Buku Evaluasi BK Sudharno Dwi Dan Asni UHAMKA Revisi3
Buku Evaluasi BK Sudharno Dwi Dan Asni UHAMKA Revisi3
Buku Evaluasi BK Sudharno Dwi Dan Asni UHAMKA Revisi3
ii
Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Edisi Pertama
iii
(DISISI OLEH PENERBIT)
iv
PERSEMBAHAN
v
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................ i
Perancis........................................................................................................ ii
Halaman Judul ............................................................................................. iii
Halaman Copyright ...................................................................................... iv
Persembahan ............................................................................................... v
Daftar Isi....................................................................................................... vi
Daftar Tabel ................................................................................................. x
Daftar Gambar ............................................................................................. xi
Daftar Singkatan .......................................................................................... xii
Kata Pengantar ............................................................................................ xiii
Pendahuluan ................................................................................................ xv
vi
Pustaka ................................................................................................ 38
Latihan Soal ........................................................................................ 39
Umpan Balik & Tindak Lanjut .............................................................. 41
Kunci Jawaban ..................................................................................... 42
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR SINGKATAN
xii
KATA PENGANTAR
xiii
jam mengajar. Jika dikenal dikalangan siswa, guru atau orang tua itu lebih
sering sebagai kemanan “polisi atau satpam” sekolah. Tugas keamanan
dalam persepsi para stakeholder tentu memberi sanksi dan menghukum.
Padahal guru BK adalah profesi yang memiliki tugas kerja membantu siswa
atau peserta didik dalam mengatasi hambatan. Tujuan BK ada di sekolah
agar siswa berdaya mengatasi hambatan dirinya sendiri atau yang dikenal
dengan istilah mandiri.
Salam
Tim Penulis
xiv
PENDAHULUAN
xv
2. Peran Dosen dalam Pembelajaran
Dosen berperan dalam pembelajaran sebagai fasilitator. Desain
perkuliahan menekankan pada mahasiswa sebagai sumber dalam
pembelajaran. Dosen menyampaikan kerangka secara umum dan
konsep dasar evaluasi yang terdapat dalam buku ajar. Peran dosen yang
lainnya menanggapi dan meluruskan konsep yang tidak tepat sebagai
respon dari diskusi, persentasi maupun simulasi.
D. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Indikator kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa adalah :
1. Mahasiswa mampu teori dasar evaluasi program Bimbingan dan
Konseling
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi program dalam layanan
Bimbingan dan Konseling
E. Bentuk Evaluasi
Mata kuliah evaluasi ini akan diketahui keberhasilnya dengan
menggunakan beberapa cara :
1. Partisipasi dan Kehadiran Kuliah
2. Kuis
3. Tugas Kelompok
4 . Ujian Tengah Semester
5. Ujian Akhir Semester
xvi
Adapun bobot penilaian evaluasi sebagai berikut :
Tabel 0.1 Ringkasan Bobot Penilaian
xvii
BAB I
HAKIKAT BIMBINGAN
DAN KONSELING DI SEKOLAH
1
1.1 Perubahan Model
2
BK, konfrensi kasus, alih tangan kasus, himpunan data dan kunjungan
rumah (Prayitno, 2004).
Setelah berlangsung kurang lebih satu dekade, pola 17 plus
digantikan model BK komperhensif. Program BK komperhensif terdiri dari
empat elemen program yaitu 1) konten program, 2) ruang lingkup kerja,
3) sumber daya, 4) pengembangan, manajemen dan akuntabilitas.
Konten program berisi tentang tujuan kompetensi harus dikuasai konseli
sesuai dengan kondisi sekolah. Ruang lingkup kerja berisi struktur
program dan empat komponen program (kurikulum, perencanaan
inividual, layanan responsif, layanan individual dan dukungan sistem).
Sumber daya terdiri dari personil sekolah, keuangan dan peraturan yang
mengatur BK. Elemen terkakhir yaitu pengembangan, pengelolaan, dan
akuntabilitas terdiri dari perencanaan, implementasi, evaluasi, dan
pengembangan program (Gysbers, 1976).
Perubahan model dari pola 17 plus ke BK komperhensif
dimaksudkan untuk meningkatkan hasil program layanan BK secara
menyeluruh. Program BK juga diharapkan dapat memiliki tolak ukur
pencapaian program dan mampu mengadaptasi perubahan secara
sistematis terhadap layanan yang menjadi lebih luas cakupannya.
Pencapaian layanan program selanjutnya dilaksanakan melalui kolaborasi
antara guru BK dengan para personil sekolah. Kerjasama tersebut
dilakukan untuk membantu siswa agar dapat mewujudkan potensi dirinya
menyangkut aspek belajar, pibadi, sosial maupun karir. Program BK
komperhensif yang mengedepankan kebutuhan konseli dan kondisi
sekolah selalu dikembangkan untuk memenuhi hal tersebut.
3
1.2 Pengertian BK
Model BK yang berubah membawa perubahan istilah dari BP
(Bimbingan Penyuluhan menjadi BK (Bimbingan dan Konseling).
Pemahaman Definisi BK meski sudah disosialisasikan terkadang masih
ada yang memahami BK dengan pemahaman Bimbingan Karir. Agar
menghindari kerancuan pendefinisian istilah BK maka Bimbingan
Konseling didefiniskan oleh apra ahli. Pada definsi para ahlipun berbeda
beda, walaupun demikian definisi para ahli tersebut memiliki benang
merah atau kesamaan.
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap
muka antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu
dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan
situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya di masa
depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih
lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah
dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang Tolbert (dalam
Prayitno 2004)
Konseling merupakan kata yang berasal dari serapan asing yaitu
counseling. Konseling kemudian dimaknai oleh Natawijaya (dalam Adi,
2013) yatu hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang
seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-
masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Pendapat ahli yang lainnya yaitu menurut Surya (1988),
pengertian konseling adalah seluruh upaya bantuan yang diberikan
4
konselor kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan
kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam
memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam
pembentukan konsep kepribadian yang sewajarnya mengenai : dirinya
sendiri, orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-tujuan
yang hendak dicapai, dan kepercayaan diri.
Menurut Ahmadi (1991), bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang
dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan
memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Sementara Walgito (2004), mendefinisikan bahwa bimbingan
adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-
kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam
kehidupannya.
Winkel (2005) memberikan definisi bimbingan ialah usaha
melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi
tentang dirinya sendiri. Prayitno dan Erman Amti (2004) mengungkapkan
bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan oleh orang
yang ahli kepada beberapa orang atau individu, baik anak anak, remaja,
maupun dewasa. Menurut Lesmana (2008), Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan.
Dapat ditarik benang merah atau garis besar bahwa pengertian
bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh
konselor atau ahli dibidang konseling kepada orang yang membutuhkan
bantuan atau memiliki masalah yang disebut konseli agar dapat
5
mengatasi hambatan atau masalah dalam hidupnya dan juga mampu
mengembangkan potensinya.
6
Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas
perkembangan pendidikan. Dalam aspek tugas perkembangan belajar, BK
membantu siswa agar:
7
2. Fungsi pencegahan (Preventif), Bimbingan dan konseling yang
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari
permasalahan yang timbul dan menghambat proses
perkembangannya.
3. Fungsi Pengentasan, pelayanan bimbingan konseling berusaha
membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh
peserta didik.
4. Fungsi Pemeliharaan, menurut Prayitno dan Erman Amti (1999)
fungsi pemeliharaan berarti memelihara sesuatu yang baik (positif)
yang ada pada diri individu agar tetap utuh, tidak rusak dan agar
hal-hal tersebut bertambah baik dan berkembang.
5. Fungsi Penyaluran, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan
konseling berupaya mengenali masing-masing perorangan,
selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan ke arah yang dapat
menunjang tercapainya perkembangan yang optimal.
6. Fungsi Penyesuaian, pelayanan bimbingan dan konseling juga
berfungsi membantu terciptanya penyesuian siswa dengan
lingkungan.
7. Fungsi Pengembangan, bimbingan dan konseling membantu para
siswa mengembangkan potensi yang dimiliki secara terarah.
8. Fungsi Perbaikan, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan
kepada siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
oleh siswa.
9. Fungsi Advokasi, Layanan bimbingan konseling dalam fungsi ini,
membantu peserta didik memperoleh pembelajaran atas hak dan
atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian (Tohirin,
2007).
8
1.5 Azas Penyelenggaraan BK
Pada penyelenggaraan program BK termasuk evaluasi selain harus
memperhatikan tujuan dan fungsi BK ia juga harus memenuhi asas.
Asas BK ini merupakan urat nadi yang menjadi jalan penyelenggaraan
program BK termasuk kegiatan evaluasi. Adapun penjelasan beserta
contohnya menurut Ridwan (2016) sebagai berikut :
1. Asas Kerahasiaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik
(konseli) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan
yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.dalam hal
ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga
semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-
benar terjamin.
Contoh :
Ada seorang konseli yang menceritakan kepada konselor
bahwa seorang konseli itu memiliki penyakit HIV yang diidapnya
sejak lama. Maka seorang konselor harus bisa menjaga kerahasiaan
tersebut agar penyakit konseli itu tidak diketahui oleh banyak orang.
2. Asas Kesukarelaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli)
mengikuti/menjalani layanan atau kegiatan yang diperlukan baginya.
dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan tersebut.
Contoh :
9
Ada seorang peserta didik yang yang selalu tidak masuk
dikarenakan tidak suka pada salah satu mata pelajaran disekolahnya.
Sebagai guru konselor seharusnya kita harus mengubah
sikap/perilaku konseli tersebut agar dapat suka pada mata pelajaran
tersebut dengan selalu membina dan mengembangkannya.
3. Asas Keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan atau kegiatan
bersifat terbuka dan tidak berpura, baik didalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (konseli).
Contoh :
Ada seorang konseli yang memiliki sifat tertutup, sebagai
konselor kita harus dapat mengubah konseling untuk berbicara
secara terbuka dan tidak berpura-pura dalam menceritakan masalah
pribadinya sendiri. Sehingga konseli dapat berbicara jujur dan
merasa nyaman dalam menyampaikan masalahnya.
4. Asas Kegiatan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi
secara aktif didalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan
bimbingan.dalam hala ini guru pembimbing perlu mendorong
peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya.
10
Contoh :
Seorang konselor harus harus bisa membuat suatu program
kegiatan. Seperti ospek (maba) maupun MOS (siswa baru), agar
konseli / peserta didik dapat mengenali lingkungan yang baru serta
mampu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru.
5. Asas Kemandirian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada
tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni : peserta didik (konseli)
sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan
menjadi siswa-siswa yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Dalam hal
ini guru pembimbing sehendaknya mampu mengarahkan segenap
layanan bimbingan dan konseling yang diselengarakannya bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
Contoh :
Ada seorang konseli yang cacat fisik datang pada kita, dia
menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat untuk meneruskan
hidupnya. Sebagai konselor yang professional kita harus bisa
menumbuhkan rasa semangat hidup dengan cara memberikan
pemahaman agar konseli tersebut mengenal dan menerima dirinya
dan lingkungan, dan mampu mengambil sebuah keputusan agar
konseli tersebut menjadi diri yang mandiri.
6. Asas Kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan
peserta didik (konseli) dalam kondisinya sekarang.
11
Contoh :
Konselor tidak hanya fokus pada masalah yang telah
dihadapi, tetapi konselor harus terus memantau perkembangan
konseli baik fisik dan psikisnya.
7. Asas Kedinamisan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
isi layanan terhadap sasaran layanan (konseli) yang sama
kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
Contoh :
Seorang konselor harus mampu mengikuti pergerakan jaman,
agar konselor dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang pada
seorang konseli yang semakin kompleks. Misalnya keluarga broken,
serta pergaulan bebas dikalangan pemuda.
8. Asas Keterpaduan
Yaitu asas bimbingan dan koseling yang menghendaki agar
berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara guru
pembimbing dan pihak-pihak berperan dalam penyelenggaraan
layanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Contoh :
Seorang konseli melakukan kerjasama dengan seorang
psikologi seks maupun dokter kandungan, dan mengundangnya
kesekolah untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik di
sekolah agar konseli/peserta didik memiliki pengetahuan dan
12
pemahaman yang lebih jelas tentang seks. Supaya mereka tidak
terjerat dalam pergaulan bebas.
9. Asas Keharmonisan / kenormatifan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan
pada aturan dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma
yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat
istadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
Contoh :
Seorang konselor dalam menjalankan tugasnya, harus sesuai
dengan norma, hukum, dan adat istiadat. Sehingga tercipta suasana
yang harmonis diantara konseli dan konselor. Karena seorang
konselor yang professional harus bisa menciptakan suasana yang
nyaman bagi seorang konseli.
10. Asas keahlian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas
dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana
bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling.
Contoh :
Apabila ada seorang konseli/peserta didik yang datang pada
seorang konselor, seorang konselor harus bersikap sebagai konselor.
Bukan bersikap pada seperti dokter maupun yang lainnya. Yaitu
memberikan sepenuhnya semua keputusan pada konseli
13
11. Asas Alih Tangan Kasus
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (konseli) mengalih tangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
Contoh :
Ada seorang peserta didik/konseli yang mengalami stress
gara-gara tidak lulus sekolah, seorang konselor tidak dapat bertidak
sendiri dalam konteks ini. Seorang konselor harus melakukan
kerjasama dengan pihak yang lebih kompeten dalam kasus ini.
Seperti membawa konseli tersebut pada seorang psikiater maupun
dokter.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan menciptakan
suasana mengayomi, mengembangkan keteladanan dan
memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.
Contoh :
Seorang konselor harus menjadi guru teladan, dan
menyenangkan. Agar peserta didik atau konseli tidak takut
menceritakan masalahnya kepada kita, dan mampu mengayomi
peserta didik.
14
1.6. Rangkuman
Perubahan model dari pola 17 plus ke BK komperhensif
dimaksudkan untuk meningkatkan hasil program layanan BK secara
menyeluruh. Program BK juga diharapkan dapat memiliki tolak ukur
pencapaian program dan mampu mengadaptasi perubahan secara
sistematis terhadap layanan yang menjadi lebih luas cakupannya.
Pencapaian layanan program selanjutnya dilaksanakan melalui kolaborasi
antara guru BK dengan para personil sekolah. Kerjasama tersebut
dilakukan untuk membantu siswa agar dapat mewujudkan potensi dirinya
menyangkut aspek belajar, pibadi, sosial maupun karir. Program BK
komperhensif yang mengedepankan kebutuhan konseli dan kondisi
sekolah selalu dikembangkan untuk memenuhi hal tersebut.
Model BK yang berubah membawa perubahan istilah dari BP
(Bimbingan Penyuluhan menjadi BK (Bimbingan dan Konseling).
Pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan
oleh konselor atau ahli dibidang konseling kepada orang yang
membutuhkan bantuan atau memiliki masalah yang disebut konseli agar
dapat mengatasi hambatan atau masalah dalam hidupnya dan juga
mampu mengembangkan potensinya. Disekolah dalam penyelenggraan
BK maka diperlukan pemahaman terhadap tujuan, Fungsi dan asas. Hal
ini menjadi dasar pelaksanaan BK agar dalam pelaksanaanya memiliki
arah kerja yang benar.
15
Pustaka
16
Winkel, W.S. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia.
17
Latihan Soal :
Perhatikan soal dibawah ini, soal berupa pernyataan benar salah, silahkan
diberikan jawaban dengan memberi tanda (V) pada kolom yang telah
disediakan.
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Bimbingan Konseling sudah ada di
Indonesia sejak 1950
2. Fase perkembangan model pola 17
lebih dahulu dari pada model
komprehensif
3 Tujuan BK untuk mensejahterakan
peserta didik secara ekonomi
4. BK membantu optimalisasi
perkembangan potensi peserta didik
18
5. Fungsi BK salah satunya menghukum
peserta didik
6. BK berfungsi advokasi yang berarti
melindungi hak-hak peserta didik
7 Asas BK salah satunya kesukarelaan
berarti konselor harus menjaga
kerahasiaan data siswa
8 Asas keterbukan merupakan asas BK,
oleh karena itu guru BK berhak
mengatakan masalah tanpa ijin konseli
Umpan Balik
Tingkat penguasaan =
Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat
penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi
19
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum
kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi
dosen pengampu di luar waktu perkuliahan
Kunci Jawaban
Jawaban Tes
No Jawaban
1 S
2 B
3 S
4 B
5 S
6 B
7 S
8 S
20
BAB II
PROGRAM BK KOMPREHENSIF
21
1.1 Karakteristik BK Komprehensif
22
menjangkau lebih aspek luas.
Didasarkan pada hal tersebut, model BK komprehensif
memberikan ruang pada tiap sekolah untuk memiliki program yang dapat
dikatakan unik. Unik dalam hal ini berarti tiap Sekolah meskipun berada
dalam satuan kurikulum nasional yang sama, dapat memiliki program
yang berbeda-beda.
Ciri-ciri suatu Sekolah dikatakan membuat program BK
didasarkan pada model BK komprehensif atau tidak adalah melalui lima
premis dasarnya. Menurut Gysbers (1976), lima premis ini yaitu;
1. Bimbingan dan Konseling sebagai sebuah program memiliki
karakteristik yang sama dengan program sekolah pada umumnya.
Karakteristik tersebut antara lain terdapat standar siswa, standar
kompetensi, pengelola yang profesional, sumber daya, dan terdapat
sebuah program, pelaksanan serta evaluasi. Oleh sebab itu, kegiatan
BK bertujuan untuk membantu siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang dimaksud.
2. Program Bimbingan dan Konseling berfokus pada pengembangan dan
kesinambungan. Pengembangan berarti program BK komprehensif
memiliki aktivitas yang rutin, terencana, dan sistematis untuk
membantu masalah belajar, karir, pribadi dan sosial, dan membantu
siswa untuk menyelesaikan masalahnya. Kesinambungan berarti
program BK komprehensif memiliki aktivitas yang terus menerus
sebagai bentuk pelayanan sehingga fokus layanan BK lebih diarahkan
pada usaha memfasilitasi pengalaman belajar tertentu yang
membantu siswa untuk tumbuh, berkembang, dan menjadi pribadi
yang mandiri
23
3. Program BK Komprehensif berkolaborasi dengan semua personil
sekolah. Hal ini berarti penyelengaraan BK secara komprehensif dalam
pelayanannya, guru BK harus melibatkan personil sekolah lainnya
seperti guru BK, staf sekolah, orang tua dan anggota masyarakat
lainnya.
4. Bimbingan dan Konseling dikembangkan secara sistematis melalui
proses perencanaan, implementasi, evaluasi dan berkesinambungan.
Melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen tersebut diharapkan
kegiatan dan layanan BK dapat diselenggarakan secara tepat sasaran
dan terukur.
5. Program BK ditopang oleh kepemimpinan yang kokoh. Faktor
kepemimpinan ini diharapkan dapat menjamin akuntabilitas dan
pencapaian kinerja program BK.
24
Gambar 2.1 Komponen BK Komprehensif
Bowers and Hatch dalam setiwati (2014)
Program BK komprehensif memiliki dasar yang jelas. Hal ini
tertuang pada struktur dasar ranah kerja BK komprehensif. Struktur ini
dipaparkan oleh Gybers dan Henderson dalam bukunnya (developing and
Managing) dengan baik.
Menurut Gysbers dan Henderson (1976) program BK
komprehensif terdiri dari empat elemen program yaitu 1) konten
program, 2) ruang lingkup kerja, 3) sumber daya 4) pengembangan,
manajemen dan akuntabilitas.
Berdasarkan Gambar 2.2 terlihat bahwa bimbingan
komprehensif memiliki kerangka yang sistematis, rinci dan luas
cakupannya. Gambar ini juga menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan
progam BK dapat menggunakan berbagai strategi dan bekerjasama
25
dengan berbagai pihak.
Elemen ini diperjelas dalam gambar struktur BK komprehensif
sebagai berikut:
Memahami
Mengenal alasan keragaman Bertindak atas
Landasan perilaku perlunya mentaati aturan/patokan pertimbangan diri
2
etis aturan/norma dalam berperilaku terhadap norma
berperilaku dalam konteks yang berlaku
budaya
Memahami
Mengekspresikan
Mengenal cara-cara keragaman ekspresi
perasaan atas dasar
3 Kematangan emosi mengekspresikan perasaan diri dan
pertimbangan
perasaan secara wajar perasaan orasaan
kontekstual
orang lain
Mengambil
Mempelajari cara -cara Menyadari adanya keputusan
Kematangan pengambilan resiko dari berdasarkan
4
intelektual keputusan dan pengambilan pertimbangan resiko
pemecahan masalah keputusan yang mungkin
terjadi.
30
Berinteraksi dengan
Mempelajari cara- cara Menghargai nilai-
orang lain atas dasar
memperoleh hak dan nilai persahabatan
Kesadaran tanggung nilai-nilai
5 memenuhi kewajiban dan keharmonisan
jawab sosial persahabatan dan
dalam lingkungan dalam kehidupan
keharmonisan
kehidupan sehari-hari sehari-hari
hidup.
Menghargai
peranan diri dan Berinteraksi dengan
Mengenal peran-
orang lain sebagai lain jenis secara
peran sosial sebagai
6 Kesadaran gender laki-laki atau kolaboratif dalam
laki-laki atau
perempuan dalam memerankan peran
perempuan
kehidupan jenis
sehari-hari
Meyakini keunikan
diri sebagai aset
Mengenal kemampuan Menerima keadaan yang harus
7 Pengembangan diri
dan keinginan diri diri secara positif dikembangkan
secara harmonis
dalam kehidupan
Menyadari manfaat
Membiasakan diri
Mengenal nilai-nilai perilaku hemat,
Perilaku hidup hemat, ulet
perilaku hemat, ulet ulet sungguh-
kewirausahaan sungguh-sungguh
8 sungguh-sungguh dan sungguh dan
(kemandirian dan kompetitif
kompetitif dalam kompetitif dalam
perilaku ekonomis) dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari. kehidupan
sehari -hari.
sehari-hari.
Menyadari Mengidentifikasi
keragaman nilai ragam alternatif
Mengekspresikan
dan persyaratan pekerjaan,
ragam pekerjaan,
Wawasan dan dan aktivitas yang pendidikan dan
9 pendidikan dan
kesiapan karier menuntut aktifitas yang
aktivitas dalam dengan
pemenuhan mengandung
kemampuan diri
kemampuan relevansi dengn
tertentu kemampuan diri
31
Menyadari
Mempelajari norma- Bekerja sama
keragaman latar
Kematangan norma pergaulan dengan teman
belakang teman
10 hubungan dengan dengan teman sebaya sebaya yang
sebaya yang
teman sebaya yang beragam latar beragam latar
mendasari
belakangnya belakangnya
pergaulan
32
pribadi (personal guidance) bisa bermakna bimbingan (Tohirin,
2007).
Dalam situasi tertentu, kadang-kadang individu dihadapkan
pada suatu kesulitan yang bersumber dari dalam dirinya sendiri.
Masalah ini timbul karena individu merasa kurang berhasil dalam
menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal-hal dalam dirinya.
Konflik yang berlarut-larut, frustasi, dan neurosis merupakan sumber
timbalnya pribadi. Masalah pribadi juga bisa timbul akibat individu
gagal dalam mempertemukan antara aspek-aspek pribadi di satu
pihak dan keadaan lingkungan di pihak lain.
Menurut Surya dan Winkel aspek-aspek persoalan individu
yang membutuhkan layanan bimbingan pribadi antara lain sebagai
berikut :
a. Kemampuan individu memahami dirinya sendiri
b. Kemampuan individu mengambil keputusan sendiri
c. Kemampuan individu memecahkan masalah yang menyangkut
keadaan batinnya sendiri, misalnya persoalan-persoalan yang
menyangkut hubungannya dengan Tuhan (Tohirin, 2007).
2. Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial adalah usaha bimbingan yang bertujuan
membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam bidang sosial.
Bentuk bimbingan ini misalnya informasi cara berorganisasi, cara
bergaul agar disenangi kelompok, cara-cara mendapatkan biaya
sekolah tanpa harus mengorbankan belajar, dan sebagainya.
Selain problem yang menyangkut dirinya sendiri, individu
juga dihadapkan pada problem yang terkait dengan orang lain.
Dengan perkataan lain, masalah individu ada yang bersifat pribadi
33
dan ada yang bersifat sosial. Kadang-kadang individu mengalami
kesulitan atau masalah dalam hubungannya dengan individu lain
atau lingkungan sosialnya.
Masalah ini dapat timbul karena individu kurang mampu atau
gagal berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang kurang sesuai
dengan keadaan dirinya. Masalah individu yang berhubungan
dengan lingkungan sosialnya misalnya:
a. kesulitan dalam persahabatan
b. kesulitan mencari teman
c. merasa terasing dalam aktivitas kelompok
d. kesulitan memproleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok
e. kesulitan mewujudkan hubungan yang harmonis dalam keluarga
f. kesulitan dalam menghadapi kesulitan sosial yang baru
Selain masalah di atas, aspek-aspek sosial yang memerlukan
layanan bimbingan sosial antara lain sebagai berikut :
a. kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan
lingkungannya
b. kemampuan individu melakukan adaptasi
c. Kemampuan individu melakukan sosialisasi (interaksi sosial)
dengan lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Bimbingan Belajar
Siswa di sekolah dan di madrasah baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota masyarakat memiliki masalah yang satu sama lain
berbeda tingkat kompleksitasnya. Masalah siswa di sekolah dan
madrasah ada yang disebabkan oleh kondisi dalam diri siswa sendiri dan
ada yang disebabkan oleh kondisi di luar siswa.
34
Bimbingan belajar adalah usaha bimbingan kepada siswa untuk
mengatasi kesulitan dalam bidang belajar. bentuk bimbingan belajar
misalnya membentuk kelompok belajar, memberikan informasi tentang
cara belajar yang baik, memberi nformasi tentang cara mengatur jadwal
belajar, cara memusatkan perhatian dalam belajar, memberikan
informasi tentang pola belajar, dan sebagainya.
Beberapa aspek masalah belajar yang memerlukan layanan
bimbingan belajar atau bimbingan akademik (academic guadience)
antara lain sebagai berikut :
a. Kemampuan belajar yang rendah
b. Motivasi belajar yang rendah
c. Minat belajar yang rendah
d. Tidak berbakat pada mata pelajaran tertentu
e. Kesulitan berkonsentrasi dalam belajar
f. Sikap belajar yang tidak terarah
g. Perilaku mal adaptif dalam belajar seperti suka mengganggu teman
ketika belajar
h. Prestasi belajar yang rendah
i. Penyaluran kelompok belajar dan kegiatan belajar siswa lainnya
j. Pemilihan dan penyaluran jurusan
k. Gagal ujian atau tidak naik kelas
4. Bimbingan Karier
Bimbingn karier yaitu bimbingan untuk membantu individu
dalam perencanaan, Bimbingan karier juga merupakan layanan
pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral
program pendidikan. Bimbingan karier terkait dengan perkembangan
35
kognitif, efektif, atau pun keterampilan individu dalam mewujudkan
konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan,
ataupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan
membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang
terus menerus berubah.
Menurut Winkel (1991), bimbingan karier merupakan bantuan
dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan
lapangan pekerjaan (profesi) tertentu serta membekali diri agar siap
memangku jabatan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan
tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki
berdasarkan pengertian diatas, bimbingan karier bisa bermakna suatu
bantuan diri pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah karier.
Bimbingan karier juga bermakna jenis bimbingan yang
membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-
masalah yang menyangkut karier tertentu. Bimbingan karier membantu
individu mempersiapkan pekerjaan atau jabatan, membantu individu
pada saat bekerja, dan membantu individu setelah pensiun dari
pekerjaannya dengan kata lain, bimbingan karier membantu individu
mengembangkan kariernya sepanjang hayat (Nurhisan, 2006).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa
bimbingan karier merupakan upaya bantuan terhadap individu agar
dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, dan
mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk
kehidupannya yang diharapkan. Ada pun masalah-masalah dalam
bimbingan karier antara lain sebagai berikut :
a. pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja
36
b. pemahaman kondisi dan kemampuan diri
c. pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan
karier
d. penyesuaian pekerjaan dan pemecahan masalah-masalah karir yang
dihadapi.
1.6 Rangkuman
37
Model BK komperhensif yang ada di Indonesia meski diadaptasi
dari Amerika tetap memiliki perbedaan. Di Indonesia delivery sistem
masih menjadi fokus utama pengembangan program BK. Delivery system
terdiri dari empat elemen yaitu pelayanan dasar, pelayanan responsif,
perencanaan individual, dan dukungan sistem (ABKIN, 2008). Tiga
komponen lainnya yaitu foundation, management system, dan
accountability meski tertera dalam rambu-rambu BK namun, tidak
dpisahkan menjadi komponen yang berbeda dengan delivery system
seperti yang dimaksud ASCA.
Sepuluh aspek tugas perkembangan siswa pada tabel diatas
dijadikan dasar untuk pembuatan program dengan cara diukur
(asessment). Pengukuran tersebut melalui beragam teknik baik tes
maupun non tes. Hasil pengukuran dijadikan sebagai bahan untuk dasar
pembuatan program. Tugas perkembangan yang memiliki banyak aspek
tersebut dijalankan dengan 4 bidang layanan. Layanan tersebut yaitu
pribadi, sosial, belajar dan karir.
Pustaka
38
Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional). (2008). Rambu-rambu
Penyelenggaraan BK dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta : Dinas
Pendidikan Tinggi.
Dimmit, C. (2009). Why evaluation matters: determining effective school
counseling practices. Journla Professional School Counseling. Vol 1.4
Gysbers, C Noraman dan Patricia Henderson. (1976). Developing and
Managing: Your School Gidance and Counseling Program. American
Counseling Association: Alexandria.
Nurihsan, Achmad Jutika. (2016). Bimbingan & Konseling. Bandung : PT
Rafika Aditama.
Stiwati. (2014). Persentasi Perkuliahan Bimbingan dan Konseling.Bandung:
UPI
Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
Surya, Moh. (1988). Dasar- Dasar Konseling Pendidikan : Konsep dan Teori.
Yogyakarta: Kota Kembang.
Tohirin (2007). Bimbingan Konseling diSekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Winkel, W.S, 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah: PT.
Grasindo. Jakarta.
39
Latihan Soal :
Perhatikan soal dibawah ini, soal berupa pernyataan benar salah, silahkan
diberikan jawaban dengan memberi tanda (V) pada kolom yang telah
disediakan.
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 BK komprehensif memiliki 5 Komponen
di Amerika
2. BK komprehensif di Indonesia
mengadaptasi keseluruhan di Amerika,
sehingga lengkap
3 Bk komprehensif menurut Gybsers
memiliki lima premis
4. BK komprehensif berasumsi bahwa
kebutuhan konseli adalah dasar
pembuatan program
5. Tugas perkembangan siswa dapat
40
dijadikan acuan pembuatan program
6. Layanan dasar, dukungan sistem,
perencanaan individuan dan responsif
merupakan bagian dari komponen BK
Komprehensif
7 BK komprehensif memiliki 2 bidang
layanan yaitu karir dan pribadi
8 Bidang pribadi dan sosial tidak memiliki
hubungan sehingga, dijadikan satu
Umpan Balik
Tingkat penguasaan =
Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat
penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi
41
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum
kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi
dosen pengampu di luar waktu perkuliahan.
Kunci Jawaban
Jawaban Tes
No Jawaban
1 S
2 S
3 B
4 B
5 B
6 B
7 S
8 S
42
BAB III
KONSEP DASAR EVALUASI PROGRAM BK
43
1.1 Definisi Evaluasi Program BK
44
pemberian penilaian terhadap keberhargaan, dan keberhasilan program
Bimbingan dan Konseling yang dilakukan melalui pengumpulan,
pengolahan, serta analisis data yang disajikan untuk mengambil
keputusan. Definisi Badrujaman mempertegas definisi sebelumnya
bahwa pada evaluasi terdapat proses pengumpulan data yang dilakukan
dalam kegiatan pengukuran dan penilaian keberhasilan program BK yang
digunakan untuk mengambil keputusan.
Definsi Badrujaman sejalan dengan Wall, Dimmitt, Wong and Fuller
(2007). Mereka menyatakan bahwa;
‘Evaluation is the pruposful and systematic collection and
analysis of data or information used for the prupose of
dokumenting the effectiveness, impact, outcomes of program,
estabilish accountability and indentifiying areas needing change
and improvement’.
49
Pustaka
50
http://ncda.org/aws/NCDA/pt/sd/news_article/5389/_PARENT/la
yout_details_cc/false
Yusuf, Muhamad. (2007). Fakultas Ilmu Pendidikan, Bimbingan
Konseling Universitas Negeri Jakarta. Skripsi.
Latihan Soal :
Perhatikan soal dibawah ini, soal berupa pernyataan benar salah, silahkan
diberikan jawaban dengan memberi tanda (V) pada kolom yang telah
disediakan.
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Pengukuran merupakan proses
memberi nilai secara kuantitatif
2. Penilaian membandingkan dengan alat
ukur tanpa memberikan kategori
3 Evaluasi memberikan keputusan
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan
rekomendasi perbaikan program
5. Evaluasi program BK mengevaluasi
program yang dibuat akan tetapi
hasilnya tidak digunakan sebagai alat
perbaikan
51
6. Evaluasi tidak memiliki kendala yang
berarti di Sekolah
7 Beban kerja guru BK sudah sangat ideal
untuk melaksanakan evaluasi
8 Pengtahuan guru BK masih belum baik
tehadap evaluasi
Umpan Balik
Tingkat penguasaan =
Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat
penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum
kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi
dosen pengampu di luar waktu perkuliahan.
52
Kunci Jawaban
Jawaban Tes
No Jawaban
1 B
2 S
3 B
4 B
5 S
6 S
7 S
8 B
53
BAB IV
MODEL EVALUASI PROGRAM
GYSBERS DAN HENDERSON
54
1.1 Evaluasi Model Gysbers dan Hendarson
55
aspek input. Evaluasi program yang dilakukan untuk melihat
kesesuaian program dengan standar program yang ditetapkan.
Evaluasi program disebut juga evaluasi proses. Evaluasi hasil berisi
mengenai dampak dari kegiatan dan layanan program yang diberikan
kepada siswa, sekolah, dan masyarakat. Evaluasi ini dengan kata lain
merupakan evaluasi (dampak).
56
Evaluasi tujuan berfokus pada program pengembangan diri konselor.
Evaluasi ini dapat dilakukan tiap tahun. Agar evaluasi personil berjalan
dengan sesuai maka konselor dan evaluator misalnya kordinator BK
atau kepala sekolah dilatih untuk memahami tugas-tugas konselor
sekolah dan sikap profesional juga dengan menggunakan metode-
metode yang sesuai untuk mengumpulkan data yang dapat
mendukung evaluasi.
Proses evaluasi diri dan pekerjaan terdiri atas enam langkah-
langkah: pengumpulan data, analisis data, penyelesaian penulisan
evaluasi formulir draf evaluasi, konferensi evaluasi, analisis setalah
evaluasi dan penyelesaian formulir evaluasi. Pada proses ini, konselor
sekolah dan evaluator menyelesaikan 3 langkah pertama secara
terpisah. Pada konferensi evaluasi, langkah keempatnya, mereka
mendiskusikan evaluasi mereka terhadap hasil kerja konselor.
Evaluator kemudian mempengaruhi langkah kelima dan keenam,
memerlukan tanda tangan penting, dan mengantarkan salinan dari
formulir tersebut seperti yang telah ditetapkan. Formulir yang
digunakan dalam proses harus mendukung kesesuaian dan evaluasi
pekerjaan konselor sekolah yang adil dan relevan pada harapan yang
telah diucapkan untuk pekerjaan mereka didalam hubungannya
dengan penentuan program bimbingan sebaik dan sesuai dengan
deskripsi tugas konselor di tiap sekolah. Memiliki tim konselor atau
konselor dan adminstrator yang mengembangkan instrumen dan
mengkaitkan proses membantu membuat sistem evaluasi pekerjaan.
Evaluasi tujuan pada pengembangan diri. Evaluasi ini meninjau
rencana pengembangan kompetensi profesional guru BK. Tujuan
evaluasi ini menilai sebarapa jauh guru BK ikut serta dalam program
57
pengembangan yang diadakan dikampus atau wilayahnya dan
mengukur seberapa jauh adanaya peningkatan skill profesional yang
mereka dapatkan. Penilai evaluasi ini dapat dilakukan oleh staff guru
BK yang lain, kordinator guru BK, dan kepala sekolah.
b. Evaluasi Program
58
Tinjauan eksternal atau luar, terkadang program evaluasi
diadakan denagn menggunakan personil dari luar distrik sekolah.
Dewan pengurus pendidikan atau bagian administrasi mungkin
menginginkan tinjauan program dikarenakan ketidakpuasan terhadap
program tersebut dan akhirnya mereka mempekerjakan evaluator dari
luar. Atau, mungkin program tersebut dijadikan alat utnuk pencarian
dana atau akreditasi, dan evaluator yang datang dari luar sering
digunakan untuk program tersebut Curcio, Mathai, dan Roberts (2003)
melaporkan sebuah keadaan dimana seorang pengawas, disarankan
oleh dewan pendidikan dikarenakan kritikan dari orang tua, mereka
menyewa atau mempekerjakan evaluator dari luar untuk meninjau
program bimbingan konseling didistrik tertentu. Para evaluator
mengembangkan survey dan protokol wawancara untuk guru BK,
bagian administrasi, dan orangtua, para pimpinan, dan pelajar. Dasar
dari pekerjaan mereka, mereka mengidentifikasi 27 penemuan, tiap-
tiap penemuan tersebut diikuti dengan rekomendasi pengembangan
program.
c. Evaluasi Hasil
Salah satu model evaluasi hasil pada layanan dasar yang sesuai
untuk mengukur kriteria keberhasilan layanan dasar pada aspek hasil
ABKIN adalah model evaluasi hasil Gysbers. Evaluasi model Gysbers
memiliki kriteria yang sama. Kriteria evaluasi hasil model Gysbers
adalah mengukur kontribusi BK terhadap pada kesuksesan siswa
khususnya prestasi akademiknya dan menunjukan apa yang dilakukan
serta bagaimana caranya.
59
School councelors, working within the framework of
guidance and councelling programs, increasingly are being asked
to demontrate that their work contribute to student success,
particularly student academic achievment. Notonly are school
counselors being asked to tell what the do, but they also are
being asked to demonstrate how what they do makes a
difference in the lives students (Gysbers, 2008:334).
60
perkembangan siswa, dan memastikan bahwa siswa memiliki
persiapan kerja yang baik.
2). Mempertimbangkan Penggunaan Data
Menurut Gysbers dan Henderson (2006), empat jenis data yang
dapat di pertimbangkan dalam rencana evaluasi hasil. Student
Achievment, progress and behavior data, Process data, preception
data, dan result data.
a) Student Achievment, Progress and Behavior Data
(Data prestasi akademik, peningaktan akademik, dan data
prilaku)
Data yang termasuk pada data ini yaitu standar skor tes,
rata-rata skor tes, jumlah kehadiran, dan jumlah pekerjaan
rumah (PR) yang diselesaikan. Data tersebut apabila sudah
dikumpulkan di sekolah dapat digunakan untuk hasil dalam
menetapkan efektivitas program bimbingan dan konseling
b) Process Data (Data Proses)
Data Proses digunakan didalam program evaluasi (aspek
proses) dan juga pada evaluasi hasil. Proses data berisi
mengenai bentuk kegiatan dan layanan dilaksanakan serta
subjek program BK. Data proses memberikan bukti bahwa
layanan telah benar-benar diselenggarakan.
ASCA (2012), memberikan contoh data yang dihasilkan dari
evaluasi hasil program pada aspek data proses;
1) Delapan siswa kelas empat berpartisipasi dalam belajar
kelompok yang bertemu enam kali selama 45 menit.
2) 450 kesembilan siswa kelas mengkuti layanan klasikal
61
3) 38 orang tua menghadiri pertemuan orientasi sekolah
menengah
c) Preception Data (Data Persepsi)
Data persepsi berisi mengenai hasil pemikiran siswa, orang
tua, administrator, dan lainnya, tentang layanan yang telah
diselenggarakan. ASCA (2013) data persepsi merupakan
identifikasi mengenai yang konseli pikirkan, tahu, percaya atau
yang konseli merasa dapat melakukannya. Data ini dibagi
menjadi tiga bagian yaitu pencapaian kompetensi, perubahan
sikap dan keyakinan, dan peningkatan pengetahuan.
1) Contoh Data Pencapaian Kompetensi
a) 100 persen siswa mengerti kebutuhan yang harus dipenuhi
untuk lulus dan dapat melengkapi perencanaan setelah
mereka selesai sekolah
b) 100 persen anak dikelas 9 dapat mengetahui tujuan karirnya
2) Contoh Perubahan Sikap dan Keyakinan
1) 93 persen dari keempat siswa kelas percaya berkelahi
bukanlah metode yang tepat untuk memecahkan masalah
2) 69 persen dari seluruh siswa melaporkan merasa aman di
sekolah
3) 90 persen dari orang tua melaporkan manfaat dari presentasi
tentang persyaratan masuk perguruan tinggi
3) Contoh Peningkatan Pengetahuan
1) 89 persen dari anak-anak kelas sembilan menunjukkan
adanya peningkatan pengetahuan yang dibutuhakan mereka
dalam promosi
62
2) 92 persen dari semua siswa dapat mengidentifikasi tanda-
tanda kekerasan yang mungkin terjadi pada diri mereka
d) Result Data (Data Hasil)
Data hasil didalamnya terdapat mengenai pengaruh dari
pelaksanaan layanan guru BK kepada siswa. Data hasil berisi
peningkatan skor tes yang dikaitkan pada absensi, kedisiplinan
(membolos), perolehan nilai rata-rata, dan skor tes prestasi.
Perubahan tersebut dapat dianggap sebagai hasil partisipasi
mereka pada keikutsertaannya dalam program BK.
ASCA (2012), menambahakan bahwa Data hasil adalah
data yang mampu menunjukan dampak dari intervensi. Data
hasil melaporkan sejauh mana program telah memiliki dampak
yang positif pada kemampuan siswa untuk meningkatkan
pengetahuan konseli, sikap dan keterampilan yang
mempengaruhi perbaikan dalam prestasi, kehadiran dan tingkah
laku. Data tersebut dikumpukan melalui berbagai macam
sumber tingkat promosi, kehadiran, pembolosan, standar
kelulusan dan tingkat kelulusan siswa.
1) Contoh Data Dampak Pencapaian Prestasi
a) Terdapat peningkatan dari kelulusan dari 79 menjadi 86
persen
b) Terdapat kenaikan pengetahuan dari 2.0 menjadi 3.4
sebelum dan sesudah layanan klasikan dikelas sembilan
c) Terdapat kenaikan dikelas empat pada pencapaian skor
matematika dari 69 menjadi 73
2) Contoh Data Dampak Kehadiran
a) Angka kehadiran dikelas naik dari 88 menjadi 91 persen
63
b) Teridentifikasi jumlah hari absen siswa dari 15 hari menurun
menjadi 8 hari sampai akhir periode
3) Contoh Data Dampak Prilaku
a) Pelanggaran disiplin menurun
b) Terdapat angka penurunan 15 persen berkaitan dengan
disiplin
67
Tabel 4.1 Kompetensi dan Indikator
Tugas Kompetensi (B) Indikator (C)
Perkembangan (A)
Landasan hidup Mempelajari hal ihwal Siswa dapat menyebutkan berbagai ibadah
religius (A1) ibadah (B1) umat beragama di Indonesia (C1)
Siswa dapat mengidentifikasi manfaat ibadah
dalam kehidupan (C2)
Mengembangkan pemikiran Siswa dapat menunjukkan kesadaran
tentang kehidupan pentingnya agama dalam kehidupan setelah
beragama (B2) mati (C3)
Siswa dapat menunjukkan penghormatan
terhadap ibadah yang dilakukan oleh umat
lain. (C4)
Melaksanakan ibadah atas mengerjakan ibadah secara rutin (C5)
keyakinan sendiri disertasi Bersikap toleran dengan perbedaan dengan
sikap toleran (B3) agama lain (C6)
Landasan perilaku Siswa dapat menjelaskan berbagai macam
etis (A2) Mengenal keragaman norma yang ada di masyarakat (agama, adat,
68
aspek etis (B6)
69
Kematangan Mempelajari cara-cara Siswa dapat menjelaskan bahwa dalam hidup
Intelektual (A4) pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada keputusan dalam
dan pemecahan masalah berbagai hal (C22)
secara objektif. (B11)
Siswa dapat menjelaskan pengertian masalah
(C23)
70
keharmonisan dalam Siswa mampu menerima nilai-nilai
konteks keragaman keharmonisan hubungan antar sesama dalam
interaksi sosial (B15) konteks keragaman interaksi (C33)
71
keragaman (B21)
72
Siswa mampu menyusun rencana kehidupan
yang mengakomodasi nilai hemat, ulet,
sungguh-sungguh, serta kompetitif. . (C53)
Mempelajari cara-cara Siswa dapat menjelaskan cara-cara membina
membina kerjasama dan toleransi dan kerjasaman dalam persahabatan
toleransi dalam pergaulan dengan teman sebaya(C54)
dengan teman sebaya. Siswa dapat menjelaskan perilaku yang dapat
(B26) menimbulkan permusuhan dengan teman
sebaya (C55)
Siswa dapat menjelaskan cara bergaul secara
positif (C56)
Kematangan Menghargai nilai-nilai Siswa menyadari pentingnya toleransi dan
hubungan dengan kerjasama dan toleransi kerja sama dalam persahabatan dengan teman
teman sebaya (A9) sebagai dasar untuk sebaya (C57)
menjalin persahabatan Siswa dapat menerima teman apa adanya
dengan teman sebaya. (C58)
(B27)
Mempererat jalinan Siswa mampu menyampaikan kritik yang
persahabatan yang lebih membangun terhadap teman (C59)
akrab dengan Siswa dapat mendengarkan curahan hati
memperhatikan norma teman dengan baik (C60)
yang berlaku. (B 28)
Wawasan dan Mempelajari kemampuan Siswa mampu mengidentifikasi kecerdasan
persiapan karir diri, peluang, dan ragam jamak yang dimiliki (C61)
(A10) pekerjaan, pendidikan, dan Siswa mampu mengidentifikasi bakat yang
aktifitas yang terfokus pada dimiliki (C62)
pengembangan karir yang Siswa mampu mengidentifikasi minat yang
lebih terarah (B 29) dimiliki (C63)
73
Siswa dapat menganalis perbedaan Jurusan di
SMA (IPA, IPS, Bahasa) (C64)
Siswa dapat menjelaskan berbagai faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan
jurusan di SMA (C65)
siswa dapat menjelaskan struktur, jenjang,
serta macam-macam perguruan tinggi (C66)
siswa dapat menjelaskan berbagai jurusan
pada berbagai fakultas di perguruan tinggi (C
67)
siswa dapat menyebutkan berbagai pilihan
setelah lulus
74
Siswa dapat menjelaskan model keluarga yang
harmonis (C82)
Siswa mampu mengidentifiasi permasalahan-
permasalahan pada pernikahan (C83)
75
1. Mengembangkan kompetensi berdasarkan tugas perkembangan atau
landasan perkembangan yang diinginkan.
2. Memilih kompetensi dan mengembangkan indikator atau tujuan
layanan
3. Kemudian menjadikan indikator item atau butir pertanyaan
4. Butir pertanyaan dikembangkan dengan skala sikap dengan rentang
pengukuran tujuh jenis, yaitu sangat rendah, rendah, jarang, sedang,
agak tinggi, tinggi, sangat tinggi.
1.4. Rangkuman
76
Perbedaan intrumen Badrujaman dan Gybsers hanya terletak pada
target kompetensi, pada dasarnya tujuan utama Bimbingan Konseling
secara keseluruhan adalah sama yaitu membantu perkembangan siswa.
Langkah langkah instrumen milik Gysbers (1994), yaitu:
1. Mengembangkan kompetensi berdasarkan tugas
perkembangan atau landasan perkembangan yang
diinginkan.
2. Memilih kompetensi dan mengembangkan indikator atau
tujuan layanan
3. Kemudian menjadikan indikator item atau butir pertanyaan
4. Butir pertanyaan dikembangkan dengan sekala sikap dengan
rentang pengukuran tujuh jenis, yaitu sangat rendah, rendah,
jarang, sedang, agak tinggi, tinggi, sangat tinggi.
Pustaka
77
Badrujaman, Aip. (2011). Teori dan Aplikasi Evaluasi Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Indeks,
Gysbers, N.C (1994). Developing and ImplementatingStatwide and Local
Strategis To Evaluate School Guidance Program Interview Report.
Missouri: Columbia. Page 068-278.
Gysbers, N.C (2006). Developing and ImplementatingStatwide and Local
Strategis To Evaluate School Guidance Program Interview Report.
Missouri: Columbia. Ed.4th
Sink et al. Comprehensive Guidance and Counseling Programs’ use of
guidance curicula Material: Survey oh National Trends. Jurnal
Profesional School Counseling. Alexandria. Vol 8.iss April 2005.
Vol 8.iss 4
Trotter et al. 1988. CIPP as Model Evaluation in Counseling Program .
Carolina: Eric CASS Publication.
78
Latihan Soal :
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Data persepsi dapat digunakan dalam
evaluasi program
2. Evaluasi program BK tidak dapat
menggunakan indikator perubahan
pengetahuan
3 Evaluasi hasil untuk mengetahui
kegiatan perencanaan program
4. Data dari evaluasi hasil dapat dijadikan
dasar perbaikan program
5. Program Layanan Dasar dapat
dievaluasi dengan menggunakan model
Gybser dan Henderson
6. Instrumen digunakan untuk evaluasi
didasarkan pada tugas perkembangan
peserta didik
79
7 Instumen harus berupa pertanyaan
8 Instrumen berupa sekala sikap
Umpan Balik
Tingkat penguasaan =
Tindak Lanjut
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat
penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum
kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi
dosen pengampu di luar waktu perkuliahan.
80
Kunci Jawaban
Jawaban Tes
No Jawaban
1 B
2 S
3 S
4 B
5 B
6 B
7 S
8 B
81
BAB V
EVALUASI MODEL JEMBATAN
82
1.1 Model Evaluasi Brige (Jembatan)
83
1.2 Siklus Evaluasi Model Jembatan (Brige Model)
87
1.4. Rangkuman
88
Pustaka
89
Latihan Soal :
Perhatikan soal dibawah ini, soal berupa pernyataan benar salah, silahkan
diberikan jawaban dengan memberi tanda (V) pada kolom yang telah
disediakan.
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Evaluasi model Brige memiliki dua
siklus utama
2. Tidak ada tahapan perencanaan dalam
model evaluasi jembatan
3 Siklus Evaluasi program terdiri dari 6
tahapan
4. Umpan balik berada pada siklus
Konteks
5. Need asesmen merupakan bagian dari
pada siklus program evaluasi sehingga
harus dilakukan
6. Perlu masukan dari stake holder
sebelum membuat perencanaan
program
7 Proses komunikasi terjadi antara siklus
konteks dan siklus program
8 Komunikasi dilakukan untuk
mendapatkan umpan balik atau
masukan program dari stakeholder
90
Umpan Balik
Tingkat penguasaan =
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat
penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum
kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi
dosen pengampu di luar waktu perkuliahan.
Kunci Jawaban
Jawaban Tes
No Jawaban
1 B
2 S
3 S
4 B
5 S
6 B
7 B
8 B
91
BAB VI
AKUNTABILITAS DAN PROSEDUR MELDBA
92
1.1 Perkembangan Akuntabilitas Program BK
93
dan ilmu pengetahuan yang lebih baik pula. Pada tahun 2003 Brigman
dan Campbell juga masih melakukan evaluasi pada layanan BK pada
aspek hasil.
Seiring dengan pembahasan akuntabilitas, evaluasi terus
dikembangkan di Amerika. Evaluasi merupakan sebuah cara untuk
mengetahui efektivitas layanan yang akan ditunjukan kepada
stakeholder. Astramovich and Coker (2007), mereka mengatakan
bahwa “outcomes data and evaluation findings are the means for
providing information about program effectiveness to stakeholders”
(mereka mengatakan bahwa hasil data dan temuan-temuan evaluasi
merupakan sarana untuk memberikan informasi tentang efektivitas
program kepada para stakeholder).
Pada akhirnya, kebutuhan mengenai model evaluasi sebagai
sarana untuk menunjukan akuntabilitas layanan tidak terbantahkan.
Kebutuhan mengenai model evaluasi memberikan dorongan kepada
para ahli untuk mengembangkan berbagai macam model. Model
evaluasi goal attaitment dan sumatif-formatif pada perkembangan
awal evaluasi. Evaluasi tersebut berfokus pada hasil dan proses
(Badrujaman, 2011). Model tersebut kemudian dikembangkan
menjadi evaluasi yang lebih menyeluruh dalam BK. Astramovich and
Coker (2007), mengembangkan Bridge Model dan Dimmitt (2009),
mengembangkan model evaluasi program pada aspek perencanaan,
proses dan hasil.
Di Indonesia wacana mengenai evaluasi berkembang cukup
pesat dalam satu setengah dasawarsa terakhir. Berdasarkan kajian
peneliti, wacana evaluasi dalam BK sebelum periode 2000an (periode
lepas landas) tidak pernah menjadi pembahasan serius.
94
Perkembangan evaluasi ditandai dengan disahkannya UUD sistem
pendidikan nasional No 20 tahun 2003. Evaluasi yang tertera dalam
BAB XVI dalam UUD tersebut, meskipun belum mengarah secara
sepesifik sebagai tugas pokok guru BK mampu mendorong wacana
evaluasi dalam bimbingan dan konseling. Pada tahun berikutnya
evaluasi dikaji lebih jauh oleh Arifin (2005), dia melakukan penelitian
mengenai hubungan antara kecerdasan, pengetahun evaluasi guru
pembimbing dengan kinerja guru pembimbing di Sulawesi Selatan.
Keberadaan UUD 2003 diikuti dengan disahkannya
Permendiknas No 27 tahun 2008 membuat keberadaan konselor
semakin jelas di Sekolah. Hal ini mendorong lebih jauh perhatian para
akademisi dalam melakukan kajian terhadap evaluasi. Sukardi (2008),
dalam bukunya yang berjudul “proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah” membahas mengenai tujuan evaluasi dalam konteks BK di
Indonesia. Evaluasi layanan BK semakin menjadi perhatian, hal
tersebut ditunjukan dengan usaha penggunaan model evaluasi dalam
layanan BK. Sebagai contoh penggunaan model evaluasi CIPP Sudibyo
(2013) dan Kardawati (2014) dalam penelitiannya mengenai evaluasi
BK di Sekolah.
Pengembangan model evaluasi khusus BK di Indonesia dimulai
tahun 2011. Kajian peneliti menemukan model evaluasi layanan dasar
berbasis akuntabilitas (MELDBA) yang dikembangkan oleh Aip
Badrujaman. Model evaluasi ini dikembangakan secara spesifik untuk
program layanan dasar pada aspek perencanaan, proses, hasil dan
dampak (Badrujaman, 2011).
Sejarah perkembangan evaluasi di Amerika menunjukan bahwa
para ahli disana membutuhkan waktu lama untuk menerapakan
95
evaluasi secara menyeluruh yaitu pada aspek perencanaan, proses,
hasil dan dampak di Sekolah. Sejarah tersebut juga menunjukan
bahwa untuk menerpakan evaluasi secara keseluruhan merupakan
pekerjaan yang sangat berat. Sejarah evaluasi di Indonesia apabila
dibandingakan dengan di Amerika maka sangat singkat. Belajar dari
sejarah evaluasi di Amerika maka memfokuskan pelaksanaan evaluasi
pada aspek hasil yang baik di Indonesia merupakan kegiatan yang
lebih realistis dari pada mencoba melaksanakan evaluasi pada semua
aspek.
a. Tabulasi data
Sebagai contoh, misalkan saja, berdasarkan hasil penyebaran
instrument permasalahan diketahui data sebagai berikut.
b. Menelaah persentase masalah
Kegiatan kedua dalam analisis data adalah kegiatan untuk
menelaah persentase pencapaian permasalahan siswa. Guru BK
sebagai evaluator memilah dan memilih masalah yang memiliki
capaian yang tidak optimal. Kriteria yang dapat digunakan dalam
memilah dan memilih adalah pencapaian masalah di atas 50%
masuk dalam kategori masalah. Berikut adalah tabel pencapaian
permasalahan siswa
97
Tabel 6.1 Contoh Permasalahan Siswa
Bunuh diri 67
Tidak percaya diri 49
NAPZA 65
Minuman keras 48
Mata pelajaran 63
Malas belajar 68
Bingung sekolah lanjutan 65
Belum punya cita-cita 52
98
Agar siswa dapat lebih mandiri
Merasa ingin bunuh diri
dan bertanggung jawab
Tidak tahu harus memilih Agar siswa mampu mencapai
sekolah apa setelah lulus SMP kematangan karier
-Agar siswa dapat mengenal
minat dan menumbuhkannya
demi suksesnya karir
Belum memiliki cita-cita
- Agar siswa dapat mengenal
bakat dan menumbuhkannya
demi suksesnya karir
Susah memahami materi Agar siswa dapat belajar dengan
pelajaran baik dan berkualitas
Agar siswa dapat mencapai
Malas belajar
kematangan intelektual
99
Setelah guru BK membandingkan tujuan layanan dan permasalahan,
maka langkah selanjutnya dalam analisis data adalah
membandingkan tujuan layanan dengan standar kemandirian
peserta didik. Berikut disajikan contoh
100
lingkungan sekitar
101
Siswa dapat menampilkan
ketidaksetujuannya dengan -
asertif (C18)
Siswa dapat menjelaskan bahwa
dalam hidup selalu dihadapkan
-
pada keputusan dalam berbagai
hal (C19)
Siswa dapat menjelaskan cara- Agar siswa dapat lebih mandiri
cara mengatasi masalah (C20) dan bertanggung jawab
Siswa menyadari konsekuensi
pengambilan keputusan (C21)
Siswa menyadari pentingnya
-
mengambil keputusan (C22)
Siswa bertanggung jawab dengan
keputusan yang telah diambil
(C23)
Siswa dapat menganalisis
masalah berdasarkan informasi -
diperoleh (C24)
Siswa dapat mengambil
keputusan dengan
mempertimbangkan resiko yang
mungkin terjadi (C25)
Siswa menganalisis interaksi yang
-
terjadi di keluarga (C26)
Siswa mampu mengidentifikasi
berbagai perbedaan yang ada -
disekolah (C27)
Siswa mampu mengidentifikasi
kelas-kelas sosial yang ada -
dimasyarakat (C28)
Siswa peduli dengan kondisi
sekitarnya (C29)
Siswa mampu menerima nilai-
102
nilai keharmonisan hubungan
antar sesama dalam konteks
keragaman interaksi (C30)
Siswa mampu berkomunikasi
secara efektif dengan orang tua,
dan guru secara efektif (C31)
Siswa memiliki kepedulian
membantu orang lain (C32)
Siswa mampu menjelaskan
karakteristik perbedaan laki-laki
dan perempuan dalam berbagai
aspek (C33)
Siswa mampu menjelaskan
pengaruh perbedaan laki-laki dan
perempuan dalam peran
kehidupan yang dimainkan (C34)
Siswa dapat menghargai teman
lawan jenis (C35)
Siswa dapat bersikap toleransi
terhadap lawan jenis (C36)
Siswa dapat menampilkan
perilaku kerjasama dengan teman
lawan jenis dalam kelompokC37)
Siswa mampu mengidentifikasi
kelebihan dan kelemahan diri
secara fisik (38)
Siswa mampu mengidentifikasi
tipe kepribadian(C39)
Siswa mampu mengidentifikasi
nilai yang dimiliki (C40)
Siswa menerima keadaan diri(fisik
dan psikis(C41)
Siswa menerima keadaan non-
fisik(ekonomi keluarga )(C42)
103
Siswa mampu menyusun rencana
masa depan yang sesuai dengan
keunikan diri (C43)
Siswa melakukan kegiatan-
kegiatan yang dapat mencapai
tujuan pada rencana masa depan
termasuk kegiatan ekstra
kulikuler (C44)
Siswa mampu mengidentifikasi
nilai-nilai yang mendukung
kesuksesan hidup.(C45)
Siswa dapat menjelaskan manfaat
memiliki niai-nilai hemat, ulet,
sungguh, serta kompetitif(C46)
Siswa dapat menerima
pentingnya hidup hemat. Ulet,
sungguh-sungguh dan kompetitif
(C47)
Siswa menyadari pentingnya nilai
hidp hemat, ulet, sungguh-
sungguh dan kompetitif (C48)
Siswa mampu mengembangkan
Siswa mampu menerapkan pengetahuan dan
kebiasaan menabung dari uang keterampilannya yang
saku (C49) bermanfaat bagi kehidupannya
kelak
Siswa mampu menerpkan skala
prioritas dalam kehidupam (C50)
Siswa dapat mengembangkan
kreatifitas sehingga tercipta suatu
karya yang memiliki nilai
ekonomis, (C51)
Siswa mampu menyusun rencana
kehidupan yang mengakomodasi
104
nilai hemat, uket, sungguh-
sungguh, serta kompetitif. (C52)
Siswa dapat menjelaskan cara-
cara membina toleransi dan
kerjasama dalam persahabtan
dengan teman sebaya(C53)
Siswa dapat menjelaskan perilaku
yang dapat menimbulkan
permusuhan dengan teman
sebaya (C54)
Siswa dapat menjelaskan cara
bergaul secara positif.(C55)
Siswa menyadari pentingnya
toleransi dan kerja sama dalam
persahabatan dengan teman
sebaya (C56)
Siswa dapat menerima teman apa
adanya (C57)
Siswa mampu menyampaikan
kritik yang membangun terhadap
teman (C58)
Siswa dapat mendengarkan
curahan hati teman dengan baik
(C59)
Siswa mampu mengidentifikasi
kecerdasan jamak yang dimiliki
(C60)
Siswa mampu mengidentifikasi
bakat yang dimiliki (C61)
Siswa mampu mengidentifikasi
minat yang dimiliki (C62)
Siswa dapat menjelaskan macam-
macam sekolah lanjutan setelah
smp (C63)
105
Siswa dapat menjelaskan
berbagai faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam
menentukan sekolah lanjutan
(C64)
Siswa memiliki rasa ingin tahu
untuk mencari informasi dalam
merencanakan karir (C65)
Siswa terbuka dengan berbagai
pilihan karir (C66)
Siswa mampu mengidentifikasi
pekerjaan yang cocok dengan
dirinya (C67)
Siswa mampu menentukan Siswa dapat mengenal bakat
sekolah lanjutan secara tepat masing-masing untuk
(C68) mengembangkan karir
Siswa diharapkan dapat
meningkatkan belajarnya pada
semester genap.
Peran aktif siswa dalam kegiatan
siswa
106
4. Langkah 4 : Mengambil Keputusan Mengenai Kompetensi Dan
Rekomendasi
Langkah keempat dalam evaluasi perencanaan adalah
mengambil keputusan mengenai kompetensi yang menjadi tujuan
dalam program bimbingan. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui
bahwa :
Kesesuaian tugas perkembangan = 50%
Kesesuaian permasalahan = 60 %
Sedangkan kriteria dan standar keberhasilan adalah 70%
tujuan program sesuai dengan tugas perkembangan dan atau
permasalahan siswa, sehingga keputusan bahwa tujuan layanan
dasar sudah sesuai dengan kebutuhan siswa meskipun demikian,
terdapat beberapa masalah yang belum terakomodasi dalam tujuan
program. Untuk itu, perbaikan tetap perlu dilakukan.
107
- Siswa dapat memahami peranan diri dalam lingkungan
sekitar
108
- Media menarik
- Waktu memadai pencapaian tujuan
- Wawasan diterima dengan metode ceramah
- Mengembangkan komunikasi dua arah
x 100
109
Setelah ahli memberikan penilaian, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis data.
110
Tujuan program 5 Skor Status
Materi 4 Tepat
Matode 4 Tepat
Media 4 Tepat
Waktu 4 Tepat
Skor materi 16
111
Tidak
Matode 1
tepat
Tidak
Media 3
tepat
Tidak
Waktu 1
tepat
Skor materi 8
Tujuan program
Skor Status
10
Materi 3 Tepat
Tidak
Matode 2
tepat
Tidak
Media 3
tepat
Tidak
Waktu 1
tepat
Skor materi 9
SKOR TOTAL 90
112
Seiring dengan pembahasan akuntabilitas, evaluasi terus
dikembangkan di Amerika. Evaluasi merupakan sebuah cara untuk
mengetahui efektivitas layanan yang akan ditunjukan kepada stakeholder.
Astramovich and Coker (2007), mereka mengatakan bahwa “outcomes data
and evaluation findings are the means for providing information about
program effectiveness to stakeholders” (mereka mengatakan bahwa hasil
data dan temuan-temuan evaluasi merupakan sarana untuk memberikan
informasi tentang efektivitas program kepada para stakeholder).MELDBA
merupakan model evaluasi berbasis akuntabilitas. Model ini dikembangkan
oleh Badrujaman (2011). Model ini dikembangkan dari model sebelumnya
dan disesuaikan dengan kondisi sekolah di Indonesia. Prosedur teridiri dari 9
tahap.
1. Langkah 1: Menyusun Rencana Evaluasi Perencanaan Aspek
Tujuan
2. Langkah 2: Mengumpulkan Data
3. Langkah 3: Melakukan Analisis Data
4. Langkah 4 : Mengambil Keputusan Mengenai Kompetensi Dan
Rekomendasi
5. Langkah 5 : Mengembangkan Strategi Pencapaian Tujuan
Program
6. Langkah 6 : Menyusun Rencana Evaluasi Terhadap Strategi
Program
7. Langkah 7 : Pilih Ahli Untuk Menilai
8. Langkah 8 : Melakukan Analisis Data
9. Langkah 9 : Laporan
113
Pustaka
Kardawati, Sucita A.A Mas., Nyoman Dantes, dan I Gusti Ketut Arya Sunu.
(2014 Studi evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
di SMP Cipta Dharma Denpasar ditinjau dari PP No.27 Tahun 2008.
Journal Program Pasca Sarjana Pendidikan Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan. Vol.,
5, 1-12.
114
Latihan Soal :
Tes Formatif
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Akuntabilitas sebagai wacana yang
tidak perlu dipedulikan
2. Evaluasi cara untuk mencapai
akuntabilitas program BK
3 Akuntabilitas menjadi tuntutan, oleh
karena itu guru BK harus menolaknya
4. Akuntabiltas berkembang sebagai
sebuah kewajiban
5. Prosedur evaluasi medba pertama
menentukan tujuan
6. Kriteria keberhasilan kurang dari 50
dianggap bermasalah
7 Kecocokan tujuan layanan dengan
masalah atau dengan tugas
perkembangan sudah dianggap
memenuhi atau program layak
dilanjutkan
8 Evaluasi strategi belajar sangat tidak
membutuhkan ahli
115
Umpan Balik
Tingkat penguasaan =
Jawaban Tes
No Jawaban
1 S
2 B
3 S
4 B
5 B
6 B
7 B
8 S
116
BAB VII
EVALUASI BERBASIS TEKNOLOGI
117
1.1 Deskripsi Software Evaluator Dw
118
1.3 Komponen Dasar Software
a. Halaman Masuk
1
119
b. Halaman Pertama
1
121
3) Lembar kerja
Lembar kerja tiap data base tentu akan berbeda satu dan
lainnya. Hal ini disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan. Secara
garis besar kesamaannya adalah pada kolom. Lembar kerja pada
semua jenis data based terdirid dari kolom-kolom isian. Fungsi lembar
kerja adalan sebagai temapat aktivitas input data user.
4) Lembar hasil
Lembar hasil memiliki struktur kolom dan baris. Kolom dan baris
ini digunakan bukan untuk melakukan aktivitas. Fungsi dari lembar
hasil adalah untuk menunjukan hasil aktivitas yang telah dilakukan
oleh pengguna dalam melakukan eksekusi software.
d. Menu Evaluasi
1
122
1) Lembar Hasil Submenu Setting Intsrumen
Pada submenu setting instrumen berfungsi menampilkan
nama kelas yang sudah dilakukan setting instrumen.
2) Lembar Rekap Instrumen
Menu ini berfungsi menampilkan instrumen atau pernyataan
yang akan digunakan pada tiap kelas.
e. Menu Laporan
123
Pada gambar diatas menunjukan menu laporan pada submenu
jawaban siswa. Pada lembar jawaban teridiri dari submenu pretes dan
postes.
a) Pretes
Menu ini menampilkan data mentah (input siswa).
Fungsinya adalah sebagai bukti siswa telah mengisi jawaban
pada lembar kerja mereka pada tahap pretes dan postes
b) Data Mentah
Data mentah digunakan untuk menampilkan jumlah dari
keseluruhan data siswa sebelum dianalisis dengan menggunakan
software. Data ini juga dapat diekspor kedalam format microsoft
excel sehingga jika user ingin melakukan pengecekan dengan
software lain user (guru BK) dapat melakukannya.
2) Sub menu laporan siswa
Submenu laporan siswa berfungsi sebagai menu yang digunakan
untuk mengolah laporan hasil evaluasi perindividu. Hasil dari laporan
persiswa terdiri dari dua bagian yaitu grafik laporan dan deskripsi serta
rekomendasi.
126
1.4. Prosedur Evaluasi Dengan Software Evaluator Dw
1. Login
Cara Login : Masukkan User name dan Password lalu tekan Tombol
“Login (F5)” atau tekan tombol “F5”. Jika berhasil Login maka akan
muncul beberapa menu.
Untuk cara Logout ada di menu File Logout atau tekan tombol
“Ctrl+L”
2. Change Password
127
3. Sekolah
128
4. Guru
a. Tombol New : klik dahulu tombol ini untuk menambah data, jika
data yang diinput sudah lengkap maka bias klik tombol Save.
b. Tombol Delete : untuk menghapus data
c. Tombol Edit : untuk mengubah data.
d. Tombol Save : untuk menyimpan data. Tombol Edit harus di klik
dahulu maka tombol Save baru bisa digunakan.
e. Tombol Cancel : jika tombol Edit sudah di klik, dan tidak jadi
mengubah data, maka tombol cancel ini untuk membatalkan data
yang sudah diedit tidak akan tersimpan.
f. Tombol Refresh : untuk merefresh data.
g. Tombol Export : untuk export data ke file Excel.
h. Tombol Print : untuk mencetak data.
129
i. Tombol Close : untuk menutup modul.
k. Bagian data untuk edit.
l. Hasil data yang telah diinput.
5. Siswa
a. Tombol New : klik dahulu tombol ini untuk menambah data, jika
data yang diinput sudah lengkap maka bias klik tombol Save.
b. Tombol Delete : untuk menghapus data
c. Tombol Edit : untuk mengubah data.
d. Tombol Save : untuk menyimpan data. Tombol Edit harus di klik
dahulu maka tombol Save baru bisa digunakan.
e. Tombol Cancel : jika tombol Edit sudah di klik, dan tidak jadi
mengubah data, maka tombol cancel ini untuk membatalkan data
yang sudah diedit tidak akan tersimpan.
f. Tombol Refresh : untuk merefresh data.
g. Tombol Export : untuk export data ke file Excel.
130
h. Tombol Print : untuk mencetak data.
i. Tombol Close : untuk menutup modul.
j. Bagian data untuk diedit.
k. Hasil data yang diinput.
6. Kelas
a. Tombol New : klik dahulu tombol ini untuk menambah data, jika
data yang diinput sudah lengkap maka bias klik tombol Save.
b. Tombol Delete : untuk menghapus data
c. Tombol Edit : untuk mengubah data.
d. Tombol Save : untuk menyimpan data. Tombol Edit harus di klik
dahulu maka tombol Save baru bisa digunakan.
e. Tombol Cancel : jika tombol Edit sudah di klik, dan tidak jadi
mengubah data, maka tombol cancel ini untuk membatalkan data
yang sudah diedit tidak akan tersimpan.
f. Tombol Refresh : untuk merefresh data.
g. Tombol Export : untuk export data ke file Excel.
h. Tombol Print : untuk mencetak data.
131
i. Tombol Close : untuk menutup modul.
j. Bagian data untuk diedit.
k. Tombol Tambah Siswa : untuk memasukkan siswa ke kelas yang
dipilih. Ini satu per satu siswa dimasukkan.
l. Tombol Tambah Banyak Siswa : untuk memasukkan beberapa
siswa ke kelas yang dipilih. Klik tombol nya maka akan muncul
Pilih Siswa. Lalu Filter data pada kolom Name, klik ujung kanan
atas pada Nama Kolom seperti gambar dibawah :
132
7. Instrumen
a. Tombol New : klik dahulu tombol ini untuk menambah data, jika
data yang diinput sudah lengkap maka bias klik tombol Save.
b. Tombol Delete : untuk menghapus data
c. Tombol Edit : untuk mengubah data.
d. Tombol Save : untuk menyimpan data. Tombol Edit harus di klik
dahulu maka tombol Save baru bisa digunakan.
f. Tombol Cancel : jika tombol Edit sudah di klik, dan tidak jadi
mengubah data, maka tombol cancel ini untuk membatalkan data
yang sudah diedit tidak akan tersimpan.
g. Tombol Refresh : untuk merefresh data.
h. Tombol Export : untuk export data ke file Excel.
i. Tombol Print : untuk mencetak data.
j. Tombol Close : untuk menutup modul.
k. Bagian data untuk diedit.
l. Hasil data yang diinput.
133
m. Kolom active diatas menunjukkan instrument mana yang aktif dan
tidak aktif.
8. Setting Instrumen
a. Tombol New : klik dahulu tombol ini untuk menambah data, jika
data yang diinput sudah lengkap maka bias klik tombol Save.
b. Tombol Delete : untuk menghapus data
c. Tombol Edit : untuk mengubah data.
d. Tombol Save : untuk menyimpan data. Tombol Edit harus di klik
dahulu maka tombol Save baru bisa digunakan.
e. Tombol Cancel : jika tombol Edit sudah di klik, dan tidak jadi
mengubah data, maka tombol cancel ini untuk membatalkan data
yang sudah diedit tidak akan tersimpan.
f. Tombol Refresh : untuk merefresh data.
g. Tombol Export : untuk export data ke file Excel.
134
h. Tombol Print : untuk mencetak data.
i. Tombol Close : untuk menutup modul.
j. Tombol Pilih Kelas : untuk mencari kelas
k. Pre Test dan Post Test menunjukkan tipe test apa yang sedang
aktif.
l. Tombol Refresh Instrumen : jika ada instrument yang tidak
diperlukan dapat hapus langsung pada table Rekap instrumen,
tekan tombol delete saja. Refresh disini mencari data instrument
yang aktif pada modul instrument, lalu dioper datanya ke rekap
instrument. Refresh ini bisa dilakukan jika belum ada siswa yang
mengisi instrumen.
m. Hasil data yang diinput.
n. List Instrumen yang akan diisi oleh siswa.
9. Isi Instrumen / Lembar Pernyataan
135
Ini adalah list instrument / pernyataan yang harus diisi oleh
siswa. Tekan tombol Berikutnya maka data akan otomatis tersimpan.
Dan juga tekan tombol Sebelumnya maka data akan otomatis
tersimpan dan juga menuju pernyataan sebelumnya.
10. Laporan Jawaban Siswa
136
11. Laporan Per Siswa
137
13. Setting Standar
1.5. Rangkuman
Alat bantu ini dinamakan evaluator dw. Software ini merupakan
sofftware evaluasi layanan dalam Bimbingan dan Konseling. Software ini
dirancang berdasarkan model evaluasi layanan dasar berbasis akuntabilitas
(Meldba).
Evaluasi model medba dikembangkan oleh badrujaman (2011).
Model tersebut terdiri dari evaluasi perencanaan, proses, hasil dan dampak.
Evaluasi perencanaan berfokus pada evaluasi aspek rencana layanan,
evaluasi proses pada kegiatan layanan, evaluasi hasi berfokus pada
perubahan setelah mendapatkan layanan dan dampak pada efek jangka
panjang dari layanan.
Software ini dioprasikan ke dalam tiga pilihan oprasi berdasarkan
jenis aktornya, yaitu admin, user guru BK dan user siswa. Pertama, admin
138
memiliki kewenangan mengisi program database yang memungkinkan user
guru BK membuat database siswa dan melaksanakan prosedur lainnya.
Kedua, user guru BK dapat membuat soal dan menentukan password.
Ketiga, user siswa dapat memasukan data siswa serta mengisi soal pada
layar
Soxftware evaluator dw dapat bermanfaat mengevaluasi hasil
layanan dasar Bimbingan dan Konseling yang mampu mempermudah proses
input data, manajemen data, analisis data dan membuat laporan evaluasi
hasil secara otomatis
Pustaka
139
Latihan Soal :
Perhatikan soal dibawah ini, soal berupa pernyataan benar salah, silahkan
diberikan jawaban dengan memberi tanda (V) pada kolom yang telah
disediakan.
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Software evaluator dw dikembangkan
dengan dasar meldba
2. Software tidak dapat memberikan
laporan
3 Software bertujuan memudahkan
dalam melakukan evaluasi
4. Fotware ini tidak dapat mengasilkan
grafik saat laporannya
5. Software dioprasikan dalam dua cara
yaitu client dan admin
6. Software memerlulkan tiga aktor yaitu
guru, admin, dan siswa
7 Software dilengkapi pasword untuk
keamanan
8 Software berfungsi juga untuk
melakukan absensi
140
Umpan Balik
Tingkat penguasaan =
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat
penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum
kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi
dosen pengampu di luar waktu perkuliahan.
Kunci Jawaban
Jawaban Tes
No Jawaban
1 B
2 S
3 B
4 S
5 B
6 B
7 B
8 B
141
BAB VIII
LAPORAN HASIL EVALUASI PROGRAM BK
142
1.1. Muatan Laporan Hasil Evaluasi
Laporan evaluasi merupakan deskripsi yang lengkap dari hasil
evaluasi yang telah dibuat, menggunakan rancangan, hasil dan
kesimpulan serta saran. Isi dari pelajaran paling tidak memuat
deksirpsi dari hasil evaluasi, desain evaluasi yang digunakan, hasil
evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi. Laporan hasil evaluasi ini
biasanya ditujukan kepada administrator, dewan pendidikan, pembuat
program, kepala sekolah, guru-guru, konselor dan masyarakat.
1. Deskripsi program.
Pada bagian ini laporan menjelaskan secara terperinci dan
spesifik mengenai kegiatan bimbingan dan konseling yang
dievaluasi, anggota serta fasilitas yang ada.
2. Rancangan evaluasi.
Mencakup deskripsi dari prosedur yang digunakan untuk
merumuskan pertanyaan evaluasi dan deskripsi yang terperinci
mengenai hipotesa evaluasi, perbandingan, penggunaan instrumen
dan bentuk-bentuk analisis yang digunakan.
3. Hasil evaluasi.
Laporan dari hasil evaluasi secara lengkap dan terperinci di
deskripsikan pada bagian ini.
4. Kesimpulan, diskusi dan saran.
Berisi tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan evaluasi
yang mendasar dan mendiskusikan implikasi-implikasi yang
ditemukan, kelebihan dan kekurangan dari program serta saran
untuk modifikasi program.
143
5. Laporan ahli (rekomendasi)
Laporan hasil evaluasi untuk ahli dan staf administrasi serta
dewan pendidikan yang berada di lingkungan sekolah sebaiknya
singkat dan jelas. Laporan ahli sebaiknya mencakup ringkasan yang
singkat mengenai penemuan, kesimpulan dan saran. Laporan ini juga
dapat diambil langsung dari kesimpulan, diskusi dan saran pada
bagian laporan teknis.
144
e. Menganalisis efektivitas kegiatan '
f. Melaporkan dampak kurikulum
g. Meningkatkan kegiatan atau program
h. Dasar advokasi untuk perubahan sistemik
Hasil evaluasi dapat menjadi alat untuk mencapai akuntabilitas
layanan dengan cara dibuat dalam bentuk laporan hasil evaluasi yang
dapat dikomunikasikan pada stakeholder untuk mendapat masukan
guna perbaikan program Dahir dan Stone, 2009, Sink 2009, Curry dan
Lambie, 2007). Tujuan pelaporan data hasil evaluasi, selain untuk
perbaikan program juga untuk menunjukan kontiribusi program pada
keberhasilan siswa. Menurut Dimmitt, Carey & Hatch (2009) bahwa
“School counselors use data not only to identify areas of concern but
also to show the school counseling program has attained goals and
made a difference for students” (konselor sekolah menggunakan data
tidak hanya untuk mengidentifikasi bidang yang perlu diperbaiki tetapi
juga untuk menunjukkan program konseling sekolah telah mencapai
tujuan dan membuat perbedaan bagi siswa). Berdasarkan penjelasan
diatas maka laporan evaluasi paling tidak memuat deskripsi dari hasil
evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi.
145
Judul: Laporan Evaluasi Perencanaan Layanan Dasar SMP X
146
Siswa menyadari bahaya penyalah gunaan obat terlarang
dan narkoba
Siswa meras hidup bahagia
Siswa dapat memiliki sekolah lanjutan setelah lulus SMP
Siswa dapat memahami strategi memahami materi
pelajaran
Siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi
- Guru BK menyusun 5 satuan layanan tambahan
1.4 Rangkuman
Laporan evaluasi merupakan deskripsi yang lengkap dari hasil
evaluasi yang telah dibuat, menggunakan rancangan, hasil dan
kesimpulan serta saran. Isi dari pelajaran paling tidak memuat
deskripsi dari hasil evaluasi, desain evaluasi yang digunakan, hasil
evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi. Laporan hasil evaluasi ini
biasanya ditujukan kepada administrator, dewan pendidikan, pembuat
program, kepala sekolah, guru-guru, konselor dan masyarakat.
Evaluasi program yang telah dilakukan dengan sejumlah kriteria
dan standar akan menghasilkan data. Data tersebut akan menjadi
bahan laporan kepada para stakeholder. Data evaluasi tentu harus
dimaknai atau diberikan interpretasi sebelum dilaporkan.
Hasil evaluasi dapat menjadi alat untuk mencapai akuntabilitas
layanan dengan cara dibuat dalam bentuk laporan hasil evaluasi yang
dapat dikomunikasikan pada stakeholder untuk mendapat masukan
guna perbaikan program (Sink, 2005). Tujuan pelaporan data hasil
evaluasi, selain untuk perbaikan program juga untuk menunjukan
147
kontiribusi program pada keberhasilan siswa. Menurut Dimmitt, Carey
& Hatch (2007) bahwa “School counselors use data not only to identify
areas of concern but also to show the school counseling program has
attained goals and made a difference for students” (konselor sekolah
menggunakan data tidak hanya untuk mengidentifikasi bidang yang
perlu diperbaiki tetapi juga untuk menunjukkan program konseling
sekolah telah mencapai tujuan dan membuat perbedaan bagi siswa).
Berdasarkan penjelasan diatas maka laporan evaluasi paling tidak
memuat deskripsi dari hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi.
Pustaka
148
Latihan Soal :
Perhatikan soal dibawah ini, soal berupa pernyataan benar salah, silahkan
diberikan jawaban dengan memberi tanda (V) pada kolom yang telah
disediakan.
No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
1 Laporan evaluasi hanya berisi saran
2. Laporan evaluasi memuat keputusan
3 Laporan evaluasi tidak memuat
rekomendasi
4. Laporan evaluasi tidak dapat digunakan
untuk perbaikan program
5. Laporan evaluasi diberikan kepada para
stakeholder
6. Laporan evaluasi dibuat dengan cara
yang paling sulit agar bagus dan
stakeholder mengerti
7 Pembuat laporan adalah guru BK
8 Evaluasi sebagai dapat digunakan untuk
menunjukan akuntabilitas kinerja guru
BK
149
Umpan Balik
Tingkat penguasaan =
Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat
penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum
kuasai. Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi
dosen pengampu di luar waktu perkuliahan.
Kunci Jawaban
Jawaban Tes
No Jawaban
1 S
2 B
3 S
4 S
5 B
6 S
7 B
8 B
150
Glosarium
Akuntabilitas : Unjuk kerja yang mengutamakan transparansi hasil
kerja
Asas : Suatu ketentuan dasar
Benang merah : Persamaan atau garis besar pemikiran
Bimbingan : Kegiatan memberi bantuan yang dapat dilakukan
oleh siapa saja
Kompetensi : Kemampuan seseorang yang dapat diukur
Komprehensif : Mencakup ruang lingkup yang menyeluruh
Konferensi kasus : Merupakan kegiatan dalam bimbingan konseling
yang memaparkan dan mencari solusi atas masalah
siswa, sifatnya rahasia dan tertutup
Konseli : Orang yang diberikan bantuan konseling
Konseling : Kegiatan memberi bantuan yang diberikan oleh ahli
Konselor : Orang yang profesional dan telah menempuh
pendidikan profesi dalam bimbingan dan konseling
Layanan Dasar : Layanan dalam komponen dalam bimbingan dan
konseling yang diselengarakan dalam bentuk klasikal
biasanya rutin terjadwal
Layanan responsif : Layanan yang sifatnya segera dan dalam jumlah
yang lebih kecil dari layanan dasar, biasanya tentatif
Model : Satu kerangka yang membentuk satu sistem kerja
atau pola tertentu
Pengukuran : Kegiatan membandingan dengan suatu kriteria atau
objek lain
Penilaian : Kegiatan pemberian kategori secara kualitatif
Program : Serangkaian kegiatan yang direncanakan maupun
yang dilaksanakan
151
Biodata Penulis
Sudharno Dwi Yuwono lahir di Banjarnegara,
20 Mei 1989 adalah Dosen Tetap BK Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. Ia studi di
Bimbingan dan Konseling program Sarjana dan
Magister di Universitas Negeri Jakarta. Ia sempat
menjadi ketua Kelompok peneliti Muda Universitas
Negeri Jakarta sebuah organisasi tingkat Universitas yang fokus kepada
pengembangan penelitian bagi mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
Dwi Panggilan akrabnya, telah memimpin berbagai proyek riset, survey
dan acara yang fokus kepada pengembangan pendidikan berbasis media
teknologi dan non teknologi serta terkait pada kegiata sociopreneur.
Prestasi yang pernah diraih saat menempuh pendidikan sarjana ialah
penerima dana Hibah Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa dari
DIKTI selama tiga tahun berturut-turut dimulai dari tahun 2008 – 2011,
Finalis Nutrifood Leadership Award 2011, Dwi juga merupakan lulusan
terbaik jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Jakarta
2014. Saat menempuh pendidikan S-2 (Magister), Dwi menjadi pemateri
dalam seminar Internasional di Jogjakarta tahun 2015 membawakan
hasil penelitiannya mengenai Pengembangan Software Evaluasi Hasil
Layanan Dasar BK Tingkat SMP dan telah mengikuti konfrensi penelitian
di Jepang pada acara ASMSS di Osaka 2016. Selain menjadi dosen, saat
ini Dwi menjadi peneliti di lembaga penelitian muhammadiyah di
Jakarta Timur.
152
Biodata Penulis
Penulis kedua adalah Asni kelahiran 12 Maret 1962
merupakan dosen BK UHAMKA yang mengampu mata
kuliah asesmen dan manajemen BK. Sekarang ia
menjabat sebagai Kaprodi jurusan BK UHAMKA. Ia
juga aktif dalam kegiatan penelitian, ia pernah meraih
hibah penelitian DIKTI pada tahun 2014 dan 2015. ia aktif juga dalam
kegiatan pengabdian masyarakat dan kegiatan ilmiah seperti seminar,
dan workshop BK. Ia kini sedang menempuh program doktoral di
Universitas Negeri Jakarta.
153