AKUNTANSI ZAKAT
“Zakat Investasi”
DISUSUN OLEH :
NURFADILLAH A031181050
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Pengertian Zakat Investasi
Zakat investasi merupakan salah satu zakat yang dikeluarkan dari hasil investasi. Yang
dimaksud investasi ialah menyediakan barang untuk tujuan dijual manfaatnya bukan dijual
fisiknya, contohnya rumah yang disewakan, tanah yang disewakan, atau hotel. Oleh karena
itu, zakat investasi ini dikeluarkan dari hasilnya bukan dari modalnya. Hasilnya investasi
dikeluarkan zakatnya karena hasil investasi adalah bagian dari maal atau harta yang
memenuhi tida kriteria, yakni:
1. Mempunyai nilai ekonomi, yakni nilai tukar, bukan sesuatu yang gratis untuk
mendapatkannya bisa dibantu dengan imbalan kecuali sesuatu tersebut ditabarrukan.
2. Setiap orang cenderung menyukainya dan memerlukannya
3. Dibenarkan pemanfaatannya secara syar’i.
Menurut Yusuf Qardhawi bahwa zakat investasi ialah zakat yang merupakan hasil
eksploitasi yakni kekayaan yang wajib zakat atas materinya, dikenakan bukan karena
diperdagangkan pemiliknya, dengan menyewa materinya atau menjual produknya.
Karena investasi pada saat ini dapat mendatangkan keuntungan, dan dapat dikategorikan
dengan harta yang tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu Yusuf Qardhawi menyatakan
bahwa zakat investasi wajib dikeluarkan zakatnya. Akan tetapi, sebagian ulama melihat
bahwa investasi dalam bentuk gedung-gedung, pabrik-pabrik dan sebagainya tidak wajib
dikeluarkan zakatnya, hal tersebut dikarenankan pada masa Rasulullah dan para sahabat tidak
pernah menetapkan ketentuan hukumnya mengenai zakat investasi tersebut.
Dasar Hukum
Secara umum yang menjelaskan kewajiban zakat terhadap harta tertentu yakni dalam QS.
Al- Baqarah ayat 267 yang artinya:
“ Hai orang- orang yang beriman, nafkahlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik- baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk- buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji...”
“Penghasilan” adalah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lainlain
yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai atau
karyawan, maupub tidak rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya, serta
pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya”.
Dari fatwa tersebut dapati bahwa suatu hukum yang menyatakan bahwa zakat
penghasilan adalah zakat dari seluruh usaha yang dapat memberikan suatu kekayaan dengan
cara yang halal maka wajib zakatnya, termasuk zakat investasi properti yang dapat
memberikan kekayaan harta bagi pemilik maka wajib zakatnya berdasar fatwa tersebut.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia ini di tegaskan didalam UndangUndang Nomor 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat, di dalam pasal yang mengatur tentang jenis zakat mal,
sebagaimana dalam pasal 4 ayat (2).
Kriteria yang wajib dizakati dalam zakat invetasi
Rumah yang disewakan untuk kontrakan atau rumah kost.
Kendaraan seperti angkot taksi bajaj bus perahu kapal laut truk bahkan pesawat
terbang.
Pabrik dan industri yang memproduksi barang-barang.
Lembar saham yang nilainya akan bertambah.
Sepetak ladang yang disewakan.
Hewan-hewannya seperti kuda sebagai penarik atau domba yang diambil bulunya.
Yang wajib dizakati adalah hasil bukan modalnya dalam zakat investasi yang wajib
dikeluarkan zakatnya bukan dari nilai investasi tersebut tetapi pemasukan dari investasi
tersebut. Apabila berbentuk rumah kontrakan, maka uang sewa kontrakan yang menjadi zakat
untuk dikeluarkannya dan apabila kendaraan yang disewakan, maka uang sewanya yang
wajib dizakatkan. Karena pada dasarnya suatu pengeluaran zakatnya bukan dihitung
berdasarkan perputaran tahun tetapi berdasarkan pemasukan hasil kapan menerima uang
masuk maka akan dikeluarkan zakatnya. Dan dikurangi dengan kebutuhan pokok harta
investasi yang dikeluarkan zakatnya ialah hasil pemasukan dari investasi tersebut setelah
dikurangi dengan kebutuhan pokok.
Referensi
Sahroni, Oni, dkk,2018. Fiqih Zakat Kontemporer.Depok: Rajawali Pers. Depok (OS).
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, terj. Salman harun, et.all. (http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/9782/5/BAB%20II.pdf )