PUTUSAN
Nomor. 36/Pid.Prap/2015/PN.JKT.Sel.
A. Fakta Hukum (Legal Facts
Legal Facts (5W +1H) Detail
What Adanya prosedur hukum yang tidak sah yakni penyelidikan
dan penyidikan oleh KPK terhadap Keberatan Pajak.
Who Pemohon: Hadi Poernomo
Termohon: Pimpinan KPK
Why KPK menetapkan pemohon sebagai tersangka dengan
penyelidikan dan penyidikan yang tidak sah.
Where Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
When 2015
How Pengadilan mengabulkan permohonan
C. Pertimbangan
Menimbang, bahwa oleh karena sebagaimana ketentuan Pasal 44 Undang-Undang No. 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi proses penyidikan
adalah Tindak lanjut dari proses penyelidikan sedangkan proses penyelidikan tersebut
batal demi hukum, maka seluruh proses penyidikan Pemohon termasuk penggeledahan
dan penyitaan juga menjadi batal demi hukum, apalagi Pasal 45 ayat (1) Undang- Undang
No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tersebut
menegaskan pula bahwa Penyidik adalah Penyidik pada Komisi Pemberantasan Korupsi,
yang diangkat dan diberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi yang berarti pula,
bahwa penyidik yang diangkat oleh KPK sebagai penyidik pada KPK tersebut
sebelumnya harus berstatus sebagai penyidik baik sebagai penyidik Polri, penyidik pada
Kejaksaan ataupun penyidik yang lainnya yang mana hal tersebut sejalan pula dengan
ketentuan Pasal 39 ayat (4) Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyatakan " Penyelidik, Penyidik dan
Penuntut Umum yang menjadi pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi
diberhentikan sementara dari instansi Kepolisian dan Kejaksaan selama menjadi pegawai
pada Komisi Pemberantasan Korupsi."
D. Amar Putusan
Menyatakan Penyidikan yang dilakukan oleh Termohon berkenaan dengan peristiwa
pidana sebagaimana dinyatakan dalam penetapan sebagai Tersangka terhadap diri
Pemohon yang diduga melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 Undang-Undang No.31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Undang-Undang No. 20
Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 JIS Pasal 55
ayat (1) ke 1 KUHP adalah tidak sah oleh karenanya penyidikan aquo tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat dan oleh karena itu di perintahkan kepada Termohon untuk
menghentikan penyidikan berdasarkan Surat Perintah Penyidikan, No. Sprin DIK-
17/01/04/2014 tanggal 21 April 2014;
E. Pernyataan Sikap
1. Maichle Delpiero 110110190181
Menurut pendapat saya pribadi, saya setuju dengan putusan praperadilan yang diputus
oleh hakim karena memang pada dasarnya tindakan penyidikan yang dilakukan oleh KPK
adalah tidak sah karena tidak sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia (KUHP,
UU, dan Peraturan lainnya) yakni sebagai berikut.
a. Pasal 1 angka 2, maka proses penyidikan itu adalah “untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”. Ini berarti bahwa dalam proses
penyidikan yang dilakukan adalah mengumpulkan bukti untuk kemudian menetukan
ada atau tidaknya perbuatan pidana. Setelah adanya perbuatan pidana, maka kemudian
dicari yang bertanggung jawab atas perbuatan pidana itu menjadi tersangka;
b. Tidak sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) KPK itu sendiri. Dalam
perkara penyidikan terhadap PEMOHON, ternyata TERMOHON telah menetapkan
PEMOHON sebagai Tersangka dan menetapkan perbuatan pidanya terlebih dahulu
sejak penyelidikan, baru kemudian dikumpulkan buktinya.
Kemudian saya ingin memberikan sedikit kritikan terhadap tindakan penyidikan oleh
KPK. Pertama, Bagaimana bisa seorang polisi yang sudah dinyatakan pensiun dapat
diangkat menjadi penyidik dengan mengatasnamakan KPK. Terlebih lagi pada saat itu,
belum adanya revisi UU KPK yang memberikan KPK kewenangan untuk menangkat
penyidik di kepolisian. Kedua, bagaimana bisa KPK melakukan penyidikan terhadap
objek kajian yang bukan dilingkupnya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa objek yang
digugat oleh Termohon adalah terkait “Keberatan Pajak” yang pada hakikatnya dalam
kasus ini bukan merupakan objek penyidikan pajak, melainkan upaya hukum administatif
yang belum final Perlu digarisbawahi bahwasannya keberatan pajak ini bukan merupakan
objek penyidikan tindak pidana korupsi. Terakhir, bagaimana bisa seorang KPK
melakukan penyidikan tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkannya sendiri. Jelas
terlihat bahwa dalam SOP secara garis besar seharusnya terdapat proses pemeriksaan
lebih lanjut baru pada akhirnya ditetapkan sebagai tersangka, nyatanya dalam kasus ini
KPK malah melakukan penetapan tersangka sebelum adanya pemeriksaan lebih lanjut
yang sah.
Jika ditinjau dari perspektif pemohon yakni Hadi Poernomo, maka saya menilai
bahwa pemohon memiliki hak untuk meminta ganti kerugian terhadap pihak KPK.
Landasan pijakan pernyataan saya adalah berdasarkan alasan yang dapat dijadikan dasar
tuntutan ganti rugi, yakni adanya penggeledahan ataupun penyitaan yang tidak sah oleh
pihak berwenang, yakni dalam kasus ini adalah KPK.