Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrogen peroksida adalah agen oksidasi kuat komersil yang digunakan
untuk pelarut dengan konsentrasi zat terlarut yang tinggi. Senyawa ini adalah
senyawa yang memiliki ikatan atom kovalen nonpolar. Hidrogen peroksida terbuat
secara alami. Karena reaktivitas kimianya, hidrogen peroksida juga memiliki sifat
toksik. Pembentukan dan degradasi hidrogen peroksida atmosferik secara
fotokimiadimediasi. Degradasi hidrogen peroksida air dikatalisis oleh bahan
biologis atau oleh logam transisi. Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat
pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas dan tekstil. Senyawa
ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia,
pembuatan deterjen, medis, serta industri elektronika.
Menurut data komoditi impor dari Badan Pusat Statistik Indonesia,
kebutuhan hidrogen peroksida menunjukkan nilai yang terus meningkat dari tahun
ke tahun. Ini dikarenakan Indonesia masih menggunakan kertas yang berasal dari
kayu dan bahan lainnya yang memiliki kandungan serat dan selulosa sehingga
perlu penggunaan hidrogen peroksida sebagai bleacing agent. Data dari Badan
Pusat Statistik tahun 2015 menyatakan, nilai impor Indonesia terhadap hidrogen
peroksida mencapai 20,646.548 ton dan diperkirakan akan terus meningkat.
Hidrogen peroksida ini juga digunakan dalam sintesa pupuk NPK sehingga
dimana Indonesia merupakan negara agraris sehingga perlu adanya sebuah pabrik
hidrogen peroksida yang memiliki kapasitas yang besar sehingga Indonesia tidak
mengimpor hidrogen peroksida dan diharapkan akan mengekspor hidrogen
peroksida.
Konsumsi hidrogen peroksida di dunia diprediksi akan mencapai 6,0 juta
ton per tahun pada tahun 2024 karena banyaknya industri yang menggunakan
senyawa ini untuk disinfektan, sanitasi dan strelisasi sehingga menurut Global
Industri Analysts, Inc, industri hidrogen peroksida ini akan menjanjikan.
Sebenarnya di Indonesia sendiri sudah ada yang memproduksi hidrogen
peroksida, akan tetapi tidak sebanding dengan kebutuhan hidrogen peroksida.
Oleh karena itu, pendirian pabrik hidrogen peroksida di Indonesia sangat penting
guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pendirian pabrik hidrogen peroksida
dapat membuka lapangan kerja baru dan menekan angka impor, sehingga
mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia serta meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara. Selain itu juga untuk memenuhi pasar di luar negeri yang di
harapkan dapat meningkatkan devisa negara.

1.2 Rumusan Masalah


Kebutuhan hidrogen peroksida ini sangat besar bahkan diprediksi oleh
Global Industri Analysts, Inc akan mencapai 6,0 juta ton per tahun pada tahun
2024 karena banyaknya industri yang menggunakan senyawa ini untuk
disinfektan, sanitasi dan strelisasi sehingga perlulah dibangun pabrik hidrogen
peroksida sebagai pemenuh kebutuhan dunia dan khususnya Indonesia sehingga
tidak lagi mengimpor hidrogen peroksida.

1.3 Tujuan Prarancangan Pabrik


Tujuan dari prarancangan pabrik hidrogen peroksida ini adalah :
a. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik kimia.
b. Untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu teknik kimia yang telah dipelajari
selama di bangku perkuliahan.

1.4 Manfaat
Manfaat dari prarancangan ini agar mahasiswa lebih memahami dan
mampu merealisasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam bentuk
prarancangan pabrik hidrogen peroksida dengan kapasitas dan hasil produksi yang
lebih baik. Selain alasan tersebut pendirian pabrik hidrogen peroksida juga
memiliki juga memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Memenuhi dan mengoptimalkan penggunaan hidrogen peroksida.
b. Menambah devisa negara.
c. Adanya proses alih teknologi karena produk yang diperoleh dengan
teknologi modern membuktikan bahwa sarjana-sarjana Indonesia mampu
menyerap teknologi modern sehingga tidak bergantung kepada negara lain.

1.5 Batasan Masalah


Di dalam penyusunan dan penyelesaian tugas prarancangan pabrik
hidrogen peroksidaini, penyusun membatasi hanya pada flowsheet (steady state),
pabrik hidrogen peroksida, dynamic mode, neraca massa, neraca energi,
spesifikasi peralatan, analisa ekonomi, unit utilitas, Autodesk P&ID, Aspen
Hysys, Autodesk Plant 3D dan tugas khusus.

1.6 Kapasitas Pabrik


Kapasitas pabrik merupakan faktor yang sangat penting dalam pendirian
pabrik karena akan mempengaruhi perhitungan teknis dan ekonomis. Semakin
besar kapastitas pabrik kemungkinan keuntungan yang diperoleh akan semakin
besar, tetapi dalam penentuan kapasitas perlu juga dipertimbangkan faktor
lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pabrik yaitu data kebutuhan
hidrogen peroksida di Indonesia yang akan diuraikan berikut ini.

1.6.1 Data Kebutuhan Hidrogen Peroksida di Dunia


Konsumsi hidrogen peroksida di dunia diprediksi akan mencapai 6,0 juta
ton per tahun pada tahun 2024 karena banyaknya industri yang menggunakan
senyawa ini untuk disinfektan, sanitasi dan strelisasi sehingga menurut Global
Industri Analysts, Inc, industri hidrogen peroksida ini akan menjanjikan. Data
Kebutuhan Hidrogen Peroksida di Dunia dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Data Kebutuhan Hidrogen Peroksida di Dunia
Tahun Kebutuhan (Ribu Ton)
2010 392,1
2011 397,0
2012 397,2
2013 400,4
2014 404,1
2015 406,5
2016 410,1
2017 410,9
Sumber : (Global Industri Analisis, Inc, 2018)

1.6.2 Data Kapasitas Produksi Hidrogen Peroksida Dunia


Kapasitas Produksi hidrogen peroksida di dunia ditunjukkan pada Tabel
1.2.
Tabel 1.2 Data Kapasitas Produksi Hidrogen Peroksida Dunia
Pabrik Kapasitas (ton × 103/tahun)
Chemprox, Becancour P.Q. 75
Fort Howard, Muskogee Okla 50
FMC Corp, Spring Hill 38
PT. Peroksida Indonesia Pratama 28
PT. Degussa Peroxide Indonesia 48
Sumber : (Kirk & Othmer, 1960)

1.6.3 Data Kapasitas Produksi Hidrogen Peroksida Di Indonesia


Besarnya kapasitas produksi hidrogen peroksida disesuaikan dengan
jumlah kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan ekspor. Sampai pada saat ini,
terdapat 5 produsen hidrogen peroksida di indonesia yang ditunjukkan Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Kapasitas Produksi Hidrogen Peroksida Di Indonesia


No Nama Mulai Kapasitas Lokasi

1. PT. Peroksida Indonesia 1990 21.000 Cikampek


2. PT. Sindopex Perotama 1992 18.000 Jatim
3. PT. Risyad Brasali 1997 30.000 Bekasi
4 PT. Samator Inti Peroksida 1998 20.000 Gresik
Sumber : (Biro Pusat Statistik, 2019)

1.6.4 Data Kebutuhan Hidrogen Peroksida di Indonesia


Menurut data komoditi impor dari Badan Pusat Statistik Indonesia,
kebutuhan hidrogen peroksida menunjukkan nilai yang terus meningkat dari tahun
ke tahun.Ini dikarenakan Indonesia masih menggunakan kertas yang berasal dari
kayu dan bahan lainnya yang memiliki kandungan serat dan selulosa sehingga
perlu penggunaan hidrogen peroksida sebagai bleacing agent. Data dari Badan
Pusat Statistik tahun 2015 menyatakan, nilai impor Indonesia terhadap hidrogen
peroksida mencapai 20,646.548 ton dan diperkirakan akan terus meningkat.
Hidrogen peroksida ini juga digunakan dalam sintesa pupuk NPK sehingga
dimana Indonesia merupakan negara agraris sehingga perlu adanya sebuah pabrik
hidrogen peroksida yang memiliki kapasitas yang besar sehingga Indonesia tidak
mengimpor hidrogen peroksida dan diharapkan akan mengekspor hidrogen
peroksida. Adapun data Kebutuhan Hidrogen Peroksida di Indonesia tercantum
pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Kebutuhan Hidrogen Peroksida di Indonesia

Sumber: Biro Pusat Statistik, 2019.


Berdasarkan dari data Table 1.4 dibuat persamaan garis lurus untuk
memperkirakan kebutuhan hidrogen peroksida di Indonesia pada tahun 2020.

Persamaan garis lurus yang didapatkan adalah sebagai berikut :

Y = 0,7767 X2 – 1494,4 X dimana X adalah jumlah tahun yang dihitung dari


tahun 2013 sampai tahun yang akan dihitung, sedangkan Y adalah kebutuhan
hidrogen peroksida pada tahun tertentu dalam satuan ton. Dengan menggunakan
persamaan tersebut maka perkiraan kebutuhan hidrogen peroksida pada tahun
2020 sebanyak 150.559 ton/tahun.
Dengan mempertimbangkan kebutuhan pasar dan ketersediaan bahan
baku maka ditetapkan kapasitas pabrik sebesar 30.000 ton/tahun.
1.7 Pemilihan Lokasi Pabrik
Gambar 2.7 Rencana Lokasi Rancangan Pabrik

Pemilihan lokasi pabrik sangat penting dalam perancangan pabrik karena


hal ini berhubungan langsung dengan nilai ekonomis dari pabrik yang akan
dibangun. Pabrik Hydrogene Peroxidemenerapkan metode auto oksidasi katalitik
ethyl antrahidroquinone dengan kapasitas ton/tahun ini direncanakan dibangun di
daerah Bontang, Kalimantan Timur atas dasar pertimbangan :
1. Lokasi dekat dengan sumber bahan baku yaitu dari pabrik Asahi Kasei,
Jepang serta memiliki sumber air baku berupa sungai Bontang.
2. Sarana transportasi yang sangat mudah dimana dekat dengan pelabuhan
umum Kota Bontang yang menjadi titik ekonomi Kalimantan Timur.
3. Tenaga kerja, penyediaan tenaga kerja yang sangat banyak, mengingat di
Kalimantan Timur memiliki beberapa universitas yang juga mempunyai
lulusan dengan berbagai macam disiplin ilmu dan operator yang sangat
banyak.
4. Lokasi ini berada pada zona industri dimana dekat dengan Badak LNG dan
Pupuk Kalimantan Timur serta beberapa faktor-faktor lain diantaranya :
a. Mudah untuk tukar-menukar tenaga ahli, fasilitas, perawatan pabrik
dengan biaya relatif lebih murah.
b. Memenuhi persyaratan yang menyangkut dengan perundang-
undangan dan peraturan pemerintah, perpajakan, asuransi tenaga
kerja dan lain sebagainya.
c. Keadaan lingkungan dan alam sekitarnya cukup memadai.
5. Pembebasan lahan yang mudah dan murah dikarenakan merupakan daerah
khusus ekonomi.

1.8 Jadwal Pendirian Pabrik


Adapun rencana jadwal pendirian pabrik Novolak Resin dapat dilihat pada
Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Jadwal Pendirian Pabrik


Tahun ke-
No Kegiatan
2020 2021 2022 2023
1 Design Konstruksi Bangunan
2 Identifikasi Peralatan
3 Pencarian Investor
4 Legalitas Lokasi Pabrik
5 Pembelian dan Pengadaan Peralatan
6 Masa Konstruksi

7 Perekrutan Karyawan
8 Start Up Peralatan

1.8 Pemilihan Proses


1.8.1 Metode Elektrolisis
Proses elektrolisis yang digunakan untuk membuat hidrogen peroksida
didasarkan pada (1) oksidasi asam sulfur atau sulfat menjadi asam
peroksidisulfurida dengan pembentukan hidrogen dan (2) hidrolisa ganda dari
asam peroksidisulfida menjadi asam Caro kemudian menjadi hidrogen peroksida.
Untuk mencegah hidrolisis air, digunakan elektroda platina yang halus karena
memiliki reaksi oksigen yang menghasilkan volta yang besar (Kirk & Othmer,
1960).
Reaksi :
2 H2SO4 H2S2O8 + H2............................................................(2.6)
H2S2O8 + H2O H2SO5 + H2SO4......................................................(2.7)
H2SO5 + H2O H2SO4 + H2O2.........................................................(2.8)
2 H2O H2O2 + H2...............................................................(2.9)
Proses Huron-Dow adalah pengeliminasian reduksi katodik dari oksigen di
dalam elektrolit alkali yang menghasilkan hidrogen peroksida secara langsung.
Katoda : O2 + H2O + 2e- OH- + HOO-.............................(2.10)
Anoda : 2 OH- ½ O2 + H2O + 2e-.....................(2.11)
Dimana ion hidroksil adalah oksidasi, diberikan oksigen dan air. Reaksinya bersih,
tidak ada kerugian dan membutuhkan 2 F energi listrik (192, 978 C) untuk
memproduksi 1 mol hidrogen peroksida.
Dalam proses ini, larutan amonium sulfat dielektrolisis oleh asam sulfat
bebas, dan amonium peroksodisulfat (Riedel – Loewenstein) yang dihasilkan atau
kalium peroksodisulfat yang diturunkan (Pietzsch – Adolph) dihidrolisis. Setelah
proses ini diperkenalkan, produksi (dihitung sebagai hidrogen peroksida 100%)
meningkatterus dan, pada 1950, mencapai sekitar(30–35) × 103 t / a (Ullman,
1915).
Karena dalam elektrolit diperlukan alkali berlebih dimana
mengakibatkan reaksi dekomposisi spontan, hidrogen peroksida sebagai produk
adalah terbatas dari 30-40 g/L. Agen chelating (ethylenedinitro) tetraacetic acid
(EDTA) yang ditambahkan sebanyak 0,5 g/L untuk melindungi dekomposisi ion
logam. Alur proses metode elektrolisis ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 1.1 Alur Proses Metode Elektrolisis
1.8.2 Metode AutooksidasiAntrahidroquinone
Proses ini adalah pengembangan dari hydroquinone dan hidrobenzena
dimana direaksikan dengan oksigen sehingga terbentuklah hidrogen peroksida
secara kuantitatif. Namun pada tahun 1935 ditemukan bahwa 2-
alkilantrahidroquinone sama dengan untuk penggunaan sebagai pembawa reaksi
hidrogen pada suatu siklus proses. Proses autooksidasi ditunjukkan pada Gambar
2.2 dan Gambar 2.3 .

Gambar 1.2 Autooksidasi Antrahidroquinone, Proses Rield-Pfeiderer

Gambar 1.3 Reaksi Autooksidasi Antrahidroquinone


Sumber : (Ulman, 1915)
Semua cabang memiliki grup alkil pada 2 posisi, dengan demikian
hubungan alkil antraquinone dan alkil antraquinone yang terjadi berarti substitusi
karbon C disini. Larutan yang bekerja adalah produk yang dibawa oleh alkil
antraquinone dipisahkan dari katalis hidrogenasi dan diaerasi dengan gas yang
berisi oksigen, yang biasanya berasal dari kompresi udara untuk memperbaiki
alkil antraquinone bawaan yang memproduksi secara kontinyu hidrogen
peroksida. Hidrogen peroksida kemudian diekstrak dari larutan oksidasi yang
bekerja menggunakan air demin dan larutan ekstrak yang dimurnikan dan
dikonsentrasikan dengan fraksinasi untuk menghasilkan larutan yang
berkonsentrasi tinggi.
Ketika proses dimulai, larutan hanya alkilantraquinone. Alkil antraquinone
ini akan bekerja dengan katalis tertentu seperti logam paladium atau disebut juga
Pd : RAQ. Senyawa kompleks bereaksi dengan hidrogen yang menciptakan yield
terhadap Pd : RAQ. Selama proses banyak kemungkinan reaksi yang terjadi yang
ditunjukkan oleh Gambar 2.4.

Gambar 1.4 Kemungkinan Reaksi yang Terjadi

Yield dari hidrogen peroksida dan antraquinone per siklus proses sangat
tinggi tetapi reaksi lain dibutuhkan untuk meregenerasi larutan dan katalis dari
hidrogenasi serta untuk menghilangkan material organik dari ekstraksi hidrogen
peroksida.
Reaksi terjadi pada tekanan 100-400 kPa/g atau 14,5-58 psi/g dan suhu di
bawah 75℃. Beberapa paten dengan temperatur range 40-50 ℃. Reaksi
eksotermis hidrogenasi dengan jumlah mendekati 55% dari 188,7 kJ/mol (45,1
kcal/mol) panas pembentukan H2O2 dari elemen-elemen. Panas yang dihasilkan
dapat dihilangkan dengan jaket pendingin atau resirkulasi laju alir di inlet maupun
outlet. Konversi dari quinone menjadi hidroquinone normalnya mencapai 45-50%
untuk meminimalisir reaksi kedua, namun konversi dapat di atas 80%. Beberapa
kasus larutan tidak begitu efektif jika tekanan lebih besar dari 4 atm.
Proses autoksidasi antrakuinon komersial pertama (1 metrik ton H 2O2 per
hari) diperkenalkan oleh IG Farbenindustrie di Jerman pada tahun 1940-an. Semua
pabrik produksi berbasis antraquinone berikutnya yang dibangun di seluruh dunia
dalam lima dekade berikutnya mempertahankan konsep asli. Namun, peningkatan
yang penting dalam langkah-langkah utama : hidrogenasi, oksidasi, ekstraksi
hidrogen peroksida, dan perlakuan terhadap solusi kerja. Reaksi utama melibatkan
proses Riedl-Pfleiderer, yang saat ini merupakan bagian terbesar dari hidrogen
produksi peroksida, ditunjukkan dalam skema 1. A 2-alkylanthraquinone (AQ;
biasanya 2-ethylantraquinone) dalam pelarut yang tepat atau campuran pelarut
dihidrogenasi secara katalitik ke antraquinone atau antrahidroquinon yang sesuai
(AHQ; Skema 1a). Cincin aromatik untuk menghasilkan 5,6,7,8-
tetrahidroanthrahydroquinone (Skema 1b). Solusi yang mengandung AHQ
dipisahkan dari katalis hidrogenasi dan kemudian dioksidasi dengan udara untuk
membentuk kembali antrakuinon asli (Skema 1c, d) dan secara bersamaan
menghasilkan jumlah hidrogen peroksida yang sama. Hidrogen peroksida
dilepaskan dari larutan kerja organik dengan air yang didemineralisasi untuk
menghasilkan polimer yang menghasilkan polusi yang biasanya 30% berat H2O2.
H2O2 berair kemudian didistilasi untuk menghilangkan kotoran dan meningkatkan
konsentrasi setinggi 70%, dan campuran pelarut / antraquinone didaur ulang.
Reaksi a-d dalam Skema 1 hanya mewakili penyederhanaan yang berlebihan dari
reaksi yang terlibat dalam proses ini. Serangkaian reaksi samping dapat terjadi
dalam proses ini, yang mengarah pada konsumsi bersih antrakuinon (Campos-
Martin, 2006).
1.8.3 Oksidasi Alkohol
Proses ini menghasilkan hidrogen peroksida berdasarkan reaksi oksidasi
parsial dari isoprophyl alcohol menghasilkan hidrogen peroksida dan
aldehid/keton.
(CH3)2CHOH + O2 (CH3)2C=O + H2O2..................(2.16)
Proses ini dilakukan pada suhu 70-160°C dan tekanan 10-20 atm. Dalam
proses ini tidak diperlukan katalis. Proses ini dilakukan di perusahaan Shell
Chemical Company (Kirk & Othmer, 1960).
Alur proses oksidasi alkohol ditunjukkan oleh gambar 2.5 berikut.

Ga
mbar 1.5 Alur Proses Oksidasi Alkohol
Berdasarkan uraian proses pembuatan hidrogen peroksida diatas, maka
dapat dilihat perbandingan pada setiap proses pembuatannya pada tabel 2.3.
Tabel 1.5 Perbandingan Proses Pembuatan Hidrogen Peroksida
Pembanding Elektrolisa Oksidasi Alkohol Autooksidasi
Anthraquinone
Kebutuhan bahan Asam sulfat Isopropyl alcohol Anthraquinone
baku mudah diperoleh Mudah diperoleh Diimpor dari
Cina
Katalis Tidak memerlukan Tidak memerlukan Katalis Palladium
katalis katalis
Kondisi Operasi Suhu : 50-250℃ Suhu : 70-160℃ Suhu : 40-50℃
Tekanan : ≤ 2 atm Tekanan : 10-20 Tekanan : ≤ 2
atm atm
Reaktor Reaktor Oksidasi Reaktor Oksidasi
Reaktor
Hidrogenasi
Konversi 85% 90% 95%
Residen Time 120 menit-180 60 menit-120 30 menit-60
menit menit menit
Energi Sangat Besar Besar Besar

Dari penjelasan mengenai alternatif proses pembuatan hidrogen peroksida


di atas dan melihat Tabel pembanding 2.4, maka proses yang dipilih untuk pabrik
ini adalah auto oksidasi ethyl- anthraquinone dengan alasan sebagai berikut:
1. Proses yang paling banyak digunakan dalam industri sehingga
memudahkan pencarian referensi.
2. Kondisi operasi yang mendekati kondisi lingkungan sehingga hemat
energi. Proses hidrogenasi ethyl-anthraquinone dapat dilakukan pada
tekanan 2 atm dan kisaran suhu 40-50°C.
4. Raw material availability yang baik. Untuk pengoperasian pabrik di
Indonesia hanya diperlukan impor ethyl-anthraquinone sebagai bahan
baku.
5. Konversi besar dan memiliki selektivitas yang tinggi karena menggunakan
katalis.

2.9 Uraian Proses


2.9.1 Hidrogenasi
Larutan kerja dihidrogenasi melalui katalis pada suhu 40- 50 ℃ di bawah
tekanan parsial hidrogen hingga 4 bar. Tingkat hidrogenasi (konversi AQ ke
AHQ) dikendalikan dengan hati-hati dan dijaga di bawah 60% untuk
meminimalkan reaksi hidrogenasi sekunder. Katalis Nikel dan Pd yang didukung
telah digunakan dalam langkah hidrogenasi.
Katalis nikel Raney digunakan dalam proses asli untuk pengurangan AQ,
tetapi proses ini memiliki dua kelemahan serius: hidrogenasi berlebihan dan
penonaktifan cepat. Katalis generasi kedua, berdasarkan paladium, lebih selektif,
tetapi produk samping hidrogenasi tidak dapat sepenuhnya dihindari (konsumsi
tambahan hidrogen dan antrakuinon). Jadi, katalis yang sangat selektif yang
menghidrogenasi hanya gugus karbonil dan membiarkan cincin aromatik tetap
utuh akan sangat diinginkan. Persyaratan ini dipenuhi oleh generasi baru katalis
berdasarkan paduan Ni / B amorf tereduksi secara kimia dan paduan Ni / Cr / B .
Paduan Amorf Ni / B menunjukkan kinerja yang baik dalam hidrogenasi
AQ. Aktivitas hidrogenasi dari paduan Ni / B amorf meningkat setelah
penggabungan La hingga rasio atom La / Ni = 0,034; langkah hidrogenasi yang
lebih efisien mengarah pada peningkatan dalam keseluruhan proses. Kinerja yang
lebih baik dari katalis Ni / B ini pada dasarnya dapat dikaitkan dengan struktur
amorf mereka, yang terbukti menguntungkan untuk reaksi
hidrogenasi.Penggabungan kromium meningkatkan stabilitas katalis Ni / B,
Sistem reaksi stabil meminimalkan pembentukan produk samping dan
menyebabkan peningkatan hasil H2O2. Hasil H2O2 meningkat tajam hingga 100%
selama waktu reaksi 60 menit dan kemudian turun sangat lambat. Aktifasi ini
menguntungkan serangan nukleofilik dari atom karbon oleh hidrogen yang diserap
secara tidak terikat pada nikel, sehingga mengarah pada peningkatan aktivitas
hidrogenasi gugus karbonil dan karenanya selektivitas yang lebih besar dalam
hidrogenasi AQ ke AHQ. Yield H2O2 dan Jumlah AQ dan THAHQ pada larutan
kerja setelah oksidasi sebagai fungsi waktu ditunjukkan pada Gambar 2.6
Gambar 2.6 Yield H2O2 dan Jumlah AQ dan THAHQ pada larutan kerja setelah
oksidasi sebagai fungsi waktu
(Sumber : Campus-Marti, 2001)

Katalis yang paling umum untuk tahap hidrogenasi dari proses antrakuinon
didasarkan pada paladium yang didukung oleh Al2O3, SiO2, dan SiO2 / Al2O3.
Selektivitas katalis Pd yang didukung dapat ditingkatkan dengan menambahkan
promotor atau dengan mengubah sifat dukungan. Generasi baru katalis
hidrogenasi untuk operasi bubur dan unggun tetap didasarkan pada katalis
paladium yang didukung oleh resin yang difungsikan. Dalam literatur paten,
sistem Pd 2+polyethyleneimine dijelaskan yang baru-baru ini telah diterapkan
dengan sukses. Substrat seperti poli (4-vinilpiridin) (PVP) dan polianilin (PANI)
yang mengandung 1–10% Pd terbukti efisien untuk hidrogenasi AQ. Partikel Pd
yang sangat kecil dihasilkan oleh reduksi paladium hidroksida (atau oksida) yang
diendapkan pada butiran polimer menunjukkan aktivitas tertinggi dan juga
kecenderungan terendah menuju degradasi AHQ.
Peningkatan substansial lain dari langkah hidrogenasi didasarkan pada
konsep rezim busa yang dikembangkan oleh Solvay. Reaksi hidrogenasi dilakukan
pada suhu sedang (50-70℃) dengan kecepatan permukaan gas hidrogenasi
berkisar antara 3 hingga 10 cm 1 dan kecepatan permukaan cairan dalam kisaran
0,5 hingga 1,0 cm 1, sedangkan rasio cair / gas dijaga di bawah 0,15. Dalam
kondisi ini, tidak ada degradasi larutan kerja dengan hidrogenasi berlebih yang
diamati meskipun tingkat hidrogenasi yang tinggi tercapai.Reaksi hidrogenasi juga
dapat ditingkatkan dengan radiasi gelombang mikro. Contohnya adalah
pendekatan Kemira, yang menggunakan 5% Pd / C dan larutan kerja yang
mengandung AQ / THAHQ dalam campuran yang mengandung 70% pelarut
hidrokarbon aromatik serta trioctylphosphate dan tetrabutyl urea. (TAMBAH
REAKSI YANG RUMUS MOLEKUL / DI TERMODINAMIKA)

2.9.2 Oksidasi
Hidroquinone dioksidasi biasanya melalui udara untuk menghasilkan
hidrogen peroksida dan meregenerasi quinone. Oksidasi dilakukan secara non
katalitik dengan menggelembungkan udara melalui larutan pada suhu 30-60℃
dan mendekati tekanan atmosfer. Reaksi ini terjadi oleh Byme dengan mekanisme
rantai radikal bebas yang didokumentasikan dengan baik (Skema 2). Pada langkah
pertama, radikal yang diproduksi bereaksi dengan oksigen untuk membentuk
radikal hidroperoksil, yang bereaksi dengan molekul AHQ kedua untuk
menghasilkan alkohol hidroperoksida yang tidak stabil dan radikal AHQ. Produk
sebelumnya terurai menjadi keton dan hidrogen peroksida, dan yang terakhir
memulai siklus perbanyakan lainnya. Metode yang ditingkatkan yang diusulkan
oleh Degussa melibatkan amina sekunder sebagai katalis untuk oksidasi larutan
kerja yang mengandung THAHQ. Reaksi oksidasi dapat dipercepat dengan
penambahan 0,1% b / b dari amina sekunder yang sedikit larut dalam air seperti
di-n-oktilamina ke dalam larutan yang bekerja. Hidrogen peroksida diekstraksi
dengan air, dan mereka menghasilkan sekitar 95% dari jumlah organik dari
hidrogen peroksida.

Skema 1. Sintesis H2O2 oleh Reaksi Oksidasi Antrahidroquinone


(Campos-Martin, 2006).
(TAMBAH REAKSI YANG RUMUS MOLEKUL / DI TERMODINAMIKA)
2.9.3 Ekstraksi
Hidrogen peroksida dapat dipisahkan dari larutan kerja dengan metode
yang berbeda, tetapi yang paling umum digunakan adalah ekstraksi dengan air.
Hidrogen peroksida dalam larutan yang bekerja memiliki konsentrasi antara 0,8
dan 1,9% b / b dan ekstraktor yang efisien dapat memulihkan lebih dari 95%.
Konsentrasi hidrogen peroksida dalam produk kotor ini adalah antara 25 dan 45%,
dan langkah selanjutnya diperlukan untuk memenuhi tingkat komersial untuk
kemurnian dan konsentrasi.
Konsep yang sangat berguna untuk menggabungkan oksidasi AHQ dan
pemisahan hidrogen peroksida dalam satu langkah adalah proses pemisahan
reaktif yang baru-baru ini dikembangkan.Pendekatan ini meningkatkan hasil H2O2,
karena pemisahan produk sampingan dengan segera menghindarinya. Partisipasi
dalam kesetimbangan reaksi.
Teknologi pemisahan reaktif dengan demikian mengarah pada
penghematan besar dalam biaya modal dan operasi. Ketika oksidasi AHQ dengan
oksigen dan ekstraksi hidrogen peroksida dari larutan anthraquinon yang dibuat
telah dicabut, maka konversi AHQ dan efisiensi ekstraksi akan meningkat dengan
kecepatan superfisial dari fase gas.
Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan fase waktu kontak oksigen (gas
reaktif) dan fase terdispersi (fase cairan reaktif) karena gerakan osilasi mereka dan
/ atau peningkatan volume kontainmen fase terdispersi dan gas. Atau, koefisien
perpindahan massa pada antarmuka gas-cair meningkat dengan meningkatnya laju
aliran gas reaktif, dan dengan demikian laju oksidasi meningkat dan konversi
AHQ ditingkatkan (Campos-Martin, 2006).
Diagram Skematik Proses AO ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Gambar 1.7 Diagram Skematik Proses AO

H2O2 yang dihasilkan kemudian diekstraksi dengan air terdeionisasi dari


larutan kerja dalam kolom ekstraksi arus berlawanan dengandapatkan minyak
mentah H2O2, yang selanjutnya dapat diperlakukan dalam tahap pemurnian dan
konsentrasi di bawah vakum untuk menghasilkan produk akhir [27,5% ~ 70%
(berat) konsentrasi H2O2]. Larutan kerja dari langkah ekstraksi diperlakukan pada
langkah pasca perawatan untukmeregenerasi produk sampingan dan
menyesuaikan nilai pH-nya, dan kemudian diedarkan kembali ke langkah
hidrogenasi untuk memulai sirkulasi berikutnya (Chen, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Hidrogen Peroksida


Pada tahun 1818, L. J. Thenard membuat hidrogen peroksida untuk
pertama kalinya dengan mereaksikan barium peroksida dengan asam nitrat. Proses
ini ditingkatkan dengan menggunakan asam hidroklorida untuk menghasilkan
hidrogen peroksida. Dengan proses inilah Thenard mendirikan pabrik komersial
larutan hidrogen peroksida dengan proses ini dimulai tahun 1880. Industri
menggunakan proses barium peroksida hingga sampai abad ke-20. Selama tahun
1990, kurang lebih dihasilkan 10.000 ton/tahun menggunakan teknologi ini. Pada
tahun 1853 Meindinger menemukan proses produksi hidrogen peroksida
menggunakan proses elektrolisis asam sulfat. Pada tahun 1957 sampai 1980
ditemukan proses autooksidasi oleh Shell di Norco, Amerika Serikat yang
membuat peningkatan produksi sampai 15.000 ton (Ullman, 1915).
Hidrogen peroksida pertama kali ditemukan oleh Thenard pada tahun 1818
sebagai hasil dari mekanisme reaksi barium peroksida dengan asam nitrat.
Hidrogen peroksida oksidan yang sangat valiabel dimana sangat efektif pada
range pH dengan potensial oksidasi yang tinggi (Eo = 1,763 V pada pH 0 dan Eo =
0,878 V pada pH 14) dan air hanya sebagai produk samping. Persamaan 1-5
adalah kumpulan reaksi yang dapat terjadi pada hidrogen peroksida, seperti
dekomposisi, oksidasi, adisi molekular, reduksi dan substitusi.
Dekomposisi : 2 H2O2 2 H2O + O2............................................(2.1)
Oksidasi : H2O2 + M MO + H2O..............................................(2.2)
Adisi : H2O2 + A AH2O2 ....................................................(2.3)
Reduksi : H2O2 + R RH2 + O2.................................................(2.4)
Substitusi : H2O2 + RX ROOH + HX...........................................(2.5)
Dekomposisi hidrogen peroksida (2.1) harusnya dikontrol karena reaksi
dapat menghasilkan gas oksigen dan panas (100,4 kJmol-1). Laju reaksi
dekomposisi bergantung pada temperatur dan konsentrasi peroksida sehingga
perlu dilihat pengotor dan stabilitasnya. Hidrogen peroksida adalah oksidan kuat
(2.2) dimana dapat mengoksidasi berbagai jenis substrat organik dan anorganik
pada fasa cair reaksi dibawah reaksi yang sangat kuat (Campos-Martin, 2006).

2.2 Hidrogen Peroksida (H2O2)


Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 merupakan cairan bening
yang lebih kental dari air, yang memiliki sifat oksidator kuat. Dalam kondisi
normal hidrogen peroksida sangat stabil, dengan laju dekomposisi yang sangat
rendah. Pada saat mengalami dekomposisi hidrogen peroksida terurai menjadi air
dan gas oksigen, dengan mengikuti reaksi Eksotermis berikut:
H2O2 → O2 + H2O + kalor (panas)
Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H 2) dan
gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen
peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone. H2O2 tidak berwarna, berbau khas
agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi
ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira
kurang dari 1% per tahun.
Hidrogen peroksida saat ini diproduksi hampir secara eksklusif dengan
proses oksidasi antrakuinon (AO), di mana hidrogen, oksigen atmosfer, dan
turunan antrakuinon (biasanya 2-etilantraquinon) digunakan dalam siklus reaksi,
seperti reaksi pembawa gas. Hidrogen peroksida yang diperoleh kemudian
dimurnikan dan dipekatkan dan dipasarkan secara normal dengan penstabil yang
ditambahkan sebagai larutan berair pada konsentrasi 35, 50, dan 70% berat. Untuk
aplikasi tertentu, seperti dalam deterjen, biasanya diberikan sebagai prekursor
padat yang stabil seperti natrium perborate atau sodium percarbonate, yang
menghasilkan hidrogen peroksida dalam larutan. Karena berat molekulnya yang
rendah, hidrogen peroksida adalah agen pengoksidasi yang lebih efisien daripada
oksidan lain, seperti asam nitrat dan natrium hipoklorit (Campos-Martin, 2006).
Ini adalah bahan kimia yang stabil dan aman ketika ditangani dengan
benar dan menawarkan keuntungan dari larut dalam air dan banyak pelarut
organik atau dalam substrat itu sendiri. H2O2 memiliki profil ramah lingkungan
karena terurai hanya memberikan air dan oksigen sebagai satu-satunya produk
reaksi, yang menjadikannya salah satu oksidan kimia paling bersih dan paling
serbaguna yang tersedia (Gambar 2.1). Karakteristik ini menjadikan hidrogen
peroksida sebagai agen pengoksidasi yang aman bagi lingkungan untuk banyak
aplikasi skala besar, seperti pulp dan pemutihan kertas, aplikasi tekstil, aplikasi
deterjen, pengolahan air limbah, dan proses oksidasi kimia
Salah satu aplikasi paling penting dari hidrogen peroksida saat ini adalah
penggunaannya dalam pemutihan pulp dan kertas.Penggunaannya untuk proses ini
menggantikan pemutih berbasis klorin dan menghindari produk terhalogenasi
dalam aliran limbah. Penggunaannya sebagai pemutih bergantung pada anion
hidrogen peroksida (1) dalam media alkali, yang menghilangkan berbagai
kromofor dalam struktur lignin. Dalam cara yang mirip dengan yang dijelaskan
untuk pemutihan noda teh, struktur karbonil cenderung bereaksi dengan HO2
nukleofilik. Seperti halnya residu lignin berwarna dalam pulp kimia dan mekanis,
hidrogen peroksida juga digunakan dalam pemutihan kertas daur ulang. Untuk
proses ini, kombinasi H2O2 dan langkah-langkah pemutihan reduktif dengan
natrium ditionit digunakan untuk menghilangkan pewarna pencetakan (Campos-
Martin, 2006).
Hidrogen peroksida banyak digunakan sebagai zat pemutih dalam industri tekstil.
Ini memiliki keunggulan dibandingkan alternatif lain seperti natrium hipoklorit
dan natrium hidrosulfit yang sesuai untuk pengolahan berkelanjutan, memiliki
toksisitas yang lebih tinggi atau masalah limbah, dan tidak korosif. Pemutih
cucian yang aman warna yang mengandung hidrogen peroksida telah semakin
menggantikan pemutih yang mengandung hipoklorit. Dalam hal ini, hidrogen
peroksida digunakan dengan prekursor yang stabil seperti natrium percarbonat dan
natrium perborat, yang melepaskan hidrogen peroksida ketika dilarutkan dalam
air. Sodium percarbonate semakin banyak digunakan dalam preferensi untuk
natrium perborate dalam formulasi deterjen karena suhu disolusi yang lebih
rendah dalam air. Komposisi deterjen atau pemutih yang diformulasikan dengan
natrium perkarbonat / perborat memiliki kemampuan menghilangkan noda yang
kuat, aman untuk warna, mencerahkan warna, dan tidak menyebabkan kekuningan
atau penggelapan kain, yang merupakan masalah dengan pemutih yang
mengandung hipoklorit. Sodium percarbonate / perborate efektif sebagai
disinfektan terhadap bakteri dan virus.
Hidrogen peroksida digunakan dalam pengolahan air limbah kota untuk
menghilangkan hidrogen sulfida (H2S), yang terbentuk di pipa saluran
pembuangan. Aplikasi lingkungan paling signifikan dari hidrogen peroksida
adalah pengolahan berbagai limbah industri. Sianida, tiosianat, nitrit, klorida,
hipoklorit, dan bahan organik dapat dihilangkan secara efisien dengan perlakuan
H2O2. Hidrogen peroksida juga digunakan sebagai sumber radikal hidroksil dalam
proses oksidasi lanjutan yang lebih kompleks. Radikal hidroksil adalah, setelah
fluor, oksidan paling kuat kedua yang tersedia. Setelah penyerapan dalam cairan
pencuci berair, oksida nitrogen dan belerang, merkaptan, dan beberapa komponen
beracun lainnya dari gas buangan dapat dihilangkan dengan oksidasi dengan
hidrogen peroksida. Contohnya termasuk penghilangan NOx selama proses
pengawetan, penghilangan bau gas buangan dari bangkai hewan, dan oksidasi
sulfur dioksida. Hidrogen peroksida dapat digunakan sebagai sumber oksigen,
perawatan biologis dari lumpur galian, dan untuk pencegahan denitrifikasi pada
tangki pengendapan. Bioremediasi in situ dari tanah yang terkontaminasi baru-
baru ini telah dikembangkan. Proses ini terdiri dari injeksi ke dalam tanah
mikroorganisme dan nutrisi bersama dengan hidrogen peroksida sebagai sumber
oksigen.
Hidrogen peroksida saat ini menemukan banyak aplikasi dalam industri
kimia. Dalam pembuatan banyak bahan kimia organik dan anorganik, misalnya,
hidrazin, sianogen, sianogen klorida, bromin, asam iodat, sulfat besi kemurnian
tinggi, perborat, dan perkarbonat. Aplikasi khas hidrogen peroksida dalam sintesis
organik termasuk oksidasi, epoksidasi, hidroksilasi, dan reaksi oksohalogenasi
(penghambat api) serta untuk inisiasi reaksi polimerisasi emulsi (benzil peroksida,
lauryl peroxide).
Produksi hidrogen peroksida dunia tahunan adalah sekitar 2,2 juta metrik
ton. Sekitar 50% digunakan untuk pemutihan pulp dan kertas dan 10% untuk
pemutihan tekstil. Namun, penggunaannya tergantung pada wilayah pasar. Dua
bidang utama permintaan di Eropa adalah sintesis kimia, terutama dalam aplikasi
deterjen (43%), dan pemutihan pulp dan kertas (41%; Gambar 2.2). Permintaan
hidrogen peroksida dalam pemutihan bubur diharapkan akan tumbuh lambat
dalam waktu dekat, tetapi komersialisasi proses HPPO (hidrogen peroksida-
propilen oksida) terintegrasi, di mana hidrogen peroksida yang diperlukan untuk
epoksidasi propilena diproduksi di lokasi, harus mengarah pada pertumbuhan
besar dalam proporsi hidrogen peroksida yang digunakan dalam sintesis kimia.
BASF dan Dow Chemical mengumumkan pabrik HPPO baru yang diharapkan
untuk mulai berproduksi pada tahun 2008 dengan kapasitas awal sekitar 2G105
metrik ton. Sebagian besar segmen pasar hidrogen peroksida Jepang sudah
matang, dan seperti di Eropa, bidang permintaan utama adalah produksi pulp dan
kertas serta sintesis kimia. Pertumbuhan permintaan sintesis kimia di Jepang
berasal dari komersialisasi rute SumitomoIs ke caprolactam. Keadaan di AS
sedikit berbeda. Permintaan hidrogen peroksida didominasi oleh pasar pemutihan
pulp dan kertas (sekitar 59%), sedangkan sintesis organik dan anorganik secara
bersama-sama mewakili hanya 13% dan pengambilan elektronika menyumbang
sekitar 5%.
1. Sifat Fisik Hidrogen Peroksida
- Rumus Molekul :H2O2

- Berat Molekul : 34gr/grmol


o
-Melting point ( C) :-0,41
o o
-Titik Didih ( C) :150 C
o
-Densitas (25 C, gram/ml) :1,4425
o
-Viscositas (20 C,Cp) :1,245
o
-SurfaceTension (20 C,dyne/cm) :80,4
-Panas pembentukan(J/g) :367,52
o
-Kapasitas panas (25 C,J/g.K) :2,628
o -12
-Konstanta disosiasi (20 C) : 1,78x10
- o -1 -7
Konduktivitas termal (25 C,Ωcm ) :4x10
2. Sifat Kimia Hidrogen Peroksida

a. Tidak berwarna

b. Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat

c. Larut dalam air

Syarat yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk Hidrogen


Peroksida berdasarkan SNI 8301:2016 dari Badan Standarisasi Nasional. Berikut
standar yang digunakan untuk produk Hidrogen Peroksida dapat dilihat pada
Tabel 2.1
Tabel 2.1 Standar Produk Hidrogen Peroksida
Parameter Satuan Konsentrasi
35% 50% 70%
Kandungan % massa 35,0 – 36,0 50,0 – 51,0 69,0 – 72,0
Hidrogen
Peroksida
Kestabilan % Min. 96,8 Min. 96,8 Min. 96,8
Asam bebas % fraksi Maks. 0,05 Maks. 0,05 Maks. 0,05
(sebagai massa
H2SO4)
Residu % fraksi Maks. 0,04 Maks. 0,06 Maks. 0,10
Penguapan massa
Sumber : (Badan Standarisasi Nasional, 2016).

2.3 Sifat Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan untuk membuat hidrogen peroksida ada dua
yaitu hidrogen (H2), udara, dan 2-Ethyl Antraquinone.

2.3.1 Hidrogen
Hidrogen merupakan unsur yang paling banyak di alam semesta, yaitu
93% karena bintang-bintang mengandung hidrogen sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan cahaya jumlah atom hidrogen dibumi sekitar 3% atau 0,14% massa,
dalam bentuk senyawa anorganik (seperti air dan asam) dan organik. Air
mengandung 11% massa hidrogen karena molekulnya mengandung 2 atom
hidrogen dan 1 oksigen.
Sifat Fisika dan Kimia hidrogen adalah sebagai berikut:
1. Sifat Fisika Hidrogen
Rumus molekul :H2
Berat Molekul :2gr/grmol
o
Bentuk (1atm,25 C) :Gas
o
Spesifik gravity(-252,7 C) :0,0709
Titik Leleh(K) :13,95
Titik didih(K) :20,39
Tekanan Kritis(atm) :12,8
Temperatur kritis(K) :33,18
2. Sifat Kimia Hidrogen
Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau,
bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat
mudah terbakar. 
ed
(Perry,6 edition)

2.3.2 Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi.
Semakin dekat dengan lapisan troposfer maka :

1. Udara semakin tipis, sehingga melewati batas gravitasi bumi.


2. Udara akan hampa sama sekal
komposisi campuran itu tidak selalu konsistan , sedangkan yang konsentrasinya
selalu bervariasi itu adalah air dalam bentuk H20 atau uap dan C02. Sifat Fisika
dan kimia Udara dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Sifat Fisika Dan Kimia Udara


Sifat gas N2 O2
-Beratmolekul(g/mol) 28,02 32
-Kenampakan Gas Gas
tidakberwarna Tidakberwarna
tidakberbau Tidakberbau
-Spesifikgravity 12,5 1,7
-Meltingpoint -209,89 -214,8
o
-Titikdidih( C) -195,8 -18,3
- Titik Kritis 126,1 154,58
- Tekanan Kritis (bar) 33,5 49,8
- Volume Kritis (cm3/mol) 90,1 73,4
- Liquid densitas (gr/cm3) 805 1149

( Perry,6edEdition)
2.3.3 2-Ethyl Antraquinone
Senyawa antrakuinon merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder
yang termasuk golongan kuinon fenolik yang dalam biosintesisnya berasal dari
turunan fenol. Senyawa antrakuinon merupakan senyawa kristal bertitik leleh
tinggi, dapat larut dalam pelarut organik dan basa dengan membentuk warna
violet merah. Menurut Setyawaty, dkk. (2014) senyawa antrakuinon dan
turunannya juga sering ditemukan berwarna kuning sampai jingga. Senyawa
antrakuinon memiliki beberapa fungsi dalam bidang kesehatan yaitu sebagai
antijamur, antimalaria, antibakteri, antikanker dan antioksidan (Ulfah dkk, 2018).
1. Sifat Fisika 2-Ethyl Antraquinone
RumusMolekul :C16H12O2
BeratMolukul :236gr/grmol
Wujud :granular
Kenampakan :kuning
Kemurnian :98%(min)
Impuritas (H2O2) : 2%(maks)
o
Titik Leleh :286 C
o
Titik Didih :377 C

2.4 Bahan Pembantu


2.4.1 Benzena
Benzena juga dikenal dengan rumus kimia C6H6, PhH, dan benzol,
adalah senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah
terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena terdiri dari
6 atom karbon yang membentuk cincin, dengan 1 atom hidrogen berikatan pada
setiap 1 atom karbon. Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon
aromatik siklik dengan ikatan pi yang tetap. Benzena adalah salah satu komponen
dalam minyak bumi, dan merupakan salah satu bahan petrokimia yang paling
dasar serta pelarut yang penting dalam dunia industri. Karena memiliki bilangan
oktan yang tinggi, maka benzena juga salah satu campuran penting pada bensin.
1. Sifat Fisik Benzena

Rumus Molekul : C6H6


Berat Molekul : 78 gr/grmol

Bentuk : cair

Kemurnian : 98% (min)

Impuritas (H2O) : 2%(maks)

o
Titik leleh : 5,5 C
o
Titik didih : 80 C

o 3
Density(25 C) : 0,87 gr/cm

2. Sifat Kimia Benzena


Benzena termasuk senyawa beracun dan bersifat karsinogenik (dapat
menyebabkan kanker). Benzena berwujud cair pada suhu ruang, tidak berwarna,
dan mudah menguap. Titik lelehnya 6°C dan titik didihnya 80°C. Strukturnya
yang simetris dan planar menyebabkan susunannya sebagai kristal lebih rapat dan
akibatnya titik lelehnya lebih tinggi dibandingkan heksana (−95°C). Seperti
senyawa hidrokarbon lainnya, benzena juga bersifat nonpolar. Oleh karena itu,
benzena larut dalam pelarut kurang polar atau nonpolar seperti eter dan
tetraklorometana, namun tidak larut dalam pelarut polar seperti air.
Benzena cenderung tidak begitu reaktif, namun mudah terbakar. Akibat
adanya sistem delokalisasi elektron yang menstabilkan benzena, benzena
cenderung mudah mengalami reaksi substitusi dibanding reaksi adisi. Reaksi
substitusi pada benzena melibatkan serangan pereaksi bermuatan positif parsial
ataupun utuh yang suka elektron (elektrofil) pada cincin benzena.

2.5 Kegunaan Produk


Hidrogen peroksida merupakan senyawa cair berwarna putih dengan
o o
titik didih 150 C dan titik beku –39 C. Adapun kegunaan hidrogen
peroksida dalam industri adalah sebagai berikut :
- Sebagai bahan pemutih (bleaching agent) dalam industri kertas dan pulp
- Sebagai bleaching rotan dan kayu
- Sebagai bahan kosmetik pada pewarna rambut
- Sebagai bahan bakar roket
- Digunakan sebagai agen pengontrol polusi yang dapat diterima secara
ekologi karena pada dekomposisinya terurai menjadi air dan oksigen.
(Kirk & Othmer, Vol.13, 2000)

ANALISA EKONOMI AWAL

Kapasitas pabrik merupakan faktor yang sangat penting dalam pendirian


pabrik karena akan mempengaruhi perhitungan teknis dan ekonomis. Meskipun
secara teori semakin besar, tetapi dalam menentukan kapasitas perlu juga
dipertimbangkan faktor lain yaitu seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1.

a. Reaksi hidrogenasipadareaktor1
C16H12O2(L) + H2(g) C 16H12(OH)2(L)

o
PadaT=40 C,P =4atm danΔH= -27,24kkal/mol

b. ReaksiOksidasipadareaktor2
C16H12(OH)2(L) +O2(g) C16H12O2(L)+ H2O2(L)........................(2.25)

Bahan BM (Kg/Kmol) Harga (US$/Kg)


C16H12O2 236,27000 5
H2 2,01474 5
H2O2 34,01354 40
Sumber : (Alibaba.com)
1. Bahan baku
C16H12O2 = Jumlah Mol x BM x Harga
= 1 Kmol x 236,27000 Kg/ Kmol x US$ . 5/ Kg
= US$ 1.181,35,-
H2 = Jumlah Mol x BM x Harga
= 1 Kmol x 2,01474 Kg/Kmol x. US$ 5/ Kg
= US$ 10,07,-

Total = US$ 1.181,35 + US$ 10,07


= US$ 1.191,42

2. Produk

H2O2 = Jumlah Mol x BM x Harga

= 1Kmol x 34,01354Kg/Kmol x US$ 40/ Kg

= US$ 1.360,50

3. Keuntungan = Produk – Bahan Baku

= US$ 1.360,50 - US$ 1.191,42

= US$ 1.69,08

Anda mungkin juga menyukai