Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

“Teori Hukum Alam Samuel von Pufendorf”

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu mata kuliah “Filsafat Hukum”


Dosen : Dr. Rudy Hartanto, dr.,M.Fils.

Disusun Oleh :

Nama : Satriyo Wibowo Putro


Nim : 110011900072

MAGISTER HUKUM BISNIS MEGA KUNINGAN


UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
A. Pendahuluan

Filsafat hukum menghadirkan pemikiran tentang apa itu hukum. Pemikiran-


pemikiran tersebut terkatalisasi menjadi banyak aliran pemikiran. Aliran-aliran
pemikiran tersebut dipengaruhi oleh presepsi atas kondisi sosial, politik dan ekonomi
didalam suatu kelompok masyarakat tertentu.

Tumbuhnya berbagai aliran dalam filsafat hukum menunjukan pergulatan


pemikiran yang tidak henti-hentinya dalam lapangan ilmu hukum. Apabila pada masa
lalu, filsafat hukum merupakan produk sampingan dari para filsuf, dewasa ini
kedudukannya tidak lagi demikian karena masalah-masalah filsafat hukum telah menjadi
bahan kajian tersendiri bagi para ahli hukum.

Salah satu tokoh yang mengemukakan pandangannya mengenai aliran pemikiran


dalam filsafat hukum adalah Samuel von Pufendorf yang terkenal dengan teorinya yaitu
teori hukum alam.

B. Riwayat Hidup Samuel von Pufendorf


Samuel von Pufendorf lahir pada tanggal 8 Januari 1632 di Jerman, filsuf dari
jerman yang terkenal dengan teori hukum alam. Ayah Pufendorf adalah seorang
pastor, setelah mendapatkan bantuan finansial dari bangsawan jerman, Pufendorf
menjadi mahasiswa jurusan theologi di University of Lipzig dan memiliki ketetarikan di
bidang ilmu hukum, filologi, filsafat, dan sejarah. Pada tahun 1656 ia pergi ke kota
Jena, disana ia memperdalam ilmu filsafat dan matematika dari Rene Descartes, ilmu
hukum dari Hugo Grotius, dan Filsuf Thomas hobbes.
Pada tahun 1658, ia bekerja sebagai seorang pengajar privat untuk keluarga duta
besar Swedia di Copenhagen. Ketika perang dunia pertama pecah, ia dipenjara
bersama dengan keluarga duta besar Swedia lainya. Selama didalam penjara, ia
menciptakan buku pertamanya mengenai hukum alam, yang berjudul “Two Books of
the Elements of Universal Jurisprudence” yang memperdalam dan mengembangkan
ide-ide hukum alam dari Grotius dan Hobbes.
Berkat bukunya tersebut, pada tahun 1668 Pufendorf menjadi pengajar hukum
alam di University of Lund di Swedia dan berlanjut selama 20 tahun. Pada masa ia
sebagai seorang pengajar, Pufendorf menerbitkan karya terbaiknya yang dikenal
hingga saatini, yaitu “Of the Law of Nature and Nations”.

C. Teori Hukum Alam

Teori hukum alam sendiri telah berkembang sejak zaman Yunani. Filsafat Yunani
melahirkan standar yang absolut mengenai hak dan keadilan. Hal ini didasarkan pada
kepercayaan pada berlakunya kekuasaan tuhan atas hukum, di mana manusia
seharusnya mematuhinya. Pernyataan riil pertamadari Teori Hukum Alam dari sudut
terminologi filsafat berasal dari abad ke 6SM. Hukum manusia dikatakan mendapat
tempatnya dalam tatanan benda-benda berdasarkanatas kekuatan yang mengontrol
segala hal. Reaksi dari ajaran ini datang pada abad-abad berikutnya dimana ada
perbedaan dan kemungkinan timbulnya konflik antara Hukum Alam dan hukum yang
dibuat manusia. Pada zaman Yunani, Aritoteles dan Platomembangun kembali Hukum
Alam. Sampai hari ini hanya Aristoteles yangmempunyai pengaruh terbesar dalam
doktrin Hukum Alam. Aristoteles menganggap manusia adalah bagian dari alam, bagian
dari sesuatu, tetapi juga, diikuti denganakal yang cemerlang, yang membuat manusia
sesuatu yang istimewa dan memberikannyakekhususan yang menonjol.

Pengakuan terhadap akal manusia membentuk dasar bagi konsepsi Stoic


mengenai Hukum Alam. Stoic mengatakan, akal berlaku terhadap semua bagian
darialam semesta dan manusia adalah bagian dari alam semesta, diperintah akal.
Manusia hidup pada dasarnya jika ia hidup menurut akalnya. Doktrin Hukum Alam
kemudiansampai pada tingkat di mana alam universal memimpin, melalui akal dan kritik
yangdijalankan oleh manusia, langsung kepada tingkah laku yang seharusnya secara
normatifdijalankan. Keharusan yang normatif ini dianggap bagian yang integral dan
didukung olehmoral. Stoic menambahkan unsur agama dalam tingkah laku manusia. Era
cemerlang dariHukum Alam lahir dari doktrin hukum agama dari Thomas Aquinas.
Padamasa itu Tuhan dari agama Kristen dianggap sebagai sumber kekuatan akal yang
berasal dariTuhan. Misalnya hal ini diketemukan dalam 10 Perintah Tuhan.

Sekuralisasi dari Hukum Alam kemudian datang belakangan padamasa Thomas


Hobbes dan Grotius. Ahli-ahli filsafat abad ke-17 ini pada umumnya menolakkonsepsi
bahwa Tuhan adalah sumber tertinggi dari hukum, mereka berpendapat Hukum Alam
itu mengindikasikan bahwa tindakan manusia itu datang darikesepakatan mereka atau
ketidak sepakatan mereka, berdasarkan akal atau kebutuhan moral,dan akibatnya
perbuatan itu dilarang atau diperintahkan oleh Tuhan.

Unsur-unsur filosofis juga bisa mengandung subyektifitas, apalagi berhadapan


dengan suatu fenomena yang cukup kompleks, seperti hukum. Oleh karena itulah
muncul beberapa aliran atau madzhab dalam ilmu hukum sesuai sudut pandang yang
dipakai oleh orang-orang yang bergabung dalam aliran-aliran tersebut. Dengan
demikian, teori-teori dalam ilmu hukum yang sudah dikembangkan oleh masing-masing
penganutnya akan memberikan kontribusi ke dalam pemikiran tentang cara memaknai
hukum itu sendiri.

D. Teori Hukum Alam Pufendorf

Dalam teori hukum alam yang dikemukakan oleh Pufendorf terdapat tiga unsur
dalam pembentukan dan keberlakukan suatu hukum, yaitu:

a. Kelompok Masyarakat;
b. Penguasa;
c. Tuhan.

Ketiga unsur tersebut memiliki peran masing masing dalam lahirnya suatu peraturan.

Pufendorf berpendapat bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal
pikiran yang murni. Dalam hal ini unsur naluriah manusia lebih berperan akibatnya
ketika manusia mulai hidup bermasyarakat timbul pertentangan kepentingan satu
dengan lainnya.
Agar pertentangan didalam masyarakat tidak meluas terjadi secara terus
menerus dibuatlah perjanjian sukarela di antara rakyat, baru setelah itu diadakan
perjanjian berikutnya, berupa perjanjian penaklukan oleh raja agar mendapatkan
legitimasi secara nasional.

Dengan adanya perjanjian itu berarti tidak ada kekuasaan yang absolute, semua
kekuasaan dibatasi oleh Tuhan, hukum alam, kebiasaan dan tujuan dari negara yang
didirikan.

Bagi Pufendorf, hukum ada karena adanya pertentangan dalam masyarakat.


Penguasa mengatur dengan membuat peraturan agar pertentangan tidak terjadi terus
menerus di dalam masyarakat. Namun aturan penguasa tersebut tidaklah mampu
melawan atau dibatasi oleh peraturan Tuhan.

Keberadaan Tuhan atau spiritual dalam teori hukum alam Pufendorf sangatlah
penting. Tuhan menjadi kekuasaan tertinggi yang membatasi tingkah laku manusia.
Penguasa dalam membuat aturan tidak akan bisa bertentangan dengan hukum yang
dibuat oleh Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai