Anda di halaman 1dari 18

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Metode Fraksinasi Ekstrak

Asisten Laboratorium: Carla Florencia

Moh. Ariq Al Faruq

Sitha Fitri Ramadhani 260110190128

Kelompok (4)

Hari/Tanggal Praktikum: Kamis, 31 Maret 2021

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020/2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan fraksinasi dari ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis
paniculate, Ness.) dengan metode ekstraksi cair-cair (ECC).

II. TEORI DASAR


Fraksinasi adalah proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair.
Fraksinasi ini dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran, yaitu dari
non polar, semi polar, dan polar. Senyawa cenderung untuk dapat larut dengan
senyawa lain dengan kepolaran yang sama. Senyawa yang memiliki sifat non polar
akan larut dalam pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam pelarut semi
polar dan yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (Harborne, 1987).
Fraksinasi ekstrak dilakukan dengan metode ECC menggunakan pelarut
dengan tingkat kepolaran yang berbeda dan tidak saling bercampur (Imrawati, dkk.,
2017). Ketidakcampuran pelarut mengakibatkan terjadinya perpindahan zat terlarut
ke dalam pelarut baru disebabkan oleh adanya daya dorong (driving force) yang
terjadi akibat adanya perbedaan potensial kimia antara kedua pelarut (Laddha &
Degaleesan, 1976). Oleh karena itu, akan terbentuk 2 fase dimana zat terlarut
berpindah ke pelarut sesuai dengan kepolarannya. Keuntungan dari metode ini yaitu
sederhana, cepat, bersih, dan mudah dipraktikkan dengan prinsip distribusi ners
(Christina, et al., 2016).
Pemisahan dengan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dilakukan
beberapa kali dengan menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran yang
berbeda. Hal ini bertujuan agar mendapatkan pelarut yang mampu memberikan
pemisahan yang baik serta noda zat warna yang bagus. Kemudian bercak pada plat
KLT dimonitor di bawah lampu UV 254 nm dan UV 365 nm (Alen, dkk., 2017).
Tanaman sambiloto mengandung senyawa andrographolide yang
membuatnya terasa yang sangat pahit. Andrographolide merupakan salah satu
senyawa yang mudah dijumpai dalam tanaman sambiloto. Selain itu, sambiloto juga
mengandung senyawa lain seperti saponin, terpenoid, flavonoid dan tannin
(Adelyna, 1999). Senyawa andrographolide termasuk dalam golongan
trihidroksilaton dengan rumus molekul C 20H30O5. Akar dan batang tanaman
sambiloto banyak ditemukan senyawa flavonoid. Bagian batang dan daun banyak
mengandung diterpen lakton, alkana, ketone dan aldehid (Imanta dan Hidajati,
2017).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1.Alat
Bejana Cawan penguap Corong pisah Gelas beaker
kromatografi

Pelat silica gel Penangas air Pipa kapiler Pipet


60 F254

Statif dan klem UV light detector

3.2.Bahan
a. Aquades
b. Andrografolid 0,1%
dalam etanol
c. Ekstrak kental herba
sambiloto
d. Etanol
e. Etil asetat P
f. N-heksan
IV. PROSEDUR KERJA
4.1. Ekstraksi Cair-Cair

Ekstrak
• Diambil sebanyak 500 mL
• Dimasukkan ke dalam corong
pisah
• Ditambah pelarut n-heksana
sebanyak 500 mL
• Dikocok, sesekali udara di
dalam corong pisah
dikeluarkan, lalu dikocok
kembali hingga kedua pelarut
terpisah sempurna
• Pemisahan diulang sampai
diperoleh fraksi n-heksana yang
hampir tak berwarna
• Fraksi n-heksana dan fraksi air
dipisahkan
Fraksi n-
Fraksi air
heksana
• Ditambah pelarut etil asetat
sebanyak 500 mL
• Dikocok sampai kedua
• Diuapkan pelarut terpisah
• Fraksi air dan etil asetat
• Dihitung
rendemennya dipisahkan

Fraksi air Fraksi etil asetat

• Diuapkan • Diuapkan
• Dihitung • Dihitung
rendemennya rendemennya
4.2. Kromatografi Lapis Tipis

Ekstrak kental

• Ditimbang sebanyak 1
Baku gram, kemudian dilarutkan
andrografolid dalam 20 mL etanol P

• Ditimbang sebanyak
1 gram, kemudian Ekstrak cair
dilarutkan dalam 20
mL etanol P • Ditotolkan pada pelat
Silica Gel 60 F 254 yang
sudah digarisi batas atas
dan bawahnya.
• Pelat kemudian
dimasukkan ke dalam
bejana kromatografi
yang sebelumnya telah
dijenuhkan dengan fase
gerak: n-Heksan P - etil
asetat P (2:3:1).
• Kromatografi dihentikan
saat fase gerak sampai ke
batas atas.

Pola
Kromatogram

• Diamati di
bawah lampu
UV 254 nm
• Dihitung Rf-nya
V. Hasil
A. Silahkan menyimak video berikut tentang prosedur ekstraksi cair-cair
ekstrak daun jambu biji, dan jawab pertanyaan di sebelah kanan ini:
https://drive.google.com/drive/u/0/folders/1CnLzvXW6ZIcS0vo05pUQf3lj
y-GG-neM
1. Sebutkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk ekstraksi
cair-cair (260110190123_Khalisha Qintara Khairunnisa)

Alat:

a. Ekstraksi Cair-Cair b. KLT


1. Batang Pengaduk
1. Chamber
2. Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Corong pisah
3. Plat Silika
4. Gelas ukur
4. Pipa Kapiler
5. Penangas air
5. Sinar UV 254
6. Statif & Klem
nm dan 366 nm

a. Batang b. Beaker c. Corong Pisah


Pengaduk Glass

d. Gelas Ukur e. Penangas f. Statif dan Klem


Air
Bahan:

a. Ekstraksi Cair-Cair 6. n-heksan


1. Aquades
b. KLT
2. Baku kuersetin
3. Ekstrak daun 1. Asam format
jambu biji 2. Aseton
4. Etil asetat 3. Toluen
5. Kloroform

2. Mengapa proses ini disebut ekstraksi? (260110190123_Khalisha


Qintara Khairunnisa)

Proses ini disebut dengan ekstraksi karena zat yang akan


diekstraksi akan terpartisi ke dalam 2 pelarut yang saling tidak
bercampur dan zat aktif akan cenderung tertarik ke salah satu pelarut
sesuai dengan tingkat kepolarannya dimana senyawa polar akan
menarik pelarut polar dan sebaliknya.

Berdasarkan literatur, ekstraksi yaitu proses penarikan atau


pemisahan komponen atau zat aktif suatu simplisia dengan
menggunakan pelarut tertentu yang bertujuan memisahkan komponen
kimia dengan bantuan pelarut dimana prinsip pada ekstraksi cair-cair
yaitu adanya distribusi analit dari fase satu ke fase lainnya yang tidak
saling mencampurkan (Harbone, 1987).

3. Bagaimana cara memastikan bahwa keran di alat corong pisah


berfungsi dengan baik? (260110190127_Nabilah Rizky Khairunnisa)

Memastikan corong pisah dalam keadaan tertutup. Dapat dilakukan


dengan memasukkan air kedalam corong pisah dan dilakukan uji coba
membuka dan menutup secara perlahan untuk menguji apakah keran
corong pisah dapat berfungsi dengan baik (tidak terjadi kebocoran dan
dapat mengalir dengan baik).

4. Jelaskan alasan kenapa pada saat mengocok corong pisah, sesekali


kran harus dibuka dengan posisi corong pisah terbalik, dan harus
dilakukan diruang asam atau diarahkan ke jendela.
(260110190127_Nabilah Rizky Khairunnisa)

Pada proses pengocokkan menggunakan corong pisah, pelarut organik


menghasilkan gas yang dimana tekanan meningkat di dalam corong
pisah dan jika didiamkan terlalu lama, menyebabkan corong tersumbat
dan sulit untuk dibuka bahkan dapat pecah. Maka dari itu gas di dalam
corong pisah harus dikeluarkan sesekali untuk mengurangi tekanannya
dengan membuka keran dengan posisi terbalik agar tidak ada cairan
yang keluar. Gas yang dihasilkan berbahaya jika terhirup, proses
pengeluaran gas tidak boleh sembarangan, harus di ruang asam atau
diarahkan ke jendela terbuka.

5. Pada proses ECC di video, fase organik berada di lapisan


atas/bawah? Jelaskan faktor apa yang menyebabkan posisi pelarut
dalam corong pisah berada di atas/bawah (260110193001_Nur
Akma)

Fase air akan berada di lapisan bawah sedangkan fase organik


berada di lapisan atas. Faktor yang menyebabkan adanya perbedaan
posisi larutan adalah disebabkan karena adanya perbedaan massa jenis
atau densitas dari kedua jenis pelarut tersebut. Pelarut dengan massa
jenis yang lebih kecil akan berada di lapisan atas sedangkan pelarut
dengan massa jenis yang lebih besar akan berada di lapisan bawah.

Berdasarkan pada video, pelarut n-heksan (fase organik) berada


di lapisan atas dan fase air berada di bagian bawah. Hal ini terjadi karena
perbedaan massa jenis dari kedua pelarut tersebut, dimana pelarut n-
heksan memiliki massa jenis 0,655 g/cm3 sedangkan air memiliki masa
jenis 0,997 g/cm3. Pada ekstraksi cair-cair yang kedua, pelarut etil
asetat yang mempunyai massa jenis sebesar 0,902 g/mL berada di
lapisan atas sedangkan air yang mempunyai massa jenis sebesar 0,997
g/cm3 berada di lapisan bawah.

6. Apa yang harus dilakukan jika garis antara fasa organik dan fasa
air belum terlihat dengan jelas? (260110193001_Nur Akma)

Jika garis antara fasa organik dan fasa air belum terlihat jelas,
dapat didiamkan selama 10-15 menit dan apabila masih belum
terbentuk garis pisah yang jelas antara kedua fraksi, maka dapat
ditunggu lebih lama hingga pemisahan terlihat dengan jelas.

7. Jelaskan bagaimana cara yang benar mengeluarkan fasa bawah


dari corong pisah (260110190126_Jessica Anliani Huang)
Untuk dapat memisahkan fasa bawah dari corong pisah harus
diketahui terlebih dahulu lapisan-lapisan dari fasa atas dan bawah
berdasarkan massa jenis pelarutnya. Kemudian corong pisah
dipasangkan di statif setelah dikocok dan biarkan beberapa saat hinga
kedua lapisan terpisah sempurna. Jika sudah, buka tutup corong dan
letakkan beaker glass di bawah corong. Buka keran corong pisah dan
biarkan fase luar keluar perlahan hingga mendekati perbatasan antara
kedua fase dan ditutup perlahan dengan tetesan-tetesan. Ketika sudah
mendekati batas antara 2 fase tutup keran hingga tidak ada fase atas
yang bercampur di dalam beaker glass.

8. Berapa kali ekstraksi yang dilakukan di video untuk masing-


masing pelarut? (260110190126_Jessica Anliani Huang)

Berdasarkan video tersebut, dilakukan 2 kali ekstraksi dengan 2


pelarut yaitu n-heksan dan etil asetat, masing-masing 100 mL.
Pengulangan ekstraksi ini dilakukan untuk mendapatkan senyawa yang
maksimal dan memastikan senyawa yang didapatkan lebih murni.
Ekstraksi juga lebih efektif apabila dilakukan sedikit demi sedikit agar
dapat mencegah terjadinya penjenuhan.

9. Mana yang lebih efektif, kondisi A atau B? Jelaskan jawaban Anda.


(260110190122_Alisha Zahra Salsabila)
a. ECC dilakukan berkali-kali dengan volume kecil (misal 2 x
100 ml)

Berdasarkan persamaan Koefisien Distribusi :

[𝒐𝒓𝒈𝒂𝒏𝒊𝒌]
KD = [𝒂𝒊𝒓]

Contoh: KD = 4 sehingga
ECC dilakukan berkali-kali dengan volume kecil (misalnya 2 x
100 ml), misalnya andrografolid nilainya

Pada ekstraksi pertama:

(𝑥/100)
4 = (1 − 𝑥)/100

𝑥 100
4= 100
x 1−𝑥

𝑥 = 4 - 4x

𝑥 = 0,8

Pada ekstraksi kedua:

(𝑥2/100)
4 = (0,2 − 𝑥2)/100

𝑥2 100
4= 100
x 0,2 − 𝑥2

𝑥2= 0,8 - 4𝑥2

𝑥2 = 0,16

Total fasa organik: x + x2 = 0,8 + 0,16 = 0,96

Yang tersisa : 1 - 0,96 = 0,04 Jika ekstraksi terus dilakukan


berulang kali, maka jumlah kuersetin yang tersisa pada fase air
akan semakin sedikit karena semakin banyak yang berdistribusi
ke dalam pelarut organik selama proses ekstraksi.

b. ECC dilakukan 1x dengan volume besar (1 x 200 ml).

(𝑥/200)
4 = (1 − 𝑥)/100
𝑥 100
4 = 100 x 1− 𝑥

𝑥 = 8 - 8x

𝑥 = 0,89

Yang tersisa : 1- 0,89 = 0,11

Sehingga menurut perhitungan di atas, kondisi yang


lebih efisien yaitu kondisi A karena konsentrasi yang tersisa
pada fase air lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi B. ECC
juga lebih efektif apabila dilakukan berkali-kali karena filtrat
yang dihasilkan lebih murni dan lebih baik sedikit demi sedikit
untuk menghindari kejenuhan dari pelarut. Efektifitas dari
ekstraksi akan meningkat apabila koefisien distribusi antar fase
air dan fase organiknya semakin tinggi. Koefisien distribusi ini
menunjukkan seberapa banyak zat yang masih terdapat pada air
dan yang larut pada pelarut organiknya (Cairns,2009).

A. Silahkan jawab pertanyaan berikut, jawaban disesuaikan dengan


simplisia dan senyawa target yang dikerjakan.
1. Fraksi air yang diperoleh ini akan difraksinasi dengan beberapa
pelarut organik menghasilkan 3 fraksi, yaitu non-polar, semi polar,
dan polar. Sebutkan jenis pelarut organik yang dipilih untuk ECC!
(260110190125_Shafa Fitri Khairunnisa)

Pelarut yang kelompok kami gunakan adalah air sebagai pelarut


polar, etil asetat sebagai pelarut semipolar, dan n-heksana sebagai
pelarut nonpolar. Pemilihan pelarut dilakukan berdasarkan artikel
ilmiah yang ditulis oleh Syukri dkk, 2016.
2. Perkirakan jenis golongan senyawa apa saja yang terlarut pada
masing-masing fraksi (non-polar, semi-polar, polar). Sesuaikan
jawaban dengan hasil studi literatur kandungan metabolit
simplisia kelompok Anda! (260110190125_Shafa Fitri Khairunnisa)

Golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam


ekstrak herba sambiloto diantaranya senyawa flavonoid, tanin, saponin,
terpenoid dan diterpenoid. Pada batang dan akar tanaman sambiloto
banyak ditemukan senyawa flavonoid (Imanta & Hidamaji, 2017).

Setiap fraksi pelarut menarik senyawa yang berbeda, tergantung


kepolaran dari senyawa dan pelarut tersebut.

● Fraksi N-Heksan (pelarut non polar): Terpenoid, yaitu beta sitosterol


dan stigmasterol.
● Fraksi Etil Asetat (pelarut semipolar) : Diterpenoid, yaitu
andrografolid neoandrografolid, serta isoandrografolid); Flavonoid,
yaitu (5-hydroxy-7,8-dimethoxyflavone, dan 5-hydroxy-7,8,2',5'-
tetramethoxyflavone)
● Fraksi Air (pelarut polar): Senyawa golongan tanin (Theaflavin,
Thearubigin)

(Chao & Lin, 2010)

3. Senyawa target akan terekstrak paling banyak di fraksi apa? Apa


prosedur selanjutnya yang akan dilakukan terhadap fraksi yang
mengandung senyawa target ini? (260110190128_Sitha Fitri
Ramadhani)

Senyawa target andrografolid dari simplisia herba sambiloto


akan lebih tertarik pada fraksi etil asetat. Senyawa andrografolid mudah
larut dalam pelarut semi polar seperti methanol, ethanol (1:9), pyridine,
asam asetat, dan aseton (1:10) termasuk etil asetat, tetapi sedikit larut
dalam eter dan air (Kemenkes RI, 2017).

Selanjutnya setelah didapat fraksi etil asetat yang mengandung


andrografolid, dilakukan KLT hasil ECC. KLT untuk senyawa
andrografolid dilakukan dengan menyiapkan eluen N heksan : etil asetat
(2:8) kemudian menotolkan fraksi etil asetat dan senyawa pembanding
andrografolid pada silika gel 60 GF254 lalu dimasukan ke dalam
chamber yang berisi eluen yang sudah dijenuhkan kemudian dibiarkan
sampai proses elusi selesai, lalu hasilnya dilihat di bawah pada
spektrofotometer UV panjang gelombang 254 nm, kemudian didapat
nilai Rf dimana nilai Rf andrografolid adalah 0,45 (Kemenkes RI,
2017).

4. Sebutkan eluen yang digunakan untuk pengecekan KLT fraksi


hasil ECC berdasarkan video A (sesuaikan dengan simplisia
kelompok Anda). Hitung masing-masing Rf senyawa target!
(260110190124_Nadya Putri Maharani)

Eluen yang digunakan untuk pengecekan KLT fraksi hasil ECC adalah
N heksan: etil asetat (2:8) (Kemenkes RI, 2017).
Diketahui :

Panjang lintasan = 6 cm

Jarak lintasan 1 = 3 cm Jarak lintasan 3 = 2,5 cm

Jarak lintasan 2 = 3,8 cm Jarak lintasan 4 = 2,7 cm

3
𝑅𝑓1 = = 0,5
6

3,8
𝑅𝑓2 = = 0,58
6

2,5
𝑅𝑓3 = = 0,42
6

2,7
𝑅𝑓4 = = 0,45
6
Kesimpulan: Nilai Rf fraksi etil asetat (Rf3) paling mendekati Rf
senyawa baku (Rf4) dengan nilai Rf fraksi etil asetat 4,2 dan nilai Rf
senyawa baku yaitu 4,5 sehingga dapat disimpulkan senyawa
andrografolid terdapat di dalam fraksi etil asetat
DAFTAR PUSTAKA

Adelyna. 1999. Penelusuran Senyawa Bioaktif Sambiloto (Andrographis paniculata)


dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Bogor: IPB Press.

Alen, Y., Agresa, F. L., dan Yuliandra, Y. 2017. Analisis Kromatografi Lapirs Tipis
(KLT) dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstra¬k Rebung Schizostachyum
brachyladum Kurz (Kurz) pada mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi &
Klinis. Vol. 3(2):146-152.

Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Chao, W. dan Lin, B. (2010). Isolation and Identification of Bioactive Compounds in


Andrographis paniculata. Chinese Medicine. Vol. 5(17) : 1-15.

Christina, M., Hidayat, R.N., dan Setiawan, D. 2016. Pemisahan Renium-188 Dari
sasaran Wolfram-188 Dengan Metode Ekstraksi Menggunakan Pelarut Metil
Etil Keton. Jurnal Forum Nuklir (JFN). Vol.10(1) : 1-11.

Harborne. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.

Imanta, E. dan Hidajati, N. 2017. Uji Biolarvasida Nyamuk Aedes aegepty dari Hasil
Isolasi Ekstrak Metanol Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculate NESS).
UNESA Journal of Chemistry. Vol. 1(6): 36-41.

Imrawati, Mus, S., Gani, S. A., dan Bubua, K. I. 2017. Antioxidant Activity of Ethyl
Acetate Fracation of Muntingia calabura L. Leaves. Journal of Pharmaceutical
and Medicinal Sciences. Vol. 2(2): 59-62.

Kemenkes RI. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Laddha, G.S. dan Degaleesan, T.E. 1976. Transfort Phenomena in Liquid Extraction.
New Delhi: Mc-Graw Hill Publishing Co. Ltd.

Syukri, Y., Martien, R., Lukitaningsih,E., and Nugroho, E,A. 2016. Quantification of
Andrographolide Isolated from Andrographis paniculata Nees Obtained from
Traditional Market in Yogyakarta Using Validation HPLC. Indones. J. Chem.
Vol 16(2) : 190-197.

Anda mungkin juga menyukai