Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Yusuf Syahputra Siregar
Disusun Oleh :
Vian Aprilya H2A014023P
LAPORAN KASUS
“SEORANG LAKI-LAKI 61 TAHUN DENGAN KELUHAN SESAK
NAFAS”
Disusun Oleh:
Vian Aprilya
H2A014023P
Tanggal : ........................................
PENDAHULUAN
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia, tapi sampai saat ini TB
masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993
WHO mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB dianggap sebagai
masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia
terinfeksi oleh Micobacterium tuberculosis. Pada tahun 1998 ada 3. 617.047 kasus
TB yang tercatat di seluruh dunia.
Karena penyakit TB bersifat kronis dan resistensi kuman terhadap obat cukup
tinggi, maka tidak jarang menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang bisa
ditimbulkan adalah pneumotoraks. Di mana pnumotoraks yang terjadi adalah
pneumotoraks spontan sekunder.
Seaton dkk. Melaporkan bahwa pasien tuberkulosis aktif mengalami
komplikasi pneumotoraks sekitar 1,4% dan jika terdapat kavitas paru, komplikasi
meningkat lebih dari 90%.Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas
dalam rongga pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya
paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pnumotoraks dapat terjadi
spontan atau traumatik. Pneumotoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder.
Primer jika penyebab tidak diketahui, sedangkan sekunder jika terdapat latar belakang
penyakit paru sebelumnya. Pneumotoraks traumatik dibagi dua yaitu yang iatrogenik
dan bukan iatrogenik.
Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak dan tidak
diketahui. Perbandingan pria dan wanita 5:1. Mekanisme terjadinya pneumotoraks
spontan sekunder adalah akibat peningkatan tekanan alveolar melebihi tekanan
interstisial paru dan menyebabkan udara dari alveolus berpindah ke rongga interstisial
kemudian menuju hilus dan menyebabkan pneumomediastinum. Kemudian udara
akan berpindah melalui pleura parietalis pars mediastinal ke rongga pleura sehingga
menimbulkan pneumotoraks.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Umur : 61 tahun
Alamat : Weleri kendal
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 27 Januari 2020
No. RM : 00130103
Ruang : IGD
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 27 januari
2020 pukul 13.35 diruang IGD.
1. Keluhan Utama : Sesak Napas
2. Riwayat penyakit sekarang
Tn J datang ke IGD diantar oleh anaknya dengan keluhan sesak
napas. sesak napas sejak 5 hari SMRS, sesak napas dirasakan
semakin memberat. Sesak bertambah saat aktivitas, berkurang
dengan istirahat. Pasien juga mengeluhkan batuk (+) sejak 1
bulan yang lalu, berdahak (+) warna putih kental. Penurunan
berat badan (+), keringat malam (+), penurunan nafsu makan
(+), lemas (+). Nyeri dada (+) Batuk darah (-), demam (-),
BAK (+) lancer, BAB normal Sebelumnya pasien dirawat
selama 4 hari di RSI Muhammadiyah Kendal dengan keluhan
sama, kemudian pulang paksa.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat keluhan serupa : diakui, ± 1 bulan ini pasien
sering merasakan sesak napas
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat penyakit jantung : disangkal
d. Riwayat DM : disangkal
e. Riwayat batuk lama : diakui +
6. Riwayat ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Pasien bekerja
sebagai petani. Pasien berobat dengan menggunakan BPJS. Kesan
ekonomi cukup.
C. ANAMNESIS SISTEM
1. Keluhan utama Sesak Napas
2. Kepala Pusing (-),Sakit kepala (-), jejas (-), leher kaku (-),
rambut rontok (-)
3. Mata penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-/-),
pandangan berputar (-/-), berkunang-kunang (-/-), pucat
pada kelopak mata (-/-), mata tampak kuning (-/-)
4. Hidung pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
5. Telinga pendengaran berkurang (-/-), berdenging (-/-), keluar
cairan (-/-), darah (-/-).
6. Mulut Bibir kering (-), sariawan (-), hiperemis (-), gusi
berdarah (-), mulut kering (-), lidah kotor (-).
7. Leher Pembesaran kelenjar limfe (-),
8. Tenggorokan sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).
9. Respirasi sesak nafas (+), batuk (+), sesak nafas saat beraktivitas
ringan (+)
10. Kardiovaskuler nyeri dada (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-)
11. Gastrointestinal mual (-), muntah (-), muntah nyemprot (-),BAB tidak
teratur (+), BAB darah (-), BAB lendir (-), nyeri perut
ulu hati (-), kembung (-), diare (-), nafsu makan
menurun (+), BB turun (-).
12. Muskuloskeletal nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)
13. Genitourinaria warna urin seperti teh (-), sering kencing malam (-),
BAK (+), nyeri saat kencing (-), keluar darah (-)
berpasir (-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing
(-), anyang-anyangan (-).
14. Ekstremitas atas luka (-/-), kesemutan (-/-), kaku digerakan (-/-) bengkak
(-/-), sakit sendi (-/-) panas (-/-).
15. Ekstremitas luka (-/-), kesemutan (-/-), kaku digerakan (-/-), oedem
bawah (-/-), sakit sendi (-/-), panas (-/-).
16. Neuropsikiatri kejang (-), gelisah (-), mengigau (-), emosi tidak stabil
(-).
17. Integumentum kulit kuning (-), pucat (+), gatal (-), bercak kemerahan
(-), bercak kehitaman (-).
D. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 27 januari 2020 pukul 13.35
wib diruang IGD.
1. Keadaan umum : Tampak Sesak Napas
2. Kesadaran : Compos mentis
3. GCS : E4M6V5
4. Tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 98x/menit
c. RR : 32x/menit
d. Suhu : 36,4ºC
e. Berat badan : 59 kg
f. Tinggi badan : 155 cm
g. IMT :24,5 (normoweight)
h. Skala nyeri :-
5. Kepala : Bentuk mesocephal
a. Mata
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor (±3mm), reflek
cahaya (+/+).
b. Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)
c. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
d. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)
e. Leher
Simetris, trachea ditengah, KGB membesar (-), tiroid membesar
(-), nyeri tekan (-),
6. Thorax
a. Paru
Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada AP<L AP<L
Hemithoraks Simetris Simetris
Retraksi ICS + +
Penggunaan otot + +
bantu pernafasan
2. Palpasi
Stem fremitus Dextra > sinistra Dextra > sinistra
Nyeri tekan - -
Pelebaran ICS - -
3. Perkusi Sonor diseluruh lapang paru Hipersonor diseluruh lapang
paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler ↓
Suara tambahan Ronki (+) Ronki (+)
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada AP<L AP<L
Hemithoraks Simetris Simetris
Retraksi ICS + +
Penggunaan otot + +
bantu pernafasan
2. Palpasi
Stem fremitus Dextra > sinistra Dextra > sinistra
Nyeri tekan - -
Pelebaran ICS - -
3. Perkusi Sonor diseluruh lapang paru Hipersonor diseluruh
lapang paru
4. Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler ↓
Suara tambahan Ronki (+) Ronki (-)
b. Jantung
1. Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2. Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicula
sinistra. Pulsus Epigastrium (-) Pulsus Parasternal (-) Pulsus
Defisit (-) Sternal lift (-) Thrill (-)
3. Perkusi :
Batas kanan bawah jantung : ICS 5 linea sternalis
dextra
Batas atas jantung : ICS 2 linea parasternalis
sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea parasternal
sinistra
Batas kiri bawah jantung : ICS 5 linea midclavicula
sinistra
4. Auskultasi
Suara jantung I dan II, reguler
Murmur (-)
7. Abdomen
a. Inspeksi : Perut datar, warna kulit sama dengan sekitar
b. Auskultasi : Bising usus (+), 24x/menit, succusion spalsh (-)
c. Perkusi : Timpani seluruh regio, pekak sisi (+), pekak alih (-)
Nyeri ketok ginjal (-)
d. Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba, tes undulasi (-),
8. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
CRT <2 detik +/+ +/+
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah lengkap (27 januari 2020)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Normal
HEMATOLOGI
Lekosit H 16.050 /mm3 4000-
11000
Eritrosit 5.42 Juta/ul 4,4-6.0
Hemoglobin 15.4 g/dL 13,2-17.0
Hematokrit 43.53 % 40-54
MCV 85,20 fL 80-100
MCH 27,40 Pg 26-34
MCHC 32,20 g/dL 32-36
Trombosit 202 10^3 150-440
RDW 14,00 % 11,5-14,5
MPV 7.6 fl 7.0-11.0
2. Foto Thorax
Hasil pemeriksaan foto thorax PA 27 Januari 2020:
F. RESUME
Tn J datang ke IGD diantar oleh anaknya dengan keluhan sesak napas.
sesak napas sejak 5 hari SMRS, sesak napas dirasakan semakin memberat.
Sesak bertambah saat aktivitas, berkurang dengan istirahat. Pasien juga
mengeluhkan batuk (+) sejak 1 bulan yang lalu, berdahak (+) warna putih
kental. Penurunan berat badan (+), keringat malam (+), penurunan nafsu
makan (+), lemas (+). Nyeri dada (+) Batuk darah (-), demam (-), BAK
(+) lancer, BAB normal Sebelumnya pasien dirawat selama 4 hari di RSI
Muhammadiyah Kendal dengan keluhan sama, kemudian pulang paksa.
Pasien menyangkal keluhan nyeri pinggang yang menjalar ke lipat paha,
dan demam. Pasien mempunyai riwayat penyakit batuk lama, riwayat
hipertensi, riwayat diabetes mellitus disangkal
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tensi 110/70mmHg, nadi
74x/menit, respiration rate 20x/menit, suhu 36,80C per aksiler. Pada
pemeriksaan inspeksi didapatkan pengembangan dada kanan > kiri,
fremitus raba kanan > kiri, untuk perkusi didapatkan hipersonor pada paru
kiri, pada auskultasi didapatkan suara dasar vesikuler paru kiri menurun,
terdapat suara napas tambahan ronki pada kedau lapang paru.
G. DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
1. Sesak Napas 10. Konjungtiva 16. Leukositosis
2. Batuk 1 bulan anemis H 16.050
3. Berdahak 11. Gerakan asimetris 17. Foto thorax PA
4. Nyeri dada rongga dada kiri kesan Pnemothorax
5. Berat badan tertinggal sinistra et causa Tb
turun 12. Vocal fremitus
6. Napsu makan kiri menurun
menurun 13. Lapang paru kiri
7. Keringat hipersonor
dingin malam 14. Suara dasar
hari vesikuler
8. Riwayat menurun pada
merokok paru kiri
9. Riwayat batuk 15. Terdapat suara
lama tambahan ronki
pada kedua paru
H. DAFTAR MASALAH
1. DIAGNOSIS KLINIS
Pneumothorax spontan sekunder Sinistra ec TB paru.
2. DIAGNOSIS BANDING
a. PPOK
b. Bronkietasis
c. Kanker paru
I. TERAPI
1. Pemasangan WSD cito di IBS
2. O2 3 lpm
3. Posisi semiflower
4. Infus RL 20 tpm
5. Injeksi Ketorolac 30mg/12 jam
6. R/ H/ Z/ E 450/ 300/ 1000/ 1000
J. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
K. PROGRES NOTE
Tanggal Follow up
28 januari 2020 S Pasien mengatakan Sesak napas
berkurang
O KU: tampak sesak
Kesadaran compos mentis
TD: 120/80 mmHg
N: 84x/menit
RR: 25x/menit
Suhu: 36,4ºC
Tho : sim, ret +/-
P : ves/ves menurun, rh+/+(basal), wh-/-
C : S1S2 tunggal, murmur-, gallop-
Abd : distended, soepel, met-, BU+ N,
nyeri tekan -
Ext : a-/i-/e-, akral HKM, CRT < 2’’
A Pneumothorax spontan skunder sinistra
etcausa TB paru
P Monitoring KU, TTV
WSD
29 januari 2020 S Pasien mengatakan Sesak napas
berkurang
O KU: tampak sesak
Kesadaran compos mentis
TD: 110/80 mmHg
N: 87x/menit
RR: 22x/menit
Suhu: 36,5 ºC
Tho : sim, ret +/-
P : ves/ves menurun, rh+/+(basal), wh-/-
C : S1S2 tunggal, murmur-, gallop-
Abd : distended, soepel, met-, BU+ N,
nyeri tekan -
Ext : a-/i-/e-, akral HKM, CRT < 2’’
A Pneumothorax spontan skunder sinistra
etcausa TB paru
P Monitoring KU, TTV, WSD
29 januari 2020 S Pasien mengatakan sesak napas
berkurang
O KU: tampak sesak
Kesadaran compos mentis
TD: 110/80 mmHg
N: 87x/menit
RR: 22x/menit
Suhu: 36,5 ºC
Tho : sim, ret +/-
P : ves/ves menurun, rh+/+(basal), wh-/-
C : S1S2 tunggal, murmur-, gallop-
Abd : distended, soepel, met-, BU+ N,
nyeri tekan -
Ext : a-/i-/e-, akral HKM, CRT < 2’’
A Pneumothorax spontan skunder sinistra
etcausa TB paru
P Monitoring KU, TTV, kepatuhan minum
obat
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. TUBERKULOSIS
1. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex 1.
2. Epidemiologi Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan
TB sebagai Global Emergency. Perkiraan kasus TB secara global pada tahun
2009 adalah:
Insidens kasus : 9,4 juta (8,9-9,9 juta)
Prevalens kasus : 14 juta (12-16 juta)
Kasus meninggal (HIV negatif) : 1,3 juta (1,2-1,5 juta)
Kasus meninggal (HIV positif) : 0,38 juta (0,32-0,45 juta) (PDPI, 2011).
Jumlah kasus terbanyak adalah regio Asia Tenggara (35%), Afrika (30%)
dan regio Pasifik Barat (20%). Sebanyak 11-13% kasus TB adalah HIV
positif, dan 80% kasus TB-HIV berasal dari regio Afrika. Pada tahun 2009,
diperkirakan kasus TB multidrug-resistant (MDR) sebanyak 250.000 kasus
(230.000-270.000 kasus), tetapi hanya 12% atau 30.000 kasus yang sudah
terkonfirmasi. Dari hasil data WHO tahun 2009, lima negara dengan insidens
kasus terbanyak yaitu India (1,6-2,4 juta), China (1,1-1,5 juta), Afrika Selatan
(0,4-0,59 juta), Nigeria (0,37-0,55 juta) dan Indonesia (0,35-0,52 juta). India
menyumbangkan kira-kira seperlima dari seluruh jumlah kasus didunia
(21%). 1
3. Etiologi
Proses terjadinya infeksi M. tuberculosis biasanya secara inhalasi, sehingga
TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ
lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru
dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung BTA. 2
4. Patogenesis
a. Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumonik, yang
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul
di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari
sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer
bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks
primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai
berikut :
5. Klasifikasi TB
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura.
1) Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak/BTA
Tuberkulosis paru dibagi atas:
a) Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan
hasil BTA positif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan biakan positif.
b) Tuberkulosis paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan
tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan M. tuberculosis positif.
2) Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
Ada beberapa tipe pasien yaitu :
a) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
obat anti tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan.
b) Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA positif atau biakan positif.
c) Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut
atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
d) Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan). Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran
radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2
pengobatan.
e) Kasus kronik / persisten
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan
yang baik.
f) Kasus Bekas TB
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif,
atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan dan telah
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang
tidak ada perubahan gambaran radiologik (PDPI, 2011).
b) Pemeriksaan Fisik/Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari
organ yang terlibat 1
c) Pemeriksaan Bakteriologik
Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak,
cairan pleura, liquorcerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, feses
dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap
pagi 3 hari berturut-turut.
Cara pemeriksaan dahak
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya
untuk screening)
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila:
3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif → BTA positif
1 kali positif, 2 kali negatif → ulang BTA 3 kali kecuali bila ada
fasilitas foto toraks, kemudian bila 1 kali positif, 2 kali negatif →
BTA positif
bila 3 kali negatif → BTA negatif
1) Fibrotik
2) Kalsifikasi
3) Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed lung)
Apabila hepatitis imbas obat telah teratasi maka OAT dapat dicoba satu
persatu. Pemberian obat sebaiknya dimuali dnegan rifampisin yang jarang
menyebabkan hepatotoksik dibandingkan isoniazid atau pirazinamid. Setelah
3-7 hari baru isoniazid diberikan. Pasien dengan riwayat jaundice tetapi dapat
menerima rifampisin dan isoniazid sebaiknya tidak lagi diberikan pirazinamid.
Jika terjadi hepatitis pada fase lanjutan dan hepatitis sudah teratasi maka
OAT dapat diberikan kembali (isoniazid dan rifampisin) untuk menyelesaikan
fase lanjutan selama 4 bulan.
B. PNEUMOTHORAX
1. Epidemiologi
Di Amerika, jumlah kejadian kasus pneumothoraks spontan primer (PSP) pada
laki-laki yaitu sebesar 7,4 kasus per 100.000 penduduk tiap tahunnya, sedangkan
pada wanita sebesar 1,2 kasus per 100.000 penduduk tiap tahunnya. Jumlah
kejadian kasus pneumothoraks spontan sekunder (PSS) pada laki-laki yaitu
sebesar 6,3 kasus per 100.000 penduduk tiap tahunnya, sedangkan pada wanita
sebesar 2,0 kasus per 100.000 penduduk tiap tahunnya (Rebecca et al, 2009).
Pneumothoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar
40 tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Pneumotoraks sering dijumpai
pada musim penyakit batuk.
Gambar 1. Pneumothoraks
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan terjadinya, pneumothoraks dibagi menjadi :
1) Pneumothoraks artifisial
Pneumotoraks artifisial adalah pneumothoraks yang disebabkan oleh
tindakan tertentu atau memang disengaja untuk tujuan tertentu.
Misalnya pada terapi kolaps, sering dilakukan untuk tuberkulosis paru
yang mengalami batuk darah dengan tujuan untuk menghentikan
perdarahan.
2) Pneumothoraks traumatik
Pneumothoraks yang disebabkan oleh trauma atau jejas yang
mengenai dada. Misalnya : peluru yang menembus dada, trauma
tumpul pada dada, atau ledakan yang menyebabkan peningkatan
tekanan udara pada dada yang mendadak dan menyebabkan tekanan
dalam paru meningkat.
3) Pneumothoraks spontan
Pneumothoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa atau dengan adanya
penyakit paru yang mendasarinya. Dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
4. Diagnosis
a. Anamnesis
Untuk mencari tahu kejadian atau penyakit yang mendasari terjadinya
pneumothorax, seperti adakah trauma sebelumnya yang menyebabkan
luka pada dada, seperti pasca kecelakaan, bekas tusukan atau luka tembak,
patah tulang iga, ataupun apakah ada riwayat penyakit paru seperti PPOK
atau Tuberkulosis sebelumnya.
Selain itu, juga tanyakan tentang gejala klinis dan keluhan yang
muncul pada pasien yang diduga mengalami pneumothorax. Gejala klinis
yang dapat timbul antara lain :
1) Nyeri dada yang tajam pada sisi paru yang terkena, menjalar ke bahu
ipsilatral dan akan bertambah nyeri bila pasien bernafas dalam ataupun
batuk.
2) Sesak nafas, yang semakin berat bila semakin luas pneumothorax-nya.
3) Batuk kering
4) Nafas cepat dan pendek, dapat terjadi asidosis respiratorik
5) Detak jantung cepat
6) Mudah lelah
7) Kulit menjadi kebiruan (sianosis) karena penurunan kadar oksigen
dalam darah
8) Hipotensi
9) Penurunan kesadaran
10) Emfisema subkutan, bila terjadi pneumothorax terbuka. Ditandai
adanya suara seperti kaca pecah pada kulit yang ditekan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Bekeringat
b) Dinding dada ada yang tertinggal, untuk mengurangi sakit pada
pleura (splinting chest wall to relieve pleuritic pain)
c) Sianosis
2) Leher : pada tension pneumothorax, terjadi peningkatan JVP
3) Vital sign
a) Takipneu
b) Takikardi : sering ditemukan pada pasien pneumothorax, pada
tension pneumothorax biasanya lebih dari 135 kali per menit
c) Pulsus paradoksus
d) Hipotensi : karena penurunan preload jantung dan cardiac output,
dimana terjadi penekanan pada v.cava inferior pada pergeseran
mediastinum yang jauh dari lokasi cidera.
4) Pulmo
a) Inspeksi : Pengembangan dada yang asimetris, adanya pergeseran
mediastinum dan trakhea ke arah kontralateral dari peneumothorax
b) Palpasi : Penurunan fremitus
c) Perkusi : Hiperesonansi paru atau hipersonor
d) Auskultasi : Menurun sampai hilangnya suara dasar vesikuler paru
5) Neurologis : penurunan status mental, gelisah, cemas
6) Volume Paru : adanya penurunan volume tidal, karena ukuran paru
yang mengecil akibat kolaps.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Analisa Gas Darah : digunakan untuk mengukur kadar oksigen dalam
arteri. Pada pneumothorax dapat terjadi :
3) CT Scan
Keterangan :
paru kiri.
Penggunaan CT scan dapat membantu untuk mengetahui :
d. Diagnosis banding
1) Spasme esophagus
2) Iskemia miokardial
3) Perikarditis akut
4) Pleurodynia
5) Emboli pulmonal
e. Komplikasi
1) Pneumothoraks tension terjadi pada 3-5% pasien pneumothoraks, dapat
mengakibatkan kegagalan respirasi akut, pio-pneumothoraks, hidro-
pneumothoraks, hemo-pneumothoraks, henti jantung paru dan kematian.
2) Pneumothoraks spontan dapat mengakibatkan pneumo-mediastinum dan
emfisema subkutan, biasanya karena pecahnya esofagus atau bronkus,
insidensinya sekitar 1%.
3) Pneumothoraks simultan bilateral, insidensinya 2%.
4) Pneumothoraks kronik, bila tetap ada selama waktu lebih dari 3 bulan,
insidensinya 5%.
5) Piopneumothoraks
6) Hematopneumothoraks
7) Atelektasis
8) Acute Respiratory Disease (ARDs)
9) Infeksi
10) Edema pulmonum
11) Emboli paru
12) Efusi pleura
13) Empyema
14) Emfisema subcutis
15) Penebalan pleura
f. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Trauma Thoraks
Prinsip penatalaksanaan trauma thoraks mengikuti prinsip
penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary survey - secondary
survey). Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan
terapi secara konsekutif (berturutan).
Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila
pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable blood examination,
portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan
memindahkan pasien dari ruang emergency.
Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi
terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan
melakukan tindakan penyelamatan nyawa.
Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan
bersamaan atau setelah melakukan prosedur penanganan trauma.
(1) PrimarySurvey
Airway
Assessment :
- Perhatikan patensi airway
- Dengar suara napas
- Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding
dada
Management :
- Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift
dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
- Reposisi kepala, pasang collar-neck lakukan cricothyroidotomy
atau tracheostomi atau intubasi (oral / nasal)
Breathing
Assesment :
- Periksa frekuensi napas
- Perhatikan gerakan respirasi
- Palpasi toraks
- Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
- Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
- Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumotorax,open pneumothorax, hematothorax, flail chest
Circulation
Assesment
- Periksa frekuensi denyut jantung dan denyut nadi
- Periksa tekanan darah
- Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
- Resusitasi cairan dengan memasang 2 jalur atau 2 i.v. lines
- Thorakotomi emergency bila diperlukan
- Operasi Eksplorasi vaskular emergency
Penatalaksanaan:
- Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea
mid-klavikula)
- WSD
c) Pneumothoraks terbuka (open pneumothorax) Terjadi karena luka
terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan
masuk rongga intra thoraks dengan mudah. Tekanan intra thoraks akan
sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai sucking-wound
Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:
- Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme
ventil)
- Pasang WSD dahulu baru tutup luka
- Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ
intra thoraks lain
- Umumnya disertai dengan perdarahan (hematothoraks)
g. Prognosis
1) Pneumothoraks spontan primer memiliki angka rekurensi sebanyak 30%,
yang paling banyak timbul pada 6 bulan sampai 2 tahun setelah episode
pertama.
2) Adanya kelainan pulmoner fibrosis yang ditemukan pada pemeriksaan
radiologis, habitus astenikus, riwayat merokok, dan usia muda dilaporkan
menjadi faktor resiko timbulnya kekambuhan pneumothoraks.
3) Pasien dengan pneumothoraks spontan hampir separuhnya akan
mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari observasi maupun setelah
pemasangan tube thoracostomy. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien-
pasien yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya tidak dijumpai
komplikasi.
Pasien pneumothoraks spontan sekunder tergantung penyakit paru yang
mendasarinya, misalnya pada pasien pneumothoraks spontan sekunder dengan
PPOK harus lebih hati-hati karena sangat berbahaya
DAFTAR PUSTAKA