumpulan petani pemakai air irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) menganalisis  persepsi petani sawah (perkumpulan pemakai air  irigasi)  terhadap kehadiran
Irigasi teknis

(2)  menganalisis persepsi masyarakat tani terhadap keberadaan  perkumpulan petani pemakai air
(P3A) sebagai wadah pengelolaan air irigasi di petak tersier,

(3) menganalisis persepsi masyarakat tani terhadap peran  Keujruen Blang sebagai pengelola air
pada masa yang lalu (sebelum ada irigasi teknis),

(4) menemukan  nilai sosial budaya yang dapat menghambat dan mendorong  peran keujruen
blang dalam memberdayakan pengelolaan air irigasi dan petani, dan

(5) menemukan komitmen institusi desa (gampong) dan kemukiman terhadap peran keujruen
blang dalam pemberdayaan petani pemakai air (petani sawah).

Penelitian kualitatif ini dipusatkan pada tiga Kabupaten yang memiliki jaringan irigasi teknis,
yaitu Kabupaten Pidie, Aceh Tenggara, dan Aceh Barat Daya. Untuk menentukan responden
digunakan teknik sampel bertujuan (purposive). Data yang dikumpulkan melalui wawancara
mendalam ini dianalisis secara logis dan komparatif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keberadaan irigasi teknis dan  Keujruen Blang, baik dalam tatanan nilai budaya Aceh
maupun dalam tataran kebijakan pemerintah yang diintegrasikan ke dalam P3A dinilai positif
oleh sebagian besar masyarakat tani dalam mengoptimalkan kegiatan pertanian sawah. Peran
keujruen blang dinilai cukup dominan dalam memberdayakan petani, karena ia melakukan tugas-
tugas seperti  mengkoordinasikan kegiatan gotong-royong pembersihan saluran (limeuh lueng), 
mengkoordinasikan  penelusuran saluran sampai dengan sumber air,  membagi air sampai ke
petak-petak sawah warga, membantu geuchik mengkoodinasikan kegiatan khanduri, dan
menyelesaikan permasalahan yang muncul antar anggota masayarakat yang berkenaan dengan 
sengketa pembagian air dan tanah pertanian di sawah.

2.4 Peran Dan Tugas P3A Keujreun Blang


Peran serta Keujreun Blang /P3A 
Adalah untuk membantu kelancaran Operasi danPemeliharaan dalam sistem jaringan irigasi,
adapun pokok-pokok kegiatan P3A Keujreun Blang dalam membantu kelancaran sistem
irigasi adalah:
1.P3A Keujreun Blang bersama Petugas pengelola irigasi melakukan penelusuran untuk
mendata dan mengidentifikasi kerusakan-kerusakan, usulan rencana perbaikan.
2.P3A Keujreun Blang berperan aktif dalam pengamanan jaringan irigasi.
3.P3A Keujreun Blang Berperan aktif dalam pelaksanaan jaringan tersier baik tenaga, bahan
dan biaya.

5
Tugas-tugas pokok P3A Keujreun Blang
1.Melakukan pemeliharaan jaringan irigasi tersier sehingga jaringan tersebut tetap terjaga
fungsinya dengan baik.
2.Mengelola air di jaringan tersier secara merata antar sesama anggota tani
3.Membimbing anggota
4.Menentukan dan mengatur iuran dari anggota
◦Baik Uang
◦Hasil panen Tenaga

2.5 Peran Kelembagaan Keujreun Blang Dalam Resiliensi Komunitas Petani


Padi Sawah Menghadapi Serangan Hama di Kabupaten Aceh
Kelembagaan Keujruen Blang merupakan perangkat adat dalam masyarakat Aceh yang
memiliki tugas dan tanggung jawab dalam sistem pengairan, mengkoordinasikan pengaturan air
jadwal turun sawah, melakukan pelestarian ritual adat sawah dan sebagai wadah dalam
menyelesaikan sengketa antar petani di sawah. Beberapa peran yang dilakukan kelembagaan
keujreun blang dalam sektor pertanian adalah hal penting yang perlu dikembangkan terutama
saat menggerakkan komunitas petani dalam menghadapi bencana seperti serangan hama.
Serangan hama memiliki potensi memberikan kerentanan bagi komunitas petani. Komunitas
petani harus memiliki kapasitas adaptasi agar resilien terhadap guncangan hama. Resiliensi
komunitas petani terhadap bencana hama perlu kelembagaan guna bertindak secara kolektif.
Dengan adanya kelembagaan lokal pedesaan, resiliensi komunitas petani untuk menghadapi
goncangan relatif lebih kuat. Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) menganalisis eksistensi kelembagaan Keujreun Blang dalam komunitas petani padi sawah,
(2) menganalisis peran kelembagaan Keujreun Blang dalam mengorganisir komunitas petani
agar resilien terhadap serangan hama dan
(3) menganalisis resiliensi komunitas petani dalam menghadapi serangan hama pada pertanian
padi sawah.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lam Ue, Lamsinyeu dan Ajee Rayeuk Kecamatan
Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Lokasi penelitian adalah hamparan sawah yang memiliki
kelompok organisasi keujreun blang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive
dengan pertimbangan karena kecamatan tersebut merupakan salah satu lokasi yang mengalami
serangan hama tertinggi di Aceh Besar. Penelitian lapangan dilaksanakan pada Februari hingga
Mei 2017. Sumber data yang digunakan terdiri dari dua jenis, data primer dan sekunder. Data
primer dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung data kualitatif. Pendekatan
kuantitatif dengan metode survey (kuesioner) dibantu data kualitatif yang diperoleh dari
observasi, dan wawancara mendalam informan (Pengurus keujreun blang, keujreun blang chik,
kepala desa, Lembaga Adat Mukim, Lembaga Majelis Adat Aceh, Badan Penyuluh Pertanian,
dan dinas Pekerjaan Umum). Data sekunder didapat dari dinas terkait atau data yang sudah

6
dipublikasikan (analisis dokumen). Populasi responden diambil dengan menggunakan purposive
sampling pada komunitas petani yang ada dalam hamparan yang sama yakni 80 responden dan
20 informan kunci. Data kuantitatif dianalisis dengan tabulasi silang, berupa tabel, diagram dan
dianalisis secara deskriptif. Alat yang digunakan untuk pengolahan data yaitu software Microsoft
Excel 2013. Data kualitatif diolah dengan tahapan mereduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keujreun blang tergolong efektif dalam
pengaturan jadwal turun sawah, dan dalam menyelesaikan sengketa di tingkat petani, sedangkan
dalam sistem pengairan, dan melestarikan adat sawah cenderung berkurang. Sementara perannya
dalam melaksanakan khanduri blang v masih tinggi yang dibantu kepala desa (Geuchik). Peran
keujreun blang dalam mengorganisir komunitas petani dalam mengendalikan serangan hama
cenderung berkurang, kecuali dalam melakukan geproyokan hama tikus dan melakukan tanam
serentak. Resiliensi komunitas petani dalam menghadapi serangan hama pada padi sawah lebih
pada tindakan rumah tangga daripada komunitas. Pada subsistem ekologi, tindakan komunitas
petani hanya pada penanaman serentak, mengendalikan tikus dan hama burung. Pada subsistem
ekonomi, tindakan adaptasi pada rumah tangga terlihat dari usaha rumah tangga mencari
pekerjaan lain di luar usahatani padi, usaha peternakan sapi dan pemanfaatan lahan perkebunan
dengan komoditas mangga, rambutan dan langsat. Sedangkan tindakan dalam bentuk komunitas
hanya pada pengadaan sarana produksi pertanian dan penangkaran benih padi unggul kelompok.

2.6 Peran Dan Fungsi Lembaga Adat Keujreun Blang


Dalam beberapa dasar hokum seperti Peraturan Gubernur Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Peran Keujreun Blang Dalam Pengelolaan Irigasi. Keujreun blang disebut sebagai Lembaga Adat
pengelolaan kawasan persawahan yang menjadi wadah petani dalam suatu daerah pelayanan
irigasi dan tidak beririgasi yang dibentuk oleh masyarakat secara demokratis yang terdiri dari
keujreun chik dan keujreun muda. sebagai salah satu kearifan lokal, meskipun demikan dalam
beberapa dasar hokum tersebut ada beberapa tugas Keujreun blang yang dapat dirangkumkan
sebagai berikut;
1. Mengelola air dan jaringan irigasi dalam petak tersier atau daerah irigasi pedesaan, daerah
reklamasi rawa dan daerah irigasi pompa agar dapat diusahakan untuk dimanfaatkan oleh para
anggotanya secara tepat guna dan berhasil guna dalam memenuhi kebutuhan pertanian dengan
memperhatika unsur pemerataan diantara sesama anggota.
2. Membangun, merehabilitasi dan memelihara jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan,
daerah reklamasi rawa dan daerah irigasi pompa sehingga jaringan tersebut dapat tetap terjaga
kelangsungan fungsinya.
3. Menentukan dan mengatur iuran dari para anggota yang berupa uang, hasil panen atau tenaga
untuk pendayagunaan air irigasi dan pemeliharaan jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan
serta usaha-usaha pengembangan perkumpulan sebagai suatu organisasi.
4. Membimbing dan mengawasi para anggotanya agar memenuhi semua peraturan yang ada
hubungannya dengan memakai air yang dikeluarkan oleh Pemerintah maupun Pemerintah
Daerah dan P3A Keujruen Blang.
5. Menerima asset berupa jaringan irigasi kecil dari Pemerintah maupun dari Pemerintah Daerah
dan pengelolaannya secara bertanggung jawab.

7
Menurut Pasal 4 angka (2) Peraturan Gubernur Aceh No.45 Tahun 2015 tentang Peran
Keujreun blang Dalam Pengelolaan Irigasi, Keujreun blang chik bertugas mengkoodinasikan
Pengelolaan Air, pemeliharaan jaringan irigasi dan menegakkan adat blang dikawasan
persawahan dalam wilayah mukim. Menurut Pasal 4 angka (3) Peraturan Gubernur Aceh No.45
Tahun 2015 tentang Peran Keujreun blang Dalam Pengelolaan Irigasi, Keujreun blang chik
mempunyai fungsi:
a. Koordinasi pembagian air antar wilayah keujreun blang;
b. Pelaksanaan musyawarah Keujreun blang pada tingkat mukim;
c. Pengawasan pelaksanaan adat blang;
d. Pengawasan penyelenggaraan tugas Keujreun blang;
e. Penegakan adat blang;
f. Fasilitasi hubungan petani sawah dengan instansi terkait;
g. Sosialisai adat blang kepada masyarakat; dan
h. Penyelesaian sengketa pemamfaatan air antar petani sawah

Menurut Pasal 5 angka (2) Peraturan Gubernur Aceh No. 45 Tahun 2015 tentang Peran Keujreun
blang Dalam Pengelolaan Irigasi, Keujreun blang muda mempunyai fungsi:
a. Pengaturan pembagian air untuk petani;
b. Pengawasan ketersediaan air untuk petani;
c. Pengawasan saluran dan penggunaan air oleh petani;
d. Penyelesaian sengketa pemamfaatan air antar petani;
e. Pengawasan pelaksanaan adat blang dalam penggunaan air; dan
f. Pelaksanaan dan penegakan adat blang.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keujruen Blang adalah seorang spesialis di bidang penataan pertanian yang mempunyai posisi sebagai
bagian dari tim asistensi kepala gampong (keuchik) dalam memakmurkan petani. Pengangkatan
dilakukan melalui jalan musyawarah oleh masyarakat. Figur Keujruen Blang didasarkan pada kriteria
petani yang berkepribadian tekun dan disiplin, berpengalaman dalam bidang kemasyarakatan, menguasai
hukum adat pertanian (meugo), dan memahami keadaan yang dipengaruhi oleh hidrologis wilayah
(keuneunong).
Keujreuen blang, memegang peranan penting dalam bidang pertanian di Aceh.. Di desa-desa,
perangkat ini masih berfungsi untuk mengatur jadwal tanam dan tata cara bertani yang serentak.
Dalam bidang meugoe (petanian-red) sejak zaman dahulu masyarakat Aceh punya aturan
tersendiri. Untuk mengatur jadwal tanam, ditunjuk seorang keujruen blang sebagai orang yang
mengurus bidang pertanian sampai ke tingkat desa. Bagi masyarakat Aceh, pertanian merupakan
puncak dari segala usaha. Hal ini tercermin dalam sebuah ungkapan peng ulee buet ibadat, pang
ulee hareukat meugoe. Terjemahan kasarnya, puncak dari semua perbuatan adalah ibadat, puncak
dari segala usaha adalah bertani. Mungkin karena itu pula, sejak dulu masyarakat Aceh mengatur
tata cara bertani dengan baik, sesuai dengan musim dan masa tanam

B. SARAN

Kedudukan dan fungsi Keujreun blang dalam pengelolaan pertanian dikecamatan Darussalam
hanya berdasarkan kebiasaan atau pengalaman keujruen blang terdahulu, kurang sesuai dengan
aturan Qanun Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Lembaga Adat dan Pergub No.45 Tahun 2015
tentang Pengelolaan Air Irigasi. Disarankan kepada Keujreun blang agar lebih meningkatkan lagi
kinerjanya dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sesuai dengan Qanun No.10 Tahun 2008
tentang Lembaga Adat dan Pergub No.45 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Saluran Irigasi. Hal
ini supaya para petani patuh dan taat kepada Keujreun blang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nur Afrida Putri. 2020. Fungsi Keujreuen Blang Dalam Masyarakat Aceh. Makalah. Universitas
Samudra Langsa.

10
SOAL DARI : FEVI SRI ANDIRA (190201062)
TENTANG : ACEH SEBAGAI WILAYAH SERAMBI MEKKAH

SOAL :
1. Bagaimana perkembangan Islam di Aceh?
2. Mengapa Aceh disebut Serambi Mekkah?

JAWAB :
1. Hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki
Islam ialah daerah Aceh. Islam pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7M dan
langsung dari Arab.
Daerah yang pertama kali di datangi oleh Islam adalah pesisir sumatera, adapun kerajaan Islam
pertama adalah di Pasai. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia
ikut aktif mengambil peran dan proses penyiaran Islam dilakukan secara damai.
Keterangan Islam di Aceh, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi
dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.
Masuknya Islam ke Aceh ada yang menyatakan dari India, dari Persia, atau dari Arab. Dan jalur
yang digunakan adalah : Perdagangan, Dakwah, Perkawinan, Pendidikan, dan Kesenian.

2. Aceh disebut Serambi Mekkah sebab :


a). Wilayah Aceh merupakan wilayah pertama yang memeluk agama islam dimasa
kerajaan Samudera Pasai
b). Aceh memiliki peran penting dalam persebaran agama Islam ke seluruh wilayah
Indonesia
c). Aceh merupakan pusat dalam pembelajaran Islam di Indonesia dan banyak pelajaran
sebelum ke Mekkah belajar dulu di Aceh
d). Aceh merupakan pusat transit jemaah haji pada masa lalu dengan kapal sebelum menuju
Mekkah.

11

Anda mungkin juga menyukai