TINJAUAN PUSTAKA
Energi yang tersedia di alam dibedakan atas dua jenis yaitu energi yang tidak
dapat diperbaharui dan energi yang dapat diperbaharui. Energi yang tidak dapat
diperbaharui adalah energi yang bila digunakan terus menerus akan habis dalam
jangka waktu tertentu[9]. Contoh energi yang tidak dapat diperbaharui adalah
minyak bumi, gas alam dan batu bara. Energi yang dapat diperbaharui adalah
energi yang bila digunakan terus menerus tidak akan pernah habis. Contoh energi
yang dapat diperbaharui yaitu energi surya, energi air, energi angin, energi panas
bumi, dan energi pasang surut air laut.
Minyak bumi, gas alam, dan batubara memiliki keunggulan bila dilihat
kelimpahan dan jumlahnya yang tersedia di alam dalam waktu yang relatif
singkat. Kesemua bentuk energi tersebut dapat langsung digunakan dan
menghasilkan energi yang menjadi penopang hampir separuh kebutuhan energi di
dunia. Kegiatan manusia di zaman sekarang ini mengharuskan penggunaan
berbagai jenis energi untuk menghasilkan listrik dan sebagai bahan bakar
kendaraan. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelemahan pada penggunaan
minyak bumi, gas alam dan batu bara. Penggunaannya terus menerus akan
membuat sumber energi ini akan segera habis bila tidak ditemukan sumber lain
mengingat waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi ini membutuhkan
waktu yang sangat lama. Selain itu, proses penggunaan ini menghasilkan dampak
lain yang tidak diinginkan yaitu polusi berupa gas beracun seperti karbon
dioksida(CO2), karbon monoksida(CO) dan gas beracun lainnya. Salah satu isu
tentang pemanasan global menjadi indikator atas kelemahan penggunaan jenis
energi ini. Kelemahan lain dari jenis energi ini adalah ketersediaanya yang
terbatas di alam. Hal ini mengharuskan manusia melakukan efisiensi dalam
pemanfaatannya.
Bentuk lain dari energi yang tersedia di alam yaitu energi surya, energi air,
energi angin, energi panas bumi, dan energi pasang surut air laut. Keuntungan dari
250000 239000
196653
200000
159765
150000 120903
93927
100000 74122
59024
32965 47693
50000 24322 31181
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 2.4 Total kapasitas turbin angin yang sudah terpasang di dunia
( Sumber : http://www.gwec.net )
Putaran
Arah angin
Arah angin
Arah angin
Arah
Turbin angin ini memiliki efisiensi maksimal sekitar 40% yang didapatkan
melalui eksperimen[10]. Bentuk turbin angin ini sederhana yaitu seperti
pengaduk. Penampang dari rotor yang digunakan merupakan penampang airfoil,
umumnya yang dipakai adalah profil yang dihasilkan oleh NACA. Oleh karena itu
turbin angin ini merupakan turbin angin tipe lift dengan gaya drag yang timbul
lebih kecil. Turbin angin Darrieus ini merupakan turbin angin sumbu vertikal
yang memiliki efisiensi paling tinggi dikelompoknya. Kelemahan turbin angin
tipe Darrieus hampir sama dengan tipe turbin angin sumbu vertical lainnya, yaitu
torsinya yang sangat kecil sewaktu baru berputar sehingga membutuhkan energi
Turbin angin savonius merupakan turbin angin sumbu vertical yang paling
sederhana karena menggunakan sudu berupa lembaran datar ataupun melengkung.
Turbin angin jenis ini umumnya memiliki paling sedikit 2 sudu. Turbin angin
jenis ini bekerja berdasarkan gaya drag yang disebabkan oleh dorongan angin
yang melewati peralatan ini. Efisiensi dari turbin angin ini tergolong sangat
rendah yaitu sekitar 16%.
Gambar 2.12 Turbin angin savonius yang dapat dibuat dari drum bekas
(Sumber : www.google.com)
Diantara keunggulan dari turbin angin sumbu vertical ini, terdapat beberapa
kelemahan diantaranya:
1. Efisiensi turbin ini lebih rendah jika dibandingkan dengan turbin angin
sumbu horisontal
2. Turbin angin jenis ini tidak mampu berputar dengan sendirinya(otomatis) .
Daya awal diperlukan untuk menyalakannya.
3. Turbin angin jenis ini hanya cocok bila digunakan untuk memproduksi
daya yang kecil dan ukuran rotornya kecil.
Turbin angin sumbu horisontal merupakan turbin angin yang bekerja pada
sumbu yang sejajar dengan permukaan bumi. Turbin angin jenis ini merupakan
turbin yang paling banyak dipakai di dunia sebagai pembangkit tenaga listrik.
Turbin angin
sumbu horisontal
Turbin angin sumbu horizontal dibedakan juga terhadap datangnya arah angin
terhadap rotor turbin, yaitu:
1. Upwind, apabila turbin angin diletakkan menghadap arah angin.
2. Downwind, apabila turbin angin dihadapkan membelakangi arah angin.
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Albert Betz. Teori ini
menjelaskan bahwa dengan menerapkan hukum fisika dasar, energi mekanik yang
dapat diekstrak dari aliran udara yang melewati suatu penampang,dibatasi oleh
energi yang terkandung pada aliran udara tersebut. Penelitian lebih lanjut ekstraksi
daya yang optimal didapatkan dengan rasio tertentu antara kecepatan aliran udara
Gambar 2.19 Kondisi aliran udara pada proses pengambilan energi mekanik
menurut teori momentum elementer
( Sumber : Eric Hau , 2006)
Besarnya energi kinetik dari massa udara m yang bergerak dengan kecepatan
v dapat dituliskan sebagai berikut:
1
𝐸𝐸𝑘𝑘 = 𝑚𝑚𝑣𝑣 2 (Joule) (2.1)
2
Besarnya energi mekanik yang dapat diambil oleh turbin angin dari aliran
udara sama dengan besarnya perbedaan daya dari aliran udara sebelum melewati
turbin angin dan setelah turbin angin. Persamaan ini dituliskan sebagai berikut:
1 1 1
𝑃𝑃 = 𝜌𝜌. 𝑣𝑣1 3 . 𝐴𝐴1 − 𝜌𝜌. 𝑣𝑣2 3 . 𝐴𝐴2 = 𝜌𝜌( 𝑣𝑣1 3 . 𝐴𝐴1 − 𝑣𝑣2 3 . 𝐴𝐴2 ) (2.5)
2 2 2
Dari persamaan (2.8) terlihat bahwa daya yang akan diterima oleh suatu
turbin angin akan maksimum ketika nilai v2 = 0. Hal ini mustahil terjadi karena
jika memang udara di belakang turbin angin bernilai nol, maka kecepatan angin
sebelum memasuki turbin angin juga harus bernilai nol juga. Jika ini terjadi, tentu
saja tidak akan ada energi yang bisa diambil oleh turbin angin tersebut. Untuk
itulah dibutuhkan persamaan lain untuk mewakili pengkoversian energi di turbin
angin ini.
Selain dengan menggunakan hukum kelestarian energi, ada persamaan lain
untuk mewakili daya yang mampu diekstrak oleh turbin angin. Persamaan itu
adalah hukum konservasi momentum. Andaikan udara bergerak dan mengenai
turbin ,dapat dikatakan udara ini memberikan gaya pada turbin angin. Gaya yang
mengenai sudu turbin dapat dituliskan dengan persamaan berikut:
𝐹𝐹 = 𝑚𝑚̇ (𝑣𝑣1 − 𝑣𝑣2 ) (N) (2.9)
Besarnya daya yang dibutuhkan untuk mendorong massa udara dengan
kecepatan v’ dengan menggunakan hukum aksi-reaksi, adalah ,
𝑃𝑃 = 𝐹𝐹. 𝑣𝑣 ′ = 𝑚𝑚̇. (𝑣𝑣1 − 𝑣𝑣2 ). 𝑣𝑣 ′ (W) (2.10)
Dengan menggunakan hukum kelestarian energi, persamaan (2.8) dan
(2.10),
1
. 𝑚𝑚.̇ (𝑣𝑣1 2 − 𝑣𝑣2 2 ) = 𝑚𝑚.̇ (𝑣𝑣1 − 𝑣𝑣2 ). 𝑣𝑣 ′ (W) (2.11)
2
Daya mekanikal yang dihasilkan oleh turbin angin dapar dituliskan sebagai
berikut:
1
𝑃𝑃 = . 𝜌𝜌. 𝐴𝐴(𝑣𝑣1 2 − 𝑣𝑣2 2 )(𝑣𝑣1 + 𝑣𝑣2 ) (W) (2.14)
4
Untuk membandingkan efisiensi daya yang dimiliki oleh turbin angin, daya
keluaran yang dihasilkan oleh turbin angin ini dibandingkan dengan daya yang
dimiliki angin sebelum memasuki peralatan turbin angin. Daya angin yang
tersedia sebelum memasuki turbin angin ditulisan sebagai berikut:
1
𝑃𝑃𝑜𝑜 = . 𝜌𝜌. 𝑣𝑣1 3 . 𝐴𝐴
2
Nilai perbandingan antara daya mekanikal yang dapat diekstrak turbin angin
dibandingkan daya yang tersedia oleh angin bebas disebut sebagai koefisien daya,
𝑐𝑐𝑝𝑝 yang dituliskan sebagai berikut ini:
1
𝑃𝑃 .𝜌𝜌.𝐴𝐴(𝑣𝑣1 2 −𝑣𝑣2 2 )(𝑣𝑣1 + 𝑣𝑣2 )
𝑐𝑐𝑝𝑝 = = 4
1 (2.14)
𝑃𝑃𝑜𝑜 .𝜌𝜌.𝑣𝑣1 3 .𝐴𝐴
2
𝑃𝑃 1 𝑣𝑣 2 𝑣𝑣
𝑐𝑐𝑝𝑝 = = . �1 − �𝑣𝑣2 � � �1 + 𝑣𝑣2 � (2.15)
𝑃𝑃𝑜𝑜 2 1 1
0,4
0,3
0,2
0,1
0
V2/V1
Gambar 2.20 Koefisien daya vs rasio kecepatan angin sesudah dan sebelum
melewati turbin angin
2.5 Solidity
Solidity diartikan sebagai perbandingan total luas area sudu pada bagian
depan terhadap luas sapuan turbin angin[8]. Luas area sudu tergantung terhadap
panjang chord sudu dan jumlah sudu. Luas sapuan turbin tergantung kepada
diameter ataupun radius turbin angin. Besarnya nilai solidity dapat dihitung dari
persamaan berikut ini:
dimana :
σ = solidity turbin angin
N = jumlah sudu
c = panjang sudu (m)
R = jari jari turbin angin (m)
Semakin kecil nilai solidity dari suatu turbin angin, maka putaran dari turbin
angin tersebut akan semakin tinggi namun torsi yang dimilikinya rendah. Hal
sebaliknya berlaku semakin besar nilai solidity maka putaran turbin akan semakin
rendah namun memiliki torsi yang besar.
2.6 Airfoil
Sisi depan
Garis bagi sisi atas
Ketebalan
dan sisi bawah
Garis chord
Sisi belakang
Kelengkungan,camber
Gambar 2.21 Geometri airfoil
(Sumber : Eric Hau, 2006)
4 4 15
Camber maksimum dari airfoil Posisi camber dari ‘kepala’ Ketebalan maksimum airfoil
tersebut (dalam persen) dari airfoil tersebut (dalam dari panjang chord (dalam
panjang chord persepuluh) dari panjang chord persen)
4
= 4% x panjang chord = 10 x panjang chord = 15% x panjang chord
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 0 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑥𝑥 = 𝑝𝑝
𝑚𝑚
𝑦𝑦𝑐𝑐 = [( 1 − 2𝑝𝑝 ) + 2. 𝑝𝑝. 𝑥𝑥 − 𝑥𝑥 2 ] (2.17)
(1−𝑝𝑝)2
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 = 𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑥𝑥 = 𝑐𝑐
4. menghitung distribusi ketebalan diatas garis bagi antara sisi atas dan sisi
bawah dengan memasukkan kooerdinat sepanjang sumbu x dengan rumus
berikut ini:
𝑡𝑡
±𝑦𝑦𝑡𝑡 = 0.2
( 0.2969√𝑥𝑥 − 0.126 𝑥𝑥 − 0.3516 𝑥𝑥 2 + 0.2843 𝑥𝑥 3 − 0.1015 𝑥𝑥 4 (2.18)
5. langkah terakhir adalah menentukan koordinat airfoil dengan sisi
atas(xa,ya) dan sisi bawah (xb,yb) ddengan rumus berikut:
𝑥𝑥𝑎𝑎 = 𝑥𝑥 − 𝑦𝑦𝑡𝑡 . sin 𝜃𝜃 (2.19)
𝑦𝑦𝑎𝑎 = 𝑦𝑦𝑐𝑐 + 𝑦𝑦𝑡𝑡 . cos 𝜃𝜃 (2.20)
𝑥𝑥𝑏𝑏 = 𝑥𝑥 + 𝑦𝑦𝑡𝑡 . cos 𝜃𝜃 (2.21)
𝑦𝑦𝑏𝑏 = 𝑦𝑦𝑐𝑐 − 𝑦𝑦𝑡𝑡 . cos 𝜃𝜃 (2.22)
𝑑𝑑 𝑦𝑦
dimana 𝜃𝜃 = arctan � 𝑑𝑑 𝑐𝑐 � (2.23)
𝑥𝑥
Selain cara diatas , untuk mendapatkan koordinat airfoil yang lebih praktis
dapat langsung diunduh di situs pendidikan milik Universitas Illinois yang
menyediakan berbagai macam koordinat airfoil .
Besarnya gaya angkat dan gaya drag sama dengan persamaan berikut ini
1
𝐹𝐹𝐿𝐿 = 𝑐𝑐𝐿𝐿 . . 𝜌𝜌 . 𝑤𝑤 2 . ( 𝑅𝑅. 𝑐𝑐 ) . 𝐵𝐵 (2.24)
2
1
𝐹𝐹𝐷𝐷 = 𝑐𝑐𝐷𝐷 . . 𝜌𝜌 . 𝑤𝑤 2 . ( 𝑅𝑅. 𝑐𝑐 ) . 𝐵𝐵 (2.25)
2
Eksperimen
teori
CFD
𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕
�ρ𝑣𝑣 + . 𝛿𝛿𝛿𝛿� 𝛿𝛿𝛿𝛿
𝜕𝜕𝜕𝜕
ρuδy ρδx δy
δy 𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕
δx �ρ𝑢𝑢 + . 𝛿𝛿𝛿𝛿� 𝛿𝛿𝛿𝛿
𝜕𝜕𝜕𝜕
ρvδx
inkompressibel yaitu massa jenisnya tidak berubah didalam fluida. Untuk kasus
steadi dan incompressible, persamaan ini akan menjadi :
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
+ =0 (2.29)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
Hukum ini sering juga disebut dengan hukum kedua newton dan untuk kasus 2
dimensi harus dijabarkan pada masing masing sumbu-x dan sumbu –y. Hukum
kedua Newton pada arah sumbu-x dapat dituliskan dengan persamaan:
𝜕𝜕 τ𝑦𝑦𝑦𝑦
( τyx + δ𝑦𝑦)δx
𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜕𝜕𝜕𝜕
pδy (p + 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝛿𝛿𝛿𝛿)δy
δy fx
y
σxδy δx (σx +
𝜕𝜕 𝜎𝜎𝑥𝑥
𝛿𝛿𝛿𝛿)δy
𝜕𝜕𝜕𝜕
x
τyxδx
Gambar 2.28 Komponen gaya sejajar sumbu-x pada elemen 2 dimensi
(Sumber : Himsar Ambarita, 2011)
𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜎𝜎𝑥𝑥
�𝑝𝑝 − �𝑝𝑝 + 𝑝𝑝 𝛿𝛿𝛿𝛿�� 𝛿𝛿𝛿𝛿 + �𝜎𝜎𝑥𝑥 + 𝛿𝛿𝛿𝛿 − 𝜎𝜎𝑥𝑥 � 𝛿𝛿𝛿𝛿 +
𝜕𝜕 𝑥𝑥 𝜕𝜕𝜕𝜕
Persamaan ini dapat disederhanakan lagi dan massa dapat diganti dengan
persamaan 𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌𝜌 , dan hasilnya adalah:
𝐷𝐷𝐷𝐷 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕 𝜎𝜎𝑥𝑥 𝜕𝜕 𝜏𝜏 𝑦𝑦𝑦𝑦
𝜌𝜌 = − + + + 𝜌𝜌𝑓𝑓𝑥𝑥 (2.32)
𝐷𝐷𝐷𝐷 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
Jika fluida yang dianalisis dalam kondisi steadi dan sifat fisik konstan,
persamaan momentum ini dapat ditulis lebih sederhana lagi:
Dan dengan cara yang sama untuk sumbu y, dapat diturunkan dan hasilnya
adalah:
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 1 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜇𝜇 𝜕𝜕 2 𝑣𝑣 𝜕𝜕 2 𝑣𝑣
𝑢𝑢 + 𝑣𝑣 = − + ( + ) (2.35)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜌𝜌 𝜕𝜕𝑥𝑥 2 𝜕𝜕 𝑦𝑦 2
Dimana 𝐸𝐸̇ disebut laju perubahan energi , 𝑄𝑄̇ adalah selisih laju perpindahan
panas , dan 𝑊𝑊̇ adalah kerja . Komponen komponen kerja dan panas pada satu
elemen fluida ditampilkan pada gambar berikut ini.
𝜕𝜕 τ𝑦𝑦𝑦𝑦
(uτyx + 𝛿𝛿𝛿𝛿)δx 𝜕𝜕 𝑞𝑞̇ 𝑦𝑦
𝜕𝜕𝜕𝜕 ( 𝑞𝑞̇ 𝑦𝑦 + 𝜕𝜕𝜕𝜕
δ𝑦𝑦)δx
𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕
(up + 𝛿𝛿𝛿𝛿)δy
upδy 𝜕𝜕𝜕𝜕
δy ufx ∂q̇ x
𝑞𝑞̇ 𝑥𝑥 δy (𝑞𝑞̇ 𝑥𝑥 + δx )𝛿𝛿𝛿𝛿
∂x
uσxxδy δx 𝜕𝜕 𝜎𝜎𝑥𝑥
(uσxx + 𝛿𝛿𝛿𝛿)δy
y 𝜕𝜕𝜕𝜕
𝑞𝑞̇ 𝑦𝑦 δx uτyxδx
x
Gambar 2.29 Komponen kerja dan panas pada sebuah elemen
(Sumber : Himsar Ambarita, 2011)
Pada gambar , hanya gaya gaya sejajar sumbu x yang digambarkan . Gaya
gaya tersebut adalah : tekanan(p) , tegangan normal(σ) , tegangan geser (τ) dan
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜏𝜏 𝑦𝑦𝑦𝑦
�𝑢𝑢𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 + 𝛿𝛿𝛿𝛿 − 𝑢𝑢𝜏𝜏𝑦𝑦𝑦𝑦 � 𝛿𝛿𝛿𝛿 + 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑓𝑓𝑥𝑥 𝛿𝛿𝛿𝛿𝛿𝛿𝛿𝛿 (2.37)
𝜕𝜕 𝑦𝑦
Dengan cara yang sama , laju kerja oleh gaya gaya yang sejajar dengan
sumbu y dapat dirumuskan dengan:
𝜕𝜕 (𝑣𝑣𝑣𝑣) 𝜕𝜕 (𝑣𝑣𝜏𝜏 𝑥𝑥𝑥𝑥 ) 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜎𝜎𝑦𝑦𝑦𝑦
𝑊𝑊̇𝑦𝑦 = �− + + + 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑓𝑓𝑦𝑦 � 𝛿𝛿𝛿𝛿 (2.38b)
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕 𝑥𝑥 𝜕𝜕 𝑦𝑦
Dimana C(J/kgK) adalah panas jenis fluida yang dibahas dan Φ adalah
fungsi disipasi , yang dirumuskan dengan persamaan:
∂u 2 ∂v 2 ∂u ∂v 2
Φ = 2 �� � + � � � + � + � (2.43)
∂x ∂y ∂x ∂y
Aliran turbulen, biasa juga disebut aliran chaos,adalah aliran yang sudah
diikuti oleh gerakan acak dari molekul fluida[3]. Pemodelan aliran turbulen
merupakan cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah beragam jenis
aliran fluida secara numerik, biasanya dilakukan oleh software CFD. Untuk
kebanyakan kasus engineering, penyelesaian fluktuasi dari aliran turbulen secara
rinci tidak diperlukan melainkan hanya efek dari turbulensi yang akan
diperhitungkan[15].
Secara garis besar, model turbulen dapat didekati dengan menggunakan dua
pendekatan,yaitu:
a. Berdasarkan Reynold averaged-Navier stokes (RANS)
Cara ini merupakan model klasik
b. Berdasarkan Large Eddy simulation(LES)