Dibagi menjadi 2 a. Kualitatif : Delirium, Samnolen, Stupor, dan Koma b. Kuantitatif : Glasgow Coma Scale Eyes Open Motorik Verbal 4 = Spontan 6 = Ikut Perintah 5 = Orientasi Baik 3 = Bicara 5 = Nyeri Lokal 4 = Bingung 2 = Nyeri 4 = Menolak 3 = Kata – kata 1 = None 3 = Fleksi 2 = Suara 2 = Ekstensi 1 = None 1 = None
Penurununan Kesadaran Secara Kualitatif
a. Delirium : Penurunan kemampuan mempertahankan focus b. Samnolen : Penurunan tingkat alertness ringan hingga sedang serta penurunan minat terhadap lingkungan sekitar c. Stupor : Penurunan tingkat alertness, diperlukan stimulus yang sangat kuat untuk dapat membangunkan pasien d. Koma : tidak ada respon apapun terhadap rangsang nyeri.
B. Aspek Medikolegal Kegawat Daruratan
Etika kedokteran berlandaskan pada Pancasila dengan silanya perikemanusiaan yang adil dan beradab, dan juga tertera pada KODEKI. Dan perlu dipahami dan diamalkan hak pasien dan kewajiban lain dokter. Dalam KODEKI, terdapat butir-butir yang berkaitan dengan kasus gawat darurat yang kalua ditempatkan menurut urutan yang relevan lebih dahulu, susunannya sebagai berikut : 1. Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan kecuali jika yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya (Pasal 17) 2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi (Pasal 2) 3. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani (Pasal 7d) 4. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergnakan ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut (Pasal 10) 5. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi (Pasal 3) 6. Seorang dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat harus saling menghormati (Pasal 9) 7. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat dan/atau dalam masalah lainya (Pasal 11) 8. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia (Pasal 12) 9. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik (Pasal 16) Dalam Permenkes No.290/2008 1. Dalam keadaan gawat darurat dimana harus dilakukan tindakan medis pada pasien yang tidak sadar dan tidak didampingi keluarga, tidak perlu persetujuan dari siapapun 2. Valid Consent : tidak ada waktu untuk memberikan informasi detail dalam keadaan emergency. Dalam pasal 32 Undang-Undang Kesehatan tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan dinyatakan bahwa : 1. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dna pencegahan kecacatan terlebih dahulu. 2. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
C. KIE terhadap Pasien/Keluarga
Dalam mengambil keputusan untuk Tindakan medik di klinik, dari segi etik dianjurkan untuk mengamalkan etika klinis yang merupakan etika terapan untuk mengenal, menganalisa, dan menyelesaikan masalah etik dalam pelayanan klinik ( Jonsen et al,2002) Setiap kasus di klinik, terutama yang menonjol aspek etiknya dianjurkan pendekatan praktis dalam mengambil keputusan dengan menggunakan 4 topik berikut : a. Indikasi medik b. Pilihan pasien c. Kualitas hidup d. Gambaran kontekstual Sumber PPT dr.Laily Irfana.,Sp.S Penurunan Kesadaran, Universitas Muhammadiyah Surabaya,2021. PPT dr.Agus Moch.Algozi.,Sp.F(K), DFM, SH. Penanganan Pasien Gawat Darurat, Universitas Muhammadiyah Surabaya,2021.