Anda di halaman 1dari 11

OBAT UNTUK IKAN

KALIUM PERMANGANAT (PK)


Kalium permanganat (PK) merupakan oksidator kuat yang sering digunakan untuk mengobati
penyakit ikan akibat ektoparasit dan infestasi bakteri, terutama pada ikan-ikan dalam kolam.
Meskipun demikian untuk pengobatan ikan-ikan akuarium tidak sepenuhnya dianjurkan
karena diketahui banyak spesies ikan hias yang sensitif terhadap bahan kimia ini.
Bahan ini diketahui efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur. Meskipun
demikian, penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat keracunannya hanya
sedikit lebih tinggi saja dari tingkat terapinya. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan dosis
yang tepat. Tingkat keracunan PK secara umum akan meningkat pada lingkungan akuarium
yang alkalin.
Kalium permanganat tersedia sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet. Kalium
permanganat (KMnO4) merupakan alkali kaustik yang akan terdisosiasi dalam air membentuk
ion permanganat (MnO4-) dan juga mangan oksida (MnO2) bersamaan dengan terbentuknya
molekul oksigen elemental. Oleh karena itu, efek utama bahan ini adalah sebagai oksidator.
Dilaporkan bahwa permanganat merupakan bahan aktif beracun yang mampu membunuh
berbagai parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi.
Beberapa literatur menunjukkan bahwa mangan oksida membentuk kompleks protein pada
permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip, juga
membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit ikan yang akhirnya
menyebabkan mereka mati.
Berbagai review dalam berbagai literatur menunjukkan bahwa kalium permangat dapat
membunuh Saprolegnia, Costia, Chilodinella, Ich, Trichodina, Gyrodactylus dan
Dactylogyrus, Argulus, Piscicola, Lernea, Columnaris dan bakteri lainnya seperti
Edwardsiella, Aeromonas, Pseudomonas, plus Algae dan Ambiphrya.
Mekipun demikian Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan respon apabila PK
digunakan dalam perendaman (dengan dosis: 10-25 ppm selama 90 menit). Begitu pula
dengan Costia dan Chilodinella, dilaporkan resiten terhadap PK, kecuali apabila PK
digunakan sebagai terapi perendaman.
Kalium permangat sebagai terapi perendaman bersifat sangat kaustik, hal ini dapat
menyebabkan penggumpalan nekrosis (ditandai dengan memutihnya jaringan yang mati) pada
sirip. Kerusakan insang juga dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan
beberapa minggu kemudian setelah dilakukan terapi perendaman. Ikan mas koki, diketahui
lebih sensitif terhadap PK sebagai terapi perendaman dibandingkan dengan spesies lainnya.
Dengan alasan-alasan seperti itu, maka sering tidak direkomendasikan untuk menggunakan
PK sebagai terapi perendaman, dan juga karena efek terapeutiknya tidak lebih baik
dibandingkan dengan terapi terus-menerus dengan dosis 2 - 4 ppm.
Kalium permanganat sangat efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus
dapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup.
Penularan kembali masih dapat terjadi, oleh karena itu, direkomendasikan untuk mengulang
kembali perlakuan 2-3 hari kemudian dengan dosis 2 ppm.
Beberapa khasiat lain dari Kalium permangat yang dilaporkan diantaranya adalah: sebagai
disinfektan luka, dapat mengurangi aeromanoas (hingga 99%) dan bakteri gram negatif
lainnya, dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai infeksi sekunder pada
Ulcer, dan tentu saja sebagai oksidator yang akan mengkosidasi bahan organik.
Beberapa aplikasi lain yang biasa dilakukan oleh para hobiis dan akuakulturis adalah
menggunakannya dalam proses transportasi ikan. Konsentrasi kurang dari 2 ppm diketahui
dapat mengurangi resiko infeksi Columnaris dan infeksi bakteri lainnya, serta membatasi dan
menghentikan parasit yang sering menyertai ikan dalam proses transportasi. Begitu juga
transportasi burayak dilaporkan aman dengan perlakuan kalium permanganat dibawah 2 ppm.
Meskipun demikian untuk burayak dalam kolam tidak dianjurkan untuk menggunakan
perlakuan kalium permanganat. Hal ini tidak ada hubungannya dengan keracunan yang
mungkin terjadi pada burayak, tetapi efeknya justru terhadap kemungkinan berkurangnya
fitoplankton dan makrofit yang dapat menyebabkan burayak menderita kelaparan.
Untuk jenis Catfish, perlakuann kalium permanganat sering dianjurkan untuk dilakukan pada
konsentrasi diatas 2 ppm. Meskipun demikian dosis yang aman adalah 2 ppm.
Fungsi lain dari kalium permanganat dalam akuakultur adalah sebagai antitoxin terhadap
aplikasi bahan-bahan beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin sering digunakan
sebagai bahan piscisida, yaitu bahan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain yang tidak
dikehendaki. Alih-alih menunggu bahan ini netral secara alamiah dalam waktu tertentu,
kalium permanganat digunakan untuk segera menetralkan kedua bahan tersebut. Konsentrasi
2-3 ppm selama 10-20 jam diketahui cukup untuk menetralisir residu Rotenone atau
Antimycin. Pendapat lain menyatakan bahwa dosis PK sebaiknya diberikan setara dengan
dosis piscisida yang diberikan, sebagai contoh apabila Rotenone diberikan sebanyak 2 ppm,
makan untuk menetralisirnya PK pun diberikan sebanyak 2 ppm.

Prosedur Perlakuan PK (untuk jamur, parasit, dan bakteri)


Pertama by pass filter biologi. PK dapat membunuh bakteri dalam filter biologi. Kedua
pastikan bahwa aliran air dan aerasi bekerja optimal, karena pada saat molekul-molekul
organik teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung keruh dan oksigen terlarut
menurun. Ketiga berikan dosis sebanyak 2-4 ppm.
Dosis 2 ppm diberikan pada ikan-ikan muda atau ikan-ikan yang tidak bersisik. Sedangkan
dosis 4 ppm diberlakukan pada ikan-ikan bersisik. Selang dosis tersebut tidak akan merusak
tanaman, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman dari hama dan penyakit,
terutama dari gangguan siput dan telurnya.
Sebagai gambaran umum satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara
dengan 6 gram. Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan
apabila timbangan tidak tersedia.
Perlakuan biasanya dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK
dilakukan setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna
ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka hal ini dapat
dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan. Karena hal ini menunjukkan bahwa PK
sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi.
Setelah perlakuan dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu
pemulihan warna air.

Sifat Fisika dan Kimia


Tampilan: kristal berwarna ungu
Bau:tidak berbau
Kelarutan: 7g dalam 100 g air
Berat jenis: 7
pH: tidak ada informasi
Volatilasi (21°C):0
Titik didih:N/A
Titik Cair:240°C
Tekanan Uap: Tidak ada informasi
Laju Penguapan: Tidak ada informasi

Peringatan:
Jangan sampai kontak dengan pakaian dan bahan lain yang mudah terbakar. Simapan dalam
tempat tertutup rapat. Jangan simpan didekat benda mudah terbakar.
Cuci segera pakaian yang terkena. Jangan terkena mata atau kulit. Jangan hirup debu PK. Cuci
tangan setelah menggunakan.
Pertolongan Pertama:
Apabila terkena mata atau kulit. Segera siram mata dan kulit dengan air yang banyak selama
15 menit. Apabila terhirup segera pindahkan korban ke udara bersih; apabila tidak dapat
bernapas beri pernapasan buatan; apabila kesulitan bernapas beri oksigen. Apabila tertelan:
Jangan rangsang agar muntah, minum air yang banyak. Segera kontak dokter.

HIDROGEN PEROKSIDA
Larutan jernih ini sepintas mirip air, dengan rumus kimia yang nyaris serupa H2O2. Meskipun
demikian jangan coba-coba untuk mengkonsumsinya. Bahan ini merupakan oksidator kuat.
Hidrogen peroksida akan terurai menjadi dua produk yang aman yaitu, air dan oksigen. Bahan
ini kerap digunakan dalam dunia kesehatan sebagai disinfektan (pembunuh kuman) karena
tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Bahan inipun digunakan pula sebagai antiseptik
pada akuarium.
Hidrogen peroksida bisa pula digunakan sebagai catu oksigen dalam akuarium untuk
mengatasi kondisi kekurangan oksigen yang terjadi. Sebuah produk peralatan akuarium malah
membuat catu oksigen dengan bahan baku hidrogen perosidan ini dengan sangat baik,
sehingga oksigen dapat disuplai tanpa menggunakan listrik.

Beberapa penggunaan hidrogen peroksida dalam akuarium:


Sebagai anti protozoa:
Diberikan sebagai perlakuan perendaman dalam jangka pendek. Dosisi yang digunakan adalah
10 ml larutan dengan konsenrasi 3 % (teknis) dalam 1 liter air. Perendaman dilakukan selama
maksimum 5-10 menit. Perendaman harus dihentikan apabila ikan menunjukkan gejala stress.
Untuk memulihkan kondisi kekurangan oksigen:
Dosis yang digunakan 1-2 ml larutan dengan konsentrasi 3% dalam 10 liter air akuarium.
Dosis harus dijaga agar jangan sampai kelebihan. Kelebihan dosis akan membuat ikan
menjadi stress dan bisa membahayakan kehidupan ikan yang bersangkutan.
Sebelum diberikan dianjurkan untuk mengencerkan terlebih dahulu hidrogen perioksida
tersebut, setidaknya dengan perbandingan 1: 10 (satu bagian bahan dengan 10 bagidan air).
Setelah itu baru dimasukan kedalam akuarium. Pastikan pula bahwa larutan ini dapat segera
tercampur dengan baik segera setelah dimasukan kedalam akuarium.
Perlu diperhatikan perlakuan ini hanya dianjurkan pada kondisi darurat saja. Oleh karena itu,
apabila kondisi kekurangan oksigen terjadi, perlu dicari penyebab sebenarnya agar dapat
diatasi dengan lebih baik.

GARAM INGGRIS/Epsom salts (MgSO4.7H20)


Garam inggris biasa digunakan untuk meningkatkan kadar mineral dalam air, dan sering
efektif dalam mengobati sembelit (tidak bisa buang kotoran) pada ikan.

Dosis dan Cara Pemberian


Sebagai pencahar (pencuci perut), larutkan 1 sendok teh peres (2.5 g) garam inggris dalam 18
liter air. Terlebih dahulu larutkan garam inggris tersebut dalam sedikit air akuarium pada
wadah tertentu, selanjutnya masukan kedalam akuarium yang telah berisi air dengan takaran
yang sesuai.
Peningkatan sedikit temperatur air (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan) dapat
membantu meningkatkan laju metabolisme ikan tersebut sehingga diharapkan akan dapat
mempercepat pemulihan dari gejala sembelit.
GARAM IKAN
Benda berupa kristal berwarna putih ini sudah sangat lama dikenal oleh para akuaris.
Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan kehadiran benda ini
seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan hias. Garam yang dimaksud adalah
garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita kenal pada umumnya sebagai garam dapur dalam
kehidupan sehari-hari. Rupa dan rasanya sama. Perbedaan utama antara garam ikan dengan
garam dapur atau garam meja adalah pada kemurniannya. Garam ikan diharapkan hanya
mengandung NaCl saja, karena kehadiran bahan lain pada garam ini dikhawatirkan akan
mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada ikan yang bersangkutan. Sedangkan garam
dapur sering telah mengalami pengkayaan dengan berbagai bahan lain yang diperlukan oleh
manusia, seperti Iodium, atau bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali secara umum
disebutkan bahwa garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak beriodium. Iodium
sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain yang tidak diketahui
dengan pastilah yang menimbulkan kekhawatiran akan menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan. Apabila tidak terlalu mendesak maka penggunaan garam yang memang sudah
dikhususkan untuk ikan akan lebih aman. Meskipun demikian banyak dilaporkan bahwa
penggunaan garam beriodiumpun tidak menyebabkan dampak merugikan pada ikan-ikan yang
diberi perlakuan tersebut.

Fungsi Garam
Ikan , dalam hal ini ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu
menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini
terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Secara umum kulit ikan
merupakan lapisan kedap, sehingga garam didalam tubuhya tidak mudah “bocor” kedalam air.
Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang.
Air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif
berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam
tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan
cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa
pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan
utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila
ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan
mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada
diluar batas toleransinya.
Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih
banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya
beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal
ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga
ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka dan atau penyakitnya itu
sendiri. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat
total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu
menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai
kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus
diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam
dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek
sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah,
akibatnya ikan menjadi terdehidrasi dan akhirnya mati.
Pada kadar yang tinggi garam sendiri dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama
yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus
diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi.

Beberapa Keunggulan Garam Ikan


Pemberian garam termasuk aman bagi ikan, asal diberikan dengan dosis yang sesuai. Selain
itu juga aman bagi manusia.
Seperti disebutkan sebelumnya, garam akan membantu menyeimbangkan kembali proses
osmoregulasi dan memicu daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit yang dideritanya.
Sampai tahap tertentu diketahui garam mampu memblokir efek nitrit. Nitrit dalam air dapat
terserap kedalam system peredaran darah ikan, sehingga darah berubah menjadi kecoklatan.
Kehadiran nitrit akan menyebabkan kemampuannya untuk membawa oksigen menjadi
menurun, sehingga pada kondisi kelebihan nitrit sering terjadi “penyakit darah coklat”.
Dengan adanya garam kejadian demikian bisa dihindari.
Garam mampu membunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (white spot), jamur dan
bakteri lainnya. Terakhir garam mudah didapat dan mudah dibeli, sehingga bisa tersedia setiap
saat pada waktu diperlukan.

Dosis dan Cara Pemberian


Garam sudah lama digunakan sebagai antiseptik pada akuarium, selain itu juga kerap
digunakan sebagai anti jamur (fungisida). Meskipun demikian akhir-akhir ini penggunaan
garam sebagai fungisida relatif jarang dilakukan karena banyaknya anti jamur lain yang telah
dibuat khusus untuk ikan.

Beberapa dosis penggunaan garam adalah:


Sebagai profilaktik:
Sebagai profilaktik, atau sebagai tonik, atau dalam bahasa umum sebagai “jamu” dianjurkan
untuk menggunakan garam sebanyak 1 – 2 sendok teh garam per 4 liter air, atau sebanyak 1 –
2 gram per liter. Atau dengan kata lain sebanyak 0.1 – 0.2 persen. Sebelumnya garam
disiapkan di suatu wadah. Kemudian dibuat larutan dalam wadah tersebut sesuai dengan dosis.
Setelah garam melarut baru dimasukan kedalam akuarium. Dosis sebagai “jamu” ini
digunakan apabila kita belum tahu persis penyakit apa yang sebenarnya menjangkiti ikan, atau
bisa juga digunakan apabila ikan terluka, stress dan sejenisnya. Dengan demikian sistem
osmoregulasi ikan tetap prima sehingga ikan mudah melakukan pemulihan.
Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan atau bakteri
Untuk keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1 %, atau larutan 10 g
garam dan 1 liter air. Pemberian larutan ini hendaknya diberikan secara sedikit demi sedikit
sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai setelah 24 – 48 jam. Jadi jangan diberikan
sekaligus sebanyak 1 %, tapi diberikan secara perlahan-lahan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya kejutan osmotic, atau stress pada ikan yang bersangkutan.
Pada awalnya konsentrasi larutan dapat dimulai pada tingkat 0.1 – 0.2 %. Kemudian secara
teratur garam ditambahkan pada selang waktu tertentu, misalnya setiap 3-4 jam sekali.
Apabila pada saat peningkatan konsentrasi garam ini ikan mengalami stress, hentikan segera
perlakuan, kemudian ganti air sebagian sehingga konsentrasi garam turun ketingkat semula.
Untuk mengurangi pengaruh racun dari nitrit.
Untuk mengurangi pengaruh nitrit dosis yang dianjurkan adalah 1 gram perliter air.
Untuk melepaskan lintah pada ikan
Dapat dilakukan dengan merendam ikan yang bersangkutan secara singkat dalam larutan
garam 2.5 %. Perendaman pada dosis demikian akan menyebabkan lintah melepaskan diri dari
tubuh ikan. Meskipun demikian larutan ini tidak akan membunuh lintah itu sendiri.
Sebagai obat infeksi Piscinoodinium (Velvet).
Pengobatan terhadap infeksi Piscinoodinium dapat dilakukan dengan perendaman jangka
panjang dalam larutan garam dengan konsentrasi 10 gram per 45 liter air. Atau 1 sendok teh
per 4 liter air.

Perhitungan
Untuk memberikan perlakuan garam yang tepat pertama kali harus diketahui volume air dari
akuarium yang akan diberi perlakuan. Sebagai contoh apabila anda mempunyai akuarium
dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm tapi diisi air setinggai 40 cm saja, maka volume
airnya adalah 100 x 50 x 40 cm3 = 2.000.000 cm3 atau sama dengan 200 liter air atau sama
dengan 200 kg.
Apabila dosis garam yang diperlukan adalah 1 % maka garam yang diperlukan adalah 1 %
(0.01) x 200 kg = 2 kg . Sedangkan bila dosis garam yang diperlukan adalah 0.1 % maka yang
diperlukan adalah 0.1 % (0.001) x 200 kg = 0.2 kg atau kurang lebih 2 ons atau 200 gram.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua ikan air tawar tahan terhadap pemberian garam. Oleh
karena itu, sebelum melakukan perlakuan pemberian garam, yakinlah terlebih dahulu bahwa
ikan yang dipelihara bukan termasuk ikan yang peka terhadap garam.

FORMALIN (HCHO dan CH3OH dalam air)


Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 37-40% dari formaldehid. Bahan
ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin diketahui sering
digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit
berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas
amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin
daripada akibat penyakitnya.
Formalin, meskipun masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan lingkungan kolam
tertentu, pada saat ini sudah jarang digunakan dalam akuarium. Saat ini, formalin lebih banyak
digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. (Ikan yang akan
diawetkan harus melalui proses euthanasia yang hewani terlebih dahulu, kecuali apabila ikan
tersebut telah mati sebelumnya). Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan
konsentrasi 10%.

Penggunaan
Untuk penggunaan jangka panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 - 30 menit).
Formalin dapat mengganggu filter biologi, oleh karena itu, perlakuan sebaiknya dilakukan di
akuarium khusus. Keuntungan dengan perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami
stres pada saat diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada akuarium utama.

Dosis
Dosis penggunaan formalin bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan
memiliki toleransi berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang dicantumkan pada
artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria rata-rata. Yang perlu
diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam perlakuan jangka pendek harus diawasi
dengan ketat. Dan perlakuan harus segera dihentikan apabila ikan mulai menunjukkan gejala
stres seperti nafas tersengal-sengal (megap-megap) atau meloncat (ingin keluar dari akuarium)
Untuk perlakuan jangka panjang, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasit kecil
penyebab kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml produk komersial (37-40%) per 10 liter air.
Setelah 2 - 3 hari, kembalikan ikan pada akuarium semula. Apabila perlakuan dilakukan pada
akuarium utama (jangan lupa by pass filter biologi), maka lakukan penggantian air sebanyak
30%.
Untuk perlakuan jangka pendek, seperti untuk pengobatan akibat infestasi ektoparasi besar
penyebab fluke, dosisnya adalah 2 ml produk komersial per 10 liter air. Siapkan campuran
terlebih dahulu sebelum ikan dimasukkan. lakukan perendaman selama maksimal 30 menit,
atau bahkan kurang apabila ikan segera menunjukkan gejala stres.

Peringatan
Formalin sangat berbahaya apabila terkena kulit atau mata. Apabila hal ini terjadi segeralah
cuci dengan air yang banyak. Bahan ini juga dapat menghasilkan uap beracun, oleh karena itu
jangan biarkan botol formalin terbuka di ruang tertutup. Simpan formalin dalam botol
berwarna gelap dan hindarkan dari cahaya, kalau tidak maka akan dapat terbentuk
paraformaldehid (berupa endapan putih) yang sangat beracun bagi ikan, bahkan dalam
konsentrasi yang sangat rendah. Selain itu, formalin dapat bersifat ekspolif.
Sifat Fisika dan Kimia
Tampilan: cairan jernih (tidak berwarna)
Bau: berbau menusuk, keras
Kelarutan: sangat larut
Berat jenis: 1.08
pH: 2.8
Volatilasi (21°C): 100
Titik didih: 96°C
Titik Cair: -15°C
Kepadatan Uap (udara=1): 1.04
Tekanan Uap: 1.3@ pada 20°C
Laju Penguapan: Tidak ada informasi

Identifikasi Bahaya
Sangat berbahaya! Dapat menyebabkan kanker. Resiko kanker tergantung pada tingkat dan
lama kontak. Uap berbahaya. Berbahaya apabila terhirup atau terserap kulit. Menyebabkan
iritasi terhadap kulit, mata dan saluran pernafasan. Dapat berakibat fatal atau menyebabkan
kebutaan apabila tertelan.Mudah terbakar.

Tingkat Bahaya
Kesehatan= 3 (tinggi)
Terbakar= 2 (sedang)
Reaktifitas= 2 (sedang)
Kontak= 3 (tinggi)-korosif

Pertolongan Pertama
Terhisap: Pindahkan korban pada udara bersih. Apabila tidak bernafas, beri nafas buatan,
apabila kesulitan bernafas beri oksigen, panggil dokter.
Tertelan: Apabila korban sadar usahakan untuk mengencerkan, menonaktifkan dan menyerap
bahan dengan memberi susu, arang aktif, atau air. Setiap bahan organik akan dapat
menonaktifkan formalin. Jaga tubuh korban agar tetap hangat dan rileks. Apabila muntah, jaga
agar kepala lebih rendah dari pinggul.
Kontak Kulit: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit, sambil
melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
Kontak Mata: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit Segera
hubungi dokter.

OXYTETRACYLINE OTC
Oksitetrasiklin hidroklorida merupakan antibiotik yang kadang-kadang digunakan dalam
pengobatan penyakit akibat infeksi bakterial sistemik pada ikan

Dosis dan Cara Pemakaian


Suntik: 10-20 mg oksitetrasiklin per kg berat badan ikan. Ulangi penyuntikan apabila
diperlukan
Oral: Diberikan melalui pakan. Dosis 60 - 75 mg per kg berat badan ikan per hari. Berikan
selama 7 - 14 hari.
Perendaman: Jangka panjang (5 hari). Dosis 20 -100 ppm. Ulangi apabila diperlukan.

Metronidazol dan Di-metronidazol


Metronidazol dan di-metrinidazol adalah obat antimikroba yang dibuat dan dikembangkan
untuk manusia untuk melawan bakteri-bakteri anaerob dan protozoa. Dalam dunia ikan hias,
diketahui, obat ini biasa digunakan untuk mengobati hexamitiasis.

Dosis dan Cara Pemberian


Apabila dalam akuarium anda sebagian besar atau seluruhnya terdiri dan cichlid maka
pengobatan dengan metronidazol dapat dilakukan pada akuarium tersebut. Kalau tidak, maka
pengobatan sebaiknya dilakukan pada tempat terpisah. Seluruh cichlid dari akuraium yang
terjangkit harus diperlakukan dengan obat ini secara menyeluruh. Sejauh ini tidak dilaporkan
adanya efek negatif dari penggunaan obat ini terhadap kinerja filter biologi.

Metronidazol.
Dosis yang disarankan adalah 10 ppm. Obat ini biasanya berbentuk tablet dengan kadar 250
mg/tablet. Sebelum digunakan, tumbuk halus tablet tersebut dan campur dengan air.
Selanjutnya, sesuai dengan takaran yang diperlukan, masukan larutan tersebut kedalam
akuarium. Perlakuan ini harus diulang selang sehari, hingga sebanyak 3 ulangan. Anda dapat
melakukan pergantian air sebanyak 25 % selama perlakuan, sehari sebelum perlakuan
dilakukan. Apabila ikan yang terjangkit masih mau makan, disarankan agar metronidazol
diberikan secara oral, yaitu dicampurkan pada pakan mereka. Dosis yang direkomendasikan
adalah 1 % berat. Secara praktis hal ini dapat dilakukan dengan cara mencelupkan pakan pada
larutan metronidazol sebelum diberikan atau dengan mencampurkan tepung metronidazol
pada pakan mereka.

Di-metronidazol.
Dosis = 5 ppm. Diberikan seperti halnya cara pemberian metronidazol, tetapi ulangan
dilakukan dengan selang 3 hari (4 hari sekali). Pada kasus berat, pengobatan dapat dilakukan
dengan perendaman selama 48 jam dengan dosis 0.004 %..

Anda mungkin juga menyukai