Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ,KERANGKA PEMIKIRAN DAN PROPOSISI

2.1. Penelitian Terdahulu

Sebagai proses menemukan tinjauan teoritis dari permasalahan yang akan

diteliti ini, penulis menemukan adanya penelitian terdahulu yang membahas

permasalahan yang relatif serupa dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai

bahan referensi dalam penelitian ini, penelitian terdahulu memudahkan penulis

dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan penelitian

dari segi teori maupun konsep.iksan (1996) menyatakan bahwa,” tinjauan pustaka

harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

permasalahan penelitian: teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan

dan keunggulan pendekatan yang dikemukakan,Dari penelitian terdahulu dibawah

ini,penulis mencantumkan penelitian terdahulu sebagai berikut :

10
11

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Perbedaan Persamaan

Isnu Pengendalian Dalam penelitian ini lebih fokus kepada Teori yang
Pujarama, Limbah Bahan pengendalian penertiban instalasi digunakan adalah
Berbahaya Dan pengelolaan air limbah industri Oleh Pengendalian.
Beracun (B3) Oleh DLH kota cimahi sedangkan penelitian Metode yang
Badan Pengelolaan terdahulu lebih fokus kepada limbah B3 digunakan adalah
Lingkungan Hidup BPLH Kota Bekasi metode kualitatif
Kota Bekasi

Demia Pengendalian Dalam penelitian ini lebih fokus pada Teori yang
Arifa Pencemaran Limbah pengendalian penertiban instalasi digunakan adalah
Putri Cair Industri Oleh pengelolaan air limbah industri Oleh Pengendalian.
Badan Pengelolaan DLH kota cimahi sedangkan peneliti Metode yang
Lingkungan Hidup terdahulu fokus pada pencemaran digunakan adalah
Kabupaten Bandung limbah cair Kabupaten Bandung metode kualitatif

Kenny Pengendalian Dalam penelitian ini lebih fokus pada Teori yang
Ellanto Pembuangan Air pengendalian penertiban instalasi digunakan adalah
Limbah Oleh Badan pengelolaan air limbah industri Oleh Pengendalian.
Pengelola DLH kota cimahi sedangkan peneliti Metode yang
Lingkungan Hidup terdahulu fokus pada pengendalian digunakan adalah
Kota Jakarta pembuangan air limbah Kota Jakarta metode kualitatif

Sumber : Hasil olahan peneliti, 2021

2.1.2. Simpulan Penelitian Terdahulu

Dilihat dari persamaan dan perbedaan diatas maka penelitian ini masih

relevan untuk menyelesaikan permasalahan pengendalian penertiban instalasi

pengelolaan air limbah industri oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi.
12

2.2. Tinjauan Teoritis

2.2.1. Pengertian Manajemen dan Pengendalian

2.2.1.1. Pengertian Manajemen

Dalam encylopedia of the social science dikatakan bahwa manajemen

adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu

diselenggarakan dan diawasi. Terry dikutip oleh (Manulang, 2015:3) mengatakan

bahwa, ” manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan

orang lain dan mengawasi usaha – usaha individu untuk mencapai tujuan

bersama.“ Selanjutnya, Haiman mengatakan bahwa, “manajemen adalah fungsi

untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha – usaha

individu untuk mencapai tujuan bersama Konsep Pengendalian”.

Pengendalian merupakan salah satu bagian dari manajemen. Pengendalian

dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan

dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai.

Pengendalian memang merupakan salah satu tugas dari manager atau dalam

pemerintahan ada pada bagian Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi. Satu hal

yang harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah berbeda karena

pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila pengendalian dilakukan

dengan disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan adalah

pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang

kali. Pengendalian dilakukan agar segala sesuatu hal yang berjalan didalam

kehidupan bermasyarakat agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

mencegah terjadinya penyimpangan–penyimpangan.


13

Pengendalian adalah proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa

kegiatan tersebut diselesaikan seperti yang telah direncanakan dan proses

mengkoreksi setiap penyimpangan yang berarti dasar pengendalian dapat dilihat

dari fungsi pengawasan. Fungsi ini diperlukan untuk menjamin terlaksananya

berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, sesuai dengan apa

yang telah direncanakan.

Pengertian pengendalian menurut para ahli:

Menurut Koontz yang dikutip oleh Hasibuan (2019:241), ”Pengendalian

adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar

rencana-rencana yang telah dibuat mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat

diselenggarakan”.

Sedangkan menurut Terry dikutip oleh Hasibuan (2019:242),

“Pengendalian dapat di definisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang harus

dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai

pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan

sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar”. Pengertian lain dikemukakan

oleh Strong dikutip oleh Hasibuan (2019:241),“ Pengendalian adalah proses

pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai

dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana”.

Berdasarkan beberapa pengertian pengendalian di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pengendalian merupakan pemantauan,

pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh atasan atau pimpinan dalam

organisasi terhadap komponen organisasi dan sumber-sumber yang ada untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara terus menerus dan
14

berkesinambungan agar semua dapat berfungsi secara maksimal sehingga tujuan

organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

2.2.1.2. Tujuan Pengendalian

Tujuan pengendalian adalah sebagai berikut:

1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

dari rencana.

2. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-

penyimpangan.

3. Agar hasil yang didapatkan sesuai dengan rencana.

Pengendalian dilakukan tidak saat terjadi sebuah kesalahan, akan tetapi

dilakukan untuk mencegah terjadinya sebuah kesalahan serta memperbaikinya

ketika sudah terjadi sebuah kesalahan.

2.2.1.3. Asas-Asas Pengendalian

Dalam melakukan proses pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan

suatu organisasi perlu memperhatikan serta melaksanakan asas-asas dari

pengendalian itu, yang merupakan unsur mendasar dari pengendalian agar

pelaksanaan kerja mengarah kepada tercapainya tujuan yang ditetapkan

sebelumnya. Asas tersebut seperti dikemukakan oleh Koonz dan Donnel yang

dikutip oleh Hasibuan (2019:241) yaitu:

1. Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective)


Pengendalian harus ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan
mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan
dari rencana.
2. Asas efisiensi pengendalian (Principle of efficiency of control)
15

Pengendalian efisiensi, jika dapat menghindari penyimpangan dari rencana


sehingga tidak menimbulkan hal0hal diluar dugaan.
3. Asas tanggung jawab pengendalian (Principle of control responsibility)
Pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika manager bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan rencana.
4. Asas pengendalian terhadap masa depan (Principle of future control)
Pengendalian yang efektif harus ditujukan kearah pencegahan
penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang
maupun yang akan datang.
5. Asas pengendalian langsung (Principle of control)
Teknik kontrol yang paling efektif ialah mengusahakan adanya manager
bawahan yang berkualitas baik. Pengendalian itu dilakukan oleh manager,
atas dasar manusia sering berbuat salah. Cara paling tepat untuk menjamin
adanya pelaksanaan yang sesuai dengan rencana adalah mengusahakan
sedapat mungkin para petugas memiliki kualitas yang baik.
6. Asas refleksi rencana (Principle of reflection plans)
Pengendalian harus disusun dengan baik, sehingga dapat mencerminkan
karakter dan susunan rencana.
7. Asas penyesuaian dengan organisasi (Principle of organization suitability)
Pengendalian harus dilakukan sesuai dengan rencana struktur organisasi.
Manajer dan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana.
Dengan demikian pengendalian yang efektif harus disesuaikan dengan
besar wewenang manajer, sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8. Asas pengendalian individu (Principle of individual control)
Pengendalian dan tehnik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan
manager. Tehnik pengendalian harus ditujukan terhadap kebutuhab-
kebutuhan akan informasi setiap manajer. Ruang lingkup informasi yang
dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung pasa tingkat manajer.
9. Asas standar (Principle of standard)
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang sesuai
dengan tepat pada sasaran, dimana akan dipergunakan sebagai tolak ukur
pelaksanaan demi tujuan yang hendak dicapai.
10. Asas pengendalian terhadap strategis (Principle of strategic point control)
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian
khusus yang ditujukan terhadap factor-faktor yang strategis dalam
perusahaan, yang dapat menunjang serta mendukung keberhasilan
pencapaian target maupun tujuan yang ditetapkan.
11. Asas kekecualian (The exception principle)
Efisiensi dalam pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan
pelaksanaan perancanaan.
12. Asas pengendalian fleksibel (Principle of plexibility of control)
Pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan
perencanaan.
13. Asas peninjauan kembali (Principle of review)
Sistem pengendalian harus ditinjau berkali-kali, agar system yang
digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (Principle of action)
16

Pengendalian dapat dilakukan apabila ada ukuran ukuran untuk


mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing,
dan directing.

2.2.1.4. Proses Pengendalian

Menurut Mockler dikutip oleh Stooner (1996:248), membagi empat

langkah dasar dalam proses pengendalian, yaitu:

1. Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja.


2. Mengukur prestasi kerja, merupakan pengukuran prestasi kerja.
Pengukuran adalah proses yang berulang-ulang dan berlangsung terus
menerus.
3. Apakah prestasi kerja sesuai dengan standar.
4. Melakukan tindakan korektif dan evaluasi ulang standar. Langkah korektif
penting bila prestasi lebih rendah dari standar dan analisis menunjukan ada
tindakan yang diperlukan. Tindakan korektif dapat termasuk perubahan
dalam satu atau beberapa aktivitas operasi organisasi.

Berikut ini merupakan gambar proses pengendalian menurut Mockler yang

dikutip oleh Stooner (1996:249)

Gambar 2.1
17

Proses Pengendalian

Langkah-langkah Dasar dalam Proses Pengendalian

Tidak Ambil tindakan


Tetapkan Standar dan Ambil Tindakan
korektif dan
Apakah Prestasi Kerja
Metode Mengukur Prestasi Mengukur Prestasi Kerja Korektif dan
Evaluasi Evaluasi
ulang
Sesuai dengan Standar
Kerja Utang Standar
standar

Ya

Tidak Melakukan Apa-apa

Dengan demikian, pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan

dengan membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan

dengan kriteria, norma-norma atau peraturan dan prosedur-prosedur yang telah

ditetapkan sehingga keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan

tampaknya tidak terlepas dari pengendalian dengan segala langkah-langkahnya,

dilaksanakan secara benar. Di samping itu, karena pengendalian juga merupakan

suatu proses maka dalam pelaksanaannya harus berdasarkan urutan-urutan

kegiatannya mulai menetapkan standar, mengukur prestasi kerja, apakah prestasi

kerja sesuai dengan standar sampai pada tindakan korektif apabila masih terdapat

kekurangan atau penyimpangan dari rencana-rencana dan hasil pelaksanaan

kegiatan yang telah dilaksanakan.


18

2.2.1.5. Cara-Cara Pengendalian

Seorang pemimpin harus mempunyai berbagai cara untuk memastikan

bahwa semua fungsi dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat diketahui melalui

proses kontrol atau pengendalian. Cara-cara pengendalian ini dilakukan

sebagai berikut:

1. Pengendalian langsung adalah pengendalian yang dilakukan sendiri secara

langsung oleh seorang manajer. Manajer memeriksa pekerjaan yang

sedang dilakukan untuk mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan

hasil-hasilnya sesuai dengan yang dikehendaki.

Kebaikannya :

a. Jika ada kesalahan dapat diketahui sedini mungkin, sehingga

perbaikan dilakukan dengan cepat.

b. Akan ada kontak langsung antara bawahan dengan atasan, sehingga

akan memperdekat hubungan antara atasan dengan bawahannya.

c. Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan, karena

merasa diperhatikan oleh atasannya.

d. Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin

bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya.

e. Akan dapat menghindari timbulnya kesan asal bapak senang

(ABS).

Keburukannya :
19

a. Waktu seorang manajer banyak tersita, sehingga waktunya untuk

pekerjaan lainnya berkurang, misalnya perencanaan dan lain-

lainnya.

b. Mengurangi inisiatif bawahan, karena mereka merasa bahwa

atasannya selalu mengawasi.

c. Ongkos semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain-

lainnya.

2. Pengendalian tidak langsung adalah pengendalian jarak jauh artinya

dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat

berupa lisan atau tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasil

yang dicapai.

Kebaikannya :

a. Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya semakin

banyak, misalnya perencanaan, kebijaksanaan dan lain-lainnya.

b. Biaya pengawasan relatif kecil.

c. Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam

pelaksanaan pekerjaan.

Keburukannya :

a. Laporan kadang-kadang kurang objektif, karena ada

kecenderungan untuk melaporkan yang baik-baik saja.

b. Jika ada kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya, sehingga

perbaikannya pun juga terlambat.

c. Kurang menciptakan hubungan-hubungan antara atasan dan

bawahan.
20

3. Pengendalian berdasarkan kekecualian adalah pengendalian yang

dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau

standar yang diharapkan. Pengendalian semacam ini dilakukan dengan

cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.

2.2.1.6. Sifat dan Waktu Pengendalian

Adapun mengenai sifat dan waktu pengendalian, menurut Hasibuan

(2011:247-248) yang membedakannya sebagai berikut:

1. Preventive control adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan

dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan

dalam pelaksanaannya. Preventive control ini dilakukan dengan cara:

a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.

b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu.

c. Menjelaskan dan atau mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan

itu.

d. Mengorganisasi segala macam kegiatan.

e. Menentukan jabatan, job, description, authority, dan responsibility

bagi setiap individu karyawan.

f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.

g. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan.

Preventive control adalah pengendalian yang terbaik karena dilakukan

sebelum terjadi kesalahan.

2. Repressive Control adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi

kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi


21

pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan,

Repressive Control ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Membandingkan antara hasil dengan rencana.

b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari

tindakan perbaikannya.

c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu dikenakan

sanksi hukuman kepadanya.

d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.

e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana.

f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana

melalui training atau education.

3. Pengendalian saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan segera

diperbaiki.

4. Pengendalian berkala adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala,

misalnya per bulan, per semester, dan lain-lain.

5. Pengendalian mendadak (sidak) adalah pengendalian yang dilakukan

secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaan atau peraturan-

peraturan yang ada dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik.

6. Pengamatan melekat (waskat) adalah pengawasan/pengendalian yang

dilakukan secara integrative mulai dari sebelum, pada saat dan sesudah

kegiatan dilakukan.

Berdasarkan uraian sifat pengendalian tersebut memberikan

gambaran, bahwa apabila terjadi pelanggaran atau kesalahan harus segera

ditangani untuk kemudian diambil tindakan perbaikan. Hal ini sesuai


22

dengan salah satu tujuan pengendalian seperti yang telah diuraikan

sebelumnya yakni untuk mengetahui atau mengoreksi kesalahan-kesalahan

dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

2.2.1.7. Pengendalian Pemerintahan

Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan

manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan mutlak) tercapainya

tujuan dan sasaran organisasi. Pada umumnya, pengendalian adalah tujuan

pendirian, sasaran tahunan, dan entitas pemerintah. Semua jenis organisasi

pemerintahan, misalnya pendirian sebuah pemerintahan daerah yang baru, pasti

mempunyai maksud pendirian organisasi yang kemudian menjadi tujuan

organisasi yang tidak mungkin dicapai oleh pemerintahan daerah yang lama.

Tujuan tersebut memerlukan strategi, program, dan aktivitas utama. Lalu,

pelaksanaan strategi, program, dan aktivitas untuk mencapai tujuan membutuhkan

pengendalian manajemen, agar tujuan bisa tercapai secara efektif dan efisien.

Pengendalian pemerintahan adalah suatu proses yang integral pada

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai pemerintah untuk memberikan keyakinan memadai atas

tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

laporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Pengendalian pemerintahan meliputi aktivitas: perencanaan,

koordinasi, komunikasi, pengambilan keputusan, motivasi, pengendalian dan

penilaian kinerja.

2.2.1.8. Penertiban
23

Penertiban berasal dari kata “tertib” yang menurut Pius Abdillah dan Danu

Prasetya (2009) merupakan, ”tertata dan terlaksana dengan rapi dan teratur

menurut aturan. Penertiban merupakan suatu tindakan penataan yang diperlukan

dalam suatu negara atau daerah”. Penertiban tersebut dilakukan dalam rangka

mewujudkan kondisi negara atau daerah yang aman, tentram dan tertib dalam

Pemerintah, pembangunan, dan kegiatan masyarakat yang kondusif. Penertiban

dalam pemanfaatan ruang adalah usaha atau kegiatan untuk mengambil tindakan

agar pemanfaatan ruang sesuai rencana dapat terwujud, sehingga kegiatan

penertiban dapat dilakukan dalam bentuk penertiban langsung dan penertiban

tidak langsung. Penertiban langsung dilakukan melalui mekanisme penegakan

hukum yang diselenggarakan sesuai dengan peraturang perundang-undangan yang

berlaku. Sedangkan penertiban tidak langsung dilakukan dalam bentuk sanksi

disinsentif, antara lain melaui pengenaan retrebusi secara progresif atau

membatasi penyediaan sarana dan prasarana

2.3. Konsep Pemerintah dan Pemerintahan

2.3.1. Pengertian Pemerintah

Secara etimologi kata pemerintah atau pemerintahan berdasarkan dari kata

perintah, menurut Bayu Suryaningrat (1980:10), berarti sesuatu yang harus

dilaksanakan. Dalam kata tersebut terdapat beberapa unsur yang menjadi ciri dari

kata perintah, yaitu :

1. Adanya keharusan menunjukkan kewajiban melakukan apa yang

diperintah.

2. Adanya dua pihak, yaitu memberi dan menerima perintah.


24

3. Adanya hubungan yang menerima dan memberi perintah.

4. Adanya wewenang atau kekuasaan untuk memberi perintah.

Dengan demikian kata perintah berarti kekuasaan untuk

memerintah suatu negara. Sedangkan pemerintah adalah pembuatan atau cara

urusan pemerintah. Pada umumnya yang disebut pemerintah adalah sekelompok

individu yang mempunyai wewenang tertentu untuk melakukan kekuasaan.

Dalam perumusan tersebut terdapat kata wewenang, jika kata ini

merupakan hak legalisasi pelaksanaan kekuasaan pemerintah, maka perumusan

masalah menurut Bayu Suryaningrat (1980 : 12) sebagai berikut :

“Pemerintah adalah sekelompok individu yang mempunyai dan


melaksanakan wewenang yang sah dan melindungi serta meningkatkan taraf
hidup masyarakat melalui perbuatan dan pelaksanaan berbagai keputusan”.

Selanjutnya menurut Pamudji (1986:2) yang mengutip pendapat C.F

Strong mengemukakan pengertian pemerintah sebagai berikut :

“Pemerintah adalah suatu kekuatan yang diorganisir, tidak perlu dan tidak
selalu diorganisir oleh angkatan bersenjata tetapi pemerintah itu adalah
hasil perbuatan beberapa orang atau suatu kelompok yang dipersiapkan
oleh suatu organisasi untuk merealisir maksud-maksudnya bersama
referensi-referensi (hal-hal yang dapat memberi keterangan pada
persoalan-persoalan umum atau kepada masyarakat)”.

Dari pendapat-pendapat diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemerintah dapat dikatakan suatu kekuatan pemegang kekuasaan yang

terorganisir serta hasil-hasil perbuatannya dari sekelompok individu yang

mempunyai dan melaksanakan wewenang yang sah dan melindungi serta

meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan perbuatan nyata menghasilkan

sebuah kebijakan.

2.3.2. Pengertian Pemerintahan


25

Menurut Ndraha (2011:5), pengertian pemerintahan adalah :

“Pemerintahan adalah sebuah sistem multiproses yang bertujuan


memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntunan yang diperintah akan
jasa public dan pelayanan civil. Tuntutan yang diperintah berdasarkan
berbagai posisi yang dipegangnya, misalnya sebagai suatu sovereign,
sebagai pelanggan, konsumen, yang tidak berdaya, dan sebagainya”.

Pengertian lain dikemukakan oleh Kansil, dkk (2003:17) mengatakan,“

bahwa pemerintahan sebagai fungsi daripada pemerintah”. Sedangkan Menurut

Sayre, WS dalam Syafei (1998:4) mengatakan,“ pemerintahan merupakan sebuah

gejala yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaan Negara.”

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

pemerintah dan pemerintahan adalah suatu alat yang dibentuk oleh Negara untuk

melaksanakan proses pelayanan untuk melindungi rakyatnya, meningkatkan

kesejahteraan rakyat, memberikan keamanan dan mempertahankan Negaranya

masing-masing, serta sebagai pelaksana pemerintah yang mandiri.

2.4. Pengendalian Pembuangan Air Limbah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 15 Tahun 2011

tentang Pengendalian Pembuangan Air Limbah pasal 2 sebagai berikut :

“Pengendalian Pembuangan Air Limbah bertujuan untuk menjaga


kualitas air dan sumber air guna memenuhi kebutuhan lingkungan hidup
secara berkelanjutan”.

2.5. Konsep Limbah Cair Industri

2.5.1 Pengertian Limbah Cair

Pengertian limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha dan atau

kegiatan manusia baik berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah tidak

layak dan tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang,
26

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001,

tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

“Limbah cair atau air buangan (wastewater) adalah cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industry maupun
tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan
manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup”.

Menurut Purwadarminta kamus besar bahasa Indonesia limbah memiliki

beberapa pengertian yakni :

1. Limbah adalah sisa proses produksi baik dari industry, rumah tangga
(domestik) dan masyarakat pada umumnya.
2. Limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian,
3. Limbah adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi.

Menurut UU No.32/2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup limbah

didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan atau kegiatan, maka definisi air limbah

yaitu:

a. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan,
institusi, komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan,
dan air hujan.
b. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan
serta buangan lainnya (kotoran umum).
c. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan
manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
d. Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya
mungkin baik.

2.5.2. Dampak Limbah Cair Bagi Kesehatan


27

Menurut (Hufron 2013:23), dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau

menimbulkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah

sebagai berikut :

 Penyakit diare, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah

yang larut kedalam air yang mana tanpa disadari membuat air di sekitar

menjadi tercemar.

 Penyakit kulit seperti kudis dan kurap hal ini terjadi karena sumber air

yang ada di masyarakat yang tinggal berdekatan dengan kawasan industri

menjadi tercemar seperti air galian sumur yang digunakan untuk

kehidupan sehari-hari.

 Keracunan, tingginya bahan beracun yang dihasilkan oleh kegiatan

manusia dalam limbah dapat menyebabkan keracunan yang beresiki

kematian.

2.5.3. Dampak Terhadap Lingkungan

Menurut (Hufron,2013:24) bahwa, ”Cairan dari limbah yang masuk

kedalam sungai akan mencemarkan airnya sehingga sungai akan mengandung

virus-virus penyakit, Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama-

kelamaan akan punah”. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau

menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari, sehingga manusia akan terkena

dampak limbah secara langsung maupun tidak langsung . selain mencemari air

lingkungan juga menimbulkan banjir karena banyak orang – orang yang

membuang air limbah domestik atau rumah tangganya kesungai, sehingga pintu

air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat mengalir dan air naik
28

menggenangi rumah-rumah penduduk sehingga menimbulkan banyak masalah

baru.

2.5.4 Pengertian Industri

Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh

atau tenaga kerja. Dewasa ini, istilah industri sering digunakan secara umum dan

luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam

rangka mencapai kesejahteraan.

(Bintarto,1987) Pengertian industri adalah, “suatu sektor ekonomi yang di

dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi

barang jadi dan atau barang setengah jadi. Industri adalah bagian dari proses

produksi dimana bagian dari proses produksi itu tidak mengambil bahan-bahan

langsung dari alam yang kemudian mengolahnya hingga menjadi barang yang

bernilai”.

(I Made Sandi, 1985:148) industri adalah, ”usaha untuk memproduksi

barang jadi dengan bahan baku atau bahan mentah melalui proses produksi

penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan

harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi-tingginya”.

1.4

2.6. Pengertian Instalasi Pengelolaan Air Limbah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 15 Tahun 2011

Tentang

Pengendalian Pembuangan Air Limbah pasal 1 sebagai berikut:


29

“Instalasi Pengolahan Air Limbah selanjutnya disebut IPAL adalah

merupakan sarana atau unit pengolahan air limbah yang berfungsi untuk

menurunkan kadar pencemar yang terkandung dalam air limbah hingga batas

tertentu sesuai peraturan perundan undangan yang berlaku.” Pengelolaan air

limbah adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, pemanfaatan kembali,

pengolahan air limbah, serta recycle dengan menggunakan metode tertentu

terhadap air limbah tersebut”.

2.7. Kerangka Pemikiran dan Proposisi

2.7.1. Kerangka Pemikiran

Suatu organisasi perlu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti

Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling, guna mencapai suatu tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya karena tidak mungkin suatu organisasi dapat

berkembang dengan baik apabila salah satu dari fungsi-fungsi manajemen tersebut

diabaikan. Salah satu dari fungsi manajemen yang menjadi ukuran dalam

pencapaian dan keberhasilan suatu rencana atau tujuan adalah fungsi

pengendalian. Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengendalian hendaknya

wajib diperlukan dalam keseluruhan kegiatan manajemen, karena pengendalian

merupakan mekanisme kontrol yang menjaga dan mengendalikan seluruh

kegiatan agar terarah dan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dari rencana

yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan pengertian pengendalian yang

dikemukakan oleh para ahli,dapat dilihat bahwa pengendalian merupakan suatu

rencana yang telah dibuat atau direncanakan dapat mencapai target ataupun agar

rencana yang telah dibuat, tujuannya dapat dicapai dengan baik ataupun efektif.
30

Kerangka pemikiran merupakan titik tolak pemikiran sebagai pegangan

untuk memperkuat permasalahan.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk

mengungkapkan teori yang telah diungkapkan oleh para ahli yang berkaitan

dengan masalah yang akan diteliti. Teori yang mendukung penelitian ini akan

digunakan sebagai alat analisis untuk penelitian ini.

Mengenai Definisi pengendalian menurut Mockler yang dikutip oleh

Stooner (1996: 248) yaitu, ”usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi

kerja dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi,

untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah

ditetapkan terlebih dahulu, untuk menetapkan apakah ada deviasi dan untuk

mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk

memastikan bahwa semua sumber daya perusahaan perusahaan digunakan dengan

cara yang seefektif dan seefesien mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan”.

Selanjutnya menurut Stooner (1996;248) pengendalian manajemen,

”proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas

yang direncanakan. Sebenarnya, pengendalian lebih mudah tersebar daripada

perencanaan. Pengendalian membantu manajer memonitor keefektifan aktivitas

perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan mereka. Bagian penting dari

proses pengendalian adalah mengambil tindakan korektif seperti yang dilakukan”.

Berdasarkan kedua teori menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa pengendalian adalah suatu proes untuk menetapkan standar dan aktivitas

yang dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal itu dilakukan

agar terhindar dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan juga membuat


31

tindakan yang tepat dengan rencana, perintah, tujuan dan kebijakan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Sehingga, seorang pimpinan harus mempunyai berbagai

cara untuk memastikan bahwa semua fungsi manajemen dilaksanakan dengan

baik. Hal ini dapat diketahui melalui proses kontrol atau pengawasan dan

pengendalian.

Adapun empat langkah dasar yang dikemukakan oleh Mockler yang

dikutip Stooner (1996:248) yaitu:

1. Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja.


2. Mengukur prestasi kerja, merupakan pengukuran prestasi kerja. Pengukuran
adalah proses yang berulang-ulang dan berlangsung terus menerus.
3. Apakah prestasi kerja sesuai dengan standar.
4. Melakukan tindakan korektif dan evaluasi ulang standar. Langkah korektif
penting bila prestasi lebih rendah dari standar dan analisis menunjukan ada
tindakan yang diperlukan. Tindakan korektif dapat termasuk perubahan dalam
satu atau beberapa aktivitas operasi organisasi.

Dengan demikian, pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan

dengan membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan

dengan kriteria, norma-norma atau peraturan dan prosedur-prosedur yang telah

ditetapkan sehingga, keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan

tampaknya tidak terlepas dari pengendalian dengan segala langkah-langkahnya,

dilaksanakan secara benar. Di samping itu, karena pengendalian juga merupakan

suatu proses maka dalam pelaksanaannya harus berdasarkan urutan-urutan

kegiatannya mulai perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan dan penilaian sampai

pada tindakan korektif apabila masih terdapat kekurangan atau penyimpangan dari

rencana-rencana dan hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan.

Dari proses pengendalian diatas, peneliti mengemukakan batasan konsep

di antaranya:
32

1. pengendalian diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan dalam memecahkan

masalah yang dikaji berkenaan dengan pengendalian yang dilakukan oleh

Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi dalam mengendalikan limbah industri

melalui penertiban IPAL di Kota Cimahi.

2. A.Menetapkan Standar

B. Mengukur Prestasi kerja

C. Membandingkan Pelaksanaan

D. Melakukan Tindakan Perbaikan

3. Untuk mempermudah analisis data pengendalian yang diteliti, penulis

menerapkan pendekatan kualitatif mengenai Pengendalian Penertiban Instalasi

Pengelolaan Air Limbah Industri oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi.

Dari Batasan tersebut, tujuannya untuk memperjelas penelitian ini,

peneliti mengemukakan model kerangka berpikir dalam bentuk diagram

sebagai berikut :

Gambar 2.2
Model Kerangka Pikir

4 Langkah Proses dalam


pengendalian menurut
Mockler yang di kutip oleh
Stoner (1996: 248). Optimalisasi
Pengendalian Penertiban
Pengendalian 1. Menetapkan standar Instalasi Pengelolaan Air
2. Mengukur presentasi Limbah Industri Oleh
kerja Dinas Lingkungan Hidup
3. Apakah Presentasi Kota Cimahi
Kerja Sesuai Standar
4. 4.Melakukan tindakan
korektif dan evaluasi

FEED BACK
33

2.7.2. Proposisi

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka proposisi penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian Penertiban Instalasi Pengelolaan Air Limbah Industri Oleh

Dinas Lingkungan Hidup akan berjalan optimal jika menerapkan proses-

proses pengendalian yang terdiri dari menentukan standar-standar yang

akan digunakan dalam pengendalian, mengukur pelaksanaan atau hasil

yang telah dicapai, membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar

yang digunakan, dan melakukan tindak perbaikan (korektif).

2. Faktor-faktor penghambat dalam Pengendalian Penertiban Instalasi

Pengelolaan Air Limbah Industri Oleh Dinas Lingkungan Hidup dapat

diatasi dengan pemenuhan tuntutan dan kebutuhan yang menunjang

pengendalian.

3. Pengendalian Penertiban Instalasi Pengelolaan Air Limbah Industri akan

berjalan optimal melalui upaya yang serius dari Dinas Lingkungan Hidup

Kota Cimahi.

Anda mungkin juga menyukai