Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yuli Apriani

NIM : 190602026

Kelas : 3A

Jurusan : Sosiologi Agama

Mata Kuliah : Sosiologi Modern

Teori Fungsional Robert K Merton

Latar Belakang Pribadi dan Sosial

Robert King Merton (biasa disingkat Robert K. Merton) lahir pada tanggal
4 Juli 1910 di pemukiman kumuh di Philadelphia Selatan. Awal mengubah
namanya adalah pada usia 14 tahun, dari Meyer R. Schkolnick ke Robert Merlin
kemudian menjadi Robert K. Merton. Ayahnya bekerja sebagai tukang kayu dan
sopir truk. Keluarganya adalah imigran yahudi. Merton dibesarkan dengan
semangat belajar yang sangat tinggi. Sebagai seorang anak, Merton selalu
ditemukan sedang membaca buku di Carnegie Library.

Karena kepandaian Merton, ia mendapatkan beasiswa di Universitas


Temple. Dari universitas tersebut, ia mendapatkan gelar B.A, dan menjadi tertarik
dengan sosiologi. Dengan bantuan beasiswa pulalah, ia mendapatkan gelar MA
dan Ph.D dari Universitas Harvard. Robert K Merton Memulai karir sosiologis di
bawah bimbingan George E. Simpson di Temple University di Philadelphia
(1927-1931) ,mulai bekerja sebagai asisten peneliti untuk Sorokin (1931-1936),
Dia mengajar di Harvard sampai tahun 1938, ketika ia menjadi profesor dan ketua
Departemen Sosiologi di Tulane University , Pada tahun 1941 ia bergabung
dengan Columbia University dan di penelitian-penelitian empiris, menjadi
Giddings Profesor Sosiologi pada tahun 1963. Pada tahun 1974 menjadi Profesor
Layanan Khusus, judul dilindungi oleh Wali Amanat untuk fakultas emeritus yang
“memberikan jasa khusus ke Universitas,” setelah pensiun pada tahun 1979, Dia
adalah direktur dari Universitas Biro Penelitian Sosial Terapan 1942-1971, Dia
menarik diri dari pengajaran pada tahun 1984. Sebagai penghargaan atas
kontribusi yang langgeng untuk beasiswa dan University, Columbia didirikan
Robert K. Merton Professor dalam Ilmu Sosial pada tahun 1990. merton sangat
aktif dalam penelitian-penelitian empiris sejak tahun 1941. Merton pernah
menjadi pimpinan Jurusan Sosiologi di Tulane, sebelum ulang tahunnya yang ke-
31 dan datang ke Columbia tahun 1941. Pada tahun 1957, merton terpilih sebagai
presiden American Socology Society. Hal yang cukup membanggakan ketika
Merton menjadi Sosiolog Amerika pertama yang mendapatkan penghargaan
berupa National Medal of Science dari presiden Amerika pada tahun 1994. Lebih
dari 20 universitas besar juga memberikan kepadanya gelar kehormatan, termasuk
Harvard, Yale, Columbia dan Chicago, Universitas Leiden, Wales, Oslo dan
Kraków, Universitas Ibrani Yerusalem dan Oxford.In 1994, Merton dianugerahi
US National Medal of Science dan sosiolog pertama untuk menerima hadiah.

Merton sudah menikah dua kali, pertama dengan Suzanne Carhart, dan
yang ke dua dengan sesama sosiolog Harriet Zuckerman. Dari pernikahnnya
dengan Suzanne Carhart Robert C. Merton punya satu putra dan dua putri dari
perkawinan pertama, yaitu Robert C. Merton, pemenang tahun 1997 Hadiah
Nobel di bidang ekonomi dan putrinya, Vanessa Merton, dia adalah Professor of
Law at Pace University School of Law .Vanessa Merton, yang kini telah menjadi
Guru Besar Hukum di Pace University School of Law. Robert K. Merton wafat
pada tanggal 23 Februari 2003 dengan usia 93 tahun.

Pengaruh Pemikiran atau Teori

Pemikiran setiap orang pasti ada yang mempengaruhinya baik lewat


orangnya secara langsung maupun buku yang perna dibacanya, begitu halnya
dengan Robert K Merton. Orang yang mepengaruhi pemikirannya adalah P.A.
Sorokin yang mengarahkan pada pemikiran sosial Eropa, Robert K Merton pernah
putus hubungan meskipun Robert K Merton tidak dapat mengikutinya dalam hal
penelitian yang dilakukannya sejak akhir 1930-an, kemudian Talcott Parsons yang
lebih muda, yang pemikirannya berpuncak pada karya besarnya, Structure of
Social Action; ahli biokimia dan juga sosiolog, L.J. Henderson yang mengajari
tentang disiplin investigasi ide-ide yang menarik; sejarawan ekonom E.F. Gay,
yang mengajari tentang pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang dapat
direkonstruksi dari arsip, dan dekan ilmu sejarah sains, George Sarton, yang
mengizinkan saya bekerja di bawah bimbingannya selama beberapa tahun di
bengkel kerjanya yang terkenal di Widener Library of Harvard. Selain guru-guru
langsung tersebut saya juga banyak belajar dari dua sosiolog terkemuka : Emile
Durkheim dan Georg Simmel, yang hanya bisa mengajari saya melalui karya-
karya peninggalan mereka, dan dari humanis yang sensitif secara sosiologis,
Gilbert Murray. Selama periode terakhir hidup Robert K Merton belajar banyak
dari rekannya, Paul F. Lazarsfeld, yang mungkin tak tahu betapa banyak yang
telah diajarkannya kepada saya selama perbincangan dan kerjasama selama lebih
dari sepertiga abad. (Ritzer,2012: 430) 5. Hasil Karya Merton Menengok kembali
pada karya Robert K Merton menemukan lebih banyak pola didalamnya. Sejak
awal Robert K Merton setelah digembleng bertahun-tahun sebagai mahasiswa
Robert K Merton bertekad untuk mengembangkan intelektual yang dimilikinya.
Merton belajar dai guru secara langsung maupun tidak langsung untuk
menghasilkan karyanya.
Konteks Sosial Fungsionalis Struktural

Fungsionalis Struktural Robert K. Merton dapat diidentifikasikan dengan


penelitiannya pada masyarakat Amerika Serikat, kelahiran teori sosial Merton
berkaitan dengan situasi politik, ekonomi dan budaya dimana konteks teori sosial
itu berada ditengah masyarakat. Merton berargumen bahwa fokus dari
fungsionalis struktural harus diarahkan pada fungsi-fungsi sosial, yang menurut
Merto, fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-konsekuensi yang disadari dan
yang menciptakan adaptasi atau penesuaian sistem sosial” (1949/1968: 105).
Akan tetapi terdapat bias ideologi jika orang hanya memusatkan perhatiannya
pada adaptasi atau penyesuaian, karena adanya konsekuensi positif, dan perlu kita
ketahui bahwa fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negatif bagi fakta
sosial lain.

Untuk mensintesiskannya, maka Merton mengembangkan gagasannya


mengenai disfungsi. Seperti halnya pada penelitian Merton mengenai Perbudakan
di Amerika Serikat , yang berpendapat bahwa di Amerika Serikat belahan selatan
perbudakan itu mengandung konsekuensi negatif bagi bagian-bagian lainnya.
Namun, bagi orang kulit putih di bagian Amerika Serikat belahan selatan justru
mengandung konsekuensi positif karena tersedianya tenaga kerja murah,
dukungan bagi ekonomi kapas dan status sosial. Ini mengandung disfungsi,
misalnya membuat warga selatan terlalu tergantung pada ekonomi pertanian dan
dengan demikian masyarakat tidak siap enghadapi industrialisasi.

Setelah Merton memaparkan tentang disfungsi, kini ia telah


mengemukakan gagasannya tentang nonfungsi, yang didefinisikan sebagai
konsekuensi yang tidak relevan bagi sistem tersebut. termasuk di dalamnya adalah
bentuk-bentuk sosial yang “masih bertahan” sejak masa awal sejarah, entah itu
mengandung konsekuensi positif maupun negatif masa lalu, tidak adanya efek
yang signifikan bagi masyarakat sekarang.
Merton mengembangkan konsep keseimbangan mapan, untuk menjawab
pertanyaan lebih penting manakah fungsi-fungsi positif atau negatif. Ia juga
menambahkan gagasan, pasti ada level analisis fungsional, bahwa analisis dapat
juga dilakukan terhadap organisasi, institusi atau kelompok. Merton menjelaskan
bahwa di dalam keseimbangan mapan, perbudakan itu sifatnya fungsional bagi
unit-unit sosial tertentu, dan juga disfungsional bagi unit-unit sosial lain.

Konsep fungsi manifes dan fungsi laten dan mengarah pada konsep
lainnya yaitu konsekuensi yang tidak terantisipasi. Menurut Merton, fungsi
manifes pada perbudakan di Amerika Serikat, misalnya meningkatkan
produktivitas ekonomi kawasan Selatan. Dan fungsi latennya yaitu adanya
peningkatan status sosial warga kulit putih di Selatan karena terlalu banyak
penghasil kelas budak.

Merton menjelaskan bahwa konsekuensi yang tidak diantisipasi itu tidaklah sama
dengan fungsi laten, karena fungsi laten merupakan suatu tipe konsekuensi yang
tidak terantisipasi dan sesuatu yang fungsional bagi sistem yang dirancang. Ada
dua jenis konsekuensi tidak terantisipasi, yakni “hal-hal yang disfungsional bagi
sistem yang telah ada dan itu mencakup disfungsi laten” dan “hal-hal yang tidak
relevan dengan sistem yang mereka pengaruhi secara fungsioanl ataupun
disfungsional…konsekuensi-konsekuensi nonfungsional” (Merton, 1949/1968:
105).

Sementara itu, adanya diskriminasi terhadap kulit hitam, perempuan, dan


kelompok minoritas lain merupakan disfungsi bagi masyarakat Amerika Serikat.
Akan tetapi, hal ini juga mempengaruhi pihak-pihak yang melakukan diskriminasi
dengan memberikan terlalu banyak orang yang berada dibawah perlindungan ketat
dan meningkatnya konflik sosial. Dari kondisi ini, klasifikasi teori fungsional
dapat mengarah pada suatu struktur yang disfungsional bagi sistem secara
keseluruhan dan mungkin terus berlangsung. Namun, tidak semuanya struktur
sosial itu tidak dapat diubah oleh sistem sosial, serta fungsionalisme itu membuka
jalan bagi perubahan sosial penuh makna.

Analisis Merton mengenai hubungan antara kebudayaan, struktur dan


anomi yakni ketidakmampuan bertindak menurut nilai-nilai normatif karena
posisinya berada dalam struktur sosial masyarakat, serta kebudayaan
menghendaki adanya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial.

Dalam hal ini, Merton lebih terfokuskan pada disfungsi, yaitu anomi. Ia
menghubungkan anomi dengan penyimpangan, dan berpendapat bahwa disjungsi
antara kebudayaan dengan struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional
yaitu munculnya penyimpangan dalam masyarakat.

Pengaruh Teori

Robert K Merton merupakan tokoh sosial aliran positivistik (empiris).


Aliran tersebut muncul dari pengaruh dorongan pemikiran P. A. Sorokin yang
mengarahkan pada pemikiran sosial Eropa, meskipun ia pernah putus hubungan
dan Merton tidak dapat mengikutinya dalam hal penelitian yang dilakukannya
sejak akhir 1930-an. Lalu, Talcott Parsons yang lebih muda, yang pemikirannya
berpuncak pada karya besarnya, Structure of Social Action; ahli biokimia dan juga
sosiolog, L.J. Henderson yang mengajari tentang disiplin investigasi ide-ide yang
menarik; sejarawan ekonom E.F. Gay, yang mengajari tentang pembangunan
ekonomi sebagai sesuatu yang dapat direkonstruksi dari arsip, dan dekan ilmu
sejarah sains, George Sarton, yang mengizinkan saya bekerja di bawah
bimbingannya selama beberapa tahun di bengkel kerjanya yang terkenal di
Widener Library of Harvard. Selain guru-guru langsung tersebut saya juga banyak
belajar dari dua sosiolog terkemuka : Emile Durkheim dan Georg Simmel, yang
hanya bisa mengajari saya melalui karya-karya peninggalan mereka, dan dari
humanis yang sensitif secara sosiologis, Gilbert Murray.

Selama periode terakhir hidup Robert K Merton belajar banyak dari


rekannya, Paul F. Lazarsfeld, yang mungkin tak tahu betapa banyak yang telah
diajarkannya kepada saya selama perbincangan dan kerjasama selama lebih dari
sepertiga abad. (Ritzer,2012: 430).

Sumber Refrensi

http://blog.unnes.ac.id/prestia/2015/12/04/teori-struktural-fungsional-robert-k
merton/#:~:text=Merton%20berargumen%20bahwa%20fokus%20dari,1949%2F
968%3A%20105).

Anda mungkin juga menyukai