Anda di halaman 1dari 48

PERATURAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

DI LABORATORIUM FISIOLOGI

A. Peraturan Praktikum
1. Memasuki ruang praktikum dengan sudah mengenakan jas laboratorium dengan rapi dan
badge name sudah terpasang di jas laboratorium.
2. Duduk pada meja dan posisi yang ditetapkan pada awal praktikum.
3. Tas dan barang lain, kecuali buku Panduan, alat tulis & alat praktikum, diletakkan pada
lemari/tempat yang tersedia. Barang berharga tidak diperkenankan dibawa ke laboratorium
dan jika hilang di luar tanggung jawab departemen Fisiologi.
4. Penuntun praktikum yang di download dari website harus disusun seperti layaknya buku
teks, disertai cover dan berisi materi yang lengkap mulai dari peraturan praktikum pertama
hingga materi percobaan terakhir.
B. Persiapan sebelum Praktikum
Adalah hal yang harus disiapkan di rumah sebelum kegiatan praktikum dimulai.
1. Membaca jurnal praktikum dan mengisi kolom ”Hasil Yang Diharapkan / Dasar Teori atau
Tugas sebelum praktikum” pada lembar observasi ataupun mengisi lembar latihan yang
harus dikerjakan di rumah.
2. Mempelajari teori yang terkait dengan praktikum, dengan berpedoman pada Tujuan
praktikum. Bersumber dari buku teks, bahan kuliah maupun pencarian di internet. Hal ini
untuk persiapan menjawab kuis, responsi dan pemahaman materi praktikum.
3. Menyiapkan masing-masing 1 lembar kertas kuis yang pada ujung kanan atasnya dituliskan:
nama, NIM, kelas/group/meja, tanggal dan judul praktikum.
4. Membawa 1 sabun & 2 kain lap/ tisue untuk setiap kelompok meja pada setiap praktikum.
5. Menyiapkan bahan dan preparat sesuai dengan judul percobaan.
C. Kegiatan Praktikum
1. Memasuki ruangan dan duduk pada tempat yang ditentukan
2. Kepala Meja pada tiap-tiap meja mengumpulkan Buku Penuntun dari teman-teman
semejanya dan meletakkan dalam keadaan terbuka pada halaman observasi/tugas sebelum
praktikum, di meja dosen.
3. Dosen menandatangani Buku Penuntun (memeriksa apakah mahasiswa sudah mengisi
lembar tugas atau kolom ”Hasil yang diharapkan/ Dasar Teori”), dan kemudian membacakan
soal kuis.
4. Kepala Meja mengumpulkan kertas kuis teman-temannya dan menyerahkan ke dosen,
sekaligus mengambil kembali Buku Penuntun.
5. Dosen melakukan responsi kepada mahasiswa secara acak, mahasiswa harus menjawab
dengan benar.
6. Bagi mahasiswa yang tidak mampu menjawab, akan diberi kesempatan mencari jawaban di
luar ruangan laboratorium dengan membaca buku teks fisiologi atau bahan yang terkait.
7. Dosen menjelaskan tujuan dan pelaksanaan praktikum, kemudian Kepala Meja
diperkenankan mengambil peralatan yang dibutuhkan pada meja dosen.
8. Mahasiswa melakukan percobaan dan menuliskan hasilnya pada kolom ”Hasil observasi”.
9. Dosen mengarahkan diskusi untuk mengulas hasil praktikum dan teori terkait.
D. Penjelasan Tambahan
1. Keterlambatan masuk lebih dari 15 menit sejak praktikum dimulai harus mendapat izin dari
dosen pembimbing praktikum
2. Sesudah praktikum selesai harus memelihara kebersihan ruang praktikum, peralatan
praktikum dikembalikan dalam kondisi baik. Bila ada alat yang rusak harap melaporkan
kepada teknisi laboratorium.
3. Meninggalkan ruang praktikum sesudah mendapat izin dari dosen, jas lab dibuka di luar
ruang lab.
E. Penilaian dan Sanksi
1. Penilaian Praktikum berdasarkan nilai yang diperoleh dari kuis, responsi dan ujian praktikum.
2. Bagi mahasiswa yang melanggar peraturan dan ketertiban akan dikenakan sanksi berupa
mulai dari teguran lisan hingga dinyatakan kalah praktikum BBS Fisiologi.
1. Film interaktif animasi sistem saraf : Potensial Aksi

Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Latihan, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Latihan, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.

Page 1. Pendahuluan
 Neuron berkomunikasi dalam jarak jauh dengan menghasilkan dan menghantarkan sinyal
listrik yang disebut impuls saraf atau potensial aksi

Page 2. Tujuan Pembelajaran


 Memahami bagaimana perubahan permeabilitas membran neuron akan menghasilkan
potensial aksi
 Mengenali perubahan permeabilitas membran akibat perubahan kanal ion bergerbang
voltase
 Memahami perpindahan ion natrium dan kalium selama pembentukan potensial aksi
 Menilai periode refrakter
 Mempelajari kecepatan konduksi pada saraf

Page 3. Potensial aksi


 Potensialmaksi adalah perubahan bermakna pada potensial membran, dari saat istirahat
sebesar -70 mV kemudian bertambah dan mencapai puncak +30 mV , dan kembali lagi ke -70
mV.
 Potensial aksi terjadi akibat perubahan permeabilitas membran yang berlangsung cepat
terhadap ion natrium dan kalium. Perubahan permeabilitas terjadi ketika kanal ion
bergerbang voltase menjadi terbuka dan tertutup
 Perhatikan selanjutnya tahapan yang terjadi sehingga terbentuk potensial aksi dan kemudian
dihantarkan di sepanjang akson.

Page 4. Potensial aksi dimulai di axon hillock


 Potensial aksi di bangkitkan di axon hillock, dimana paling banyak terdapat kanal ion natrium
 Potensial aksi dimulai bila sinyal dari dendrit dan badan sel mencapai axon hillock dan
menyebabkan perubahan potensial membran menjadi lebih positif, proses yang disebut
depolarisasi
 Sinyal lokal ini berjalan hanya dalam jarak pendek dan sangat berbeda dengan potensial aksi.
Kita akan mempelajarinya pada modul yang terpisah saat membicarakan sinap.

Page 5. Selama depolarisasi, natrium masuk ke neuron


 Ketika axon hillock terdepolarisasi, kanal voltage-gated untuk natrium terbuka lebih cepat,
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran untuk natrium
 Natrium berpindah mengikuti gradien elektrokimia, ke dalam sel
 Pada diagram terdapat 6 buah kanal ion, berturut-turut dari atas ke bawah :
o Kanal pasif kalium
o Kanal voltage-gated natrium
o Kanal voltage-gated natrium
o Kanal voltage-gated kalium
o Kanal pasif natrium
o Kanal voltage-gated natrium
 Jelaskan apa yang terjadi pada kanal natrium yang voltage-gated ketika membran
mengalami depolarisasi !

Page 6. Threshold
 Bila stimulus ke axon hillick cukup besar, neuron terdepolarisasi sebesar 15 mV dan
mencapai titik cetus (trigger point) yang disebut ambang (threshold)
 Pada threshold, sebuah potensial aksi dibangkitkan. Stimuli lemah yang tidak mencapai
threshold tidak menghasilkan potensial aksi. Maka potensial aksi adalah peristiwa gagal atau
tuntas (all or none).
 Potensial aksi selalu memiliki amplitudo dan durasi yang sama.
 Pada -55 mV membran terdepolarisasi mencapai ambang, dan potensial aksi dibangkitkan.
 Ambang adalah potensial membran khusus dimana proses depolarisasi semakin bertambah,
yaitu lingkaran umpan balik positif terjadi.
 Gambarkan potensial membran pada kotak di bawah ini :

Page 7. Potensial aksi dibangkitkan ketika lingkaran feedback positif terjadi


 Lingkaran feedback positif hanya terjadi bila neuron mencapai threshold
 Ketika ambang dicapai, depolarisasi menyebabkan kanal natrium voltage-gated terbuka
lebih banyak
 Hal ini menyebabkan natrium semakin banyak masuk ke sel, yang kemudian menyebabkan
sel depolarisasi lebih besar dan membuka lebih banyak kanal ion natrium voltage-gated.
 Lingkaran feedback positif menghasilkan fase naik pada potensial aksi.
 Isilah kotak-kotak kosong pada diagram di bawah dengan keterangan yang sesuai :

Page 8. Berhentinya lingkaran feedback positif : kanal natrium voltage-gated menjadi inaktif
 Fase naik pada sebuah potensial aksi berakhir ketika lingkaran feedback positif dihentikan
 Dua proses yang menghentikan lingkaran :
1. Inaktivasi kanal natrium voltage-gated
2. Terbukanya kanal kalium voltage-gated
 Kanal natrium voltage-gated memiliki 2 gerbang :
1. Sebuah gerbang peka / sensitif voltase terbuka ketika sel depolarisasi
2. Kemudian, gerbang yang time-sensitive akan tertutup setelah terbuka selama
waktu tertentu
 Pada saat istirahat, gerbang sensitif voltase tertutup
 Ketika neuron depolarisasi, gerbang sensitif voltase terbuka
 Setelah waktu tertentu kanal terbuka, gerbang menjadi inaktif
 Pada puncak potensial aksi, kanal natrium voltage-gated menjadi inaktif. Sehingga aliran ion
natrium berkurang, dan lingkaran feedback positif terhenti.

Page 9. Terhentinya lingkaran feedback positif : kanal kalium voltage-gated terbuka


 Kanal kalium voltage-gated berespon lebih lambat terhadap depolarisasi. Kanal mulai
terbuka ketika potensial aksi mencapai puncaknya
 Kalium keluar dari sel ketika kanal kalium voltage-gated terbuka. Ketika kalium keluar,
depolarisasi berakhir dan lingkaran feedback positif berhenti
 Inaktivasi kanal natrium dan terbukanya kanal kalium menghentikan lingkaran feedback
positif. Ini mengakhiri fase naik pada potensial aksi.

Page 10. Repolarisasi


 Ketika lebih sedikit natrium masuk ke dalam sel, dan banyak kalium keluar sel, potensial
membran menjadi lebih negatif, berubah kembali ke nilai istirahat
 Proses ini disebut repolarisasi

Page 11. Hiperpolarisasi


 Pada banyak neuron, kanal kalium voltage-gated lambat akan tetap terbuka setelah sel
repolarisasi. Kalium terus menerus keluar sel, sehingga potensial membran menjadi lebih
negatif dari saat istirahat
 Proses ini disebut hiperpolarisasi
 Pada akahir hiperpolarisasi, seluruh kanal kalium tertutup

Page 12. Terbuka dan tertutupnya kanal mengubah permeabilitas neuron selama potensial aksi
 Permeabilitas natrium meningkat cepat selama fase naik potensial aksi
 Dan menurun dengan cepat selama repolarisasi
 Permeabilitas kalium paling tinggi selama repolarisasi, berkurang perlahan selama
hiperpolarisasi
 Peningkatan cepat permeabilitas natrium menyebabkan fase naik pada potensial aksi
Page 13. Aktivitas kanal ion selama potensial aksi : kesimpulan
 Selama potensial aksi, kanal natrium voltage-gated pertama terbuka cepat, kemudian
inaktivasi, kemudian kembali ke keadaan tertutup. Kanal ion kalium voltage-gated terbuka
dan tertutup lebih lambat.
 Setelah melihat film, isilah kotak-kosong pada gambar di bawah ini dengan nama fase yang
sesuai :

Page 14. Periode refrakter absolut


 Setelah neuron membangkitkan potensial aksi, ia tidak dapat membangkitkan PA lain.
Banyak kanal natrium sedang inaktif dan tidak akan terbuka, meskipun voltase stimulus
berapapun. Sebagian besar kanal kalium terbuka. Periode ini disebut periode refrakter
absolut
 Neuron tidak dapat membangkitkan potensial aksi karena natrium tidak dapat melalui kanal
yang inaktif dan karena kalium masih terus keluar sel.

Page 15. Periode refrakter relatif


 Segera setelah periode refrakter absolut, sel dapat membangkitkan potensial aksi, tapi
hanya bila terdepolarisasi ke nilai yang lebih positif dari ambang normal. Hal ini karena
sebagian kanal natrium masih inaktif dan sebagian kanal kalium masih terbuka. Masa ini
disebut periode refrakter relatif.
 Sel harus terdepolarisasi lebih positif dari ambang normal agar dapat membuka cukup kanal
natrium, sehingga lingkaran feedback positif dapat dimulai
 Seberapa lama periode refrakter absolut dan relatif penting diketahui karena menentukan
seberapa cepat neuron dapat membangkitkan potensial aksi.

Page 16. Potensial aksi dihantarkan di sepanjang akson


 Setelah potensial aksi dibangkitkan di axon hillock, ia dihantarkan di sepanjang akson
 Muatan positif mengalir sepanjang akson, mendepolarisasi area membran yang berdekatan,
yang kemudian mencapai ambang dan membangkitkan potensial aksi. Sehingga potensial
aksi bergerak sepanjang akson seperti gelombang depolarisasi berjalan menjauhi badan sel.

Page 17. Kecepatan hantaran bergantung pada diameter dan myelinasi akson
 Kecepatan hantaran adalah seberapa cepatnya potensial aksi dirambatkan
 Kecepatan hantaran bergantung pada 2 hal :
1. Diameter akson ; semakin besar diameter akson, maka tahanan internal terhadap aliran
muatan akan berkurang, sehingga potensial aksi berjalan lebih cepat
2. Seberapa bagian akson yang diinsulasi oleh myelin; akson bermyelin memiliki area tak
bermyelin pada batang akson yang disebut nodus Ranvier. Pada akson bermyelin, muatan
mengalir melintasi membran hanya pada nodus, sehingga potensial aksi hanya
dibangkitkan pada nodus. Potensial aksi yang terjadi seolah melompat di sepanjang
akson. Jenis rambatan ini disebut konduksi saltatori.

Page 18. Kesimpulan


 Potensial aksi adalah peristiwa all or none (tuntas atau gagal) yang dapat berjalan untuk
jarak jauh karenamerupakan sinyal listrik yang dapat dibangkitkan berulang (regenerative).
 Ketika axon hillock terdepolarisasi mencapai ambang, potensial aksi akan dibangkitkan.
Kanal voltage-gated terbuka, meningkatkan permeabilitas membran terhadap natrium dan
kemudian kalium.
 Natrium berpindah cepat ke dalam neuron, menghasilkan fase naik pada potensial aksi
 Ketika pergerakan masuk natrium berkurang dan perpindahan keluar kalium meningkat,
membran mengalami repolarisasi
 Segera setelah potensial aksi, neuron tidak dapat membangkitkan potensial aksi selanjutnya
selama periode refrakter absolut. Ketika periode refrakter relatif dapat membangkitkan
potensial aksi lain hanya bila stimuli yang lebih kuat mencapai axon hillock
 Diameter dan myelinasi pada akson menentukan kecepatan hantaran.

__________________________________________________________________________________

Lembar Latihan

Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :

No Pertanyaan Jawaban
1 Apa nama lain untuk
potensial aksi ?
2 Potensial aksi terdiri dari
apa saja ?
3 Dimana potensial aksi
dibangkitkan ?
4 Apa yang menyebabkan
potensial aksi terjadi axon
hillock?
5 Apa yang terjadi pada
kanal ion ketika membran
di axon hillock mengalami
depolarisasi?
6 Seberapa besar axon
hillock harus
berdepolarisasi agar
mencapai threshold?
7 Apa yang terjadi ketika
ambang dicapai?
8 Apa yang terjadi apabila
stimuli lemah dan ambang
tidak tercapai (di axon
hillock) ?
9 Apakah potensial aksi
selalu memiliki amplitudo
dan durasi yang sama?
10 Jelaskan bagaimana
lingkaran feedback positif
mempertahankan fase naik
pada potensial aksi !
11 Fase naik pada potensial
aski berhenti ketika
lingkaran feedback positif
dihentikan. 2 proses apa
yang menyebabkan nya?
12 Apa nama kedua gerbang
yang dimiliki oleh kanal
natrium voltage-gated?
13 Kapan gerbang sensitif
voltase akan terbuka?
14 Apa fungsi inaktivasi
gerbang time-sensitive?
15 Apa yang terjadi pada
kanal natrium voltage-
gated pada saat puncak
potensial aksi?
16 Kapan kanal kalium
voltage-gated terbuka?
17 Apa yang terjadi bila kanal
kalium voltage-gated
terbuka dan kalium
berpindah ke luar sel?
18 Kapan repolarisasi terjadi?
Apa yang terjadi pada
potensial membran?
19 Apa yang dimaksud dengan
hiperpolarisasi?
20 Mengapa dapat terjadi
hiperpolarisasi?

21. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas natrium meningkat cepat ?......
22. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas natrium berkurang cepat ?......
23. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas kalium paling besar?......
24. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas kalium menurun perlahan ?......

Pilihan jawaban untuk pertanyaan nomor 21 -24 :


A. selama repolarisasi
B. selama fase naik potensial aksi
C. selama hiperpolarisasi
D. selama repolarisasi

25. Peningkatan cepat permeabilitas natrium berperan untuk ....


26. Penurunan cepat permeabilitas natrium disertai peningkatan permeabilitas kalium berperan
untuk......
27. Penurunan perlahan permeabilitas kalium berperan untuk .......
Pilihan jawaban untuk pertanyaan nomor 25-27 :
A. Repolarisasi sel
B. Hiperpolariasi
C. Fase naik potensial aksi
No Pertanyaan Jawaban
28 Apa yang dimaksud dengna
periode refrakter absolut ?
29 Mengapa neuron tidak
dapat membangkitkan
potensial aksi selama
periode refrakter absolut?
30 Apa yag dimaksud denga
periode refrakter relatif?
31 Mengapa lebih sulit bagi
suatu neuron untuk
membagkitkan potensial
aksi berikutnya selama
periode refrakter relatif?
32 Tuliskan pada grafik, mana
yang merupakan periode
refrakter absolut dan
relatif !

33 Bagaimana potensial aksi


di hantarkan sepanjang
akson ?
34 Sebutkan 2 faktor yang
menentukan kecepatan
hantaran ?
35 Mengapa akson yang
bermyelin menghantarkan
potensial aksi lebih cepat
daripada akson tak
bermyelin?

Paraf Pembimbing Penilaian


2. Film interaktif animasi sistem saraf : Transmisi pada Sinap

Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Latihan, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Latihan, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.

Page 1. Pendahuluan
 Transmisi sinaptik meliputi pelepasan neurotransmitter (Nt) dari sel presinap, difusi Nt
melintasi celah sinap, dan perlekatan Nt dengan reseptor pada sel postsinap
 Hal ini berakhir bila Nt berdisosiasi dari reseptor dan dipindahkan dari celah sinap

Page 2. Tujuan Pembelajaran


 Memahami mekanisme secara rinci mengenai pelepasan neurotransmitter (Nt) dari sel
presinap, difusi Nt melintasi celah sinap, dan perlekatan Nt dengan reseptor.
 Memahmi bahwa perubahan yang dihasilkan oleh Nt bergantung pada tipe reseptor di sel
postsinap
 Mereview lokasi dan fungsi Nt.

Page 3. Sel presinaptik: pelepasan neurotransmitter


 Sebuah potensial aksi tiba di terminal akson dan membuka kanal kalsium voltage-gatet
sehingga kalsium masuk ke terminal
 Adanya kalsium menyebabkan vesikel sinaptik berfusi ke membran
 Setiap vesikel melepaskan sejumlah neurotransmitter ke celah sinaptik
 Neurotransmitter berdifusi melintasi celah sinaptik

Page 4. Sel postsinaptik : pengikatan reseptor


 Neurotransmitter berikatan dengan reseptor di neuron postsinaptik, dimana ia dapat
bekerja langsung atau tak langsung
 Kanal ion chemically-gated tetap terbuka selama neurotransmitter masih terikat pada
reseptor, dan tidak sensitif terhadap perubahan potensial membran
 Arus sinaptik, atau perpindahan ion melalui kanal chemically-gated, dapat mendepolarisasi
atau hiperpolarisasi neuron.

Page 5. Penghentian transmisi sinaptik


 Transmisi sinaptik berakhir ketika neurotransmitter berdisosiasi dari reseptor dan
dipindahkan dari celah sinaptik
 Sebagian besar, neurotransmitter dipompa kembali ke terminal presinaptik dan ke sel glial
terdekat
 Contoh yang ditampilkan adalah glutamat yang dipompa kembali ke terminal presinaptik
 Cara lain, adalah neurotransmitter dipecah oleh enzim, dan hasil pemecahan dipompa keluar
 Asetilkolin adalah salah satu contoh untuk proses tersebut
 Apabila hasil pemecahan ditransport ke terminal presinaptik, mereka digunakan untuk
mensintesa kembali neurotransmitter
 Neurotransmitter yang kembali, di simpan dalam vesikel untuk disimpan dan dilepaskan
kemudian
 Bagaimana mekanisme kembalinya neurotransmitter ke terminal adalah spesifik untuk
setiap neurotransmitter dan dapat secara selektif dipengaruhi oleh obat-obatan.

Page 6. Review peristiwa pada transmisi sinaptik


Page 7. Respon pada sel postsinaptik
 Perubahan yang terjadi pada sel postsinaptik bergantung pada neurotransmitter yang
berperan, dan reseptor spesifik yang terdapat pada sel tersebut

Page 8. Asetilkolin dan reseptornya


 Terdapat banyak jenis reseptor untuk setiap neurotransmitter
 Setiap reseptor mengaktifkan kanal ion yang berbeda, menyebabkan efek yang berbeda di
sel postsinaptik
 Terdapat dua grup reseptor yang disebut reseptor kolinergik, yang mengikat asetilkolin
 Grup yang satu juga mengikat bahan kimia nikotin, grup lainnya juga mengikat muskarin
 Reseptor nikotinik kolinergik, atau nACh adalah reseptor yang dijumpai pada neuromuscular
junction (sambungan saraf-otot)
 Pada reseptor ini, asetilkolin bekerja langsung untuk membuka kanal ion menghasilkan
potensial postsinaptik eksitatori cepat
 Asetilkolin bersifat eksitatorik pada reseptor nikotinik
 Menyebabkan otot skelet berkontraksi

 Satu tipe reseptor muskarinik kolinergik, atau mACh terdapat di sistem saraf pusat dan di
sebagian besar organ efektor sistem saraf cabang parasimpatis
 Asetilkolin bekerja tak langsung pada reseptor mACh menghasilkan potensial postsinaptik
eksitatori lambat
 Asetilkolin bersifat eksitatori pada reseptor muskarinik ini, menyebabkan neuron
membangkitkan potensial aksi, dan otot polos berkontraksi

 Tipe kedua dari reseptor mACh terdapat di sistem saraf pusat, dan jantung
 Asetilkolin bekerja tak langsung pada reseptor ini menghasilkan inhibisi lambat pada sel
postsinaptik
 Asetilkolin bersifat inhibitori pada reseptor muskarinik ini, menyebabkan neuron
hiperpolarisasi, dan denyut jantung melambat
 Kerja asetilkolin dapat eksitatori atau inhibitori. Efek bergantung pada reseptor yang
terdapat pada sel postsinaptik

Page 9. Norepinefrin dan reseptornya


 Terdapat 2 famili reseptor untuk neurotransmitter norepinefrin, yaitu alfa dan beta
 Semuanya disebut reseptor adrenergik, dan norepinefrin bekerja tak langsung ketika
berikatan dengannya.
 Reseptor alfa dan beta terdapat di sistem saraf pust, dan yang lebih penting, pada organ
efektor sistem saraf simpatetik
 Norepinefrin bekerja tak langsung pada reseptor alfa-1 menghasilkan eksitasi lambat
 Ini menyebabkan otot polos berkontraksi
 Reseptor alfa-1 terdapat di pembuluh darah, yang menyuplai kulit, mukosa, dan visera
abdomen
 Norepinefrin bersifat eksitasi pada reseptor alfa-1
 Norepinefrin juga bekerja tak langsung pada reseptor beta-1 di jantung menghasilkan
eksitasi lambat
 Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung meningkat
 Norepinefrin bersifat eksitasi pada reseptor beta-1
 Norepinefrin bekerja tak langsung pada reseptor beta-2, menghasilkan inhibisi lambat
 Ini menyebabkan otot polos berdilatasi
 Reseptor beta-2 juga terdapat di jalan nafas respiratori, pembuluh darah yang menyuplai
otot skelet dan jantung, dan sebagian besar organ efektor sistem saraf simpatetik
 Norepinefrin bersifat inhibitori pada reseptor beta-2
 Kerja norepinefrin dapat eksitatori atau inhibitori. Efek bergantung pada reseptor yang
terdapat pada sel postsinaptik

Page 10. Pengantar, lokasi dan fungsi neurotransmitter


 Selanjutnya mereview lokasi dan fungsi neurotransmitter di sistem saraf tepi
 Kemudian mempelajari fungsi neurotransmitter di sistem saraf pusat

Page 11. Neurotransmitter di sistem saraf tepi


 Neuron motorik sistem saraf somatik melepaskan asetilkolin. Disebut kolinergik.
 Otot polos memiliki reseptor nACh, maka kerja asetilkolin di otot skelet adalah langsung,
cepat, dan eksitatori.
 Neuron pertama dari dua neuron di rantai simpatetik , neuron preganglionik, adalah
kolinergik. Demikian juga pada rantai parasimpatetik
 Neuron kedua, atau neuron postganglionik, rantai simpatetik dan parasimpatetik, memiliki
reseptor nACh.
 Sehingga kerja asetilkolin di neuron postganglionik adalah langsung, cepat, dan eksitatori.

Page 12. Neurotransmitter eksitatori dan inhibitori di sistem saraf pusat (SSP)
 Glutamat adalah neurotransmitter eksitatori yang paling banyak dan poten di SSP
 Glutamat bekerja langsung di kanal ion yang melewatkan kalium dan natrium, menghasilkan
potensial postsinaptik eksitatori yang cepat
 Neurotransmitter inhibitori utama di SSP adalah GABA dan glycine
 Sebagaimana GABA, glycine berikatan dengan reseptor yang secara langsung membuka
kanal khlorida, menghasilkan potensial postsinaptik inhibitori cepat.

Page 13. Kerja sinaptik lambat dan cepat : neurotransmitter kerja-langsung


 Neurotransmitter kerja-langsung, atau sinyal yang cepat dan terus menerus, sangat penting
untuk koordinasi sensori-motor, komunikasi, dan fungsi luhur lainnya

Page 14. Kerja sinaptik lambat dan cepat : neurotransmitter kerja-tak langsung
 Semua neurotransmitter pada organ efektor dari sistem saraf otonom perifer bekerja tak
langsung
 Norepinefrin, asetilkolin, dan serotonin, neurotransmitter SSP lain, semua menghasilkan
perubahan status SSP. Sebuah contoh penting adalah perubahan dati status tidur, menjadi
bangun/sadar, kemudian kesadaran/konsentrasi penuh.
 Teori mengenai belajar dan memori selalu melibatkan peran neurotransmitter tak langsung
untuk menjelaskan perubahan aktivitas sinaptik. Neurotransmitter tak langsung dapat
memodulasi neuron, mengubah total fungsi kanal, dn menghasilkan efek/output baru dan
berbeda

Page 15. Kesimpulan


 Neurotransmitter dilepaskan dari vesikel di sel presinaptik dan berikatan ke reseptor di sel
postsinaptik
 Kerja neurotrasnmitter berakhir ketika didisosiasi dari reseptornya
 Pengaruh neurotransmitter pada sel postsinaptik bergantung pada reseptornya, bukan pada
molekul Nt
 Asetilkolin dan norepinefrin adalah Nt terpenting di saraf perifer
 Glutamat, GABA, dan glycine adalah Nt terpenting di SSP
 Aktivitas sinaptik cepat dan lambat bermanfaat untuk fungsi yang berbeda-beda.

__________________________________________________________________________________

Lembar Latihan

Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :

1. Urutkan pernyataan di bawah agar sesuai dengan transmisi sinaptik :__ __ __ __ __ __


a. Neurotransmitter (Nt)berdifusi melintasi celah sinaps
b. Adanya kalsium di dalam sel menyebabkan vesikel berfusi dengan membran
c. Seringkali, Nt dipompa kembali ke dalam terminal presinaptik dan ke sel glial terdekat
d. Potensial aksi di terminal akson menyebabkan kanal kalsium voltage-gated terbuka dan
kalsium masuk ke terminal
e. Setiap vesikel melepaskan sejumlah Nt ke celah sinaps
f. Nt berikatan dengan reseptor di neuron postsinaptik dan bekerja.

2. Neurotransmitter berikatan dengan sebuah reseptor pada___________________ dimana ia


dapat bekerja secara langsung atau tak langsung.
a. Neuron postsinaptik b. Neuron presinaptik
3. Kanal ion chemically-gated akan tetap terbuka selama_______________________ berikatan
dengan reseptor, dan tidak sensitif terhadap perubahan potensial membran.
a. Sinap b. Neurotransmitter c. Ion
4. Arus sinaptik, atau perpindahan ion melalui kanal chemically-gated, dapat _______________
atau _____________ neuron.
a. Merangsang atau menghambat b. Depolarisasi, hiperpolarisasi
5. Transmisi sinaptik berakhir bila ___________________ berdisosiasi dari reseptor dan
dipindahkan dari celah sinaptik.
a. Sinap b. Neurotransmitter c. Ion
6. Salah satu neurotransmitter (Nt) yang dipecahkan oleh enzim, dan hasil pemecahan
dipompa keluar adalah :
a. Asetilkolin b. GABA c. Norepinefrin d. glycine
7. Apabila hasil pemecahan ditransport ke_____________ ____________ , mereka digunakan
untuk resintesis Nt .
a. Terminal presinaptik b. Terminal postsinaptik
8. Terdapat dua grup reseptor kolinergik, yang mengikat asetilkolin. Satu grup juga dapat
mengikat bahan kimia ____________; grup lain juga berikatan dengan bahan kimia _______
a. Nikotin, muskarin b. Reseptor alfa, reseptor beta

9. Reseptor yang terdapat pada neuromuscular junction adalah__________________


a. Muskarinik b. Nikotinik c. Alfa d. Beta
10. Reseptor kolinergik yang banyak didapati di sistem saraf pusat dan sebagian besar organ
efektor cabang parasimpatis sistem saraf adalah _________________
a. Muskarinik b. Nikotinik c. Alfa d. Beta
11. Asetilkollin bekerja tak langsung pada reseptor __________ menghasilkan potensial
postsinaptik eksitatori lambat
a. mACh b. nACh
12. Tipe kedua reseptor mACh terdapat di sistem saraf pusat, dan di ____________
a. Paru b.Ginjal c. Jantung d.Hati
13. Asetilkolin bekerja tak langsung pada reseptor ini, menghasilkan_________ ______ di sel
postsinaptik. Di jantung , efeknya adalah ___________ frekuensi denyut jantung.
a. Eksitasi cepat,meningkatkan b. Inhibisi lambat,menurunkan
14. Asetilkolin menghambat reseptor muskarinik tersebut menyebabkan neuron
____________ , dan jantung melambat.
a. Hiperpolarisasi b. Depolarisasi
15. Reseptor bagi Nt norepinefrin disebut reseptor __________________
a. Adrenergik b. Kolinergik
16. Reseptor alfa dan beta adrenergik terdapat di sistem saraf pusat, dan yang lebih penting,
pada organ efektor pada ________________________
a. Sistem saraf simpatis b. Sistem saraf parasimpatis
17. Norepinefrin bekerja yak langsung pada reseptor alfa-1 menghasilkan eksitasi lambat. Ini
menyebabkan otot polos berkontraksi. Reseptor alfa-1 terdapat di _______ _______ , yang
menyuplai kulit, mukosa, dan visera abdomen. Norepinefrin adalaheksitatori pada reseptor
alfa-1.
a. Jantung b. Paru c. Pembuluh darah
18. Norepinefrin juga bekerja tak langsung pada reseptor beta-1 di jantung untuk menghasilkan
eksitasi lambat. __________ _______ dan kekuatan kontraksi meningkat. Norepinefrin
adalaheksitatori pada reseptor beta-1.
a. Frekuensi jantung b. Lama kontraksi
19. Norepinefrin bekerja tak langsung pada reseptor beta-2, untuk menghasilkan inhibisi lambat.
Ini menyebabkan __________ otot polos. Reseptor beta-2 terletak di saluran nafas _______,
pembuluh darah yang menyuplai otot ______ dan jantung, dan banyak organ efektor pada
sistem simpatis. Norepinefrin adalah inhibitori pada reseptor beta-2.
a. Konstrik,respiratori,polos b. Dilatasi,respiratori,skeletal
20. Neuron motorik pada sistem saraf somatik melepaskan _______________ . Otot rangka
memiliki reseptor ___________ _______ .
a. Norepinefrin, adrenergik alfa b. Asetilkolin, kolinergik nACh
21. Aksi asetilkolin pada otot skelet adalah secara langsung, cepat, dan _____________.
a. Inhibitori b. Eksitatori
22. Neuron pertama dari dua rantai neuron saraf simpatis, pada neuron preganglion,
adalah__________ .
a. Kolinergik b. Adrenergik
23. Neuron kedua, atau neuron postganglion, para rantai simpatis dan parasimpatis, memiliki
reseptor _________________
a. mACh b.nACh c. Alfa d. Beta
24. Neuron postganglion simpatis melepaskan ___________ . Disebut ______________
a. Norepinefrin, adrenergik b. Asetilkolin, kolinergik
25. Neuron postganglion parasimpatis melepaskan ___________ . Disebut ______________
a. Norepinefrin, adrenergik b. Asetilkolin, kolinergik
26. Glutamat adalah neurotransmitter eksitatori yang paling banyak dan paling poten di sistem
saraf pusat. Glutamat bekerja langsung pada kanal ion yang menyebabkan lewatnya _____
dan _____ , menghasilkan potensial postsinaptik eksitatori cepat.
a. Natrium,kalium b. khlorida
27. Neurotransmitter inhibitori utama pada sistem saraf pusat adalah GABA dan glycine. Sama
seperti GABA, glycine berikatan dengan reseptor yang secara langsung membuka kanal ___,
menghasilkan potensial postsinaptik inhibitori cepat.
a. Natrium,kalium b. Khlorida

Paraf Pembimbing Penilaian


3.Potensial Aksi Gabungan pada Nervus Sciatic/Iskiadikus Katak

Pada percobaan ini, akan dilakukan pengukuran potensial aksi gabungan (CAPs) dari nervus
iskiadikus katak yang terisolasi (sudah diambil dari katak), untuk mengambarkan sifat fisiologis dasar
impuls saraf.

Compound Action Potentials in the Frog Sciatic Nerve


Background
The fundamental unit of the nervous system is the neuron. Neurons and other excitable cells
produce action potentials when they receive electrical or chemical stimulation. The action potential
occurs as a large-scale depolarization when positive ions such as sodium rapidly enter the neuron via
specialized membrane channel proteins.
Action potentials are “all-or-none” events. Once an action potential begins, it propagates down the
length of the axon. When the action potential reaches the end of the axon, a neurotransmitter is
typically released into the synapse.
After an action potential occurs, the neuron must repolarize. During this time, called the refractory
period, the neuron is incapable of producing another action potential.
Measuring action potentials from single neurons requires highly specialized equipment. In this lab,
you will record compound action potentials (CAPs) from the isolated frog sciatic nerve. CAPs
represent the summed action potentials of the multitude of neurons that comprise a nerve.
___________________________________________________________________________
Percobaan yang dilakukan :

Percobaan 1: Menentukan voltase ambang (nerve threshold voltage) dan amplitudo maksimal CAP

Percobaan 2: Menentukan periode refraktori (nerve refractory period)

Percobaan 3: Menentukan kecepatan konduksi saraf (conduction velocity)

Bahan yang harus disiapkan di rumah: Kodok tempurung (Rana pipiens or Xenopus laevis) dengan
jumlah 2 ekor tiap meja dengan ukuran @ 130-150 gr.

Bahan dan alat :

 Forceps
 Dissection needle (jarum diseksi)
 Ringer’s solution
 Scalpel (pisau)
 Glass hook / fine blunt probe (batang kaca dengan pengait di ujungnya)
 Dissection tray (nampan)
 Petri dish (piring petri ) atau baker glass
 Scissors (gunting)
 Fine thread (benang )
 Filter paper (kertas filter)
 Aluminum foil
 Pasteur pipette (pipet)
Double-pithing procedure (Cara pembuatan hewan spinal) :
1) pegang katak dengan tangan kiri, tundukkan kepalanya (lipat ke
arah ventral) di antara jari tengah dan telunjuk.
2) Gunakan jarum diseksi, tentukan daerah cekung (depression) di
dasar tengkorak; ini adalah foramen magnum.

3) Tusukkan (masukkan) jarum diseksi ke foramen magnum dan


tekan ke arah kranial untuk merusak otak katak.
4) Kemudian tarik jarum sebagian dan arahkan ke kaudal menuju
kolumna spinalis untuk merusak spinal cord. Kaki katak pada
Gambar 1. mulanya akan tegang , dan kemudian menjadi flaksid (lumpuh)
Pembuatan hewan dan tidak berespon (tidak menarik kakinya bila dijepit dengan
spinal (spinal animal) forsep).
Kondisi hewan yang sudah mengalami kerusakan pada spinal cord ini disebut juga sebagai
spinal animal.
5) Selanjutnya adalah melepaskan nervus sciatic dari katak.

Prosedur diseksi nervus :


1) Lepaskan kulit katak mulai dari abdomen dan kaki. Yaitu dengan menggunting kulit di
sekeliling abdomen, dan tarik kulit ke arah bawah sehingga lepas.
2) Letakkan katak di nampan , jaga kestabilan sel preparat dengan meneteskan larutan Ringer
pada katak.
3) Jepit dan gunting urostil dan organ viseral abdomen hingga lepas. Akan terlihat pleksus saraf
seperti gambar 2. Hati hati ! jangan merusak pleksus saraf.

Nerve branches
4) Secara diseksi tumpul (gunakan kaca pengait), lepaskan nervus
forming sciatic
nerve
sciatic dari fascia dan jaringan lain.
Sacral 5) Gunting nervus dari spinal cord, dan runut (reflect) sepanjang
vertebra
serat saraf hingga ke kaki .
Urostyle
6) Ikat sepotong benang pada ujung yang sudah bebas, agar
Gluteus
dapat dipegang dengan hati-hati (handled gently !).
Sciatic nerve

Semi-membranosus
7) Dengan kaca pengait dan forseps lanjutkan pemisahan nervus
Gastrocnemius
dari jaringan lain.
8) Lepaskan (gunting) nervus dari muskulus gastrocnemius.

9) Letakkan nervus di piring petri yang berisi larutan Ringer,


Gambar 2. Lokasi nervus (dapat disimpan di lemari pendingin) .
sciatic pada katak
Peralatan observasi :
 Sistem komputer
 PowerLab
 Program LabTutor
 Nerve Bath, elektroda stimulator, 2 elektroda rekorder, kabel tembaga halus.

Cara Kerja :

Persiapan peralatan:
1) Sambungkan penjepit merah dan hitam yang terdapat
pada elektroda stimulator ke dua jenjang logam yang
terletak di sisi berlawanan pada nerve bath (gambar
3). Jarak kedua elektroda 0,5 cm.
Gambar 3. Posisi elektroda
stimulator pada nerve bath
2) Sambungkan kabel merah (positif) BNC connector
elektroda stimulator ke output analog positif (+) di
PowerLab. Dan kabel hitam (negatif) output analog
negatif (gambar 7).

3) Sambungkan lead (sadapan) merah dan hitam dari


elektroda perekam (rekorder) pertama ke dua jenjang
logam pada nerve bath (gambar 4). Hubungkan 8-pin
DIN connector ke Pod port Input 1 pada PowerLab
Gambar 4. Posisi elektroda (gambar 7).
perekam pertama pada Nerve
Bath.

4) Ulangi langkah 3 untuk elektroda perekam kedua. Tapi


tempatkan penjepit aligatornya lebih jauh dari
elektroda stimulator (gambar 5). Hubungkan pod ke
Pod port Input 2 pada PowerLab (gambar 7).

5) Teteskan larutan Ringer ke dalam kolom penampung


Gambar 5. Posisi elektroda di dalam Nerve Bath. Larutan tidak boleh sampai
perekam kedua pada Nerve menyentuh jenjang/jajaran logam. Note:
Bath.
OVERFILLING Nerve Bath akan menyebabkan
timbulnya hubungan pendek (short circuit) pada
percobaan.

6) Gunting sepotong kertas filter dan letakkan di atas


jajaran logam pada nerve bath (gambar 6) sehingga
melintasi semua jajaran jenjang logam yang terkait
Gambar 6. Nerve Bath yang dengan elektroda stimulator dan kedua pasang
sudah disiapkan untuk tes
koneksi, dengan kertas filter
elektroda perekam. Basahi sedikit kertas tersebut dan
dan larutan Ringer pasang penutup nerve bath. Ini bertujuan untuk
melakukan tes koneksi.
7) Hidupkan PowerLab (Sebelum menghidupkan PowerLab pastikan ia sudah terhubungkan ke
komputer).
8) Jalankan program LabTutor dari desktop enter, dan buka eksperimen Frog Nerve.

Gambar 7. Diagram Nerve Bath dan PowerLab yang sudah terpasang secara lengkap. Pastikan
nervus melintang menyentuh semua jajaran logam yang terkait semua pasangan elektroda.

LABTUTOR - FROG NERVE

Page 1. Baca learning objectives dan sejarah perekaman potensial aksi saraf.

Page 2. Pemasangan nerve Bath


1) Sambungkan elektroda stimulator ke nerve bath (gambar 1). Pada ujung lain, kabel elektroda
stimulator memiliki 2 konektor BNC untuk dipasang ke PowerLab.
2) Sambungkan elektroda perekam pertama ke nerve bath (gambar 2). Kabel memiliki konektor
tunggal untuk dipasang ke PowerLab.

Page 3. Setup Test


1) Klik START. LabTutor akan menstimulasi dan merekam data secara otomatis selama 1 detik.
2) Pada channel TEST, akan terlihat rangkaian pulsa stimulus. Bila tidak terekam, coba cek
apakah klip aligator sudah terpasang dengan benar, kertas filter masih lembab, dan seluruh
kabel terpasang dengan benar pada nerve bath.
3) Apabila test berhasil, maka dapat dilanjutkan untuk melakukan percobaan.

Page 4. Diseksi (pembuatan preparat). Sudah dilakukan sebagaimana prosedur di atas.


1) Ambil nervus dari larutan Ringer dengan cara menjepit pada kedua sisi benang. Note: jangan
menjepit nervus secara langsung (DO NOT GRASP THE NERVE WITH FORCEPS! ) Hal itu akan
merusak nervus.
2) Secara lembut (Gently) letakkan nervus pada sepotong kertas tisue atau filter, untuk
menyerap kelebihan larutan Ringer.
3) Pindahkan kertas filter dari Nerve Bath. Letakkan nervus melintang di atas jenjang, pastikan
ia mengenai semua koneksi (elektroda) aktif (gambar 4). Bila nervus terlalu pendek, sedapat
mungkin sesuaikan posisi elektroda perekam . Tutup kembali nerve bath.
Page 5. Percobaan 1 : Ambang/ threshold Saraf.
Pada percobaan ini, anda harus menentukan besarnya ambang/ threshold voltase stimulus dan
amplitudo maksimal CAP ( amplitudo potensial aksi gabungan yang paling besar)
1) Pada stimulator panel, atur besarnya voltase adalah 10 mV.
2) Klik START, LabTutor akan menstimulasi saraf dan merekam selama 5 milidetik (ms).
3) Selanjutnya naikkan voltase sebesar 10 mV di stimulator panel. Klik START, ulangi stimulasi
dan perekaman.
4) Ulangi langkah (3), sehingga didapat amplitudo CAP tidak bertambah lagi tingginya atau
apabila voltase sudah mencapai 400 mV.

Page 6. Analisis – Threshold Saraf


1) Tampilkan hasil rekaman pertama yang menunjukkan CAP secara jelas
2) ‘Select’ seluruh gelombang CAP dari puncak hingga bagian terendah. / Ingat : jangan
mengikutsertakan ‘stimulus artifact’ (pulse yang terbentuk saat stimulus diberikan).
3) Pada ‘value panel’ akan tercantum besarnya amplitudo. Drag nilai tersebut ke dalam tabel,
yaitu di kotak isian CAP(mV) yang sesuai dengan besar stimulus (mV).
4) Ulangi langkah 1 sampai 3 di atas untuk setiap hasil rekaman berikutnya.
5) Untuk hasil perekaman sebelumnya yang belum menghasilkan CAP, masukkan nilai nol ke
kolom CAP(mV).
-Dengan memasukkan nilai tersebut, pada grafik akan terlihat hubungan antara stimulus dan
responnya.
-Tentukan berapa nilai stimulus threshold dan berapa nilai stimulus maksimal, tuliskan di
tabel data pada lembar Hasil Praktikum (anda harus sudah mengetahui definisi keduanya).

Page 7. Percobaan 2 : Periode Refraktori Saraf


Pada percobaan ini, anda akan menentukan periode refraktori pada saraf. Pada sekali
perekaman, anda akan memberikan dua stimuli berturutan yang memiliki interval tertentu.
Kemudian interval antara kedua stimulus akan dikurangi secara progresif pada setiap perekaman
selanjutnya. Untuk melakukan percobaan ini, anda harus sudah menganalisis dan mengetahui besar
stimulus maksimal pada percobaan 1.
1) Pada stimulator panel, tentukan besar stimulus adalah ‘stimulus maksimal’ (yang didapat
dari percobaan 1), dan interval stimulus adalah 4.0 ms.
2) Klik START, LabTutor akan mestimulasi nervus 2 kali dan merekam selama 10 ms.
3) Kemudian kurangi interval (pada stimulator panel) menjadi 3.5 ms, dan klik START.
4) Ulangi hal tersebut, dengan menurunkan interval berturut-turut menjadi 3.0 ms, 2.0ms,
1.9ms, dan bertahap kurangi 0.1 ms sehingga terakhir adalah 1.0 ms.

Page 8. Analisis Periode Refraktori Saraf


1) Tampilkan hasil rekaman pertama yang menunjukkan CAP kedua secara jelas
2) ‘Select’ seluruh gelombang CAP kedua dari puncak hingga bagian terendah. / Ingat : jangan
mengikutsertakan ‘stimulus artifact’ (pulse yang terbentuk saat stimulus diberikan).
3) Pada ‘value panel’ akan tercantum besarnya amplitudo. Drag nilai tersebut ke dalam tabel,
yaitu di kotak isian CAP(mV) yang sesuai dengan interval stimulus (ms).
4) Ulangi langkah 1 sampai 3 di atas untuk setiap hasil rekaman berikutnya.
-Dengan memasukkan nilai tersebut, grafik akan menampilkan hubungan antara interval stimulus
dan besaran CAP kedua.
-Tandai interval berapa yang menunjukkan penurunan besaran CAP kedua, ini merupakan akhir
periode refraktori relatif.
-Tandai interval berapa yang menunjukkan CAP kedua tidak muncul, ini merupakan akhir periode
refraktori absolut.
Page 9. Percobaan 3 : Kecepatan Konduksi
-Pada percobaan ini anda akan menentukan kecepatan konduksi pada saraf.
-Hasil rekaman di channel atas menunjukkan CAP yang direkam oleh elektroda perekam
proksimal, dan channel bawah menunjukkan CAP yang didapat oleh elektroda perekam distal.
1) Pada stimulator panel, gunakan voltase sebesar dua kali yang digunakan pada percobaan 2.
2) Klik START, LabTutor akan merekam di kedua channel data selama 5 ms.

Page 10. Analisis Kecepatan Konduksi


Data dari kedua channel akan ditampilkan secara tumpang tindih (overlaid) pada panel LabTutor.
1) Dengan menggunakan mistar (penggaris), ukurlah jarak antara kedua lead hitam elektroda
perekam, masukkan nilainya ke dalam tabel (satuan : mm).
2) Gunakan Marker (M) dan waveform cursor untuk menentukan interval waktu bagi CAP
untuk berjalan melintasi kedua elektroda perekam. Dengan cara : letakkan Marker pada
puncak CAP pertama.
3) Kemudian, pindah channel dengan cara klik tombol channel. Letakkan waveform cursor pada
puncak CAP kedua, dan klik, sehingga nilai Δtime akan tertulis di value panel.
4) Drag nilai tersebut dari value panel ke dalam tabel.

-Tabel sudah terprogram untuk menghitung kecepatan konduksi dalam m/s , kalkulasi ini didapat
dari : jarak kedua elektroda (mm) / interval waktu antara kedua CAP (s) x 1000.
-Sesudah selesai melakukan perekaman, kembalikan nervus ke dalam baker glass berisi Ringer,
dan keringkan elektroda beserta nerve chamber dengan menggunakan tisue atau kain lap halus.
Laporan Hasil Praktikum

Nama : Tanda Tangan : ............................................

NIM :

Grup :

Tanggal praktikum : Tanda tangan Instruktur: .....................................

___________________________________________________________________________

Tugas rumah (homework) sebelum praktikum :


(Jawablah pertanyaan berikut ini pada tempat yang tersedia. Anda harus sudah menuliskan
jawabannya sebelum praktikum dimulai, instruktur akan memeriksa apakah tugas rumah ini sudah
selesai)

1) Apa perbedaan CAP dengan potensial aksi tunggal ?

2) Apa yang menyebabkan terjadinya periode refrakter relatif ?

3) Potensial aksi disebut sebagai respon yang “all or none” , mengapa nervus sciatic katak
memperlihatkan respon berjenjang (graded response) ?

4) Jelaskan dengan singkat peristiwa seluler yang terjadi sewaktu periode refrakter. Petunjuk :
berkaitan dengan proses repolarisasi
Hasil : Tabel 1. Amplitudo CAP terhadap intensitas stimulus
Tabel 2. Amplitudo CAP versus interval stimulus

Tabel 3. Perhitungan kecepatan konduksi

Distance between recording electrodes: cm

Time interval between CAP1 and CAP2: ms

Conduction velocity m/s


Kesimpulan :

Jawablah pertanyaan berikut ini secara lengkap.

1) Bagaimana pengertian respon “all or none” ? Apakah anda melihat respon ini pada data di
atas ? Jelaskan hasil yang didapat.

2) Jelaskan perbedaan antara periode refrakter relatif dan absolut.

3) Jelaskan mekanisme seluler yang menyebabkan adanya periode refrakter.

4) Pada percobaan ini, telah dilakukan penilaian efek peningkatan intensitas stimulus terhadap
nervus. Bentuk stimulus yang bagaimana lagi yang dapat mempengaruhi kecenderungan/
tendensi nervus dalam membangkitkan CAP ?

5) Berdasarkan perhitungan kecepatan konduksi CAP, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan
CAP untuk berjalan di sepanjang nervus bila panjangnya adalah 10 cm ?
4. Fungsi Faal Sistem Saraf Pusat

Tujuan Praktikum :
I. TIU : Dapat memahami fungsi Susunan Saraf Pusat dengan metode pengerusakan/pemotongan
diberbagai level SSP.
TIK : 1.Dapat menerangkan definisi decerebrate-rigidity
2.Dapat menerangkan pengaruh pengerusakan salah satu kanalis semisirkularis
3.Dapat menerangkan pengertian spinal animal
II. TIU : Dapat mendemonstrasikan dan mencatat peristiwa-peristiwa refleks pada kodok.
TIK :1. Dapat mendemonstrasikan percobaan kodok berada dalam keadaan normal; a. posture,
b. reaksi terhadap rangsangan, c. kesanggupan menggangkat tubuh, d. berenang.
2.Dapat mendemonstrasikan efek percobaan decerebrate preparat , pengerusakan kanalis
semisirkularis yaitu terhadap :a. posture. b. reaksi terhadap rangsangan. c. kesanggupan
mengangkat tubuh. d. kesanggupan berenang.
3.Dapat mempersiapkan spinal animal , mencatat waktu spinal shock, dan membandingkan
posture spinal animal dengan kodok normal.
4.Dapat mendemonstrasikan pada spinal animal, withdrawal reflexes dalam keadaan
tergantung dengan dua macam stimulus.
5.Dapat mendemonstrasikan kesanggupan berenang spinal animal .
6.Dapat mendemonstrasikan percobaan 4 (penyebaran refleks) dengan stimulus liminal 1
kali dan berturut-turut.
7.Dapat mendemonstrasikan dan mencatat waktu refleks pada percobaan mengukur waktu
refleks pada binatang ini
III. TIU : Dapat memahami hasil yang diharapkan diperbadingkan dengan hasil-hasil observasi pada
percobaan ini.
TIK : 1. Mencatat : posture, reaksi terhadap perangsangan, kesanggupan mengangkat tubuh,
kesanggupan berenang dari kodok yang belum di manipulasikan.
2.Idem pada kodok yang mengalami decerebrasi
3.idem pada kodok yang mengalami pangerusakan kanalis semisirkularis.
4.Idem pada kodok yang mengalami pengerusakan kanalis semisirkularis kiri dan kanan.
5.Idem pada kodok spinal animal
6.Menuliskan respons spinal animal dibandingkan kodok normal dengan pemberian
intensitas rangsangan yang bertambah.
7.menuliskan efek subliminal stimulus 1 kali berturut-turut terhadap spinal animal dan
kodok normal.

References: 1. Guyton. Ed. Revisi, hal. 401- 517


2. Ganong. Ed. XVII, hal. 47 – 250

Bahan yang harus disiapkan di rumah: Kodok tempurung (Rana pipiens or Xenopus laevis) dengan
jumlah 3 ekor tiap meja dengan ukuran @ 130-150 gr.

PERISTIWA REFLEKS PADA KATAK


Percobaan 1. Katak berada dalam keadaan normal (biasa).
Ambillah seekor katak yang normal dan perhatikanlah keadaannya jika diletakkan pada
sebuah talam. Rangsanglah katak itu dengan memijit salah satu kakinya; perhatikanlah reaksinya.
Letakkan katak itu pada punggungnya; bagaimana ia membalik tubuhnya. Masukkanlah katak itu
kedalam sebuah bak kecil dan perhatikan gerak berenangnya.

Percobaan 2. Decerebrate-preparat.
Potonglah bagian depan kepala katak itu yaitu dibelakang matanya. Setelah beberapa saat
kemudian katak itu akan sadar dari keadaan shock akibat pemotongan tadi dan perhatikanlah :
a. Posture
b. Reaksinya terhadap perangsangan
c. Kesanggupannnya untuk mengangkat tubuhnya
d. Kesanggupan berenang

Percobaan 3. Perusakan kanalis semisirkularis.


Bukalah mulut katak itu dan perhatikan benjolan kecil pada atap mulut yaitu di depan membrana
timpani. Dibawah benjolan inilah terletak kanalis semisirkularis. Rusakkan kanalis semisirkularis kiri
yaitu dengan mencucuk melalui benjolan tadi dengan ujung gunting yang tertutup. Kemudian
bukalah gunting tadi beberapa millimeter sambil memutar gunting tersebut.
Perhatikan :
a. Posture
b. Reaksinya terhadap perangsangan
c. Kesanggupannnya untuk mengangkat tubuhnya
d. Kesanggupan berenang
Pada katak yang sama rusakkan canalis semicircularis sebelah kanan, dan perhatikanlah :
a. Posture
b. Reaksinya terhadap perangsangan
c. Kesanggupannnya untuk mengangkat tubuhnya
d. Kesanggupan berenang

Percobaan 4 : The spinal animal; Penyebaran refleks (irridation reflex) dan after discharge
Pekerjaan medulla spinalis dipengaruhi oleh susunan saraf yang lebih tinggi. Oleh karena itu
untuk mempelajari refleks-refleks medulla haruslah dibuat sebuah spinal-preparat. Potonglah kepala
katak itu di belakang membrana timpani maka terdapatlah spinal animal. Selidikilah binatang itu
segera setelah pemotongan.
Ternyata binatang tersebut tidak bereaksi terhadap rangsangan apapun dan keadaan ini disebut
“spinal shock”. Setelah beberapa menit maka keadaan shock ini akan berlalu. Perhatikanlah posture
dan bandingkanlah dengan binatang biasa (percobaan 1) .
Gantung katak itu dengan menjepitkan klem / forceps pada rahang bawahnya. Pada percobaan-
percobaan berikutnya reaksi katak itu terhadap rangsangan akan berbeda-beda tergantung pada
peka tidaknya preparat itu. Kerjakanlah hal hal yang berikut:
1. Jepitlah sebuah kakinya dengan forceps; kaki itu akan ditarik ; demikian pula jika
dijepit kaki yang sebelah lagi.
2. Apabila jepitan bertambah lama bertambah kuat maka gerakan refleks akan
berpindah atau menyebar ke kaki yang lain.
3. Celupkan salah satu kaki katak ke dalam asam sulfat encer
4. Sediakanlah asam sulfat 0,1%, 0,2%, 0, 3%, dan 0, 4%,dalam beaker glass,
masukkan kaki katak itu ke dalamnya dimulai dengan konsentrasi rendah yang makin lama
makin pekat, dan perhatikan reaksi binatang tersebut. Setiap kali sesudah pencelupan asam
sulfat, kaki katak tersebut dicuci tersebih dahulu dengan air.
Catatlah masa-masa laten.
Apakah irradiation?
Apakah after discharge?

Refleks yang diamati adalah sebagai berikut:


a. Penarikan anggota gerak.
b. Apabila rangsangan itu tidak lekas dihentikan maka kedua ekstremitas akan bereaksi.
Reaksi seperti ini pada binatang yang biasa akan menyebabkan berpindahnya binatang
tersebut.
c. Apabila rangsangan bekerja lebih lama lagi maka terjadilah gerakan yang teratur yang
berusaha untuk menghindarkan rangsangan itu.

Percobaan 5. Summation.
Rangsanglah kaki katak tersebut diatas dengan stimulus tunggal subliminal. Apakah ada
reaksi?
Kemudian ulangi perangsangan tersebut tetapi dengan rangsangan yang diberikan berturut-turut
dengan cepat. Apakah yang timbul ?
Lembar Observasi.
PERCOBAAN XIV
FAAL SUSUNAN SYARAF PUSAT

Nama/NIM : .............................................
Group/Meja : .............................................
Tanggal : .............................................

No Hasil observasi Teori terkait / Hasil yang


. diharapkan
1. Pada percobaan kodok berada dalam keadaan
normal:
a. posture kodok : kepala tegak, kaki depan Ya / tidak
extensi, kaki belakang flexi
b. reaksi terhadap perangsangan : pada Ya / tidak
penjepitan salah satu kakinya, maka kodok
menjauhi rangsangan/melompat
c. kesanggupan mengangkat tubuh : pada Ya / tidak
kodok yang diletakkan pada punggungnya
maka 2 ekstremitas sepihak
menendang/extensi, sedang pada pihak lain
flexi, maka kodok berbalik berlawanan
dengan arah tendangan
d. kesanggupan berenang : kodok berenang Ya / tidak
dengan kaki-kaki belakang sebagai
pendayung dan kaki-kaki depan sebagai
kemudi
2. Pada kodok yang mengalami decerebrasi :
a. posture kodok : kodok dalam keadaan kaku Ya / tidak
dan tidak bisa merubah posisinya
b. reaksi terhadap perangsangan : tidak Ya / tidak
dijumpai reaksi apapun
c. kesanggupan mengangkat tubuh : tidak ada Ya / tidak
kesanggupan membalik tubuh
d. kesanggupan berenang : tidak ada Ya / tidak
kesanggupan berenang
Kesalahan pada : teknik/preparat
3. Pada kodok yang dirusak kanalis semisirkularis
kiri :
a. posture kodok : miring kekiri Ya / tidak
b. reaksi terhadap perangsangan : yang Ya / tidak
sebelah kiri ada tetapi lemah
c. kesanggupan mengangkat tubuh : ada Ya / tidak
kearah yang dirusak tetapi lemah
d. kesanggupan berenang : ada tetapi miring Ya / tidak
kekiri dan lemah
Kesalahan pada : teknik/preparat
4. Pada kodok yang dirusak kanalis semisirkularis
kiri dan kanan :
a. posture kodok : tubuh bagian bawah kodok Ya / tidak
datar/rata dengan permukaan meja.
b. reaksi terhadap perangsangan : ada tetapi Ya / tidak
lemah sekali
c. kesanggupan mengangkat tubuh : tidak ada Ya / tidak
sama sekali
d. kesanggupan berenang : tidak ada sama Ya / tidak
sekali
5. Pada spinal animal (sesudah spinal shock) :
a. posture kodok : tak menentu Ya / tidak
b. reaksi terhadap perangsangan : bisa Ya / tidak
menjauhi rangsangan (biasa) tetapi tidak
bisa melompat seperti keadaan normal
c. kesanggupan mengangkat tubuh : tidak bisa Ya / tidak
d. kesanggupan berenang : ada tetapi arahnya Ya / tidak
tak menentu
kesalahan pada : teknik/preparat
6. Spinal animal digantung pada rahang bawahnya :
a. dijepit dengan forceps pada kaki Ya / tidak
belakangnya maka kodok akan menarik
kaki/flexi yang bersangkutan
b. Percobaan irradiation & after discharge : kaki Ya / tidak
belakang kodok dirangsang dengan listrik
makin lama makin kuat, maka urutan refleks
yaitu kaki yang dirangsang, kaki belakang
lain, kedua extremitas depan tubuh
c. kaki belakang kodok dirangsang dengan Ya / tidak
H2SO4 makin lama makin pekat (0,1%, 0,2%,
0, 3%, dan 0, 4%) maka mulai ada reaksi
pada H2SO4 0,3% dan menyeluruh pada
0,4%
d. Kesalahan pada : teknik/preparat/alat/zat-zat
7. Pada percobaan summation (spinal animal
ad.6) : Ya / tidak
a. diberi rangsangan subliminal tunggal maka
tak timbul reaksi Ya / tidak
b. diberi rangsangan subliminal berturut-turut
dan cepat maka timbul withdrawal reflex

Koreksi Nilai Tanda tangan

Instruktur I

Instruktur II

Total
5. Praktikum Perasaan Proprioseptif dan Perasaan Nyeri dan Perasaan-perasaan di kulit

Tujuan Praktikum :
I.1.TIU: Dapat memahami peranan propriosepsi pada manusia.
TIK : 1.Dapat menyebut jenis-jenis receptor yang memegang peranan dalam sensasi posisi.
2.Dapat menyebut “Weber – Fechner’ law”
2.TIU : Dapat memahami peranan terhadap kesetimbangan.
TIK :1. Dapat menyebut 3 bentuk perangsangan kanalis semisirkularis.
2. Dapat menyebut 4 respon yang timbul sebagai akibat perangsangan kanalis semisirkularis.
II. TIU : Dapat mengerti/memahami pengaruh berbagai rangsangan terhadap proprioseptor pada
percobaan ini dalam berbagai keadaan.
TIK : 1. Dapat mendemonstrasikan percobaan “Menunjukkan tempat” dengan 2 cara.
2.Dapat mendemonstrasikan “Percobaan mengira-ngira gerakan” dengan 2 cara.
3.Dapat mendemonstrasikan “Percobaan mengira-ngira beban” (Hk. Weber)
4.Dapat menggambarkan grafik dari hasil percobaan mengira-ngira beban
5.Dapat mendemonstrasikan percobaan nystagmus dengan kepala tegak dan kepada tunduk
pada pemutaran cepat 10 kali.
6.Dapat mencatat perasaan-perasaan subjektif pada bercobaan ad. 5.
7.Dapat mendemonstrasikan percobaan “Past Pointing” sesudah pemutaran 10 kali.
8.Dapat mendemonstrasikan percobaan “Optokinetik nystagmus”
III. TIU : Dapat memahami hasil yang diharapkan diperbandingkan dengan hasil-hasil observasi pada
percobaan ini.
TIK : Dapat menggambarkan grafik Weber- Fechner’s Law dan membandingkannya dengan hasil
observasi

Percobaan 1. Menunjukkan tempat.


a. Seorang praktikan matanya ditutup dan kemudian praktikan yang lain menggerakkan serta
meletakkan salah satu jari dari tangan kiri praktikan yang pertama pada tempat tertentu di
sebuah papan. Setelah tangan kiri dipindahkan, praktikan yang pertama harus mengulangi
pekerjaan tangan kiri tadi dengan tangan kanannya.
b. Jari telunjuk tangan kanan menentukan suatu tempat pada sepotong papan, dan tentukanlah
dengan jari telunjuk kiri tempat yang sama tetapi yang terletak di permukaan sebelahnya
(sebaliknya). Apakah persis tepat? Kalau tidak, tentukan selisih jaraknya. Dalam percobaan ini
mata harus ditutup.

Percobaan 2. Mengira-ngira gerakan.


Sebuah skala meter ( 1 meter ) diletakkan dipinggir sebuah meja. Seorang praktikan yang
matanya ditutup, berdiri berhadapan dengan titik yang ke-50 cm (di tengah) dari skala meter tadi.
Jari telunjuk kiri dan kanannya berada pada titik yang ke-50 tersebut. Sebatang pinsil ditaruh pada
tempat tertentu pada skala meter tersebut di sisi sebelah kanan. Kemudia kedua telunjuk tadi
bersama-sama digerakkan hingga telunjuk kanan menyentuh pinsil. Telunjuk kiri ini harus bergerak
ke kiri dan berhenti sejauh jarak yang diperkirakan telah ditempuh telunjuk kanan. Apakah hasilnya
akan serupa? Ulangi percobaan ini tetapi dengan jarak yang berbeda-beda. Kemudian percobaan ini
dilakukan pula tetapi dengan kedua telunjuk tidak digerakkan serentak.

Percobaan 3. Mengira-ngira beban (hukum Weber).


Untuk ini disediakan beban yang masing-masing beratnya 100 g, 200 g, dan beban tambahan
yang masing-masingnya 10 g. Dalam melakukan percobaan ini, mata harus ditutup, dan temannya
membantu mengerjakan.
Gantungkanlah beban 100 g pada buku jari simetris di masing-masing jari telunjuk praktikan
yang ditutup matanya. Kemudian beban tersebut diambil dan pada salah satunya diberikan beban
tambahan. Sekarang letakkan kembali pada masing-masing jari telunjuknya. Apakah praktikan
tersebut dapat membedakan suatu perbedaan berat? Jika tidak maka tambahkan lagi beban
tambahan sampai praktikan tersebut tampak merasakan suatu perubahan berat. Setiap kali
menambahkan beban tambahan maka beban-beban itu harus dilepaskan dahulu dari jari-jari
telunjuknya, catatlah penambahan beban tersebut yakni sampai terasa suatu perbedaan berat.
Kemudian lakukan percobaan tersebut lagi tetapi sebagai beban dipakai 200 g, 300 g.
Nyatakanlah batas perbedaan sebagai persentasi beban.
Buatlah suatu grafik dari hasil yang saudara peroleh pada percobaan-percobaan diatas.

PERANGSANGAN KANALIS SEMISIRKULARIS.


PERHATIAN. Percobaan ini hanya boleh dilakukan dengan pengawasan asisten.
Percobaan 1.
Nystagmus :
Putarlah seorang praktikan dengan cepat 10 kali putaran dan usahakan selama putaran
kepalanya selalu dalam posisi tegak. Perhatikan gerakan matanya selama ia berputar. Gerakan ini
terdiri dari gerakan yang lambat kearah yang berlawanan dengan arah putaran ,dan gerakan yang
cepat kearah putaran. Gerakan mata yang demikian disebut nystagmus. Perhatikanlah pula adanya
nystagmus ketika pemutaran berhenti. Apakah arah gerakan matanya sama seperti selama ia
berputar?

Vertigo :
Catatlah segala perasaan-perasaan subjektif yang timbul setelah putaran ini dan terangkan
peristiwa ini berdasarkan perangsangan kanalis semisirkularis. Ulangi kedua percobaan diatas tetapi
posisi kepala ditundukkan kedepan.

Percobaan 2 . Menunjuk lewat (past pointing)


Putarlah praktikan 10 kali putaran dengan mata tertutup. Kemudian (masih dengan mata
tertutup), tariklah telunjuknya pada suatu titik tertentu di atas meja. Kemudian suruh ia menarik
tangannya kembali, dan setelah itu suruh ia menunjuk kembali ke arah titik yang tertentu tadi.
Mungkin terjadi kesalahan oleh adanya perangsangan yang terus menerus pada canalis
semisirkularis. Gejala ini disebut menunjuk lewat (past pointing).
Perhatikan / ingat arah pemutaran, dan kearah mana pula terjadinya menunjuk lewat tadi.

Percobaan 3. Optokinetik
Praktikan duduk dengan tenang. Matanya harus melihat dan mengikuti gerakan dari suatu taris
(strip) vertikal yang terdapat pada suatu drum yang berputar dengan cepat. Perhatikan bola
matanya.
Lembar observasi
Laporan Hasil Praktikum

Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :

No Hasil observasi Teori terkait / Hasil yang


. diharapkan
1. Pada percobaan menunjukkan tempat (mata
tertutup):
a. Tangan kanan diletakkan tepat pada bekas Ya / tidak
tempat tangan kiri
b. Telunjuk kiri menunjukkan titik pada papan Ya / tidak
yang bersebelahan dengan titik kanan tepat
2. Pada percobaan mengira-ngira gerakan :
a. Bila kedua jari telunjuk digerakkan dengan Ya / tidak
serentak dan arahnya bertentangan, maka
jarak yang ditempuh masing-masing sama
b. Bila kedua jari telunjuk digerakkan dengan Ya / tidak
arah yang bertentangan tetapi tidak serentak
maka jarak yang ditempuh masing-masing
telunjuk sama
3. Pada percobaan mengira-ngira beban (Hukum
Weber)
a. Makin berat beban, semakin mudah Ya / tidak
merasakan perbedaan berat antada kiri –
kanan.
b. Gambarkan grafik dari hasil-hasil yang
diperoleh dengan beban 100 gr, 200 gr, 300
gr.
Kesalahan pada teknik/alat.
4. Percobaan Nystagmus (kepala tegak):
a. Nystagmus selama berputar : komponen Ya / tidak
cepat searah putaran
b. Nystagmus post rotatory : komponen cepat Ya / tidak
berlawanan arah putaran

c. Perasaan subjektif yang dijumpai adalah:


- pusing Ya / tidak
- mau muntah Ya / tidak
- keringat dingin Ya / tidak
- kollaps Ya / tidak
d. Nystagmus yang timbul bila kepala Ya / tidak
ditundukkan kedepan adalah vertical

5. Pada percobaan past poiting (menujuk lewat):


a. Arah putaran ke kanan maka past pointing ke
kanan Ya / tidak
b. Arah putaran ke kiri maka past pointing ke Ya / tidak
kiri

6. Pada percobaan optokinetik nystagmus:


a. komponen cepat berlawanan dengan arah
putaran drum Ya / tidak

Paraf Dosen Penilaian

PERASAAN SAKIT DAN PERASAAN-PERASAAN KULIT

I. 1.TIU : Dapat memahami faal dari perasaan-perasaan sakit.


TIK : 1. Dapat mendefinisikan superficial dan deep pain.
2.Dapat menerangkan yang dimaksud denga hiperalgesia.
2. TIU : Dapat memahami sifat 3 macam reseptor di kulit.
TIK :1. Dapat menyebut 3 macam sense of modalities dari cutaneus sensation.
2. Dapat mendefinisikan “Law of spesifik nerve energies”.
II. TIU : Dapat mendemonstrasikan berbagai stimulus untuk menimbulkan rasa sakit dan perasaan
kulit.
TIK : 1. Dapat menyusun sirkuit elektris untuk rangsangan-rangsangan faradis.
2.Mendemonstrasikan 4 cara menimbulkan skin pain.
3.Mencatat sensasi yang dirasakan pada ad.2.
4.Dapat mendemonstrasikan adanya hiperalgesia.
5.Mendemonstrasikan 2 cara menimbulkan deep pain.
6.Mendemonstrasikan cara menimbulkan muscle pain dengan mempergunakan
sphygmomanometer.
7.Dapat mendemonstrasikan dan mencatat lokasi reseptor-reseptor perabaan, panas dan
dingin.
8.Mendemonstrasikan law of spesific nerve energy.
9.Mendemonstrasikan lokasi touch receptors yang simetris.
10.Mencari dan mencatat area tubuh yang mempunyai jarak 2 point discrimination terkecil.
11.Mendemonstrasikan temperature discrimination.
III. TIU : Dapat membandingkan hasil-hasil observasi dengan hasil yang diharapkan.
TIK : 1. Menuliskan 2 sifat superficial pain.
2.Menuliskan 3 unsur-unsur triple response.
3.Menuliskan hubungan antara dosis kerja dengan waktu timbulnya muscle pain.
4.Menggambarkan peta distribusi reseptors kulit yang normal.
5.Menuliskan sensasi yang timbul sebagai akibat perangsangan elektris pada salah
satu cutaneus reseptors.
5. Menyatakan bagaimana letak reseptor rabaan pada bagian tubuh yang simetris.
6. Mentabulasi jarak-jarak “2 point discrimination” untuk berbagai bagian tubuh.
7. Menuliskan nilai-nilai “optimal range” dari reseptor dingin dan panas.

________________________________

PERASAAN NYERI DAN PERASAAN-PERASAAN KULIT

Perasaan sakitlah yang paling sering menyebabkan seseorang mencari pengobatan ke dokter.
Oleh sebab itu penting sekali mengetahui fisiologi (faal) perasaan nyeri ini. Umumnya kita dapat
membedakan dua bentuk perasaan nyeri:
1. Skin pain : ialah perasaan nyeri yang mencucuk atau perasaan sakit yang membakar, dalam
waktu yang singkat ini dan sementara .
2. Deep pain : yaitu nyeri dalam. Sakit ini dapat timbul dari jaringan organ dalam. Skin pain
dengan pasti dapat di tentukan tempatnya tetapi deep pain lokasinya kurang dapat
ditentukan dengan pasti, sebab kadang-kadang perasaan sakit tersebar luas dan
diffuse, dan kadang-kadang dapat dirasai jauh / seolah dari organ yang lain
(’referred pain’).

Percobaan 1 : Skin pain


Seorang praktikan diberi rangsangan pada bagian dorsal dari lengan bawahnya, sedang ia
sendiri tidak melihat waktu rangsangan itu diberikan.
Rangsangan ini ialah :
1. tusukan peniti
2. dipicit dengan forceps
3. tabung reaksi yang berisi air panas
4. mencabut rambut dengan arteri forceps
Sifat perasaan sakit ini sama dalam segala hal. Apabila kita mencabut rambut cepat-cepat maka kita
merasa tercucuk, sedangkan kita tarik lambat-lambat terdapatlah rasa terbakar.

Percobaan 2 : Hiperalgesia.
Hiperalgesia ialah bertambah pekanya terhadap perasaan sakit. Apabila kulit dirusakkan dengan
berbagai-bagai cara, secara mekanis, panas, dingin, atau cahaya ultra violet maka akan terjadi
hiperalgesia di daerah itu dan di daerah yang berdekatan dengan daerah tadi. Hiperalgesia tidaklah
segera terjadi, akan tetapi memerlukan waktu kira-kira 1 jam sesudah luka dan akan terus
berlangsung beberapa jam atau sehari.
Sebagai contoh yang umum ialah kulit yang terbakar oleh sinar matahari.

Cara kerja : Dengan sebuah peniti , kulit lengan digaruk sehingga terbentuk suatu daerah yang
berbentuk bujur sangkar dengan lebar sisi 2½ cm, dan di dalam bujur sangkar itu dibuat 10 garukan
yang vertikal dan 10 garukan yang horizontal. Apabila sakit yang disebabkan garukan tadi telah
hilang, perhatikan bahwa daerah tadi tidak segera bertambah kepekaannya terhadap sakit.
Selidikilah hal ini dengan menggoreskan sebuah peniti melalui bujur sangkar itu. Perhatikan “triple
respons”.

Selidikilah hiperalgesia setelah 1 jam atau 2 jam kemudian, dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Goreskanlah perlahan peniti melalui bujur sangkar itu dan kemudian mengenai daerah
disekitarnya, maka akan terbukti bahwa di daerah bujur sangkar itu sudah timbul rasa nyeri,
sedang didaerah kulit yang normal tidak menyebabkan rasa nyeri.
b. Letakkanlah tabung reaksi yang berisi air panas 45 – 50 0C pada daerah bujur sangkar itu.
Perhatikanlah sifat nyeri yang terjadi yaitu nyeri seperti disengat.
c. Tekan dengan ketat daerah bujur sangkar itu dengan jari.
Perhatikanlah daerah bujur sangkar itu pada malam hari ini dan besok paginya.
Berapa lamakah berlangsungnya kulit yang merah (redness)?
Berapa lamakah berlangsungnya bengkak (swelling)?
Berapa lamakah berlangsungnya hiperalgesia ?

Percobaan 3 : Deep pain.


a. Jepitlah kulit antara jari ke 4 dan jari ke 5 dari tangan kiri saudara dengan jari telunjuk dan ibu
jari tangan kanan.
b. Tekanlah achillus tendon.
Maka perasaan sakit yang ditimbulkan kedua cara ini adalah sama tetapi berbeda dengan skin pain.

Nyeri didalam otot.


Apabila kita bekerja keras sering terjadi perasaan sakit di dalam otot yang aktif itu (seperti rasa
nyeri kejang). Ini menyatakan batas kesanggupan otot itu, tetapi tidaklah sama halnya dengan lelah
(fatique). Jenis nyeri ini disebabkan terkumpulnya zat yang menyebabkan rasa nyeri yang dibentuk
selama gerakan otot itu . Jika zat penyebab nyeri itu telah terkumpul banyak melebihi batas
(threshold), oleh karena aliran darah tidak cukup baik untuk mengangkut zat itu, maka timbullah
rasa sakit. Rasa sakit yang demikian hanya terjadi pada waktu kerja berat. Pada kerja yang ringan,
aliran darah masih sanggup mengangkut zat tersebut, sehingga zat itu tidak terkumpul, dan
perasaan nyeri tidak timbul, meskipun kita bekerja dalam waktu yang lama.
Apabila kita menghalangi pengaliran darah yaitu dengan sebuah manchet pada lengan atas dan
bila lengan bawah bekerja maka zat-zat penyebab sakit akan terkumpul dengan cepat meskipun
pekerjaan itu ringan.
Percobaan :
Pasanglah manchet pada lengan atas, dengan tekanan 180-200 mmHg pada lengan kiri sedang
lengan kanan tidak diberi tekanan. Praktikan tersebut memegang sebuah barbel pada setiap lengan.
Barbel itu kemudian dilepaskan secara teratur yaitu sekali dalam satu detik.
Catatlah setelah berapa detik terjadi hal yang berikut:
a. merasa sakit untuk pertama kali.
b. tidak dapat menahan rasa sakit itu.
Ulangi percobaan diatas tetapi melepaskan barbel tersebut sekali dalam 2 detik.
Apakah perbedaan keduanya?

Pada beberapa penyakit dapat terjadi pengecilan lumen arteri , sehingga aliran darah berkurang.
Oleh karena itu perasaan sakit dapat timbul dalam waktu yang singkat setelah melakukan pekerjaan
ringan, misalnya setelah berjalan kaki sebentar dan sakit itu hilang jika istirahat. Contohnya adalah
Angina pectoris, yang terjadi akibat bertambah kecilnya lumen arteri koronaria.

PERASAAN-PERASAAN KULIT

Percobaan 1. Menentukan tempat reseptor rabaan.


Gambarlah sebuah bujur sangkar pada bagian dorsal dari tangan seluas 1 cm 2, bagian bujur
sangkar itu dibagi menjadi 4 bujur sangkar yang lebih kecil. Buatlah juga pada catatan saudara
seperti bujur sangkar tersebut, tetapi dengan skala yang lebih besar. Perhatikan letak-letak rambut,
dan berilah tanda-tanda letak rambut pada bujut sangkar di catatan. Cukur rambut-rambut yang ada
dalam bujur sangkar itu. Ambillah “Von Frey apparat” dan singgungkan ujung rambutnya pada
berbagai bagai tempat pada bujur sangkar di tangan secara sistematis. Hindarkan menyinggung
tempat yang sama dua kali. Praktikan itu harus mengatakan “ya” apabila ia merasakan rambut itu
dan berilah tanda tempat-tempat yang peka itu pada gambar di catatan. Selama pencatatan ini
praktikan itu harus ditutup matanya.

Percobaan 2. Menentukan reseptor untuk panas dan dingin.


Tentukan tempat-tempat yang peka terhadap panas sebagaimana halnya pada percobaan 1,
pada permukaan kulit yang sama, dan catat juga di dalam skema seperti bujur sangkar untuk
percobaan 1. Pergunakan sebatang logam yang telah dipanasi air 500C. Setelah dikeluarkan dari
dalam air logam itu harus segera dikeringkan, dan singgungkanlah logam itu dengan lembut keatas
kulit selama 1 detik. Kemudian masukkan kembali ke dalam air. Sebagaimana percobaan 1, dalam
percobaan ini praktikan harus ditutup matanya dan harus mengatakan “ya” apabila ia merasa panas.
Tentukanlah tempat-tempat yang peka terhadap dingin dengan cara yang sama, dengan memakai
logam yang didinginkan dengan es.
Dengan percobaan-percobaan di atas, tentukanlah banyaknya reseptor-reseptor masing-
masing, dan cara pembagiannya. Apakah saudara jumpai tempat yang peka terhadap rabaan, panas
dan dingin pada tempat yang sama?
Dimanakah reseptor rabaan terkumpul banyak?

Percobaan 3. Law of Specific Nerve Energies.


Rangsangan dengan perangsangan faradis reseptor-reseptor diatas dengan mempergunakan
sebuah indifferent elektroda yang besar dan satu elektroda kecil untuk merangsang kulit. Sebagai
Indifferent elektroda dapat dipakai bantalan kain yang telah dicelupkan kedalam larutan garam yang
digenggam ditangan.
Perasaan yang bagaimanakah yang terjadi?
Sebelum memulai percobaan ini praktikan itu matanya ditutup.

Percobaan 4. Lokalisasi rabaan.


Tentukanlah lokalisasi perasaan rabaan pada praktikan yang matanya ditutup dengan
menyinggungkan sepotong kain wool pada berbagai-bagai tempat ditubuh, dan praktikan itu harus
menunjukkan titik tersebut pada bagian tubuh sebelah lain (simetris).

Percobaan 5. Menentukan jarak terkecil yang masih dapat dirasa terpisah (2 point discrimination).
Praktikan yang matanya tertutup disuruh menentukan jarak yang terkecil yang masih dapat
dirasakannya terpisah yaitu dengan mempergunakan asthesiometer. Tentukan hal itu pada : muka,
telapak tangan, punggung tangan dan kuduk.

Percobaan 6. Membeda-bedakan suhu (temperature discrimination).


Sediakanlah tabung-tabung gelas yang berisi air dengan temperatur: 40 0, 150C, 300C.
Masukkanlah jari telunjuk kedalah air yang 40 0C dan jari telunjuk yang sebuah lagi kedalam tabung
yang berisi air 150C.
Kemudian masukkanlah kedua jari itu kedalam air yang 30 0C.
Apakah yang dirasai? Berilah keterangan hal ini.
PERASAAN SAKIT DAN PERASAAN-PERASAAN KULIT

Nama/NIM : ……………………………….
Fakultas : .............................................
Group/Meja : .............................................
Tanggal : .............................................

No Hasil observasi Teori terkait / Hasil yang


. diharapkan
1. Percobaan skin pain dengan 4 macam stimulus :
e. sensasi yang dirasakan serupa. Ya / tidak
Kesalahan pada : teknik/preparat/alat
2. Percobaan hiperalgesia :
a. Triple respons dapat ditunjukkan . Ya / tidak
b. Daerah bujut sangkar lebih dahulu merasa
sakit dari sekitarnya. Ya / tidak
0
c. Temperatur 45 menimbulkan rasa sakit
seperti disengat pada daerah bujur sangkar. Ya / tidak
Kesalahan pada : teknik/preparat/alat
3. Deep pain : menjepit kulit antara jari 4 – 5, rasa
sakit yang timbul tidak tajam dan difuse Ya / tidak

4. Muscle pain :
a. mulai sakit . . . . . . . . menit
b. tak bisa menahan sakit . . . . . . menit
Percobaan pada frekuensi lebih lambat:
a. mulai sakit . . . . . . . . menit
b. tak bisa menahan sakit . . . . . . menit
Kesimpulan :
5. Perasaan kulit:
a. Gambarkan peta distribusi reseptor sentuh

b. Gambarkan peta distribusi reseptor dingin

c. Gambarkan peta distribusi reseptor panas


6. Perangsangan elektris pada salah satu reseptor
menimbulkan sensasi : panas/dingin/sakit/tak
terasa apa-apa
7. Two point discrimination pada :
- punggung tangan . . . . . . . . . . . . . cm
- telapak tangan . . . . . . . . . . . . . cm
- muka . . . . . . . . . . . . . cm
- kuduk . . . . . . . . . . . . . cm
- bibir . . . . . . . . . . . . . cm
- lidah . . . . . . . . . . . . . cm

Koreksi Nilai Tanda tangan

Instruktur I

Instruktur II

Total

6. Film interaktif animasi endokrin : aksis hipotalamus-pituitari & respon terhadap stres

Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Tugas, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Tugas, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.

Bagian Pertama : Aksis Hipotalamus-Hipofise


Page 1. Pendahuluan
 Kelenjar hipotalamus dan pituitari (hipofise) membentuk hubungan yang kompleks antara
sistem saraf dan endokrin
 Otak dapat mempengaruhi aktivitas sel neurosekretori, dan hormon dapat mempengaruhi
pelepasan dari hormon lain

Page 2. Tujuan Pembelajaran


 Memahami anatomi aksis hipotalamus - hipofise
 Memahami sistem portal hipofiseal
 Mengidentifikasi awal sistem kontrol oleh saraf dan endokrin pada aksis hipotalamus –
hipofise

Hal yang sudah diketahui :


 Perbedaan antara neurotransmitter dan hormon
 Perbedaan antara sistem saraf otonom dan somatik
 Peran hipotalamus dalam mengontrol sistem saraf otonom

Page 3. Anatomi Pituitari / Hipofisis


 Terbagi atas : lobus anterior glandular (adenohipofisis) dan lobus posterior neuronal
(neurohipofisis)
 Pituitari terhubung dengan hipotalamus melalui sebuah tangkai yang disebut infundibulum

Anterior Pituitary
The six major anterior pituitary hormones are peptides, they are :
1.Thyroid Stimulating Hormone (TSH or thyrotropin)
2.Follicle Stimulating Hormone (FSH, a gonadotropin)
3.Luteinizing Hormone (LH, a gonadotropin)
4.Adrenocorticotropic Hormone (ACTH, or corticotropin)
5.Growth Hormone (GH)
6.Prolactin (PRL)

Targets and Functions of the Anterior Pituitary Hormones


1.TSH – target thyroid gland and stimulates secretion of thyroid hormone (TH).
2.FSH – targets follicles in the ovaries of females and stimulates growth of follicle
and production of estrogen. In males it targets the testes and stimulates sperm cell
production.
3.LH – targets follicle, triggers ovulation and increases secretion of progesterone. In
males it stimulates testosterone production.
4. ACTH – targets the adrenal cortex and causes the secretion of glucocorticoids.
5.GH - targets most bodily tissues and stimulates metabolism and growth of those
tissues.
6.PRL - targets the breasts in females. Stimulates breast development and lactation.

 Dari keenam hormon pituitari anterior, ada 4 yang secara langsung merangsang kelenjar endokrin
lainnya, dan disebut sebagai hormon tropik.
 Kelenjar pituitari anterior berhubungan dengan hipotalamus melalui sistem portal hipofiseal.
 Kapiler di hipotalamus bagian ventral (depan) menerima hormon yang dilepaskan oleh neuron
hipotalamus, dan mentransportnya ke kapiler di pituitarim anterior.

Posterior Pituitary
 Terutama terdiri dari jaringan saraf
 Berhubungan dengan nuklei supraoptik dan paraventrikular hipotalamus melalui akson di
infundibulum
 Menyimpan 2 neurohormon utama yang akan dilepaskan kemudian
1. ADH (vasopressin) : menstimulasi ginjal untuk mereabsorpsi air.
2.Oxytocin : menstimulasi kontraksi persalinan.
 Pelepasan hormon pituitari posterior dan hipotalamus sama seperti pelepasan
neurotransmitter oleh neuron lain
 Molekul yang berfungsi sebagai hormon di aksis hipotalamus-pituitari seringkali merupakan
neurotransmitter, neuromodulator, atau parakrin di berbagai tempat lain

Page 4. Hormon Hipotalamus


 Merupakan hormon pertama yang akan menyebabkan sekresi hormon lain dari kelenjar
endokrin
 Beberapa hormon hipotalamus menstimulasi hormon tropik di pituitari anterior
 Perhatikan gambar untuk melihat secara jelas bagaimana hormon hipotalamus
mempengaruhi regulasi kelenjar endokrin lain
 Untuk tiap seri, lingkaran umpan balik negatif mengontrol kadar hormon yang beredar di
sirkulasi
 Umpan balik negatif dari kelenjar target dapat langsung ke pituitari anterior atau ke
hipotalamus ventral, atau ke keduanya
 Hormon hipotalamus juga berfungsi mempertahankan pituitari anterior dan hormon tropik
mempertahankan kelenjar endokrin targetnya
 Dalam suatiu keadaan, hormon dari suatu seri dapat menyebabkan sekresi hormon dari seri
lain (misalnya, TH menstimulasi sekresi GH)
 Prolaktin merupakan suatu hormon yang unik, karena stimulus utama dari hipotalamus
bersifat inhibitori kecuali setelah melahirkan, saat produksi susu dimulai.

Page 5. Hipotalamus, sistem saraf otonom, dan interaksi neuroendokrin


 Bagian-bagian korteks serebri, sistem limbik, nuklei basal, formasio retikularis, dan retina,
semua berproyeksi ke talamus
 Keadaan emosi, memakan makanan, stimuli nyeri, trauma, infeksi, cuaca panas/dingin, dan
input cahaya dari retina dapat mempengaruhi sistem endokrin melalui sirkuit hipotalamus
 Berikut ini beberapa contoh bagaimana hipotalamus memediasi respon endokrin :
1. refleks neuroendokrin
 Isapan bayi atau mendengar tangisan bayi menyebabkan dimulainya pengeluaran
susu
 Sensory inputàoxytocinàmammary glandsàmilk letdown.
2. neuron yang sensitif terhadap perubahan kimiawi
 Osmoreseptor di hipotalamus terstimulasi oleh konsentrasi zat terlarut dalam
darah.
 Ini menyebabkan sintesis dan pelepasan ADH.
 ADH bekerja di ginjal dan mendorong reabsorpsi air.
3. irama sirkadian
 Beberapa hormon memperlihatkan fluktuasi harian
 Adanya input dari retina ke hipotalamus adalah suatu cara terjadinya fluktuasi
hormon siang/malam
 Kortisol telah memperlihatkan puncak tertingi dan terendah dalamm satu harian.
___________________________________________________________________________

Bagian Kedua : Respon terhadap Stres

Page 1. Pendahuluan
 Ketika terjadi ancaman terhadap tubuh, sistem saraf dan endokrin menghasilkan respon
yang terkoordinasi baik dan bersifat umum untuk memastikan individu tetap sehat

Page 2. Tujuan Pembelajaran


 Memahami pengaruh stres terhadap fungsi endokrin
 Memahami bagaimana sistem saraf mengarahkan respon umum yang non spesifik terhadap
stres.
 Mereview epinefrin dan kortisol.

Page 3. Respon Stress


 Situasi stres menempatkan tubuh dalam resiko dan tubuh merespon dengan :
 Mekanisme tersendiri untuk mempertahankan homeostasis.
 Respon umum nonspesifik terkoordinasi yang disebut respon stres
 Peningkatan kadar epinefrin, norepinefrin, dan kortisol merupakan tanda bahwa tubuh
sedang stres.
 Stressor adalah berbagai stimuli yang menempatkan tubuh dalam resiko dan merangsang
pelepasan hormon respon stres.
 Yang termasuk stressor:
 Terpapar lama pada temperatur ekstrim
 Olahraga berat
 Takut
 Pembedahan
 Emotional Stress (happy or unhappy)

Page 4. Hipotalamus dan respon stres


 Hipotalamus mengatur respon stres tubuh.
 Sistem saraf mengirim input mengenai kondisi stres ke hipotalamus yang kemudian
melibatkan sistem saraf dan endokrin dalam respon stres.
 Fight or Flight response.
The hypothalamus stimulates the
sympathetic portion of the ANS and the
endocrine system via the adrenal glands
during the fight-or-flight response.

Respon simpatetik meliputi:


 Peningkatan kardiak output
 Peningkatan ventilasi
 Perubahan tekanan darah
 Pengarahan aliran darah ke otot skelet dan pembuluh darah tepi
 Peningkatan keringat
Respon akibat Epinefrin meliputi :
 Meningkatkan respon simpatetik yang disebut di atas
 Memobilisasi simpanan karbohidrat dengan mensintesa glukosa baru dan
pemecahan lemak

Prolonged Response (respon jangka panjang) :


 Terjadi paling tidak 30 menit setelah terpapar stresor.
 Terjadinya sekresi kortisol oleh korteks adrenal melalui jalur berikut
CRHàACTHàCortisol
 Effek kortisol meliputi :
 Mobilisasi energi dengan memecah glikogen, lemak, dan sistesis glukosa oleh hati /
hepar.
 Pelepasan asam amino oleh otot skelet yang dapat digunakan untuk memperbaiki
jaringan.
 Inhibisi peradangan dan respon imun.

Hormon lain yang terlibat :


 ADH: membantu mempertahankan vasokontriksi dan dengan demikian tekanan darah
 Aldosterone : membantu mempertahankan tekanan darah dan volume darah selama
respon stres.

Page 5. Review Epinefrin


 Perhatikanlah setiap tahapan animasi pada page 5 ini, dan buatlah catatan pada kolom
yang tersedia di bawah
Sekresi

Transport

Mekanisme kerja
seluler
Sintesis

Fungsi

Pemecahan

Page 6. Epinephrine: Hyposecretion vs. Hypersecretion


 Hyposecretion
 There are no known pathologies associated with hyposecretion of the adrenal
medulla.
 This may be due in part to the fact that sympathetic nervous system can replace
activities of the adrenal catecholamines.
 Hypersecretion
 In rare cases a tumor called a pheochromacytoma secretes large amounts of
catecholamines and is not under the control of the sympathetic nervous system.
 Symptoms of hypersecretion include:
o High BP
o Palpitations
o Rapid heart rate
o Excessive sweating
o High Blood Glucose
 This rare condition is usually treated with surgery and normal adrenal medulla
function resumes.

Page 7. Review Kortisol


 Perhatikanlah setiap tahapan animasi pada page 7 ini, dan buatlah catatan pada kolom
yang tersedia di bawah
Sekresi

Transport

Mekanisme kerja
seluler
Sintesis

Fungsi

Pemecahan

Lembar Latihan
Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :

1. Isilah kotak yang tersedia sesuai istilah anatominya :


Supraoptic nuclei
Paraventricular nuclei
Ventral nuclei
Anterior pituitary
Posterior pituitary
Infundibulum

No Pertanyaan Jawaban
2 Apa nama sistem kapiler
khusus yang
menghubungkan
hipotalamus ventral ke
pituitari anterior ?
3 Apa yang dimaksud dengan
hormon tropik ?
4 Sebutkan 5 bentuk stresor
yang dapat memicu respon
stres!
5 Sebutkan respon stres
segera!
6 Sebutkan bentuk respon
stres jangka panjang !

7. isilah tempat yang tersedia sesuai hormon yang melakukan fungsi tersebut di bawah:
TRH CRH GNRH DA ADH GHRH
__________ a. Inhibits production of prolactin
__________ b. Stimulates secretion of FSH and LH
__________ c. Triggers secretion of TSH
__________d. Stimulates the secretion of GH
__________e. Promotes water reabsorption by the kidneys
__________f. Causes the secretion of ACTH

8. untuk setiap target kelenjar/jaringan, isilah hormon pituitari anterior yang sesuai

Paraf Dosen Penilaian

Anda mungkin juga menyukai